Cahaya
pagi membangunkanku. Aku berguling dan menggeliat, membebaskan
otot-ototku yang membeliat. David berbaring disampingku, tertidur
nyenyak. Lengannya diletakkan di atas wajahnya, menutupi matanya.
Dengan dia disana, segalanya dalam dunia ku terasa benar. Tapi
juga, segalanya dipertontonkan. Di suatu waktu sepanjang malam dia
terkadang menendang selimutnya. Jadi ereksi di pagi hari itu benar
adanya. Ini dia. Lauren benar lagi untuk ini.
Terbangun
disamping nya dengan cincin kawin tersemat di jariku membuatku
tersenyum seperti orang tolol. Tentu saja terbangun disamping David
yang telanjang membuat semua orang pasti tersenyum. Bagian diantara
paha ku terasa nyeri karena yang kami lakukan semalam, tapi tidak
ada yang terlalu buruk. Tak ada apapun yang bisa mengalihkanku
dari pemandangan bahwa inilah suamiku.
Aku
sedikit merosot dari kasur , memeriksanya atas penelusuranku. Dia
tidak memiliki pusar. Pusarnya hanya sebuah titik kecil yang
diikuti dengan garis rambut hitam yang mengarah turun menyebrangi
perutnya yang rata menuju ke itu. Dan itu keras, tebal, dan panjang.
Itu
adalah penisnya, tentu saja.
Gah.
Bukan, itu tidak terdengar benar.
Burungnya.
Yeah, lebih baik.
Kami
duduk di bak mandi hangat untuk beberapa saat semalam atas
kemauannya, berendam. Kami hanya berbicara. Itu berlangsung
menyenangkan. Tidak ada pembahasan mengenai wanita yang mungkin
telah menyelingkuhinya dan atau meninggalkannya di suatu waktu di
masa lalu. Tapi aku bisa merasakan kehadirannya mengintai. Waktu
akan menendangnya dari pintu belakang, aku yakin akan itu.
David
tercium seperti sabun, sedikit musk, mungkin. Hangat bukanlah
sesuatu yang aku daftarkan sebagai aroma sebelumnya, tapi begitulah
David tercium. Kehangatan, seakan dia adalah sinar matahari yang
mencair atau semacamnya. Hangat, dan nyaman dan rumah.
Aku
dengan cepat memeriksa wajahnya. Matanya masih tertutup di bawah
lengannya, terima kasih tuhan. Dadanya mengembang dan mengempis
dengan teratur. Aku sungguh tak ingin dia memergokiku sedang
mengamati selangkangannya, tak peduli sepuitis apapun pikiranku.
Itu akan sangat memalukan dalam skala yang tak akan pernah ingin aku
alami.
Kulitnya
terasa super lembut meskipun berurat dan kepalanya berdiri dengan
menantang. Dia tidak disunat. Rasa ingin tau memperoleh hal terbaik
dariku, atau mungkin aku memang sudah memiliki nya. Dengan
bagian depannya ada di tanganku, lihat dimana aku akan berakhir. Aku
dengan lembut meletakkan telapak tanganku di atasnya. Kulitnya
lembut dan hangat. Dengan hati-hati, aku menggenggam di
sekelilingnya. Penisnya berkedut dan aku tersentak ke belakang,
kaget.
David
tertawa terbahak-bahak, keras dan lama.
Bajingan.
Rasa
malu meledak tak terbendung dalam diriku. Panas muncul di leherku.
“Maafkan
aku”, katanya, meraihku dengan tanganntya. “Tapi seharusnya kau
melihat wajahmu”.
“Tidak
lucu”.
“Baby,
kau tidak akan percaya betapa lucu nya itu”, dia melingkarkan
jarinya di pergelangan tanganku, menyeretku ke atas dan ke dia.
“Kemari. Aw , ujung telingamu memerah”.
“Tidak,
tidak memerah”. Aku bergumam, berabring di dadanya.
Dia
membelai punggungku, masih terkikik. “Jangan biarkan hal ini
menghantuimu seumur hidup, hei? Aku suka kau menyentuhku”.
Aku
terengah-engah.
“Kamu
tau, jika kau bermain-main dengan batangku. Hal-hal seperti itu akan
selalu terjadi. Aku jamin itu”.
“aku
tau itu”. Lekukan lehernya berguna untuk mengubur wajahku yang
panas, jadi aku mengambil keuntungan penuh. “aku hanya
terkejut”.
“Tentu
saja”, dia memelukku erat kemudian tangannya turun untuk menangkup
bokongku. “bagaimana perasaanmu?”
“okay”.
“yeah?”
“sedikit
nyeri”, aku mengakui. “banyak senang. Meskipun itu sebelum kamu
dengan lantang mengejekku”.
“sayangku
yang malang. Coba aku liat”. Katanya, menggulingkanku ke kasur
sampai dia berada diatasku.
“apa?”
dia
duduk diantara kedua kakiku dengan tangan yang memegang lututku
membuka. Dengan mata terlatih dia memeriksaku. “kau tidak
terlihat terlalu bengkak. Mungkin hanya sedikit sakit di dalam,
yeah?”
“mungkin”.
Aku berusaha menarik kakiku, untuk menutup kakiku. Aku sepenuhnya
ragu bahwa dengan dia yang melihatku di bawah sana akan berpengaruh
untuk membantu mengurangi warna daun telingaku.
“aku
harus lebih berhati-hati denganmu”.
“aku
baik-baik saja. Aku tidak serapuh itu, sejujurnya”.
“Mm”.
“melakukan
sex kasar di lantai kayu lah yang membuatku khawatir”.
“begitukah?
Tetap diam disana untukku”, ujuarnya, bergerak turun untuk
berbaring di ujung kasur.
Posisinya
menempatkan dia dengan sempurna diantara kakiku, berhadapan dengan
bagian kewanitaanku, bertaruh aku tak akan bisa kemana-mana. Aku
mendengar banyak hal menyenangkan tentang ini, ini membuat level rasa
maluku mubazir. Ditambah aku juga penasaran.
Dia
menggosok bibirnya di atas kemaluanku, rasa hangat nafasnya
membuatku gemetar. Otot perutku mengencang dengan penuh antisipasi.
Tatapannya
bertemu dengan tatapanku dari atas perutku. “Okay?”.
Aku
memberikan anggukan cepat, tidak sabar.
“taruh
bantal dibawah kepalamu juga” dia menginstruksikan. “aku ingin
kau bisa melihat”.
Suamiku
memiliki gagasan yang terbaik. Aku melakukan seperti yang diminta,
mengatur posisi untuk melihat meskipun kakiku gemetar. Dia mencium
bagian dalam pahaku, kemudian ke paha satunya. Segalanya dalam
diriku terfokus pada sensasi yang memancar dari sana. Dunia ku
adal tempat kecil yang sempurna. Tak ada yung eksis diluar pintu
kamarku.
Matanya
terpejam tapi mataku tetap terbuka. Dia mencium bagian atas bibir
vaginaku kemudian menelusuri bagian itu dengan ujung lidahnya. Itu
berhasil. Kehangatan menyelimutiku di dalam. Tangan menggenggam
bagian dalam paahaku, jari-jarinya membuat lingkaran kecil di
tubuhku. Bibirnya tak pernah meninggalkan vaginaku. Itu persis
seakan dia menciumku disana. Mulutnya terbuka lebar dan lidahnya
membelai, membuatku menggeliat. Genggaman di pahaku mengencang,
menahanku padanya. Bahkan gesekan rambutnya dan tusukan janggutnya
di tubhku adalah hal yang menggetarkan. Aku tak tau kapan aku
berhenti menonton, mataku menutup atas kemaunnya sendiri saat
kenikmatan mengambil alih. Itu menakjubkan. Aku tak ingin ini
berakhir. Tetapi tekanan dalam diriku terbangun hingga aku tak bisa
menahannya lebih lama. Aku datang dengan teriakan, tubuhku serasa
di tarik dari atas hingga ke ujung kaki. Setiap bagian tubuhku
terasa geli. Dia tidak mundur sampai aku berbaring dengan tenang,
berkonsentrasi hanya untuk bernapas.
“Apakah
aku dimaafkan karena menertawakanmu?” tanyannya, merangkak ke atas
tempat tidur dan menanamkan ciuman di pundakku.
“tentu”.
“bagaimana
dengan seks kasar di lantai kayu? Apakah aku dimaafkan juga?”
“Mmmhmm”
kasur
bergeser di bawahku saat dia melayang di atasku. Mulut basah nya
menempel di lekuk payudaraku, garis leherku.
“aku
sangat suka itu” kataku, suaraku rendah dan malas. Lambat laun aku
membuka mataku.
“Sex
gila-gilaan cocok untukmu, Evelyn” satu tangannya mengelus
pinggulku dan dia tersenyum padaku. “aku akan memakanmu kapanpun
kau suka. Kau hanya perlu meminta”.
Aku
balas tersenyum padanya. Dan senyuman itu memberikan sedikit kedutan
di ujung. Membicarakan hal seperti ini adalah hal yang baru untukku.
“katakan
padaku kau menyukai aku menjilati vaginamu yang cantik”.
“aku
sudah bilang aku menyukainya”.
“Kau
malu”. Alis David terangkat ke atas bersamaan. Ada binar nakal di
matanya. “kau bisa bicara sex kasar di lantai kayu tapi tidak
dengan sex dengan lidah, hey? Katakan pussy”.
Aku
memutar mataku. “pussy”.
“lagi.
Tidak dalam artian' kucing'”.
“aku
tidak mengatakan dalam artian 'kucing'. Pussy,pussy,pussy,pussy.
Pussy tidak dalam artian 'kucing'. Puas?” aku tertawa,
menggerakan tangan untuk membelai dadanya, menuju ke selangkangannya.
“dapatkah aku melakukan sesuatu untukmu sekarang?”.
Dia
menghentikan tanganku, membawa tanganku ke mulutnya dan menciumnya.
“aku akan menunggu hingga nanti malam. Kita bisa bercinta lagi,
saat kau sudah merasa baik-baik saja”.
“kita
akan bercinta malam nanti, Mr Smooth?”
“tentu”,
dia menyeringai, turun dari kasur. “kita akan bercita dan kemudian
bersetubuh lagi. Kurasa kita harus mengambil waktu serius untuk
mempelajari setiap kemungkinan. Itu akan menyenangkan”.
“Okay”,
aku dengan cepat menyetujuinya. Aku tidak lah tolol.
“itu
baru gadisku”. Dia mengulurkan tangan padaku, matanya intens.
“kau begitu cantik. Kau tau, aku tak akan bisa menunggu hingga
malam nanti”.
“tidak
bisa?”
“tidak
bisa. Melihatmu berbaring telanjang di tempat tidurku. Aku tak
pernah melihat sesuatu yang lebih aku sukai”. Dia menggelengkan
kepalanya, mulutnya cemberut saat matanya menjelajahi tubuhku.
Suamiku sangat baik untuk egoku. Tapi dia membuatku tetap rendah
hati di saat yang sama, bersyukur. “aku benar-benar tolol karena
menyarankan untuk menunggu”, ujarnya, mengambil langkah mundur dan
mengerakan jarinya di hadapanku. “dan kau tau betapa bencinya aku
jika jauh darimu. Ayo bantu aku mandi? Itu akan memberimu
pengalaman yang bagus dengan tangan”.
Aku
bergeser turun dari tempat tidur setelah dia. “begitukah?”
“Oh,
yeah. Dan kau betapa seriusnya aku mengajarimu dan pendidikanmu”.
**
“Kau
menyebalkan”, kata Lauren, suaranya menggema di telepon. Pam sudah
memperingatiku bahwa di beberapa bagian dari pantai memiliki sinyal
jelek.
“aku
sedang tidak berkata bahwa aku tidak mencintaimu”, ujarnya. “tapi
, kau tau.....”.
“aku
tau. Aku minta maaf”, kataku, duduk di pojokan ruang tunggu.
Gerombolan para lelaki sedang sibuk membuat musik di lantai bawah.
Pam sedang berbelanja di kota. Aku harus menelpon. Kardus-kardus
yang harus di susun, mimpi-mimpi yang penuh dengan kebahagian bisa
berkerja dengan proporsi yang gila dan mungkin di kepalaku.
“lupakan.
Beri tahu aku kabar terbaru”, tuntutnya.
“Yeah,
kita masih menikah. Dengan cara yang baik kali ini”.
Lauren
berteriak di telingaku. Dia butuh beberapa menit untuk menenangkan
diri. “Ya Tuhan, aku berharap sesuatu akan berhasil. Dia sangat
Hot”.
“Ya,
memang. Tapi dia lebih dari itu. Dia menakjubkan”.
“Teruskan”.
“maksudku,
sangat menakjubkan”.
Lauren tertawa terbahak-bahak. “kau
sudah menggunakan kata ' menakjubkan'. Cobalah kata-kata baru
Cinderela. Berikan jiwa fangirls ku sesuatu untuk dipikirkan
disini”.
“jangan
naksir dengan suamiku. Itu tidak keren”.
“kau
terlambat enam tahun untuk memperingatkan itu. Aku sudah naksir
dia jauh sebelum kau dan dia menyematkan cincin di Vegas”.
“sebenarnya,
dia tak punya cincin”.
“Tidak?
Kau harus memperbaikinya”.
“Hmm”.
Aku menatap luar jendela ke arah lautan. Di kejauhan burung
terbang melingkar dengan malas di langit yang tinggi. “kami berada
di tempatnya di Monterey. Sangat indah disini”.
“kau
meninggalkan LA?”
“LA
tidak lah begitu menyenangkan. Ada para groupies dan pengacara dan
bisnis manager dan semuanya itu cukup menyebalkan.
“detailnya
, sayang. Beritahu aku.
Aku
menarik lututku ke dadaku dan gelisah sambil menarik-narik jahitan
jeansku, merasa rumit.
Mendiskusikan
kehidupan personal kami dibelakang punggung David tidaklah
menyenangkan untukku. Bahkan dengan Lauren sekalipun. Hal-hal telah
berubah. Yang paling bisa dilihat, pernikahan kami telah berubah.
Tetapi tetap masih ada hal-hal yang bisa aku bagi. “orang-orang
disana seakan berasal dari planet yang berbeda. Aku tidak cocok
disana. Walaupun tampaknya kau akan suka dengan pesta yang mereka
adakan. Semua orang-orang glamor dibungkus menjadi satu di dalam
mansion. Itu menakjubkan.
“kau
membuatku amat sangat cemburu. Siapa saja yang ada disana?”
Aku
memberinya nama beberapa orang yang dia ooh dan aah kan.
“Tapi
aku tidak rindu LA. Segala hal sangat baik sekarang, Lauren. Kami
menunda pembatalan pernikahan. Kita akan mencoba bagaimana semuanya
berjalan”.
“itu
sangat romantis. Katakan kau sudah melompat ke batang pria paling
tampan, please. Jangan membuatku menangis”.
“Lauren”,
aku mendengus.
“Ya
atau tidak”.
Aku
ragu-ragu dan dia berteriak padaku, sudah bisa di tebak.
“YA
ATAU TIDAK”.
“Iya,
iya. Baiklah. Iya”.
Kali
ini, jeritanya pasti merusak gendang telingaku. Yang bisa aku dengar
hanyalah dengingan. Ketika itu semua berakhir, seseorang bergumam di
belakang. Seorang pria.
“siapa
itu?”, tanyaku.
“bukan
siapa-siapa. Hanya teman”.
“Teman
atau teman?”.
“hanya
teman. Tunggu, ganti ruangan. Dan kita sedang berbicara tentangmu,
pasangan dari David Ferris lead gitaris dari band paling terkenal
stage dive”.
“Seorang
teman yang aku kenal?” rasa ingin tau ku sekarang sepenuhnya
terangsang.
“kau
sadar gambar bokongmu membuat heboh, iya kan?”
sinyal
menggeliat. “uh, yeah. Iya”.
“mengecewakan.
Haha! Tapi seriusan, kau terlihat bagus. Punyaku tidak akan
terlihat sebagus itu. Taruhan kau lebih senang berjalan kaki ke
kampus semester lalu dari pada mengemudi sepanjang waktu seperti
pemalas. Itu pasti saat malam yang kau miliki saat di Vegas, missy”.
“Mari
bicarakan tentang temanmu bukannya bokongku. Atau Vegas”.
“atau
kita bisa bicara tentang kehidupan sex mu. Karena kita telah
membicarakan tentang ku selama beberapa tahun , dan kita belum
pernah membicarakan tentang mu, pacarmu”. Katanya dengan suara
penuh sukacita- dengan suara seakan sedang menyanyi.
“Evvie!
Mau soda?” Mal berteriak ketika dia melesat melewati jalan menuju
dapur, setelah muncul dari bawah.
“Ya,
Please”.
“Siapa
itu?” tanya Lauren.
“sang
Drummer. Mereka sedang melakuan beberapa pekerjaan di studio lantai
bawah”.
Lauren
tergagap. “seluruh anggota band ada disana?”
“Tidak,
hanya Mal dan temannya David”.
“Malcolm
disana? Dia sangat hot, tapi benar-benar penjahat kelamin”, dia
menambahkan . “kau harus lihat jajaran wanuta yang tertangkap
berfoto dengannya”.
“ini
dia, Child bride”, Mal mengulurkan sebotol soda dingin, tutupnya
telah di buka.
“Thanks,
Mal”.
Dia
mengerlingkan mata dan berderap pergi lagi.
“bukan
urusanku”, kataku pada Lauren.
Dia
mendecakkan lidahnya. “kau belum melihat ke internet untuk mencari
tau apapun tentang mereka, bukan? Kau benar-benar dalam keadaan buta
di situasi ini”.
“itu
terasa salah menyelidiki mereka di belakang punggung mereka”.
“kenaifan
hanya menaikan keseksian satu poin, chica”.
“ini
bukan kenaifan,chica. Ini disebut dengan menghormati privasi
mereka”.
“yang
mana kau masuk di dalamnya”.
“privasi
itu penting. Bagaimana mereka bisa mempercayaiku jika aku mencari
tau mereka secara online”.
“kau
dan alasan-alasanmu”, Lauren mendengus. “jadi kau tidak tau
bahwa Band memulai tour saat David berusia enam belas tahun? Mereka
mendapat pertunjukan sebagai band pendukung keliling asia dan
mereka lebih banyak tinggal di jalanan atau di di studio rekaman
sejak saat itu dan seterusnya. Neraka kehidupan , bukan?”
“Yeah,
dan dia bilang dia siap untuk memperlambat”.
“aku
tidak terkejut. Rumor tentang band bubar ada dimana-mana. Cobalah
dan hentikan agar itu tidak terjadi jika kau bisa, please. Dan
buatlah suamimu untuk membuang segala omong kosongnya dan bergegas
dan menulis sebuah album baru. Aku mengandalkanmu”.
“tak
masalah”, kataku, tidak memberitahu bahwa David sedang menulis
lagu. Itu rahasia. Minimal untuk sekarang. Deretan hal-hal yang
tak bisa aku beritahu pada Lauren tumbuh menjadi lebih banyak.
“aku
ingin kau menghancurkan hati si pria sehingga kita bisa mendapat
album seperti san pedro. Tapi aku bisa katakan padamu kau akan
sulit melakukan itu”.
“kekuatan
persepsimu sangat luar biasa”.
Dia
tertawa kecil. “kau tau ada lagu tentang rumah di Monterey di
album itu?”
“ada?”
“oh
ya. Itu adalah “House of Sand” yang terkenal. Lagu cinta yang
epic. Pacar David sejak SMA menyelingkuhinya ketika dia sedang
tour ke eropa saat dia berumur dua puluh satu. Dia membeli rumah
itu untuk mereka tinggali”.
“Stop,
Lauren. Ini.....sial. Ini privasi”. Hati dan pikiranku berpacu.
“rumah ini?”
“Ya.
Mereka sudah bersama bertahun-tahun. David patah hati. Kemudian
beberapa jalang yang dia tiduri menjual cerita mereka ke tabloid.
Juga, ibunya pergi ketika dia berumur dua belas tahun. Ada beberapa
isu yang beredar tentang dimana wanita itu berada”.
“Tidak,
Lauren, berhenti. Aku serius”, kataku, hampir mencekik telepon.
“dia akan memberitahuku hal-hal seperti itu ketika dia siap. Ini
tidak terasa benar”.
“ini
hanya sebagai persiapan. Aku tak melihat dimana masalahnya”.
“Lauren”.
“Okay.
Tidak lagi. Kau memang perlu mengetahui beberapa detail kecil,
serius. Kejadian seperti itu menimbulkan bekas luka yang permanen”.
Dia
ada benarnya. Informasi itu menjelaskan akan tuduhanya padaku atas
kepergianku dan kuatnya reaksi terhadap hal itu. Dua wanita paling
penting dalam hidupnya telah meninggalkannya. Meskipun menemukan
masalalunya dengan cara ini masih terasa salah. Ketika dia cukup
mempercayaiku untuk memberitahuku, dia akan melakukannya. Tapi aku
belum mempunyai cukup waktu untuk mendapatkan kepercayaan semacam
itu darinya. Hal-hal pribadi tidak akan bergulir dari lidah lewat
pertemuan pertama. Betapa mengerikannya ketika orang-orang memposting
nya di internet hanya menunggu orang-orang mencarinya dan
mempertimbangkannya untuk hiburan mereka. Begitu banyak privasi.
Tidak heran jika dia mengkhawatirkan aku akan berbicara pada pers.
Aku
menyesap soda dan meletakkan botolnya yang dingin di pipiku. “aku
benar-benar ingin ini berhasil”.
“aku
tau kau akan melakukannya. Aku bisa mendengarnya dari suaramu
ketika kau membicarakan dia—kau jatuh cinta padanya”.
Tulang
belakangku berjengit penuh perhatian. “apa? Tidak. Ini
pembicaraan gila. Belum, setidaknya. Ini baru beberapa hari.
Apakah aku terdengar kasmaran? Sungguh?”.
“waktu
tidak masuk akal ketika itu melibatkan hati”.
“Mungkin”,
kataku, termenung.
“Dengar.
Jimmy sedang mengencani Liv Andrews. Jika kau bertemu dengan dia,
aku sungguh ingin tanda tangannya. Aku menyukai film terakhirnya”.
“jimmy
bukanlah orang yang teramah. Itu akan terasa tidak nyaman”.
Dia
mendesah. “baiklah. Tapi kau sedang jatuh cinta”.
“diamlah”.
“apa?
Kurasa itu bagus”.
Gumaman
dari teman misterius Lauren mengintrupsi ketakutanku yang mulai
muncul.
“aku
harus pergi”, katanya. “ tetap saling komunikasi,okay? Hubungi
aku”.
“tentu”
“Bye”
aku
berkata 'bye' tapi dia sudah memutuskan telepon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar