Kamis, 20 Desember 2018

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM


AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta sangat niat membuatku gila. Aku tak pernah di posisi ini sebelumnya. Aku tanpa henti mengejar rekanan bisnis yang aku inginkan ketika aku memanaskan cangkirnya dan memberi tawaran yang tidak bisa mereka tolak. Tetapi mengejar seorang wanita adalah hal baru untukku. Tentu , ada beberapa yang membuatku mengejar mereka untuk sebuah kencan pertama. Tetapi di akhir malam, aku selalu yakin akan apa yang membuat mereka tergerak. Mereka ingin dimenangkan dan disantap, pujian, koneksi bisnis, gaya hidup tertentu. Tidak sulit untuk mengetahuinya. Sampai sekarang.
Apa yang bisa membuatmu tergerak, Soraya Venedetta?
Semakin wanita ini membuatku kesal, semakin aku menginginkannya. Pada pukul sepuluh malam, aku tak bisa menahan diri lebih lama lagi. Aku menjadi banci yang menderita.
Graham : Bagaimana pestanya?
Dia membalas beberapa menit kemudian. Itu membuatku sedikit lega karena dia tidak terpaku pada seseorang yang membuatnya mengabaikan ponselnya.
Soraya: di kereta menuju pulang sekarang. Apakah aku sudah pernah cerita kalau aku benci badut?
Graham : belum. Tapi kurasa itu adalah phobia yang lumrah.
Soraya : keponakan monsterku sama sekali tidak ketakutan barang sedikit pun. Terbayang. Apa yang kau lakukan malam ini?
Aku sedang duduk sendiri di ruang tamu ku dengan beberapa tumpukan dokumen yang berhamburan di atas meja kopiku dan cognac di tanganku. Hari ini adalah empat belas jam kerja. Setiap kali aku berpikir untuk menghubungi dia, aku memaksa diriku untuk kembali ke pekerjaanku. Mataku menyerah sebelum gairahku.
Graham : aku lembur.
Soraya : kau tau para orang tua berkata..... kerja terus tanpa bermain.....
Graham : membuat Graham menjadi orang kaya.
Soraya : mungkin. Tapi apa artinya kekayaan jika kau tidak punya waktu untuk menikmatinya.
Aku meletakkan gelasku. Aku sudah sangat sering mendengar kata-kata yang hampir sama seperti itu hingga sulit di hitung. Dari nenekku.
Graham : apakah kau sudah memikirkan apa yang kuminta?
Soraya : apa ini mengacu ke daftar kalenderku kedepan?
Si pintar bicara. Itu membuatku gila karena dia pergi malam ini dan menolak untuk berkomitmen untuk tidak berkencan dengan yang lain. Kemarin, aku sudah memberitahunya bahwa itu adalah pengunci kesepakatan. Di waktu yang sama, aku mendorong dia mengikuti itu atau tidak sama sekali akan penawaranku. Tetapi setalah dua puluh empat jam terakhir, aku mengerti bahwa tak ada satu jalan ke neraka pun yang bisa aku lakukan untuk memulai hubungan dengan wanita ini. Biasanya, aku yang menghindari komitmen. Aku telah mencoba merasakan obat ku sendiri, tampaknya.
Graham : I am.
Soraya : bagaiamana dengan begini? Kau akan datang dengan ku di social event yang aku pilih dan aku akan menghadiri acara yang kau pilih juga. Jika kau masih ingin menemui ku secara eksklusif setelahnya, Iam Game.
Apa yang dia pikirkan? Bahwa membuatku menghabiskan waktu dengan teman-temannya akan membuatku menyadari bahwa kami begitu berbeda dan itu tak akan pernah berhasil? Atau justru berlaku sebaliknya? Dia tidak akan cocok di gaya hidupku. Sejujurnya, dia terlalu berlebihan dalam menyangka bahwa aku akan peduli dengan omong kosong yang di katakan orang lain.
Graham : itu hanya usaha sia-sia, tapi jika itu membuatmu senang, aku akan melakukannya. Kapan aku bisa menghadiri social event yang kamu pilih?
Soraya : kamis malam. Tig dan Delia mengadakan pesta di tattoo shop mereka. Ini perayaan satu tahun usaha mereka.
Graham : jumat malam. The Pink Ribbon Gala di Met. Ini pesta penggalangan dana.
Soraya : sebuah Gala, huh? Aku harus menetralkan ujung rambutku supaya cocok dengan gaun mewah.
Graham : ini sebuah kencan?
Soraya : dua kencan. Dan ya.
Malam itu, aku tidur lebih baik dari malam -malam yang lalu sepanjang minggu lalu. Seperti biasanya, minggu siang aku mengunjungi nenek ku. Nenekku membuatku menemaninya berbelanja dan dia memasakanku salah satu makanan favoritku. Itu adalah makanan home made umum setiap minggunya.
Senin pagi, aku bangun lebih awal dan aku berlari 7 mile bukannya 4 mile seperti aku biasanya. Saat aku menuju ke stasiun kereta, aku menyadari bagaimana aku begitu menantikan untuk bertemu Soraya. Ketika sampai di pemberhentiannya, dan dia tidak naik, aku cemberut, dan menelpon sekretarisku untuk memberinya daftar hal yang harus dia lakukan sebelum aku sampai. Aku tak itu tak mungkin untuk di selesaikan semuanya, tapi setidaknya itu memberiku alasana untuk mengarahkan rasa frustasiku ke seseorang.
Hari itu, aku begitu pemarah. Di jam lima, aku mendapati diriku menulis ke Ask Ida

Dear Ida,
ada seorang wanita yang aku tunggu-tunggu untuk ku temui di kereta setiap hari. Pagi ini , dia tidak disana. Kurasa dia sengaja menghindariku karena dia tidak bisa melawan ketertarikan seksualnya lebih lama lagi dan dia khawatir dia akan menyerah dan memberiku jalan menuju padanya. Bagaimana agar aku bisa yakin?
-Celibate in Manhattan.
Dua puluh menit kemudia, sebuah balasan pop out di inbox ku.
Dear Celibate,
Get a Hold Yourself. Berlawanan dengan yang tampaknya kau percayai, dunia ini tidak berputar dalam kehendakmu. Mungkin saja wanita ini memiliki janji temu pagi-pagi sekali dengan dokter untuk mengisi ulang birth control pill nya. Sesuatu yang seorang selibat seperti dirimu sangat mengapresiasinya- yaitu, jika kau pernah di beri kesempatan untuk melanggar sumpah selibat mu. Mungkin kau harus naik kereta yang berbeda dulu sementara waktu. Lebih baik lagi, lakukan janji temu ke doktermu sendiri untuk menjalani beberapa tes. Jadi ketika kau memiliki kesempatan dengan wanita misterius di kereta ini, kau sudah siap.
Hariku telah di monopoli dan berpikir mengapa dia tidak ada di kereta pagi ini. Fucking Great. Sekarang tidak mungkin memikirkan hal lain selain berada di dalam dirinya, sepanjang malam.

**

SORAYA TAK PERNAH MUNCUL di kereta di dua hari selanjutnya. Aku mendapat firasat bahwa dia sengaja menghindariku hingga hari kencan kami. Thanks God sekarang adalah malam pesta di tattoo shop. Kalau tidak, mungkin aku akan gila.
Aku akan meledak lebih dari satu cara. Emosiku sudah di luar kendali, dan sudah tidak sehat untuk menahannya tetap di dalam. Hanya ada satu orang yang bisa aku percaya tentang detail kehidupan pribadiku. Normalnya aku tak pernah menghubungi nenek ku hanya selama akhir minggu, tapi untuk beberapa alasan, aku membutuhkan dia untuk tetap membuatku tetap waras hari ini sebelum aku membuat diriku jadi tolol malam ini. Mendorong tumpukan berkas dari meja ku ke samping, aku mengangkat ponsel. Dan berbunyi tiga kali sebelum akhirnya di angkat.
“Graham? Apa kau baik-baik saja?”
“semuanya baik-baik saja, Meme”.
“kau tidak biasanya menghubungiku di hari kamis”.
“aku tau”.
“apa yang terjadi? Kau tampak tidak fokus minggu kemarin. Apakah ada sesuatu yang salah?”
“tak ada yang salah”.
“well, apa itu?”
menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. “apa aku orang yang buruk?”
“pertanyaan macam apa itu?”
“ada....wanita yang aku temui. Dia tampaknya tak mempercayaiku. Dan aku terus bertanya-tanya apakah alasan yang tepat untuk itu. Mungkin aku tak baik untuknya. Mungkin aku tak baik untuk siapa pun”.
Tak sedikitpun mengeluarkan kata-kata, Meme tertawa dan berkata “ Kau punya kecederungan untuk menjadi bajingan, sweethearth. Tapi dari yang kau beritahukan , ini jauh dari urusan tentang kesepakatan busnismu. Ini bernegosiasi dengan wanita, dengan kata lain, permainan bola yang sangat berbeda. Dan kau dengan yakin telah memainkan di lapangan....”
“itu masalahnya. Aku sudah biasa..... tapi yang ini berbeda. Ini terasa berbeda. Aku bahkan tak tau bagaiamana menjelaskannya. Ini tidak masuk akal, sungguh. Kami sama sekali tidak memiliki kesamaan. Dia berasal dari Brooklyn.... orang italia, hot-temper, meriam lepas dengan rambut warna warni. Dia menjuliki beberapa panggilan. Dia bahkan bisa blak-blakan mengatakannya. Sekarang.... aku tak pernah puas akan dirinya. Tapi yang bisa ku katakan dia tidak mempercayaiku. Aku tak tau bagaimana caranya untuk mendapatkannya.
Meme mendengus. “aku berasumsi mendaoatkan..... juga berarti dia tidak mengijinkanmu untuk melakukan langkah mu padanya.
“dia tidak mengijinkan apapun terjadi di area itu, tidak sama sekali”.
“kau hanya tak terbiasa dengan wanita yang menjaga kakinya tetap tertutup. Ada namanya wanita dengan harga diri, kau tau. Kurasa aku menyukai gadis itu”.
Aku menghela nafas ke telpon ketika dia melanjutkan.
“membutuhkan waktu untuk mengenali orang dan untuk bagaimana mereka sesungguhnya. Kau harus jadi dirimu senndiri dan bersabar, dan akhirnya, dia akan melihat dirimu yang sebenarnya”.
“tapi bagaimana jika diriku yang sebenarnya tidak baik untuknya? Bagaimana jika aku beracun?
“siapa yang bilang?”
“aku tak tau apakah aku mampu mencintai lagi.....”
“hanya fakta bahwa kau cukup peduli, Graham, adalah sinyal yang bagus. Jika dia orang yang tepat, kita semua dapat melakukannya. Kau jatuh cinta dengan si Genevieve itu , bukan?”
hanya menyebutkan namanya membuat perutku mual.
“lihat kemana itu membawaku”.
“kau tau apa yang kupikirkan?”
“apa?”
“kupikir kau telah berusaha sangat keras untuk mengendalikan semuanya, dengan sengaja memilih orang yang salah, supaya kau tidak terluka. Dan sekarang kau mulai percaya bahwa kau tak mampu melakukan apapun lagi. Kau mulai mempercayai kebohonganmu sendiri”.
“Mungkin”.
“Kurasa gadis ini.... siapa namanya?”
“Soraya...”.
“Soraya....huh....cantik”.
Aku menutup mataku, memutar arloji di pergelangan tanganku. “sangat”.
“pokoknya, kurasa gadis ini adalah your wake up call. Bahwa kita tidak selalu memiliki kendali atas berbagai hal. Ikuti saja arusnya. Biarkan semuanya terjadi dengan sendirinya. Berikan kendali. Tapi yang lebih penting, Tolonglah, jangan jadi bajingan”.
Aku tak bisa menahan tawa kerasku. “aku akan mengingatnya , Meme”.
Kesadaran menghantam ku bahwa Soraya bukanlah wanita pertama yang mengatakan seperti itu padaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...