Kamis, 28 Juni 2018

Bound by Duty Chapter dua

Dante menjemputku pukul enam seperempat seperti yang dia janjikan. Tidak semenit pun terlalu telat ataupun terlalu cepat. Aku pun tak mengharapkan apapun lagi. Orang tuaku sudah berangkat beberapa menit yang lalu. Sebagai calon pemimpin Outfit di masa depan, Dante tidak bisa berangkat terlalu dini di pesta.
Dia mengenakan setelan tiga potong berwarna navy dengan garis-garis biru muda dan dasi yang serasi. Aku membeku sejenak ketika aku melihatnya. Bajuku juga Navy. Orang-orang akan berpikir kami melakukannya dengan sengaja , tetapi tidak ada yang harus di lakukan tentang hal itu. Sekarang. Aku telah mengikuti diet detoks ketat selama tiga hari hanya untuk masuk dalam gaun backless ketat ini; dan aku tak mau mengenakan yang lain. Meskipun rok pensilnya panjangnya mencapai betisku, celah yang sampai ke pahaku memungkinkanku untuk berjalan tanpa kesusahan.
Mata Dante memindai cepat. “Kau terlihat cantik, ,Valentina”. Dia bersikap sopan. Tidak ada tanda-tanda bahwa dia menganggap aku menarik.
Terima kasih”. Aku tersenyum dan melangkah ke arahnya. Dia menyentuh punggung bawahku dan menuntunku ke arah Porsche hitamnya yang di parkir di pinggir jalan dan menegang saat telapak tangannya menyetuh kulitku yang telanjang. Aku tak yakin tapi kurasa aku mendengar dia menghembuskan napas terengah , dan pemikiran bahwa dia mungkin saja terpengaruh olehku, dan di tambah dengan rasa sentuhannya yang mengirim getaran ke tulang belakangku. Dia meletakkan tangannya dengan ringan di punggungku dan tidak memberikan tanda-tanda lebih lanjut bahwa aku mengejutkannya dengan separuh ketelanjangan ku saat dia menuntunku menuju pintu penumpang dan membiarkannya terbuka untukku. Aku menyelinap masuk, hampir limbung karena fakta bahwa aku berhasil mendapatkan reaksi dari si pria es. Begitu kami menikah , aku akan mencoba lebih sering.
**
Tamu yang lain telah sampai ketika kami berhenti di depan mansion Schuderi. Kami bisa saja jalan, jika bukan karena salju setinggi empat inchi, masalah keamanan, dan sepatu hak tinggiku. Dante tidak terganggu dengan obrolan ringan sepanjang perjalanan kami. Pikirannya tampak jauh sekali. Ketika Dante meletakkan tangannya di punggung telanjang ku kali ini, tidak ada reaksi lahiriah.
Ludevica Schuderi membukakan pintu untuk kami. Suaminya Rocco, Consigliere saat ini untuk ayah Dante, berjalan di belakangnya, tangannya di pundaknya. Mereka berdua tersenyum cerah saat mereka mengantarkan kami ke foyer yang hangat dan menyenangkan. Pohon natal setinggi delapan kaki, dihiasi dengan pernak-pernik merah dan perak, mendominasi ruangan ini.
Kami senang anda bisa datang”, Ludevica berkata dengan hangat.
Rocco menjabat tangan Dante. “aku harus memberimu selamat atas selera mu yang luar biasa. Istri masa depanmu terlihat menakjubkan, Dante”.
Sudah jelas bahwa mereka akan keluar dari cara mereka bersopam santun. Meskipun sangat di harapakan untuk Capo baru mempertahankan Consieglre lamanya, tapi itu bukanlah tradisi, Jadi Dante dapat menominasikan Consieglre yang baru ketika dia nanti menggantikan ayahnya.
Dante memiringkan kepalanya dan mengembalikan tangannya ke punggungku. “Ya inilah dia” dia berkata dengan singkat ketika semua yang bisa aku lakukan hanyalah tersenyum.
Ludevica menggandeng tanganku. “kami sangat senang ketika kami mengetahui Dante telah memilihmu. Setelah semua yang pernah kau lalui, ini terasadil ketika nasib berpihak padamu”.
Aku tak yakin akan apa yang harus ku katakan tentang itu. Mungkin dia tulus. Sulit untuk mengatakannya. Lagipula, awalanya mereka mencoba menikahkan Gianna dengan Dante. “Terima kasih anda baik sekali”.
Masuklah. Pesta tidak diadakan di lobi kami”. Kata Rocco, memberi isyarat pada kami untuk menuju ke ruang tamu. Gelak tawa dan suara datang dari dalam.
Aria sangat senang melihatmu lagi”, kata Ludovica saat kami memasuki ruang tamu. Aku tak punya waktu untuk mengungkapkan keterkejutanku akan kehadiran Aria karena di moment kami terlihat oleh para kerumunan, orang-orang berkumpul disekitar kami untuk memberi selamat kepada kami untuk pernikahn dan pertunangan kami dan pesta pernikahan yang akan diselenggarakan. Diantara berjabat tangan, aku mengamati ruangan. Aria berdiri di ujung lain ruangan luas di sebelah pohon natal besar dan suaminya yang tidak kalah posesif mengalungkan tangannya di pinggang Aria. Aku tidak melihat Gianna dan tunangannya Matteo dimanapun. Seperti gosip yang ibu yakini, Schuderi khawatir anak tengah mereka mungkin akan menimbulkan keributan. Dante menggerakan ibu jarinya di sepannjang bahuku, mengejutkanku. Mataku tertuju padanya,, lalu ke pasangan di depan kami, yang mana benar-benar aku abaikan karena tatapanku pada Dante. Aku memberi Bibiana senyum paling cemerlangku dan menarik Bibianna kedalam pelukanku. “apa kabar?” bisikku. Dia meremasku sebentar, lalu mundur dengan senyum terpaksa. Itu adalah jawaban terbaik yang bisa aku dapatkan di hadapan orang lain.
Suaminya, Tommaso, tiga puluh tahun lebih tua darinya, botak dan kelebihan berat badan, mencium tanganku, yang terlihat-baik-baik saja, terkecuali sorot matanya. Penuh kecurigaan adalah kata-kata terbaik untuk menggambarkannya. Jari-jari Dante di punggungku menengang dan aku mengambil resiko untuk meliriknya, tapi ekspresinya sama seperti biasanya. Dia memperingati Tommaso dengan matanya dan pria iru dengan cepat pergi bersama Bibiana.
Seorang pelayan membawa nampan berisi minuman berhenti di samping kami, Dan Dante mengambil segelas sampanye untukku dan schotch untuk dirinya sendiri. Sekarang setelah serangan dari para pendukung akhirnya mereda,Luca dan Aria menyebrangi ruangan menghampiri kami. Sikap Dante berubah seakan dia mendapati predator lain yang berada di wilayahnya. Bukannya tegang, dia rileks seolah-olah dia tak peduli , tapi matanya waspada dan penuh perhitungan. Luca dan Dante berjabat tangan , keduanya dengan senyum hiu yang mengerikan di wajah mereka. Mengabaikan mereka, aku tersenyu pada Aria, dan sejujurnya aku senang melihatnya lagi. Sudah berbulan-bulan. Dia jauh terlihat lebih santai dibandimg saat pesta pernikahannya. “Kau tampak luar biasa”. Kataku saat aku memeluknya. Dia mengenakan gaun merah gelap yang membuat rambut pirang dan kulit pucatnya tampak indah. Tak heran Luca tak bisa berhenti melirik ke arahnya.
Kamu juga”. Katanya sambil melangkah mundur. “Bisakah aku melihat bagian punggungnya?”.
Aku berbalik untuknya.
Wow, bukankah dia terlihat luar biasa?” pertanyaan itu di arahkan kepada luca dan menyebabkan jeda canggung yang membuat ketegangan meroket. Dante melingkarkan lengannya di pinggangku, matanya dingin pada Luca, yang meraih tangan Aria, menciumnya , dan berkata dengan suara rendah. “Mataku hanya tertuju padamu”.
Aria memberikan senyum malu padaku. “Aku harus mencari Gianna, tetapi aku ingin mengobrol denganmu nanti?”.
Okay”, kataku, lega, ketika Luca dan Aria berjalan pergi. Lagian Dengan para lelaki di sekitar kami, aku dan Aria atak akan bisa berbicara.
Aku berbalik ke arah Dante. “Kau tak menyukai Luca”.
Tidak penting aku suka atau tidak. Ini tentang pertahanan diri dan dosis kecurigaan yang masih aman”.
Itu adalah semangat natal”, kataku, tanpa menyembunyikan sarkasme ku. Lagi, kilasan sedikit geli membuat sudut-sudut mulut Dante berkedut, lalu hilang. “apa kau ingin mengambil sesuatu untuk di makan?”.
Tentu”, setelah beberapa hari berkutat dengan diet yang menyiksa , aku kelaparan. Saat kami melewati kerumunan, aku menyadari bahwa pemimpin The Outfit tidak ada. “Dimana Ayahmu?”.
Dia tidak ingin mencuri perhatian dari kita. Sekarang karena dia sudah pensiun , dia memilih untuk berada di luar mata publik”. Kata Dante kecut. \
Bisa di mengerti”, acara sosial seperti ini sangat melelahkan. Kau harus berhati-hati dengan apa yang kau katakan dan lakukan, walaupun kau seorang pimpinan the Outfit. Dari tatapan bringas para wanita yang di arahkan padaku, aku tau tampaknya aku adalah topik favorit mereka. Aku tau apa yang mereka bicarakan di balik tangan mereka; mengapa Dante Cavalarro memilih janda dibanding dengan pengantin muda yang masih lugu?
Aku melirik ke atas ke arah wajah Dante yang tanpa emosi, di sudut tulang pipinya yang keras, matanya yang penuh kalkulasi dan kewaspadaan, dan menemukan diriku berharap sekali lagi bahwa jawaban dari pertanyaan itu sesuatu selain alasan logis.
Buffet dipenuhi makanan lezat italia. Aku mengambil sepotong Panettone untuk diriku sendiri karena aku sangat membutuhkan beberapa hidangan manis. Seperti biasa rasanya seperti di surga. Aku membuatnya beberapa kali tapi tak pernah seenak buatan Ludevica Schuderi. “Dante”, terdengar suara wanita yang menyenangkan dibelakang kami. Dante dan aku menoleh secara bersamaan. Adiknya Ines, yang mana aku hanya bertukar beberapa kata selama bertahun-tahun setelah sembilan tahun terpisah., berdiri di depan kami. Dia hamil , mungkin trisemester ketiga jika aku tebakanku benar. Diseberang ruangan, si kembar laki-laki dan perempuan, sedang sibuk bermain dengan Fabiano Schuderi yang seusia mereka. Ines memiliki rambut yang sama indahnya dengan Dante dan pembawaannya sama dinginnya, tapi tatapannya ketika menatapku, matanya tidak terlalu hangat, tapi ramah . “Dan Valentina. Senang berjumpa denganmu”.
Ines” kataku sambil tersenyum. “Kau terlihat berseri-seri”.
Dia menyentuh perutnya. “Terima kasih. Sulit menemukan gaun yang bagus yang cocok untuk perutku. Mungkin kau bisa membantuku berbelanja satu gaun untuk pernikahanmu?”.
Dengan senang hati. Dan jika kau tidak keberatan kau bisa bergabung denganku ketika aku mencari gaun pengantin”.
Mata birunya melebar. “Kau belum punya?”.
Aku mengangkat bahu. Tentu saja aku masih memiliki bekas dari pernikahan terakhirku, tapi aku tak ingin memakainya lagi. Itu menandakan nasib buruk. “Belum, tapi aku akan mencari minggu depan, jadi apakah dirimu lowong?”.
Libatkan aku”, katanya. Matanya menjadi jauh lebih hangat . Dia terlihat jauh lebih muda dari tiga puluh dua tahun walaupun dia sedang mengandung. Dia tampaknya mendapatkan beberapa ons berat badan. Aku bertanya-tanya bagaimana dia melakukannya. Mungkin karena gen yang bagus. Aku tentunya tak pernah di anugrahi dengan itu. Tanpa detox rutin setiap hari atau seminggu sekali, dan latihan reguler, aku akan mendapatkan berat badan dalam waktu singkat.
luar biasa”.dari sudut mataku, aku melihat Dante memperhatikan kami dengan ketertarikan ringan. Aku berharap dia senang adiknya dan aku bisa bergaul. Aku tau istrinya yang telah meninggal dan Ines adalah teman. Aku sering melihat mereka tertawa bersama di acara-acara sosial.
Dimana suamimu?” tanya Dante akhirnya.
Oh , Pietro pergi keluar untuk merokok bersama Roco Schuderi. Mereka tak ingin mengganggu mu dan calon istrimu”. Otot pipi Dante tertekuk. “Kau bisa menyusul mereka jika kau memiliki urusan yang harus di selesaikan”, kataku cepat.
Aku akan baik-baik saja sendiri. Aku mungkin harus berbicara dengan Aria. Mungkin kau mau bergabung denganku,Ines?”.
Ines menggelengkan kepalanya, matanya menatap anak-anaknya yang sedang bertengkar panas satu sama lain. “Aku harus menghentikan mereka, atau akan ada air mata dan hidung berdarah”. Dia memberiku senyum cepat, lalu bergegas menuju anak-anaknya yang sedang berdebat. Dante belim pindah dari sisiku. “Apakah kau yakin?”.
Iya”.
Dia mengangguk. “Aku akan segera kembali”. Aku memperhatikannya menuju pintu teras dan menghilang di luar. Sekarang setelah dia pergi, aku melihat bahwa para wanita mengalihkan pandangannya padaku dengan lebih terbuka. Aku harus cepat menemukan Aria atau Bibianna sebelum salah satu dari mereka melibatkan ku dalam percakapan yang canggung. Aku berkelok-kelok melewati tamu yang lain, menghindari mereka dengan senyum singkat. Akhirnya aku menemukan Aria dan Bibianna di lobi sudut yang tenang. “Itu dia”, kataku, tidak berusaha menyembunyikan rasa legaku.
Ada yang tidak beres?” kata Aria dengan cemberut.
aku merasa semua orang berbicara tentangku dan Dante. Katakan padaku bahwa aku sedang berkhayal”.
Bibianna menggelelng. “Kau tidak berkhayal. Kebanyakan janda tidak seberuntung dirimu”.
Aku tau, tapi tetap saja. Aku berharap mereka tidak sebegitu terkejutnya akan pertunanganku”.
Ini akan berlallu”. Kata Aria, lalu meringis.
Segera Gianna akan kembali ke topik utama gosip harian”.
Maaf. Aku mendengar ada adegan di pesta pertunangan Gianna”.
Aria mengangguk. “Ya, Gianna kesulitan menyembunyikan keengganannya untuk menikah”.
Itulah mengapa Matteo Vittielo tidak disini?” Bibiana bertanya. Aku juga sama penasarannya, tapi aku tak ingin terlihat begitu ingin tau.
Bukan. Tapi semenjak Salvatore Vittielo meninggal, Matteo menjadi pengganti kedua, dan dia harus tinggal di New York jika Luca sedang tidak ada disana”. Aku mengamati wajahnya untuk melihat tanda-tanda tertekan di suaranya, tapi dia belajar menyembunyikan emosinya. Apakah Luca mengalami masalah di New York? Dia sangat muda untuk menjadi seorang Capo. Mungkin beberapa anggota di New York berusaha untuk melengserkan. Dulu Aria mungkin memberitahuku, tapi sekarang ketika aku adalah tunangan dari Boss Outfit masa depan dia harus berhati hati dan tidak keceplosan. Mungkin kami akan berusaha berkerja sama, tapi New York dan Chicago bukan benar-benar teman.
itu masuk akal” kataku. Bibianna menatapku. Dia juga pasti menyadari ketegangan dalam kata-kata Aria.
Mata biru Aria melebar. “Kau bahkan belum menunjukan cincin pertunanganmu!”.
Aku mengulurkan tanganku.
ini indah”, kata Aria.
Ini, Dante yang memilihkan untukku”. Cincin pertunangan kedua ku, dan yang kedua kalianya yang bukan tanda cinta. “Berapa lama kau akan tinggal di Chicago? Apakah kau punya waktu untuk datang minum kopi?”
Kami akan berangkat besok pagi. Luca ingin kembali ke New York. Tapi kami akan berangkat ke pernikahanmu beberapa hari lebih awal jadi mungkin kita bisa bertemu untuk minum kopi, terkecuali kalau kau akan terlalu sibuk?”.
Tidak. Ini tidak akan jadi perayaan besar-besaran, jadi aku akan punya waktu untuk minum kopi bersamamu. Hubungi aku ketika kau ada waktu”.
akan kulakukan”.
Bagiamana denganmu Bibianna, apa kau bisa datang besok? Kita tak memiliki kesempatan untuk mengobrol beberapa waktu ini”.
Bibianna menggigit bibirnya. “kurasa aku bisa. Sekarang bahwa dirimu adalah calon istri dari boss. Tommaso akan kesulitan mengatakan tidak”.
pastinya” aku berkata sebelum beralih ke Aria lagi. “Dimana Luca?”.
Aria melihat ke sekeliling. “Dia ingin berbicara ke orang tuaku tentang pernikahan Matteo dan Gianna. Itu menghabiskan waktu yang lebih lama dari yang aku kira.
Akankah mereka membetalkan pertunangan? Itu akan menjadi gosip sepanjang tahun. Aku tak bisa membayangkan mereka mengambil resiko itu, tak pedili setidak relanya Gianna.
Dante muncul di pintu masuk ruang tamu, matanya menetap padaku.]
kurasa aku harus pergi”, kataku. Memeluk Aria dan Bibianna sebelum aku menghampiri Dante. Aku berhenti di depannya. “apa kita akan pulang?”
Dante terlihat luar biasa tegang. “Ya. Tapi jika kau ingin tetap tinggal kau bisa pulang bersama orangtua mu”.
Itu akan mengundang lebih banyak gosip. Kau tidak bisa hadir bersama tunanganmu di pesta tapi pulang tanpa tunangan. “kurasa itu tidak akan bijaksana”.
Penegrtian nampak di wajah Dante. “tentu”.
**
kembali ke mobil, aku bertanya. “apakah semuanya baik-baik saja?” sekarang setelah kami bertunangan, kurasa tak apa untukku bertanya padanya.
Jemarinya disekitar roda kemudia menegang. “pihak rusia memberi kami lebih banyak masalah lebih dari biasanya, dan itu tentunya tidak membantu di saat Salvatore Vittielo meninggal di waktu-waktu kritis dan New York harus beradaptasi dengan Capo baru”.
Aku menatapnya, terkejut. Ketika aku bertanya padanya, aku tak mengharapkan jawaban yang detail. Kebanyakan pria tidak suka membicarakan bisnis dengan istrinya, dan aku bahkan belum menikah dengan Dante.
Mata Dante melirik tajam kearahku. “Kau terlihat terkejut”.
Ya” , aku mengakui. “terima kasih telah memberiku jwaban jujur”.
Kurasa kejujuran adalah kunci keberhasilan pernikahan”.
Bukan dalam pernikahan yang aku kenal”, kataku masam.
Dante menelengkan kepalanya. “Benar”.
Jadi kau tidak berpikir bahwa Luca adalah Capo yang bagus?”
Luca adalah Capo yang bagus atau dia akan begitu ketika dia menyingkirkan lawannya”.
Dia berkata secara klinis. S eakan menyingkirkan orang lain tidak berarti membunuh orang lain karena merasa tidak nyaman atau membahayakan kekuasaan.
itukah yang akan kau lakukan ketika kau nanti menjadi boss dari The Outfit?”
Ya, jika diperlukan. Tapi aku telah membuktikan klaim ku dengan kepemimpinan beberapa tahun terakhir ini. Aku jauh lebih tua daripada Luca”.
Tapi teap saja bos termuda dalam sejarah Outfit. Orang-orang akan mengujinya juga. Dante berhenti di depan rumah orang tuaku. Dia mematikan mesin, keluar dan berjalan memutari kap mobil sebelum membuka pintuku. Aku meraih tangannya dan berdiri, membuat tubuh kami sangat dekat untuk sesaat sehingga aku mudah untuk menciumnya. Lalu dia mundur selangkah membangun jarak yang tepat dianatara kami sebelum dia menuntunku ke pintu. Aku berbalik menghadapnya. “Aku tak pernah melihatmu dengan seorang pengawal. Bukankah berisiko berada diluar sendirian?”
Dante tersenyum muram. “aku bersenjata. Dan jika seseorang ingin menyerangku secara mendadak, biarkan mereka mencobanya”.
Kau penembak terbaik di Outfit”.
diantara yang terbaik, iya”.
baguslah, kurasa aku akan merasa aman”, itu dimaksudkan sebagai candaan , tapi Dante terlihat amat sangat serius. “Kau aman”.
Aku ragu-ragu. Akankah dia mencoba untuk menciumku? Kami akan menikah dalam empat minggu. Dan itu tidak seperti kami harus saling menjauh demi kesopanan. Ketika kurasa Dante tidak akan mengambil langkah pertama, aku melangkah ke arahnya dan mencium pipinya. Aku tak berani melihat wajahnya, aku malah membuka pintu, menyelinap masuk , dan membirkan pintu menutup di belakangku. Aku menunggu beberapa saat sebelum aku mengintip dari jendela disamping pintu. Mobil Dante bergerak pergi. Aku bertanya-tanya kenapa dia tidak berusaha menciumku. Apakah karena kami belum menikah? Mungkin dia berpikir bahwa itu tidak pantas untuk kami terlalu dekat secar fisik sebelum pernikahan kami. Atau mungkin dia masih mencintai istrinya? Aku bahkan tidak melihat tangannya apakah dia sudah melepaskan cincin kawinnya. Apakah itu mengapa orang-orang membicarakanku hari ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...