GRAHAM
AKU TIDAK
MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti
yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta sangat niat membuatku
gila. Aku tak pernah di posisi ini sebelumnya. Aku tanpa henti
mengejar rekanan bisnis yang aku inginkan ketika aku memanaskan
cangkirnya dan memberi
tawaran yang tidak bisa mereka tolak. Tetapi mengejar seorang wanita
adalah hal baru untukku. Tentu , ada beberapa yang membuatku
mengejar mereka untuk sebuah kencan pertama. Tetapi di akhir malam,
aku selalu yakin akan apa yang membuat mereka tergerak. Mereka ingin
dimenangkan dan disantap, pujian, koneksi bisnis, gaya hidup
tertentu. Tidak sulit untuk mengetahuinya. Sampai sekarang.
Apa yang bisa membuatmu tergerak, Soraya Venedetta?
Semakin wanita ini membuatku kesal, semakin aku menginginkannya.
Pada pukul sepuluh malam, aku tak bisa menahan diri lebih lama lagi.
Aku menjadi banci yang menderita.
Graham : Bagaimana pestanya?
Dia membalas beberapa menit kemudian. Itu membuatku sedikit lega
karena dia tidak terpaku pada seseorang yang membuatnya mengabaikan
ponselnya.
Soraya: di kereta menuju pulang sekarang. Apakah aku sudah
pernah cerita kalau aku benci badut?
Graham : belum. Tapi kurasa itu adalah phobia yang lumrah.
Soraya : keponakan monsterku sama sekali tidak ketakutan barang
sedikit pun. Terbayang. Apa yang kau lakukan malam ini?
Aku sedang duduk sendiri di ruang tamu ku dengan beberapa tumpukan
dokumen yang berhamburan di atas meja kopiku dan cognac di tanganku.
Hari ini adalah empat belas jam kerja. Setiap kali aku berpikir
untuk menghubungi dia, aku memaksa diriku untuk kembali ke
pekerjaanku. Mataku menyerah sebelum gairahku.
Graham : aku lembur.
Soraya : kau tau para orang tua berkata..... kerja terus tanpa
bermain.....
Graham : membuat Graham menjadi orang kaya.
Soraya : mungkin. Tapi apa artinya kekayaan jika kau tidak punya
waktu untuk menikmatinya.
Aku meletakkan gelasku. Aku sudah
sangat sering mendengar kata-kata yang hampir sama seperti itu hingga
sulit di hitung. Dari nenekku.
Graham : apakah kau sudah memikirkan apa yang kuminta?
Soraya : apa ini mengacu ke daftar kalenderku kedepan?
Si pintar bicara. Itu
membuatku gila karena dia pergi malam ini dan menolak untuk
berkomitmen untuk tidak berkencan dengan yang lain. Kemarin, aku
sudah memberitahunya bahwa itu adalah pengunci kesepakatan. Di waktu
yang sama, aku mendorong dia mengikuti itu atau tidak sama sekali
akan penawaranku. Tetapi setalah dua puluh empat jam terakhir, aku
mengerti bahwa tak ada satu jalan ke neraka pun yang bisa aku
lakukan untuk memulai hubungan dengan wanita ini. Biasanya, aku
yang menghindari komitmen. Aku telah mencoba merasakan obat ku
sendiri, tampaknya.
Graham : I am.
Soraya : bagaiamana dengan begini? Kau akan datang dengan ku di
social event yang aku pilih dan aku akan menghadiri acara yang kau
pilih juga. Jika kau masih ingin menemui ku secara eksklusif
setelahnya, Iam Game.
Apa yang dia pikirkan? Bahwa membuatku menghabiskan waktu dengan
teman-temannya akan membuatku menyadari bahwa kami begitu berbeda
dan itu tak akan pernah berhasil? Atau justru berlaku sebaliknya?
Dia tidak akan cocok di gaya hidupku. Sejujurnya, dia terlalu
berlebihan dalam menyangka bahwa aku akan peduli dengan omong kosong
yang di katakan orang lain.
Graham : itu hanya usaha sia-sia, tapi jika itu membuatmu senang,
aku akan melakukannya. Kapan aku bisa menghadiri social event yang
kamu pilih?
Soraya : kamis malam. Tig dan Delia mengadakan pesta di tattoo
shop mereka. Ini perayaan satu tahun usaha mereka.
Graham : jumat malam. The Pink Ribbon Gala di Met. Ini pesta
penggalangan dana.
Soraya : sebuah Gala, huh? Aku harus menetralkan ujung rambutku
supaya cocok dengan gaun mewah.
Graham : ini sebuah kencan?
Soraya : dua kencan. Dan ya.
Malam itu, aku tidur lebih baik dari malam -malam yang lalu sepanjang
minggu lalu. Seperti biasanya, minggu siang aku mengunjungi nenek
ku. Nenekku membuatku menemaninya berbelanja dan dia memasakanku
salah satu makanan favoritku. Itu adalah makanan home made umum
setiap minggunya.
Senin pagi, aku bangun lebih awal dan aku berlari 7 mile bukannya 4
mile seperti aku biasanya. Saat aku menuju ke stasiun kereta, aku
menyadari bagaimana aku begitu menantikan untuk bertemu Soraya.
Ketika sampai di pemberhentiannya, dan dia tidak naik, aku cemberut,
dan menelpon sekretarisku untuk memberinya daftar hal yang harus dia
lakukan sebelum aku sampai. Aku tak itu tak mungkin untuk di
selesaikan semuanya, tapi setidaknya itu memberiku alasana untuk
mengarahkan rasa frustasiku ke seseorang.
Hari itu, aku begitu pemarah. Di
jam lima, aku mendapati diriku menulis ke Ask Ida
Dear
Ida,
ada
seorang wanita yang aku tunggu-tunggu untuk ku temui di kereta setiap
hari. Pagi ini , dia tidak disana. Kurasa dia sengaja menghindariku
karena dia tidak bisa melawan ketertarikan seksualnya lebih lama
lagi dan dia khawatir dia akan menyerah dan memberiku jalan menuju
padanya. Bagaimana agar aku bisa yakin?
-Celibate
in Manhattan.
Dua puluh menit kemudia, sebuah balasan pop out di inbox ku.
Dear
Celibate,
Get
a Hold Yourself. Berlawanan dengan yang tampaknya kau percayai,
dunia ini tidak berputar dalam kehendakmu. Mungkin saja wanita ini
memiliki janji temu pagi-pagi sekali dengan dokter untuk mengisi
ulang birth control pill nya. Sesuatu yang seorang selibat seperti
dirimu sangat mengapresiasinya- yaitu, jika kau pernah di beri
kesempatan untuk melanggar sumpah selibat mu. Mungkin kau harus naik
kereta yang berbeda dulu sementara waktu. Lebih baik lagi, lakukan
janji temu ke doktermu sendiri untuk menjalani beberapa tes. Jadi
ketika kau memiliki kesempatan dengan wanita misterius di kereta ini,
kau sudah siap.
Hariku telah di monopoli dan berpikir mengapa dia tidak ada di kereta
pagi ini. Fucking Great. Sekarang tidak mungkin memikirkan
hal lain selain berada di dalam dirinya, sepanjang malam.
**
SORAYA TAK PERNAH MUNCUL di kereta di dua hari selanjutnya. Aku
mendapat firasat bahwa dia sengaja menghindariku hingga hari kencan
kami. Thanks God sekarang adalah malam pesta di tattoo shop. Kalau
tidak, mungkin aku akan gila.
Aku akan meledak lebih dari satu cara. Emosiku sudah di luar
kendali, dan sudah tidak sehat untuk menahannya tetap di dalam.
Hanya ada satu orang yang bisa aku percaya tentang detail kehidupan
pribadiku. Normalnya aku tak pernah menghubungi nenek ku hanya
selama akhir minggu, tapi untuk beberapa alasan, aku membutuhkan dia
untuk tetap membuatku tetap waras hari ini sebelum aku membuat diriku
jadi tolol malam ini. Mendorong tumpukan berkas dari meja ku ke
samping, aku mengangkat ponsel. Dan berbunyi tiga kali sebelum
akhirnya di angkat.
“Graham? Apa kau baik-baik saja?”
“semuanya baik-baik saja, Meme”.
“kau tidak biasanya menghubungiku di hari kamis”.
“aku tau”.
“apa yang terjadi? Kau tampak tidak fokus minggu kemarin. Apakah
ada sesuatu yang salah?”
“tak ada yang salah”.
“well, apa itu?”
menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya. “apa aku orang
yang buruk?”
“pertanyaan macam apa itu?”
“ada....wanita yang aku temui. Dia tampaknya tak mempercayaiku.
Dan aku terus bertanya-tanya apakah alasan yang tepat untuk itu.
Mungkin aku tak baik untuknya. Mungkin aku tak baik untuk siapa
pun”.
Tak sedikitpun mengeluarkan kata-kata, Meme tertawa dan berkata “
Kau punya kecederungan untuk menjadi bajingan, sweethearth. Tapi
dari yang kau beritahukan , ini jauh dari urusan tentang kesepakatan
busnismu. Ini bernegosiasi dengan wanita, dengan kata lain,
permainan bola yang sangat berbeda. Dan kau dengan yakin telah
memainkan di lapangan....”
“itu masalahnya. Aku sudah biasa..... tapi yang ini berbeda. Ini
terasa berbeda. Aku bahkan tak tau bagaiamana menjelaskannya.
Ini tidak masuk akal, sungguh. Kami sama sekali tidak memiliki
kesamaan. Dia berasal dari Brooklyn.... orang italia, hot-temper,
meriam lepas dengan rambut warna warni. Dia menjuliki beberapa
panggilan. Dia bahkan bisa blak-blakan mengatakannya. Sekarang....
aku tak pernah puas akan dirinya. Tapi yang bisa ku katakan dia
tidak mempercayaiku. Aku tak tau bagaimana caranya untuk
mendapatkannya.
Meme mendengus. “aku berasumsi mendaoatkan..... juga
berarti dia tidak mengijinkanmu untuk melakukan langkah mu padanya.
“dia tidak mengijinkan apapun terjadi di area itu, tidak sama
sekali”.
“kau hanya tak terbiasa dengan wanita yang menjaga kakinya tetap
tertutup. Ada namanya wanita dengan harga diri, kau tau. Kurasa aku
menyukai gadis itu”.
Aku menghela nafas ke telpon ketika dia melanjutkan.
“membutuhkan waktu untuk mengenali orang dan untuk bagaimana mereka
sesungguhnya. Kau harus jadi dirimu senndiri dan bersabar, dan
akhirnya, dia akan melihat dirimu yang sebenarnya”.
“tapi bagaimana jika diriku yang sebenarnya tidak baik untuknya?
Bagaimana jika aku beracun?
“siapa yang bilang?”
“aku tak tau apakah aku mampu mencintai lagi.....”
“hanya fakta bahwa kau cukup peduli, Graham, adalah sinyal yang
bagus. Jika dia orang yang tepat, kita semua dapat melakukannya.
Kau jatuh cinta dengan si Genevieve itu , bukan?”
hanya menyebutkan namanya membuat perutku mual.
“lihat kemana itu membawaku”.
“kau tau apa yang kupikirkan?”
“apa?”
“kupikir kau telah berusaha sangat keras untuk mengendalikan
semuanya, dengan sengaja memilih orang yang salah, supaya kau tidak
terluka. Dan sekarang kau mulai percaya bahwa kau tak mampu
melakukan apapun lagi. Kau mulai mempercayai kebohonganmu sendiri”.
“Mungkin”.
“Kurasa gadis ini.... siapa namanya?”
“Soraya...”.
“Soraya....huh....cantik”.
Aku menutup mataku, memutar arloji di pergelangan tanganku.
“sangat”.
“pokoknya, kurasa gadis ini adalah your wake up call. Bahwa
kita tidak selalu memiliki kendali atas berbagai hal. Ikuti saja
arusnya. Biarkan semuanya terjadi dengan sendirinya. Berikan
kendali. Tapi yang lebih penting, Tolonglah, jangan jadi bajingan”.
Aku tak bisa menahan tawa kerasku. “aku akan mengingatnya , Meme”.
Kesadaran menghantam ku bahwa Soraya bukanlah wanita pertama yang
mengatakan seperti itu padaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar