Kamis, 28 Juni 2018

LICK CHAPTER SEMBILAN BELAS

David dan aku tidak berbicara setelah itu. Tapi setiap siang setelah aku selesai berkerja dia ada disana, menunggu di seberang jalan. Dia mengawasi ku dari balik topi baseball nya . Sudah siap untuk mengiringi pulang dengan selamat. Itu membuatku jengkel, tapi sama sekali tidak membuatku terancam. Aku mengabaikannya selama tiga hari. Hari ini adalah hari keempat. Dia mengganti jenas hitamnya yang biasa dengan warna biru, dan boots digantikan sneaker. Bahkan dari kejauhan, bagian atas bibir dan juga hidungnya tampak memar. Paparazi masih luput dari aksi ini, meskipun hari ini seseorang bertanya padaku tentang apakah dia ada di kota ini. Hari-harinya bergerak di sekitar Portland tanpa di ketahui mungkin akan segera berakhir. Aku penasaran apakah dia tau.

Ketika aku tidak mengabaikannya seperti aku biasanya, dia melangkah maju. Lalu berhenti. Sebuah truk lewat diantara kami di antara lalu lintas kota yang biasa. Ini gila. Kenapa dia masih disini? Mengapa dia tidak kembali ke Martha saja? Move on sangat mustahil dengan dia disini.
Keputusan telah setengah di buat, aku bergegas menyebrang jalan, menemui dia di trotoar seberang.
Hai”, kataku, tanpa memusingkan tali tas ku sama sekali. “apa yang sedang kau lakukan disini , David?”
dia memasukan tangannya di sakunya, melihat kesekeliling. “aku mengantarmu pulang. Sama seperti yang aku lakukan setiap hari”.
ini kehidupanmu sekarang?”
kurasa”.
huh”, kataku, menyimpulkan keseluruhan situasi dengan sempurna. “Mengapa kau tidak kembali ke LA?”
mata birunya memperhatikanku dengan waspada dan dia tidak langsung menjawab. “istriku tinggal di Portland”.
Jantungku tergagap. Kesederhanaan pernyataannya dan ketulusan di matanya membuatku lengah. Tak satupun dari kami bergegas, malahan kami berjala melewati toko-toko dan restoran, mengintip ke dalam Bar yang baru saja buka malam ini. Aku memiliki firasat buruk bahwa begitu kami berhenti berjalan, kami harus mulai berbicara, jadi berlama-lama sangatlah cocok untukku. Malam musim panas itu berarti ada cukup banyak orang berkeliling.
Sebuah bar Irlandia di sudut jalan sekitar separuh jalan pulang. Musik meraung, beberapa lagu lama The White Stripes. Tangan masih dimasukan di kantongnya, David menunjuk Bar dengan siku. “Mau minum?”
butuh beberapa saat untuk menemukan suaraku. “tentu”.
Dia menuntunku langsung ke meja di belakang, menjauh dari kerumaunan para peminum yang baru pulang kerja yang terus bertambah. Dia memesan dua kaleng Guiness. Begitu birnya tiba, kami duduk diam, menghirup. Setelah beberapa saat,David melepas topinya dan meletakannya di atas meja. Sial, wajahnya sangatlah malang. Aku bisa melihatnya dengan lebih jelas sekarang dan dia tampak seperti memiliki dua mata hitam.
Kami duduk disana menatap satu sama lain dalam semacam kebutuhan yang aneh. Tak satupun dari kami berbicara. Cara dia menatapku, seakan dia juga terluka, seakan dia memang terluka.....aku tak bisa menerimanya. Menunggu untuk menyeret segala kekacauan hubungan ini dalam cahaya sama sekali tidak membantu kami berdua. Saat nya untuk rencana baru. Kami akan menyelesaikan semua dan melanjutkan kehidupan masing-masing. Tak ada lagi luka dan sakit hati. “Kau ingin memberitahu tentang dia?” tanyaku, duduk lebih tegak, mempersiapkan diriku untuk yang terburuk.
Ya, Martha dan aku telah bersama-sama sejak lama. Kau mungkin sudah tau itu, dia adalah orang yang berselingkuh dariku. Orang yang kita bicarakan”.
Aku mengangguk.
kami memulai band saat kami berusia empat belas tahun, Mal, Jimmy, dan aku. Ben bergabung satu tahun setelahnya dan Martha juga . Mereka seperti keluarga”. Ujarnya, alisnya dikerutkan. “mereka adalah kelurga. Bahkan ketika hal-hal menjadi buruk aku tak bisa tidak bisa tidak peduli padanya....”
Kau menciumnya”.
Dia mendengus. “Tidak, dia menciumku. Martha dan aku telah selesai”.
kurasa dia tidak mengerti itu, karena dia masih menelponmu dan semuanya”.
Dia pindah ke New York, tidak lagi berkerja untuk Band. Aku tak tau maksud telponnya itu, aku tidak menelponya balik”.
Aku mengangguk, hanya sedikit merasa tenang. Masalah kami tidak begitu jelas. “apakah hatimu telah mengerti kalau kau telah selesai dengannya? Kurasa , itu hanya kepalamu, iya kan? Hati hanyalah sekumpulan otot yang lain. Konyol untuk mengatakan bahwa hati memutuskan apapun”.
Martha dan aku telah selesai. Kami sudah lama selesai. Aku berjanji”.
walaupun itu benar, bukankah itu hanya membuatku sebagai hadiah hiburan? Percobaan mu kepada kehidupan normal?”
Ev, tidak. Bukan seperti itu”.
Apakah kau yakin tentang itu?” tanyaku, tak percaya akan suaraku. Aku mengambil bir ku, menegak rasa pahit, ale hitam,dan busa krim. Sesuatu untuk menenangkan saraf. “aku sudah menyerah tentang mu”, kataku, suaraku yang menyedihkan, kerdil. Bahuku berada di tempat yang seharusnya, turun. “sebulan. Aku tak benar-benar meyerah hingga hari ke tujuh. Lalu aku tau kau tidak akan datang. Aku tau itu telah berakhir. Karena jika aku sangat penting bagimu, kau akan mengatakan sesuatu pada saat itu , bukan? Maksudku, kau tau aku jatuh cinta padamu. Jadi, kau telah menyingkirkan ku dari kesengsaraan pada waktu itu, bukan?”
dia diam saja.
Kau adalah kumpulan rahasia dan kebohongan, David. Aku menanyaimu tentang anting-anting itu, ingat?”
dia mengangguk.
kau telah berbohong”.
Yeah, aku minta maaf”.
apakah kau melakukan itu sebelum atau setelah peraturan kita untuk selalu jujur? Aku tak bisa mengingat. Itu tampakanya setelah peraturan untuk tidak berselingkuh, bukan?”, berbicara adalah kesalahan. Semua pikiran dan emosi yang bergejolak, yang dia sebabkan, mengikutiku dengan sangat cepat.
Dia tidak mau membalas.
apa cerita di balik anting-anting, itu?”
aku membelinya dengan gaji pertamaku setelah perusahaan rekaman menerima kami”.
Wow. Dan kalian berdua sudah memakainya selama ini. Bahkan setelah dia menyelingkuhimu dan segalanya”.
itu Jimmy” ujarnya, “ dia menyelingkuhiku dengan Jimmy”.
Sialan, kakaknya sendiri. Banyak hal hancur berkeping-keping karena informasi itu. “itulah kenapa kau marah karena menemukan dia dan Groupie itu bersama. Dan ketika kau melihat Jimmy berbicara padaku di pesta itu”.
Ya, itu sudah lama sekali, tapi.....Jimmy muncul kembali di acara Tv. Kami ada di tengan-tengah Tour besar, bermain di spanyol pada saat yang sama. Album kedua baru saja masuk ke top ten. Kami akhirnya benar-benar menarik banyak orang”.
Jadi kau memaafkan mereka untuk menjaga Band tetap bersama?”
Tidak. Tidak persis. Aku baru saja mengerjakan banyak hal. Bahkan saat itu Jimmy terlalu banyak minum. Dia sudah berubah”. Dia menjilat bibirnya, mengamati meja. “aku minta maaf tentang malam itu. Amat sangat menyesal dari yang bisa aku katakan. Apa yang kau alami......aku tau bagaimana itu terlihat. Dan aku membenci diriku karena membohongimu tentang anting-anting, karena masih memakainya saat di Monterey”.
Dia menyentil telingannya dengak kesal. Masih ada luka yang terihat disana dengan kulit yang mengkilap, merah muda, hampir sembuh di sekelilingnya. Itu sama sekali tidak tampak seperti lubang anting-anting yang memudar.
apa yang kau lakukan disana?” tanyaku.
Memotongnya dengan pisau”. Dia mengangkat bahu. “lubang anting butuh waktu bertahun-tahun untuk tumbuh. Membuat potongan baru ketika kau melepasnya sehingga bisa sembuh dengan benar”.
Oh”.
aku menunggu untuk berbicara denganmu karena aku butuh waktu. Kau pergi setelah kau berjanji tidak akan pergi.... itu sangat sulit “.
aku tak pumya pilihan”.
Dia membungkuk padaku, matanya mengeras. “kamu punya pilihan”.
aku baru saja melihat suamiku mencium wanita lain. Dan bahkan kau menolak untuk membicarakannya dengan ku. Kau baru saja berteriak padaku tentang pergi. Lagi”. Tanganku mencengkram tepi meja dengan erat sehingga aku bisa merasakan kuku jariku menekan kayu. “apa yang harus ku lakukan, David? Katakan padaku. Karena aku telah sering memutar adegan itu di kepalaku dan selalu berakhir dengan cara yang sama, dengan kau yang membanting pintu di belakangku”.
Shit”, dia merosot kembali ke tempat duduknya. “kau tau kau yang pergi adalah masalah bagiku. Kau harus tetap bersamaku, memberiku kesempatan untuk menenangkan diri. Kita berhasil saat di Moterey setelah perkelahian di Bar itu. Kita bisa melakukannya lagi”.
Sex yang kasar tidak memperbaiki segalanya. Terkadang kau benar-benar harus berbicara”.
aku mencoba berbicara dengan mu malam itu di klub. Apa itu terpikirkan oleh mu”.
Aku bisa merakan wajahku memanas. Dan itu tambah membuatku kesal.
Fuck, dengar”, ujarnya, menggosok di belakang lehernya. “masalahnya, aku harus meluruskan segalanya di kepalaku, okay? Aku butuh mencari tau apakah kita bersama adalah hal yang benar. Sejujurnya, Ev, aku tak ingin menyakitimu lagi”.
Sebulan dia meninggalkan ku untuk menikmati kesengsaraanku. Itu sudaha da di ujung lidahku untuk mengucapkan teri ma kasih. Atau mungkin untuk menariknya pergi. Tapi ini terlalu serius.
Kau ingin berpikir lurus tentang kita di kepalamu? Itu hebat. Kuharap aku juga bisa melakukan itu di kepalaku”, aku berhenti mengoceh cukup lama untuk meminum bir lagi. Tenggorokanku memberi kertas amplas kompetisi serius.
Dia menahan diri dengan diam, memperhatikanku jatuh dan terbakar dengan ketenangan yang menakutkan.
Jadi, aku hanyalah semacam irama”, aku melihat ke segala penjuru kecuali dia. “apakah itu sudah mencover semua yang ingin kau katakan?'
belum”.
belum? Masih ada lagi?” Kumohon, Tuhan, jangan biarkan lebih banyak lagi.
Yeah”.
katakan” waktunya minum.
Aku mencintaimu”.
Aku meludahkan bir ke seberang meja, keseluruh tangan kami yang bertaut. “sialan”.
aku akan mengambilkan mu lap”, ujarnya,melepaskan tanganku, dan bangun dari kursi nya. Beberapa saat kemudian dia kembali. Aku duduk disana seperti boneka yang tak berguna saat dia membersihkan lenganku kemudian membersihkan meja. Dengan hati-hati, dia menari kursiku, membantuku berdiri dan membimbingku keluar dari Bar. Dehaman suara lalu lintas dan keramaian udara kota membersihkan indra ku. Aku mempunyai ruang untuk berpikir.
Dengan segera kakiku bergerak. Mereka tau apa yang terjadi. Sepatu bootku menginjak trotoar, menempatkan jarak yang serius antara aku dan disana. Berada sejauh mungkin dari dia dan dari yang dia katakan. Namun David tetap di sampingku.
Kami berhenti di sudut jalan dan aku menekan tombol, menunggu lampu jalan. “Jangan katakan itu lagi”.
apakah itu benar-benar kejutan? Kenapa aku sampai melakukan ini? Tentu saja karena aku mencintaimu”.
Tidak”, aku menoleh padanya, wajahnya marah.
Bibirnya membentuk garis yang ketat. “baik , aku tak akan mengatakan itu lagi. Untuk sekarang. Tapi kita harus berbicara lebih banyak lagi”.
Aku menggeram, menggertakan gigiku.
Ev”.
Bangsat. Negosiasi bukanlah kehalian ku. Bukan dengannya. Aku ingin dia pergi. Atau setidaknya, aku cukup yakin ingin dia pergi. Menghilanglah sehingga aku bisa melanjutkan berkabung tentang dia dan kami serta segala sesuatu yang mungkin kami miliki. Hilang sehingga aku tidak perlu memikirkan kenyataan bahwa sekarang dia mengira dia menncintai ku. Omong kosong yang benar-benar emosional. Saluran air mataku menggila tepatnya. Aku menarik napas dalam-dalam mencoba untuk mengendalikan diri.
Nanti, tidak hari ini”, ujarnya, dengan suara yang wajar dan masuk akal. Aku sama sekali tidak mempercayainya.
baik”.
Aku melangkah ke blok lain dengan dia disampingku sampai di persimpangan yang meninggalkan kami kedinginan, meninggalkan ruang untuk percakapan. Dia lebih baik tidak berbicara. Setidaknya sampai aku membersihakan omong kosong ku dan mengerti segalanya. Aku merapihkan rok pencil ku, menyelipkan rambutku ke belakang, gelisah. Lampu rambu-rambu itu terasa selamanya. Sejak kapan Portland berbalik melawanku? I ini tidak adil.
kita belum selesai”. Ujarnya. Itu terdengar sepeti ancaman dan juga janji.

**
pesan pertama datang pada tengah malam, ketika aku sedang berbaring di tempat tidur, membaca. Atau berusaha untuk membaca. Karena mencoba untuk tidur telah menjadi bangkai. Perkuliahan segera kembali tetapi aku merasa sulit untuk menaikan antusiasme ku yang biasa tentang kuliahku. Aku memiliki perasaan terburuk bahwa benih keraguan yang telah di tanam David tentang pilihan karir ku telah mengakar di otakku. Aku menyukai arsitektur, tapi aku tidak mencintainya. Apakah itu penting? Sayangnya, aku tak memiliki jawaban. Terlalu banyak alasan- beberapa omong kosong dan beberapa valid- tetapi tidak ada jawaban.
David mungkin akan mengatakan bahwa aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan. Aku tau dengan sangat baik apa yang akan ayahku katakan. Itu tidak akan indah.
Aku sudah menghindari menemui orang tua ku sejak aku kembali. Cukup mudah untuk dilakukan mengingat aku telah menutup ceramah yang ayaku coba berikan padaku di hari kedua setelah aku kembali. Hubunganku telah membeku sejak saat itu. Kejutan yang sebenarnya adalah aku tidak terkejut. Mereka tidak mendorong apapun yang tidak secara langsung mendukung rencana mereka. Dan ada alasan kenapa aku tak pernah menelpon balik mereka ketika aku di Moterey. Karena aku tak bisa memberitahu mereka hal-hal yang ingin mereka dengar lagi, dan tampaknya lebih aman dengan tetap diam.

Nathan telah ikut campur tentang orang tua ku, yang mana itu aku apresiasi, tapi waktu telah habis. Kami semua di panggil untuk makan malam besok malam. Kupikir pesan itu dari ibu yang akan memastikan aku tidak menghindarinya. Terkadang dia bergadang menonton film hitam putih ketika obat tidurnya tidak berkerja.
Aku salah.
David : dia mengejutkan ku ketika dia menciumku. Itu sebabnya aku tidak langsung menghentikannya. Tetapi aku tidak menginginkannya.
Aku menatap ponselku, mengerutkan kening.
David : kau disana?
Aku: ya
David : aku perlu tau bahwa kau mempercayai semua tentang Martha.
Benarkah? Aku menarik napas, mencari ke dalam. Ada rasa frustasi, banyak kebingungan, tetapi ada kemarahanku yang akhirnya mereda sendiri setelah sekian lama. Karena aku tidak ragu bahwa dia telah mengatakan yang sebenarnya.
Aku : aku mempercayaimu.
David: terima kasih. Aku tetap memikirkan lebih. Maukah kau mendengar?
'Aku : ya.
David : orang tuaku menikah karena Jimmy. Ibu pergi ketika aku berusia dua belas tahun. Dia pemabuk.
David: Jimmy telah membayar nya agar tetap diam. Dia telah menanggungnya selama bertahun-tahun.
Aku : Holy Hell !!
David : Yeah. Aku sudah mendapatkan pengacara untuk itu sekarang.
Aku ; senang mendengarnya.
David : Kami mempensiunkan Dad di Florida. Aku memberitahu dia tentang mu. Dia ingin bertemu.
Aku : sungguh? Aku tak tau harus berkata apa....
David : bisakah aku datang?
Aku : kau disini?'
aku tidak menunggu balasannya. Melupakan celana pendek piyamaku dan kaos tua yang kusam, karena di cuci berkali-kali sehingga warna aslinya memudar. Dia hanya harus menghampiriku ketika dia menemukanku. Aku membuka kunci pintu depan apartemen kami dan menuruni tangga dengan kaki telanjang, ponselku masih di tanganku. Benar saja, bayangan yang menjulang tinggi melalui kaca buram pintu depan gedung. Aku mendorong pintu terbuka dan mendapati dia duduk di tangga. Di luar, malam lengang, penuh kedamaian. Sebuah SUV mewah diparkir di pinggir jalan.
Hei”, katanya, jarinya sibuk di layar ponselnya, ponselku berbunyi.
David : ingin mengucapkan selamat malam.
Oke”, kataku, mendongak dari layar. “Ayo masuk”
Satu sisi mulutnya terangkat dan dia menatapku. Aku bertemu dengan tatapannya, dan menolak untuk membuat tidak sadar diri. Dia tampaknya tak terganngu dengan gaya pakaian tidur ku yang lusuh. Jika pun ada, senyumnya meningkat, matanya memanas. “Kau akan pergi tidur”.
Aku baru saja membaca. Tidak bisa tidur”.
apakah kakakmu disini?”, dia berdiri dan mengikutiku menaiki tangga, sepatunya menekan keras lantai kayu tua. Aku setengah berharap Mrs Lucia yang tua dari lantai bawah untuk keluar dan berteriak, itu adalah hobinya.
Tidak”, ujarku, menutup pintu di belakang kami. “Dia dan Lauren Keluar”.
Dia melihat sekeliling apartemen dengan penuh minat. Seperti biasa dia mengambil semua ruang. Aku tak tau bagaimana dia melakukannya. Itu seperti trik pesulap. Entah bagaimana caranya dia terlihat lebih besar dari yang sebenarnya. Dan lelaki itu tampak tidak kecil dari awal. Tanpa tergesa-gesa sama sekali, tatapannya bergerilya ke sekitar ruangan, mengamati dinding pirus terang (Lauren yang mengecatnya) dan rak buku yang di tumpuk rapi (aku yang melakukannya).
apakah ini kamarmu?” tanyanya, mencondongkan kepalanya ke kamarku.
Ah, iya. Agak sedikit berantakan sekarang”, aku menyelinap melewati dia dan mulai membersihkan dengan cepat, mengambil buku-buku dan puing-puing lainnya yang tersebar di lantai. Seharusnya aku meminta dia menunggu lima menit sebelum dia datang, ibuku akan ngeri melihat ini. Sejak kembali dari LA aku mebiarkan duniaku jatuh dalam kekacauan. Itu sesuai dengan kondisi pikiranku yang lemah. Bukan berarti David perlu melihatnya. Aku perlu membuat rencama untuk membersihkan tindakanku dan benar-benar menaatinya kali ini.
aku biasanya terorganisir”, kataku. Menggapai-gapai, melakukan posisi mundur untuk apapun yang ada di belakangku.
itu tidak lah penting”.
ini tak akan memakan waktu lama”.
Ev”, ujarnya, memegang pergelangan tanganku dengan cara yang sama dengan tatapannya yang mengurungku. “aku tak peduli. Aku hanya ingin berbicara denganmu”.
Sebuah pikiran mengerikan tiba-tiba muncul di benakku.
apakah kau akan pergi?” tanyaku, baju kerja kotor hari ini mencengkram tanganku yang tiba-tiba gemetar.
Pegangannnya menegang di pergelangan tanganku. “kamu ingin aku pergi?”
Tidak. Maksudku, apakah kau akan meninggalkan Portland? Apakah ini alasan kenapa kau disini, untuk mengucapkan selamat tinggal?”
Tidak”.
Oh”. Himpitan yang menghimpit tulang rusukku yang telah mencapai jantung dan paru-paruku sedikit melonggar. “Okay”.
darimana itu datangnya?” ketika aku tidak menjawabnya dia menarikku dengan lembut ke arahnya. “Hei”.
Aku mengambil langkah enggan ke arahnya, menjatuhkan cucian kotor. Dia menekan lagi, duduk di tempat tidur, dan menarikku duduk di sampingnya. Aku agak tersandung dengan pantat ku di kasur double ini alih-alih melakukannya dengan cara yang anggun. Cerita hidupku. Objek tercapai, dia melepaskan genggamannya padaku. Tanganku mengepal di tepi tempat tidur.
Jadi, kau mendapat ekspresi aneh di wajahmu, dan kemudian kau bertanya padaku apakah aku akan pergi”. Katanya, mata bbiru nya sendu. “mau menjelaskan?”
kau belum pernah muncul di tengah malam sebelumnya. Kurasa aku bertanya-tanya apakah ada lebih dari sekedar mampir”.
Aku berkendara ke Apartemenmu dan aku melihat lampumu masih menyala. Kupikir aku akan mengirimmu pesan, melihat bagaimana suasana hatimu setelah pembicaraan kita hari ini”. Dia mengusap dagunya yang berjenggot dengan telapak tangannya. “plus, seperti yang aku katakan , aku terus memikirkan hal-hal yang perlu aku katakan padamu”.
Kau sering berkendara ke apartemenku”.
Dia memberiku senyum masam. “hanya beberapa kali. Ini caraku mengucapkan selamat malam padamu”.
bagaimana kau tau jendela yang mana yang milikku?”
Ah, well, pada waktu aku berbicara pada Lauren ketika aku pertama kali sampai di kota? Dia memiliki lampu menyala di ruangan lain. Jadi yang satunya harusnya milikmu”, dia tidak menantapku, malahan memilih untuk mengamati foto-foto ku dan teman-temanku yang terpasang di dinding. “Kau marah aku berkeliling ke sekitar?”
Tidak” jawabku sejujurnya. “kurasa aku sudah kehabisan amarah”.
sungguh?”
Yeah”.
Dia menghembuskan napas pelan dan menatapku kembali, tanpa mengatakan apapun. Memar gelap masih berada di bawah matanya, meski hidung bengkaknya sudah kembali ke ukuran normal.
Aku benar-benar minta maaf karean Nate memukulmu”.
Jika aku adalah kakakmu, aku akan melakukan hal yang sama persis”. Dia mengaitkan siku di lututnya, tetapi terus menghadap ke arahku.
sungguh?”
tak diragukan”.
Laki-laki dan kecendrungan mereka untuk berkelahi, itu tak mengenal akhir.
Keheningan terseret keluar. Ini tidak benar-benar tidak nyaman. Setidaknya kami tiak bertengkar atau mengulangiadegan putus kami sekali lagi. Menjadi sakit hati dan marah sudah terlalu melelahkan.
bisakah kita bersantai saja?” tanyaku.
baiklah. Coba lihat ini” dia mengambil iphone ku dan mulai mengaduk-aduk file musik ku. “dima earbudnya?”
aku bangkit dan mengambilnya di antara sampah di mejaku. David memasangnya saat itu, memberiku earbud. Aku duduk disampingnya, ingin tau apa yang dipilih dari musikku. Ketika hentakan, irama yang menghentak dari 'Jackson' miliknya Johni Cash dan June Carter di mulai, aku memandangnya geli. Dia menyeringai dan mengucapkan lirik. Kami memang menikah karena demam.
kau mengolok-olokku?”
kilasan geli melintas di matanya. “aku mengolok-olok kita”.
cukup adil”.
apa lagi yang kau punya disini”.
Cash dan Carter selesai dan dia melanjutkan mencari lagu-lagu. Aku mengamati wajahnya, menunggu reaksi nya atas selera musikku. Yang aku dapati adalah dia menguap”.
mereka tidak seburuk itu”, aku protes.
maaf. Hari yang melelahkan”.
David, jika kau lelah. Kita tidak perlu __”
tidak, aku baik-baik saja. Tapi jika kau tidak keberatan aku ingin berbaring?”
David di tempat tidurku, dia sudah di tempat tidurku tapi.... “baiklah”.
Dia memberiku tatapan tajam tetapi mulai menarik sepetu kets nya. “kau hanya bersikap sopan?”
tidak, tidak apa-apa. Dan , maksudku, secara legal tempat tidur ini setengahnya masih milikmu,” candaku, menarik lepas earbud sebelum dia bergerak untuk melakukannya untukku. “kamu juga berbaring? Kita tidak bisa berbagi musik jika ku tidak berbaring”.
Aku merangkak dan berbaring di sampingnya , menggeliat sedikit, membuat diriku nyaman. Itu, bagaimanapun juga, tempat tidurku. Dan dia akan jadi satu-satunya lelaki yang pernah berbaring di atasnya. Bau harum sabunnya datang padaku, bersih dan hangat, dan khas David. Sangat nikmat, aku ingat. Untuk kali ini, rasa sakit tampaknya tidak melekat pada ingatan. Aku menilik ke dlam kepalaku, memeriksa ulang. Ketika aku mengatakan bahwa aku sudah kehabisan amarah ,, itu ternyara tidak lebih dari kebenaran. Kami memiliki masalah kami, tapi dia yang menyelingkuhiku bukanlah salah satu dari itu. Aku tau itu sekarang dan itu sangatlah berarti.
kemarilah”. Dia mengulurkan ear bud dan mulai bermain-main dengan ponselku lagi.
Bagaimana keadaan Jimmy?” aku berguling ke sisiku, perlu melihatnya. Gari hidung dan rahangnya yang kuat , lekukan bibirnya. Sudah berapa kali aku menciumnya? Tidak cukup untuk bertahan jika untuk tidak pernah melakukan lagi.
Dia melakuikan jauh lebih baik. Tampak nya dia benar-benar sudah sembuh. Kurasa dia akan baik-baik saja”.
itu berita bagus”.
setidaknya dia mengungkapkan masalahnya dengan sejujurnya”, ujarnya, nadanya berubah pahit. “ibu kami adalah bencana dari apa yang bisa aku dengar. Tapi kemudian, dia selalu begitu. Dia selalu membawa kami ke taman karena dia butuh mencetak angka. Dia menjadi layang-layang malam lingkungan sekolah orang tua serta guru-guru.
Aku menutup mulut, membiarkan dia mencurahkan. Hal terbaik yang bisa aku lakukan adalah berada disana dan mendengarkannya. Rasa sakit dan kemarahan di suaranya sangat memilukan. Orang tua ku memiliki masalah kesombongan, tentu saja, tapi tidak seperti ini. Masa kecil David sangat lah buruk. Jika saja aku bisa menampar ibunya karena menyakitinya saat ity , aku akan melakukannya. Dua kali lipat.
ayah mengabaikannya selama bertahun-tahun. Dia bisa. Dia adalah sopir truk jarak jauh, berada jauh hampir sepanjang waktu. Jimmy dan aku lah yang harus selalu berkutat dengan masalah ibuku. Beberapa kali kami pulang hanya untuk mendapati dia mengocehnkan segala macam hal dan pingsan di sofa. Tidak ada makanan karena dia menghabiskan banyak uang untuk membeli pill. Kemudian suatu haru kami pulang dari sekolah mendapati dia dan tv hilang”. Dia menatap kosong, wajahnya murung. “dia bahkan tidak meninggalkan pesan. Sekarang dia kembali dan dia menyakiti Jimmy. Itu membuatku gila”.
itu pasti sangatlah berat untukmu”, kataku, “mendengar tentang ibumu dari Jimmy”.
Satu bahunya sedikit terangkat. “Jimmy tidak seharusnya berurusan dengan dia sendirian. Katanya dia ingin melindungiku. Sepertinya kakakku bukanlah bajingan yang egois”.
Terima kasih sudah mengirimi ku pesan”.
okay. Apa yang ingin kau dengarkan?” perubahan topik yang tiba-tiba menyadarkanku bahwq dia tidak ingin membicarakan keluarganya lagi.. dia menguap lagi, rahangnya bergemeletuk. “Maaf”.
The Saint Jhons”.Dia mengangguk, membolak-balik menemukan satusatunya lagu yang kumiliki. Petikan gitar yang lebut, mengisi kepalaku. Dia meletakkan ponsel di dadanya dan kelopak matanya mulai turun. Seorang pria dan seorang wanita bergantian bernyanyi tentang kepala dan hati mereka. Sepanjang itu, wajahnya tetap tenang, rileks. Aku mulai bertanya-tanya apakah dia tertidur. Tetapi ketika lagu selesai dia berbalik untuk melihatku.
bagus. Agak sedih”, ujarnya.
kau tidak berpikir mereka akan bersama pada akhirnya?”
dia, juga, berguling ke sisinya. Tidak lebih lebar dari lebar tangan diantara kami. Dengan tatapan ingin tau, dia menyerahkan ponsel padaku. “mainkan aku lagu yang kau suka”.
Aku menggulir layar, mencoba memutuskan apa yang harus kumainkan untuknya. “aku lupa memberitahu mu, seseorang berkata mereka telah melihatmu hari ini. Anonimitas mu mungkin akan segera berakhir”
dia menghela napas. “hal itu akan terjadi cepat atau lambat. Mereka hanya harus terbiasa dengan aku yang berada di sekitar”.
Kamu benar-benar tidak pergi?”, aku benar-benar mencoba agar suaraku tetap jelas tapi itu tidak berhasil.
Tidak. Aku tak kan pergi”. dia menatapku dan aku hanya tau dia melihat segalanya. Semua ketakutan dan impianku dan harapan ku bahwa aku melakukan yang terbaik untuk menyembunyikannya , bahkan pada diriku sendiri. Tapi aku tak bisa menyembunyikan dari dia walaupun aku mencoba. “okay?'
okay”, kataku.
Kamu bertanya padaku, apakah kau adalah usahaku untuk jadi normal. Aku ingin kau mengerti, bahwa itu sama sekali bukan. Bersamamu, apa yang kurasakan tentangmu, itu membuatku jatuh cinta. Tapi karena itu aku mempertanyakan segakanya. Itu membuatku ingin membuat segakanya lebih baik. Membuatku ingin menjadi lebih baik. Aku tidak bisa bersenbunyi dari segala macam omong kosong dan membuat-buat alasan ketika aku datang padamu. Tak satupu n dari kita senang dengan hal-hal seperti itu dan aku ingin kamu bahagia....” dahinya berkerut dan alis gelapnya tertarik. “apakah kamu mengerti?”
kurasa begitu”, aku berbisik, merasakan begitu banyak untuknya saat ini, dan aku tak tau jalan yang menuju kemana.
Dia menguap lagi, rahangnya bergemeretak. “maaf. Fuck, aku kelelahan. Apa kau keberatan jika aku memejamkan mataku untuk lima menit?'
tidak”,
dia memejamkan mata. “mainkan lagu yang lain?”
sedang kulakukan”.
Aku memainakn untuknya “Revelator” nya Gillian Welch, lagu terlama, dan paling menenangkan yang aku temukan. Kurasa dia sudah tertidur setengah jalan. Sosoknya rileks dan napasnya semakin dalam. Dengan hati-hati aku melepaskan earbud dan meletakan ponsel. Aku menyalakan lampu samping tempat tidur dan mematikan lampu utama, menutup pintu sehingga Lauren dan Nate yang pulang tidak akan membangunkannya. Lalu aku berbaring dan hanya menatapnya. Aku tidak tau berapa lanma. Dorongan untuk mengelus wajahnya atau menyusuri tatonya membuat jariku gatal, tapi aku tak ingin membangunkannya. Dia jelas membutuhkan tidur.
Ketika aku bangun di pagi hari dia telah pergi. Kekecewaan adalah rasa pahit. Aku baru saja mendapatkan tidur malam yang terbaik yang aku miliki selama beberapa minggu, tanoa mimpi menegangkan dan mimpi-mimpi yang biasanya aku rasakan kahir-akhir ini. Kapan dia pergi? Aku berguling terlentang dan sesuatu berkerut, mengeluh keras. Dengan satu langkah , aku mengambil selembar kertas. Itu jelas dirobek dari salah satu buku catatanku. Pesannya singkat tetapi indah.
Aku masih belum meninggalkan Portland.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...