Tangan
hangat mendorong Tanktop ku saat matahari terbit. Disusul dengan
ciuman panas di sepanjang punggungku, mengirimkan getaran ke tulang
belakangku. Kulitku langsung meremang, mengingat ini adalah waktu
yang benar-benar mengerikan.
“Ev,
Baby, bergulinglah”. David berbisik di telingaku.
“Jam
berapa sekarang?”.
Kami
semua turun ke studio rekaman setelah makan malam untuk ' sekedar
menengok'. Pada Tengah malam Pam telah berpamitan, mengatakan Tyler
bisa menelponnya ketika mereka telah selesai. Tidak ada yang
mengantisapisi bahwa jam berapapun akan terjadi segera, karena mereka
menbuka sebotol Bourbon. Aku berbaring di sofa besar di sana
sementara David dan Tyler berkeliling, berpindah -pindah antara
ruang kontrol dan studio. Aku ingin dekat dengan David, untuk
mendengarnya bermain gitar, dan menyanyikan potongan lagu. Dia
memiliki suara yang indah. Apa yang bisa dia lakukan dengan seutas
tali ditangannya membuatku tercengang. Matanya akan menerawang jauh
dan dia tenggelam. Seperti tak ada yang lain. Terkadang aku merasa
sedikit kesepian, berbaring di sofa mengawasinya. Kemudian lagu
akan berakhir dan dia menggelengkan kepala, meregangkan jarinya,
kembali ke bumi. Tatapannya akan menemukanku dan dia tersenyum. Dia
telah kembali.
Pada
tahap tertentu aku tertidur. Bagaimana aku bisa berada di tempat
tidur, aku tak tau. David pasti telang memindahkanku. Satu hal yang
aku mengerti ; aku bisa mencium aroma minuman keras.
“Ini
hampir jam lima pagi” katanya. “bergulinglah”.
“Lelah”,
aku menggumam, tetap dalam posisiku semula
Kasur
bergerak saat dia memeluk pinggulku dan meletakkan lengan dikedua
sisi kepalaku, membungkuk di atasku, menutupi tubuhku.
“Tebak?”
pintanya.
“Apa?”.
Dengan
lembut dia menyingkirkan rambutku ke belakang wajahku. Lalu dia
menjilat wajahku. Aku menggeliat, geli.
“Aku
menulis dua lagu”, katanya, suaranya sedikit cadel, lembut di
tepinya.
“Mmm”
aku tersenyum , membuka mataku. Mudah-mudahan dia menganggapnya
sebagai dukungan. Aku tidak bisa melakukan lebih dari itu setelah
tidur kurang dari empat jam. Aku tidak bisa mengerti dengan cara
itu. “itu bagus”.
“Tidak,
kau tidak mengerti. Aku sudah tak menulis apapun selama lebih dari
dua tahun. Ini luar biasa”. Dia mencium leherku. “dan ini
tentang kamu”.
“Lagu-lagu
mu?” tanyaku, tercengang. Dan masih linglung. “sungguh?”.
“Yeah,
aku hanya.....” dia bernapas dalam-dalam dan menggigit bahuku,
membuat mataku membuka seketika.
“Hey!”.
Dia
membungkuk di atasku sehingga aku bisa melihat wajahnya, rambut
hitamnya menggantung . “yah begitulah. Jadi, aku memikirkan
tentangmu dan tiba-tiba aku memiliki sesuatu untuk dikatakan. Aku
sudah tak memiliki hal yang ingin aku utarakan sejak lama. Persetan
dengan semuanya. Segalanya sama saja. Tapi kau mengubah berbagai
hal. Kau memperbaiki ku”.
“David,
aku senang kau mendapatkan sihir mu kembali, tetapi kau memang luar
biasa berbakat. Kau tak pernah rusak. Mungkin kau hanya butuh waktu
untuk istirahat sejenak”.
“Tidak”.
Dari atas ke bawah, dia mengernyit padaku. “ bergulinglah.
Aku tidak bisa berbicara denganmu dengan posisi seperti ini”. Aku
ragu-ragu, lalu dia menampar pantatku. Untungnya bukan bokong yang
bertato. “ayolah, sayang”.
“Hati-hati
dengan menggigit dan memukul, kawan”.
“Maka,
bergeraklah”. Dia menggeram.
“Okay.
Okay”.
Dia
mengangkatku ke ujung lain kasur yang sangat besar ini dan aku
duduk, menekuk lututku di depan dadaku. Pria ini sudah tak memakai
kaos, menatapku hanya dengan celana jeans yang menggantung. Gimana
caranya coba dia selalu kehilangan kaosnya? Pemandangan dada
telanjangnya membawaku ke titik terombang ambing. Jeans itu
mendorongku ke tepian. Tak seorang pun bisa mengenakan jeans seperti
David. Dan setelah melihatnya sekilas tanpa jeans membuat semuanya
lebih buruk. Imajinasiku menjadi seakan kemarahan seksual yang
mengamuk. Gambar-gambar mengisi kepalaku....aku tak tau dari mana
mereka berasal. Gambaran-gamabaran mengejutkan dan rinci. Aku cukup
yakin aku tidak cukup fleksible untuk mencapai semuanya.
Seluruh
udara meninggalkan ruangan. Faktanya, aku menginginkan dia. Seluruh
dirinya. Baik dan buruknya dan sedikit diantaranya. Aku
menginginkan dia melebihi segala yang pernah aku inginkan selama
hidupku.
Tapi
tidak saat dia baru saja minum-minum. Kami sudah pernah ada di titik
itu, membuat kesalahan. Aku tak tau apa yang sedang terjadi diantara
kami, tapi aku tak ingin mengacaukannya.
Jadi,
baiklah. Tanpa sex. Buruk.
Aku
harus berhenti menatapnya. Jadi aku menarik napas dalam-dalam dan
mengamati lututku. Lututku yang telanjang. Aku tertidur dengan
mengenakan Jeans. Sekarang aku hanya mengenakan celana dalam dan
tank top. Dan bra ku menghilang secara misterius. “apa yang
terjadi dengan sisa pakaianku?”.
“Hilang”,
katanya, wajahnya serius.
“Kau
mengambilnya?”
Dia
mengangkat bahu. “kau tidak akan nyaman tidur dengan berpakaian”.
“bagaimana
caranya kau bisa melepaskan bra ku tanpa membangunkanku?”.
Dia
memberiku senyuman licik. “aku tak melakukan hal yang lain. Aku
hanya.....melepaskannya untuk alasan keamanan. Pakaian dalam itu
berbahaya”.
“baiiiiiiklah”.
“aku
bahkan tak melihat”.
Aku
memicingkan mata padanya.
“Itu
bohong”, aku nya, memutar bahunya. “aku harus melihat. Tapi
kita kan masih menikah, jadi melihat di perbolehkan”.
“Begitukah,
huh?” sangat mustahil untuk bisa marah padanya ketika dia
menatapku dengan cara seperti itu. Bagian tolol kegadisanku
meremang.
Tidak
ada. Sex.
“Apa
yang kau lakukan di ujung tempat tidur itu? Itu tidak akan
berhasil”, katanya, sama sekali tidak menyadari hormon -hormon yang
terbangun serta kesulitan di waktu yang sama.
Lebih
cepat dari yang aku pikir mungkin mengingat jumlah minuman keras di
napasnya, dia menyeret kakiku dan menarikku ke tempat tidur.
Punggungku menyentuh tempat tidur dan kepalaku memantul di bantal.
David terlentang diatasku sebelum aku bisa melakukan manuver
menghindar lagi. Berat badanya menekanku di kasur dengan cara sebaik
mungkin. Mengatakan tidak dalam keadaan ini adalah sebuah tanda
tanya besar.
“kurasa
kita tidak harus melakukan sex sekarang”. Semburku.
Sisi
mulutnya terangkat. “Relax. Kita tidak akan bersetubuh sekarang”.
“Tidak?”
sialan, aku benar-benar merengek. Kesengsaraan ku tak tau batas.
“Tidak.
Ketika kita melakukan itu untuk pertama kali , kita berdua akan
dalam keadaan sepenuhnya sadar. Percayalah padaku pada saat itu.
Aku tak ingin terbangun di pagi hari menemukanmu ketakutan lagi
karena kau tidak ingat atau apapun. Aku sudah selasai menjadi
bajingan disini”.
“Aku
tak pernah menganggapmu bajingan, David”, atau setidaknya, tidak
terlalu. Brengsek mungkin, dan pastinya pencuri bra, tapi bukan
bajingan.
“Tidak?”
“Tidak”.
“Bahkan
di Vegas ketika aku mulai mengumpati mu dan membanting pintu?” jari
-jarinya meluncur di rambutku, menggosok-gosok kulit kepalaku.
Mustahil untuk tidak menyukai sentuhannya seperti kucing yang
bahagia. Dia memiliki tangan yang ajaib. Dia bahkan membuat pagi
yang sempurna. Walaupun masih jam lima pagi.
“itu
bukanlah pagi yang menyenangkan untuk kita berdua”, kataku.
“Bagaimana
saat di LA dengan gadis yang menggelayutiku?”.
“Kau
merencanakan itu?”.
Dia
menutup satu mata dan menunduk memandangku. “mungkin aku butuh
perisai untuk melawanmu”.
Awalnya
aku tak tau apa yang harus ku katakan. “itu bukanlah urusanku
siapa yang menggelayutimu”.
Senyumnya
salah satu bentuk kepuasan terhadap diri sendiri. “kau cemburu”.
“apakah
kita perlu membahas nya saat ini”, aku mendorong tubuhnya yang
keras, tak beranjak sedikitpun. “David?”.
“Tidak
bisa menahannya bukan?”.
Aku
tidak menjawab.
“Hei,
aku tak bisa menyentuhnya. Tidak dengan kau ada disana”.
“Kau
tidak menyentuhnya?”, kemarahaku banyak mereda pada pernyataan itu.
Tingkat lonjakan jantungku berkurang. “aku bertanya-tanya tentang
apa yang terjadi. Kau kembali begitu cepat”.
Dia
mendengus, mendekat. “melihatmu bersama Jimmy....”
“Tidak
ada yang terjadi. Aku bersumpah”.
“Ya,
aku tau. Aku minta maaf atas itu. Aku kehilangan kendali”.
Tanganku
yang mendorong berubah merangsang. Sungguh lucu. Tanganku meluncur
ke atas bahunya, ke lehernya untuk bermain-main dengan rambutnya.
Aku hanya ingin merasakan panas tubuhnya dan tetap membuatnya dekat.
Dia diciptakan untuk meruntuhkan emosi, membangunkanku dari tidur
yang kurang, dan rewel untuk mengangumi nya dalam delapan detik.
“sangat bagus kau menulis beberapa lagu”.
“Mm.
Bagaimana dengan aku yang meninggalkanmu dengan Adrian dan
pengacara? Apakah kau marah saat itu?”.
Aku
menghela napas. “baik. Aku mengakui aku sedikit kesal karena hal
itu”.
Aku
mengangguk pelan, matanya tak pernah meninggalkanku. “Ketika aku
kembali, dan mereka memberitahuku tentang apa yang terjadi , bahwa
kau telah pergi dengan Mal, aku kehilang kendali. Menghancurkan
gitar favoritku, menggunakannya untuk menghancurkan peralatan Mal.
Masih tak percaya aku melakukan itu. Aku sangat marah dan cemburu
dan marah pada diriku sendiri”.
Aku
bisa merasakan wajahku mengerut tak percaya. “Kau melakukannya?”.
“Ya,”
matanya tajam, dan lebar. “Aku melakukannya”.
“Mengapa
kau memberitahuku sekarang, David?”.
“Aku
tak ingin kau mendengarnya dari orang lain”, dia menelan ludah,
membuat garis tenggorokannya bergerak. “Dengar, aku tidak seperti
itu , Ev. Itu tidak akan terjadi lagi, aku berjanji. Aku tidak
terbiasa seperti ini. Kau mempengaruhiku. Dan keseluruhan sitruasi
ini juga. Aku tidak tau, aku hanya mengoceh. Kau mengerti?”
nanti,
mungkin dia tidak akan mengingat tentang ini. Tapi saat ini, dia
terlihat tulus. Hatiku sakit untuknya. Aku menatap ke matanya yang
merah dan tersenyum. “kurasa begitu. Itu tidak akan terjadi
lagi”.
“Tidak.
Aku bersumpah”, kelegaan dalam suaranya terasa jelas. “kita
baik-baik saja?”.
“Ya.
Apakah kau akan memainkan lagu itu untukku nanti?” tanyaku. “aku
akan dengan senang hati mendengarnya”.
“Lagu-lagunya
belum selesai. Ketika nanti telah selesai, aku akan memainkannya.
Aku ingin lagu-lagu itu sempurna untukmu”.
“Oke”,
kataku. Dia telah menulis lagu tentangku. Sungguh luar biasa,
terkecuali lagu-lagu itu bukanlah tentang hal penuh pujian, yang mana
kami butuh membicarakan itu. “ini bukan tentang terkadang aku yang
sangat menjengkelkanmu, bukan?”.
Dia
melihat-lihat tangannya di udara. “sedikit. Dengan cara yang
baik”.
“apa?”
aku merengek.
“percayalah
padaku”.
“apakah
kau sungguh-sungguh menulis betapa menyebalkannya aku di lagu itu?”.
“Bukan
itu kata-kata persisnya. Bukan”. Dia tertawa, rasa humornya
membaik. “kau tidak ingin aku berbohong dan mengatakan segalanya
seperti unicorn dan pelangi, bukan?”
“Mungkin.
Iya. Orang-orang akan tau ini tentang aku. Aku memiliki reputasi
yang terus menerus harus di lindungi”.
Dia
menerang. “Evelyn, lihat aku”.
Aku
menatapnya.
“Kau
adalah orang baik. Dan kurasa tak seorang pun meragukannya”.
“Kau
sungguh payah ketika berbohong”.
“Begitukah
aku sekarang? Itu lagu cinta. Cinta tidak harus selalu lembut dan
tepat sasaran. Cinta bisa saja kacau dan menyakitkan”, katanya.
“tidakkah ini masih tetap hal luar biasa yang terjadi di hidupmu.
Bukan berarti aku tidak tergila-gila padamu”.
“Kau
tergila-gila padaku?” tanyaku, suaraku sarat akan emosi.
“tentu
saja”.
“aku
tergila-gila padamu juga. Kau cantik luar dan dalam, David Ferris”.
Dia
menempelkan keningnya di keningku, memejamkan matanya untuk sesaat.
“kau sangat manis. Tapi, kau tau, aku suka kau yang suka menggigit
juga. Menyukai apa yang kau lakukan di Vegas pada para bajingan
itu,. Aku suka kau yang peduli, membela gadis itu. Aku bahkan suka
ketika kau membuatku jengkel. Tapi tidak setiap waktu kurasa.
Sialan. Aku mengoceh lagi...”
“'Tak
apa”, bisikku. “aku suka kau yang mengoceh”.
“Jadi
kau tidak marah dengan diriku yang kehilangan kendali?”.
“Tidak,
David. Aku tak marah padamu”.
Tanpa
sepatah katapun dia merangkak dan berbaring disampingku. Dia
menarikku dalam pelukannya,menempatkan lengan di bawahku dan lengan
satunya di pinggulku. “Ev?”.
“Hmm”.
“Lepaskan
bajumu. Aku ingin kulit dengan kulit”, katanya. “Please. Tidak
lebih. Aku janji”.
“Oke”,
aku duduk dan menarik tanktop ku ke atas kepalaku, lalu bergelung
kembali ke arahnya. Tanpa memakai baju terlalu jauh untuk semua.
Dia menyelipkanku dibawah dagunya dan menempel di dadanya yang
sempurna, mendebarkan sekaligus menenangkan. Setiap inci kulitku
serasa hidup dalam sensasi ini. Tetapi menjadi seperti ini dengannya
menenangkan badai buas atau sesuatu di dalam. Tidak pernah terpikir
olehku untuk mengkhawatirkan pinggulku atau semua omong kosong
tentang itu.
Lupakan
aroma minuman keras di kulitnya, aku hanya ingin dekat dengannya.
“Aku
suka tidur denganmu” katanya, tangannya membelai punggungku.
“kupikir aku tak bisa tidur dengan orang lain di tempat tidur tapi
denganmu, terasa baik-baik saja”.
“kau
belum pernah tidur dengan siapapun sebelumnya?”
“Tidak
dalam waktu yang lama. Aku butuh ruang untukku”. Jari-jarinya
memainkan pinggang celana pendekku, membuatku menggeliat.
“Hah”.
“tidur
denganmu adalah sebuah siksaan, tapi ini siksaan yang indah”.
Semuanya
menjadi hening selama beberapa menit dan kupikir dia mungkin
tertidur. Tetapi ternyata tidak.”bicalah, aku suka mendengar
suaramu”.
“Baiklah.
Aku menikmati waktu yang menyenangkan dengan Pam. Dia cantik”.
“Ya,
benar”, jari-jarinya menelusuri sepanjang tulang punggungku.
“Mereka adalah orang baik”.
“Sangat
baik mereka membawakan kita makan malam”, aku tak tau harus berkata
apa. Aku belum siap mengakui bahwa aku memikirkan perkataanya
tentang aku menjadi arsitek. Bahwa aku mulai mempertanyakan
rencana-rencana besarku. Mengatakan aku takut akan mengacau dan
entah bagaimana menghancurkan hal-hal diantara kami juga tampaknya
sama tidak cerdasnya. Mungkin takdir akan mendengarkan dan
mengacaukanku di kesempatan pertama. Tuhan, aku berharap tidak akan
terjadi. Jadi alih-alih, aku memilih untuk berbicara tentang hal
sepele. “aku suka bagaimana kau bisa mendengar suara lautan
disini”.
“hmm”,
dia menyenandungkan persetujuan. “Baby, aku tak ingin
menandatangani dokumen di hari senin”.
Aku
tetap diam. Jantungku berdegup kencang. “kau tidak ingin?”
“Tidak”,
tangannya merayap ke atas, jari-jarinya membelai payudaraku.
Menelusuri tulang rusukku. Aku harus mengingatkan diriku untuk
bernapas. Tapi dia bahkan tak sadar dia melakukannya, seakan dia
hanya mencoret-coret kulitku seperti diatas kertas. Lengannya
menegang disekitarku. “ Tak ada alasan itu tidak bisa menunggu.
Kita bisa menghabiskan beberapa waktu bersama, melihat bagaimana
segala hal berjalan”.
Harapan
membuncah dalam diriku, panas dan mendebarkan. “David, apa kau
serius tentang ini?”.
“Ya,
aku serius”, dia menghela napas. “aku tau aku baru saja
minum-minum. Tapi aku telah memikirkannya. Aku tidak..... sialan,
aku bahkan tak ingin kau hilang dari pandanganku beberapa jam
terakhir, tapi kau terlihat butuh tidur. Aku tak ingin kita
menandatangani dokumen itu”.
Aku
memejamkan mataku erat-erat dan mengirimkan doa dalam hening. “maka
kita tidak akan melakukannya”.
“Kau
yakin?”.
“iya”.
Dia
menarikku menempel erat padanya. “baik. Oke, itu bagus”.
“Kita
akan baik-baik saja”, aku menghembuskan napas dengan bahagia.
Kelegaan membuatku lemah. Jika saja aku tidak sedang berbaring
mungkin aku sudah terkapar di lantai.
Tiba-tiba
dia mengendus bahu dan ketiaknya. “sial, aku bau bourbon. Aku
akan mandi.”. Dia memberiku kecupan cepat dan berguling dari
tempat tidur. “tendang aku dari tempat tidur jika lain kali aku
mencoba masuk dengan berbau seperti ini. Jangan biarkan aku
memelukmu”.
Aku
senang dia membicarakan kebersamaan kami seperti itu akan jadi hal
sehari-hari. Aku sangat menyukainya, aku bahakan tak peduli seberapa
buruknya baunya.
Cinta
sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar