Kamis, 28 Juni 2018

LICK 20

Kurasa aku lebih suka menemukan Genghis Khan menatapku dari seberang counter kafe di bandingkan Martha. Aku tak tau--- Pasukan Mongol vs Martha, pilihan yang sulit. Keduanya sama-sama mengerikan dengan cara unik mereka.
Kerumunan makan siang telah mereda menjadi beberapa pelanggan tertentu, menetap menikmati Latte dan almond cake mereka. Hari ini adalah haru sibuk dan Ruby tidak fokus dan mengacaukan pesanan. Tidak seperti dirinya yang biasa sama sekali. Aku akan mendudukkan nya di meja sudut dengan seteko teh untuk sementara. Kenudian kami akan mulai sibuk lagi. Ketika aku bertanya aoakah ada yang tidak beres dia hanya melambaikan tangan. Akhirnya , aku menyudutkannya.
Dan sekarang disini adalah Martha.
kita butuh bicara”, ujarnya. Rambut hitamnya di ikat ke belakang dengan riasan minimal. Tidak ada kilasan LA sama sekali di diri nya sekarang. Jika ada, di tampak muram, tenang. Masih ada sedikit sentuhan kesombongan, tapi hei, ini Martha. Dan apa yang dia lakukan disini?
Ruby, apakah tidak apa-apa jika aku istirahat sebentar?” Jo keluar dari rak penyimpanan. Dia baru saja kembali dari istirahatnya, dan membuat sekarang adalah giliranku. Ruby mengangguk, dan memberi Martha tatapan jahat yang terselubung. Tidak peduli akan apa yang sedang terjadi padanya, Ruby adalah orang baik. Dia mengenali monster laut yang menculik manusia ketika dia melihatnya.
Martha melangkah keluar dengan hidungnya yang piongah dan aku mengikutinya . Keramaian lalu lintas yang biasa di lalui. Di atas kepala, langit biru cerah, hari musim panas yang sempurna. Aku akan merasa lebih nyaman ketika alam menyiramkan seember hujan di atas kepalanya yang sempurna, tetapi itu tidak terjadi.
Setelah memeriksa singkat permukaan bangku, Martha duduk di tepi bangku. “Jimmy menghubungiku”.
Aku duduk sedikit agak jauh darinya.
tampaknya dia harus meminta maaf ke orang-orang sebagai bagian dari proses rehab nya” kuku yang di manicure dengan sempurna mengetuk-ngetuk kursi kayu. “itu bukanlah permintaan maaf yang banyak, sebenarnya. Dia berkata aku butuh datang ke Portland untuk membersihkan kekacauan yang aku sebabkan antara Kau dan David”.
Dia menatap dengan teguh ke depan. “banyak hal menjadi tidak baik antara dia dan Ben. Aku menyayangi kakakku. Aku tak ingin dia bertikai dengan Dave, gara-gara aku”.
apa yang kau harapakan untuk aku lakukan disini, Martha?”
aku tak mengharapakan kau melakukan apapun untukku. Aku hanya ingin kau mendengar”. Dia menundukkan dagunya dan memejamkan matanya sejenak. “aku selalu merasa aku bisa mendapatkannya kembali kapanpun aku ingin. Setelah dia memiliki beberapa tahun untuk menenangkan diri, tentu saja. Dia tak pernah mengacau, kami adalah kali pertama masing-masing. Jadi aku hanya mempertaruhkan waktuku, membiarkan dia menabur semua gandum liar. Aku adalah cinta sejatinya, sungguh, tak peduli apa yang telah aku lakukan? Dia masih diluaran sana memainkan lagu -lagu tentang ku setiap malam, mengenakan anting-anting ami bahkan setelah bertahun-tahun...”
lalu lintas mengaum di belakang, orang-orang mengiobrol, tapi aku dan Martha terpisah dari itu semua. Aku tak yakin aku ingin mendengar ini, tapi aku tenggelam dalam tiap katanya, putus asa untuk mengerti.
menjadi artis bisa menjadi sangat sentimental”. Tawanya seakan sedang mengolok-olok dirinya sendiri. “itu ternyata tak berarti apapun”, dia beralih padaku, matanya tajam, penuh kebencian. “kurasa aku hanyalah kebiasaan untuk dia. Dia tak pernah menyerahkan apapun untukku. Dia amat sangat yakin tak akan berpindah kota hanya untuk cocok dengan apa yang aku inginkan”.

apa maksudmu?”
dia telah menulis album, Ev. Tampaknya lagu-lagu barunya sangat brilian. Yang terbaik yang pernah dia lakukan. Dan tak ada alasan bagi dia untuk berada di studio manapun yang dia suka untuk membuatnya, melakukan yang dia sukai. Alih-alih dia disini, sedang melakukan rekaman seberang beberapa jalan disana. Karena berada di dekatmu sangat berarti untuknya”, dia menunduk ke depan , senyumnya kasar. “dia menjual rumah di Monterey, membeli rumah disini. Aku menunggu bertahun-tahun agar dia kembali, untuk mempunyai waktu untukku. Untukmu dia mengatur ulang segalanya hanya dalam sekedip mata”.
aku tak tau”, ujarku, terpana.
seluruh anggota band disini. Mereka rekaman di tempat yang bernama The Bent Basement”.
aku pernah mendengarnya”.
jika kau cukup tolol untuk melepaskan dia maka kau berhak untuk menderita sepanjang hidupmu”. Wanita ini melihatku seakan dia memperoleh pengalama pertama dalam situasi ini. Dia berdiri, menggosok tangannya. “sudah aku telah selesai”.
Martha berjalan menjauh. Dia menghilang di dalam kerumunan di para pembelanja tengah haru seakan dia tak pernah muncul.
David rekaman di Portland. Dia berkata dia sedang mengerjakan album baru. Aku tak membayangkan bahwa itu berarti sebenarnya dia sedang rekaman disini. Membeli tempat sendiri.
Holly Shit.
Aku berdiri dan bergerak ke arah berlawanan dari yang Martha ambil. Pertama aku berjalan, mencoba untuk memahami apa yang sedang aku lakukan, memberi otakku kesempatan untuk menyusulku. Kemudian aku menyerah kalah dan berlari, melewati para pejalan kaki dan meja-meja kafe, mobil yang terparkir dan apapun. Lebih cepat dan lebih cepat Doc Martenku membawaku. Aku menemukan Bent Basement dua blok di depan, terletak di bawah tangga, antara tempat pembuatan bir dan toko pakaian kelas atas. Aku menepuk tanganku di kayu, mendorongnya terbuka. Pintu hijau sederhana terbuka. Speaker memgalunkan alunan solo gitar listrik yang luar biasa melalui ruangab-ruangan yang di cat gelap. Sam duduk di sofa, membaca majalah. Untuk kali ini, setelan hitam standarnya hilang, dia mengenakan celana panjang dan kemeja hawai yang berlengan pendek.
Mrs Ferris”, dia tersenyum.
Hai, Sam”, aku terengah-engah , mencoba mengatur napas. “kamu terlihat sangat keren”.
Dia mengedipkan mata padaku. “Mr Ferris ada di salah satu ruangan saat ini, tetapi jika kau melewati pintu itu, kau akan dapat mengamati”.
Terima kasih , Sam. Senang bisa bertemu dengan mu lagi”.
Pintu tebal itu mengarah ke Sound board . Seorang pria yang tidak aku kenal duduk di belakangnya dengan headphone . Set up ini membuat studio kecil di Monterey terlihat seperti debu. Melalui jendela aku bisa melihat David bermain, matanya tertutup, terjerat dengan musik. Dia juga memakai Head Phone.
Hei “, kata Jimmy dengan tenang. Aku tak menyadari kalau mereka semua berada di belakangku, bersantai, menunggu giliran mereka.
Hai, Jimmy”.
Dia memberiku semyum kaku. Setelan pakaiannya sudah menghilang. Begitu juga mata jelalatannya. “sungguh menyenangkan melihatmu”.
Trims”, aku tak tau sikap yang bagaimana untuk mengacu pada rehabilitasinyua. Haruskah aku menanyakan kesehatannya atau menyapu setuasi di bawah karpet. “Dan terimakasih karena telah menelpon Martha”/
Dia datang untuk berbicara denganmu, huh? Bagus, aku senang”. Dia menyelipkan tangannya ke saku celana jeans hitamnya. “setidaknya itu yang bisa aku lakukan. Aku minta maaf atas pertemuan kita sebelumnya, Ev, aku.... bukan dririku yang seharusnya. Aku berharap kita bisa move on dari itu”.
Terbebas dari narkoba, kemiripan nya dengan David lebih ketara. Tapi mata birunya serta senyumnya tidak mengakibatkan hal-hal seperti yang dilakukan David. Tidak ada orang lain yang bisa. Tidak dalam lima tahun, bahkan lima puluh tahun. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, aku bisa menerimanya. Aku bahkan baik-baik saja dengan itu. Dan pengertian tampaknya datang dengan kuat dan cepat hari ini.
Jimmy menungguku dengan sabar untuk kembali dari manapun aku tadi dan mengatakan sesuatu. Ketika aku tak mengatakan apapun, dia melanjutkan. “aku tak pernah punya adik ipar sebelumnya”.
aku pun tak pernah punya kakak ipar”.
Tidak? Kita akan memperbaiki beberapa omong kosong ini. Kau tunggu dan lihat “.
aku tersenyum dan dia balik tersenyum padaku, jauh lebih rileks kali ini.
Ben duduk di ujung bangku kulit panjang, mengobrol dengan Mal, Mal menunjuk daguynya padaku dan aku melakukan hal yang sama. Dia masih tetap setiap bagian sama besar dan mengesankan, tapi dia tampak lebih takut padaku dibanding aku padanya hari ini. Aku menganggukan hello padanya dan dia membalasnya, dengan senyum kaku. Setelah berbicara dengan Martha . Aku sedikit lebih mengerti dimana dia berpihak malam itu. Kami tidak pernah menjadi sahabat, tapi itu akan menjadi kedamaian bagi David.
Permainan gitar solo di hentikan. Aku berbalik untuk melihat David menatapku, melepas headphone nya. Kemudian dia melepas tali gitarnya dari atas kepala dan berjalan ke pintu penghubung.
Hey”, ujarnya, datang kepadaku. “semua baik baik saja?”
Ya. Bisa kita bicara?”
Tentu. Dia mengantarku kem bali ke booth. “tidak akan lama, Jack”.
Pria di board itu mengangguk dan memainkan beberapa tombol, mematikan mikrofon, kurasa. Dia tampaknya tidak terlalu jengkel dengan gangguan ini. Instrumen dan mikrofon ada dimana-mana. Tempat ini tampak kacau. Kami berdiri di sudut, diluar pandangan yang lain.
Martha datang menemuiku”, kataku, begitu dia menutup pintu. Dia berdiri tegak di depanku, menghalangi semua yang lain. Aku menyandarkan punggungku ke dinding dan menatapnya., masih berusaha mengatur napas. Jantungku sudah tenang setelah lari. Sudah. Tapi sekarang dia disini dan dia sangat dekat. Aku meletakkan tangan ke belakangku sebelum tanganku berusaha meraihnya.
David mengernyit. “Martha?'
Tak apa-apa” aku bergegas. “Yah, kau tau, dia adalah dirinya yang biasa. Tapi kami berbicara”.
tentang apa?”
tentang kalian berdua sebagian besar. Dia memberiku sesuatu untuk aku pikirkan. Apa kau sibuk malam ini?”
matanya melebar waspada. “Tidak. Apa kau ingin melakukan sesuatu?”
Yeah”, aku mengangguk. “aku merindukan mu tadi pagi ketika aku bangun, ketika aku menyadari kau telah pergi. Aku sangat merindukanmu sebulan ini. Kurasa aku belum pernah memberitahumu itu”.
Dia menghembuskan napas dengan keras. “Belum....Belum, kau belum mengatakannya. Aku merindukanmu juga. Aku minta maaf tak bisa tinggal pagi tadi”.
lain kali”.
pastinya”. Dia melangkah lebih dekat, hingga ujung bootsnya menyentuh bootsku. Tak seorang pun pernah diosambut dalam tempat pribadi ku. “aku telah berjanji kami akan memulai disini pagi -pagi sekali atau aku aku akan disana ketika kau bangun”.
kau tidak memberitahuku bahwa band sedang rekaman disini”.
kita memiliki hal-hal yang harus di selesaikan. Kupikir ini bisa menunggu”.
benar. Itu masuk akal”. Aku menatap dinding di sampingku, berusaha membuat pikiranku sesuai yang kumau. Setalah segalanya melambat dan menyakitkan, segalanya tampaknya terjadi salam satu waktu.
....tentang malam ini, ev”.
Oh, aku akan makan malam dengan orang tuaku”.
apakah aku di undang?”
Ya”, kataku “kau di undang”.
oaky. Bagus”,
apakah kau sungguh membeli rumah disini?”
kondo dengan tiga kamar tidur berjarak dua blok di depan. Aku menyadari itu dekat dengan tempat kerjamu dan tidak terlalu jauh dari kampusmu... kau tau, hanya berjaga-jaga”. Dia mempelajari wajahku. “maukah kau melihatnya?”
Wow”, aku merubah subjek untuk memberiku beberapa waktu. “Uh, Jimmy terlihat sehat”.
Dia tersenyum dan menaruh tangan di sisi kepalaku, menutup jarak antara kami. “Yeah. Dia melakukan dengan baik. Pindah kesini tampaknya sangat baik untuk semua orang. Tampaknya aku bukan satu-satunya yang siap untuk berhenti dari kegaduhan LA. Kami bermain lebih tajan dibanding setahun belakangan. Kami fokus ke hal-hal penting lagi”.
luar biasa”.
sekarang, apa yang Martha katakan padamu, Baby?”
rasa sayang yang datang dengan perasaan akrab yang lama dan hangat. Aku hampir bergoyang, aku sangat bersyukur. “well, kami membicarakan dirimu”.
aku mengerti”.
kurasa aku sedang memahami semuanya”.
Dia mengangguk dengan pelan, membungkuk hingga hidung kami hampir bersentuhan. Keintiman yang sempurna, rasa samar napasnya di wajahku. Kebutuhan untuk dekat dengannya tak pernah hilang. Tak peduli bagaimana aku mencoba untuk mematikannya. Cinta dan patah hati membuatmu bodoh, bahkan putus asa. Hal-hal yang coba kamu katakan pada dirimu sendiri untuk menyelesaikannya, berharap suatu hari kau akan mempercayainya.
baiklah”, ujarnya. “ada yang lain yang bisa ku bantu untukmu?”
Tidak. Kurasa aku hanya ingin mengecekmu benar-benar disini, kurasa”.
aku disini”.
Ya”,
itu tidak berubaj , Evelyn”
Tidak. Kurasa aku mengerti sekarang. Kurasa aku bisa agak lamban mengambil hal-hal ini. Aku hanya tak yakin, kau tau, dengan semuanya yng terjadi. Tapi aku masih mencintaimu”, rupanya aku kembali mengoceh saat aku sadar. Namun dengan David, itu tak apa. Aku aman. “sungguh”.
Aku tau, Sayang. Pertanyaannya adalah kapan kau akan kembali padaku?”
itu sangat besar, kau tau? Itu sangat menyakitkan ketika aku hancur saat terakhir kali”.
Dia mengangguk sedih. “kau meninggalkanku. Kupikir itu adalah hal terburuk yang pernah aku alami”.
aku harus pergi, tetapi juga.... sebagian dari itu adalah aku ingin menyakitimu sebanyak kau menyakitiku, kurasa”, aku memegang tangannya lagu, tetapi aku tidak merasa seakan aku bisa. “aku tak ingin menjadi pendendam seperti itu, tidak denganmu, tidak pernah lagi”.
aku mengatakan beberapa hal buruk padamu malam itu. Kita berdua terluka. Kita hanya harus saling memaafkan dan melepaskannya”.
kamu tidak menulis lagu tentang itu , kan?”
dia memalingkan muka.
Tidak! David”, kataku, terperanjat. “kamu tidak bisa. Itu malam yang sangat buruk”.
pada skala satu sampai sepuluh seberapa marah nya kamu sebenarnya?”
dimana satu adalah perceraian?'
dia memindahkan tubuh bagian bawahnya lebih dekat, menempatkan kakinya diantara tanganku. Tidak lebih dari selembar rambut diantara kami. Aku tak akan pernah menarik napasku pada tingkat ini. Tak akan pernah.
Tidak,” ujarnya, suaranya lembut “kau bahkan tidak ingat kita menikah,jadi perceraian atau pembatalan atau apapun itu tidak pernah terjadi. Itu tidak pernah terjadi. Aku hanya me ngatakan kepada para pengacara untuk tetap mencari kesibukan sebulan terakhir ini sementara aku memahami berbagai hal. Apakah aku lupa menyebutkannya?'
Yeah, iya”, aku tak bisa tahan untuk tidak tersenyum. “jadi apa skala satu?”
Satu adalah sekarang. Ini, kita hidup terpisah dan saling bersedih tanpa satu sama lain”.
itu cukup mengerikan”.
benar”, dia setuju.
apakah itu lagu utama atau kau hanya akan mendorongnya di suatu tempat dan berharap tidak ada orang yang akan memperhatikan? Itu hanya cadangan atau semacamnya , kan? Tidak terdaftar dan di sembunyikan di bagian kahir?”
mari kita berpura-pura bahwa kita telah berbicara membuat lagu menjadi salah satu nama album”.
salah satu diantara semua lagu? Berapa banyak dari album brilianmu yang aku dengar tentang kita?'
aku mencintaimu”
David” aku mencoba mempertahankan wajah marahku tetapi tidak berhasil. Aku tak memiliki kekuatan untuk itu.
bisakah kau percaya padaku?” dia bertanya, wajahnya tiba-tiba serius. “aku ingin kamu mempercayaiku lagi. Tentang lebig dari sekedar lagu. Melihat kekhawatiran di matamu selama ini sungguh membunuhku”
Aku tau” aku mengerutkan kening, merajut jemariku di belakang punggungku. “aku sedang menuju kesana. Dan aku belajar untuk berurusan dengan lagu-lagu itu. Sungguh. Musik adalah bagian besar dari dirimu dan itu adalah pujian yang sangat besar saat kau merasakan dorongan yang begitu kuat denganku. Dan kebanyakan aku hanya menggodamu”.
aku tau. Dan lagu-lagu itu bukan tentang perpisahan kita”.
bukan?'
bukan”.
itu bagus, aku senang”.
Mm”.
Aku menjilat bibirku dan matanya mengamati pergerakannya. Aku menunggu dia untuk menutup jarak diantara kami dan menciumku. Tapi dia tidak melakukannya dan aku juga tidak. Untuk beberapa alasan , itu tidak benar untuk mempercepat ini. Segala sesuatu diantara kami diselesaikan, tidak ada orang yang menunggu di ruangan sebelah. Kami mendekat bersama, bagaimanapun , mendengar suara gemuruh pelannya. Ruby akan bertanya-tanya akan apa yag telah terjadi padaku. Aku juga punya tuga kecil untuk dijalankan sebelum aku kembali.
aku sebaiknya kembali berkerja”. Kataku.
benar”, dia mundur, perlahan. “jam berapa kamu ingin aku menjemputmu malam ini?”
Ah, tujuh?”
kedengarannya bagus”, bayangan menutupi wajahnya. “apakah kau pikir orang tuamu akan menyukai ku?”
aku menarik napas panjang dan menghembuskannya. “aku tak tau. Itu tak masalah. Aku menyukaimu”.
benarkah?”
aku mengangguk.
Cahaya di matanya seperti matahari terbit. Lututku gemetr dan jantung bergertar. Itu kuat , indah dan sempurna.
itu yang terpenting, kalau begitu”, katanya.

LICK CHAPTER SEMBILAN BELAS

David dan aku tidak berbicara setelah itu. Tapi setiap siang setelah aku selesai berkerja dia ada disana, menunggu di seberang jalan. Dia mengawasi ku dari balik topi baseball nya . Sudah siap untuk mengiringi pulang dengan selamat. Itu membuatku jengkel, tapi sama sekali tidak membuatku terancam. Aku mengabaikannya selama tiga hari. Hari ini adalah hari keempat. Dia mengganti jenas hitamnya yang biasa dengan warna biru, dan boots digantikan sneaker. Bahkan dari kejauhan, bagian atas bibir dan juga hidungnya tampak memar. Paparazi masih luput dari aksi ini, meskipun hari ini seseorang bertanya padaku tentang apakah dia ada di kota ini. Hari-harinya bergerak di sekitar Portland tanpa di ketahui mungkin akan segera berakhir. Aku penasaran apakah dia tau.

Ketika aku tidak mengabaikannya seperti aku biasanya, dia melangkah maju. Lalu berhenti. Sebuah truk lewat diantara kami di antara lalu lintas kota yang biasa. Ini gila. Kenapa dia masih disini? Mengapa dia tidak kembali ke Martha saja? Move on sangat mustahil dengan dia disini.
Keputusan telah setengah di buat, aku bergegas menyebrang jalan, menemui dia di trotoar seberang.
Hai”, kataku, tanpa memusingkan tali tas ku sama sekali. “apa yang sedang kau lakukan disini , David?”
dia memasukan tangannya di sakunya, melihat kesekeliling. “aku mengantarmu pulang. Sama seperti yang aku lakukan setiap hari”.
ini kehidupanmu sekarang?”
kurasa”.
huh”, kataku, menyimpulkan keseluruhan situasi dengan sempurna. “Mengapa kau tidak kembali ke LA?”
mata birunya memperhatikanku dengan waspada dan dia tidak langsung menjawab. “istriku tinggal di Portland”.
Jantungku tergagap. Kesederhanaan pernyataannya dan ketulusan di matanya membuatku lengah. Tak satupun dari kami bergegas, malahan kami berjala melewati toko-toko dan restoran, mengintip ke dalam Bar yang baru saja buka malam ini. Aku memiliki firasat buruk bahwa begitu kami berhenti berjalan, kami harus mulai berbicara, jadi berlama-lama sangatlah cocok untukku. Malam musim panas itu berarti ada cukup banyak orang berkeliling.
Sebuah bar Irlandia di sudut jalan sekitar separuh jalan pulang. Musik meraung, beberapa lagu lama The White Stripes. Tangan masih dimasukan di kantongnya, David menunjuk Bar dengan siku. “Mau minum?”
butuh beberapa saat untuk menemukan suaraku. “tentu”.
Dia menuntunku langsung ke meja di belakang, menjauh dari kerumaunan para peminum yang baru pulang kerja yang terus bertambah. Dia memesan dua kaleng Guiness. Begitu birnya tiba, kami duduk diam, menghirup. Setelah beberapa saat,David melepas topinya dan meletakannya di atas meja. Sial, wajahnya sangatlah malang. Aku bisa melihatnya dengan lebih jelas sekarang dan dia tampak seperti memiliki dua mata hitam.
Kami duduk disana menatap satu sama lain dalam semacam kebutuhan yang aneh. Tak satupun dari kami berbicara. Cara dia menatapku, seakan dia juga terluka, seakan dia memang terluka.....aku tak bisa menerimanya. Menunggu untuk menyeret segala kekacauan hubungan ini dalam cahaya sama sekali tidak membantu kami berdua. Saat nya untuk rencana baru. Kami akan menyelesaikan semua dan melanjutkan kehidupan masing-masing. Tak ada lagi luka dan sakit hati. “Kau ingin memberitahu tentang dia?” tanyaku, duduk lebih tegak, mempersiapkan diriku untuk yang terburuk.
Ya, Martha dan aku telah bersama-sama sejak lama. Kau mungkin sudah tau itu, dia adalah orang yang berselingkuh dariku. Orang yang kita bicarakan”.
Aku mengangguk.
kami memulai band saat kami berusia empat belas tahun, Mal, Jimmy, dan aku. Ben bergabung satu tahun setelahnya dan Martha juga . Mereka seperti keluarga”. Ujarnya, alisnya dikerutkan. “mereka adalah kelurga. Bahkan ketika hal-hal menjadi buruk aku tak bisa tidak bisa tidak peduli padanya....”
Kau menciumnya”.
Dia mendengus. “Tidak, dia menciumku. Martha dan aku telah selesai”.
kurasa dia tidak mengerti itu, karena dia masih menelponmu dan semuanya”.
Dia pindah ke New York, tidak lagi berkerja untuk Band. Aku tak tau maksud telponnya itu, aku tidak menelponya balik”.
Aku mengangguk, hanya sedikit merasa tenang. Masalah kami tidak begitu jelas. “apakah hatimu telah mengerti kalau kau telah selesai dengannya? Kurasa , itu hanya kepalamu, iya kan? Hati hanyalah sekumpulan otot yang lain. Konyol untuk mengatakan bahwa hati memutuskan apapun”.
Martha dan aku telah selesai. Kami sudah lama selesai. Aku berjanji”.
walaupun itu benar, bukankah itu hanya membuatku sebagai hadiah hiburan? Percobaan mu kepada kehidupan normal?”
Ev, tidak. Bukan seperti itu”.
Apakah kau yakin tentang itu?” tanyaku, tak percaya akan suaraku. Aku mengambil bir ku, menegak rasa pahit, ale hitam,dan busa krim. Sesuatu untuk menenangkan saraf. “aku sudah menyerah tentang mu”, kataku, suaraku yang menyedihkan, kerdil. Bahuku berada di tempat yang seharusnya, turun. “sebulan. Aku tak benar-benar meyerah hingga hari ke tujuh. Lalu aku tau kau tidak akan datang. Aku tau itu telah berakhir. Karena jika aku sangat penting bagimu, kau akan mengatakan sesuatu pada saat itu , bukan? Maksudku, kau tau aku jatuh cinta padamu. Jadi, kau telah menyingkirkan ku dari kesengsaraan pada waktu itu, bukan?”
dia diam saja.
Kau adalah kumpulan rahasia dan kebohongan, David. Aku menanyaimu tentang anting-anting itu, ingat?”
dia mengangguk.
kau telah berbohong”.
Yeah, aku minta maaf”.
apakah kau melakukan itu sebelum atau setelah peraturan kita untuk selalu jujur? Aku tak bisa mengingat. Itu tampakanya setelah peraturan untuk tidak berselingkuh, bukan?”, berbicara adalah kesalahan. Semua pikiran dan emosi yang bergejolak, yang dia sebabkan, mengikutiku dengan sangat cepat.
Dia tidak mau membalas.
apa cerita di balik anting-anting, itu?”
aku membelinya dengan gaji pertamaku setelah perusahaan rekaman menerima kami”.
Wow. Dan kalian berdua sudah memakainya selama ini. Bahkan setelah dia menyelingkuhimu dan segalanya”.
itu Jimmy” ujarnya, “ dia menyelingkuhiku dengan Jimmy”.
Sialan, kakaknya sendiri. Banyak hal hancur berkeping-keping karena informasi itu. “itulah kenapa kau marah karena menemukan dia dan Groupie itu bersama. Dan ketika kau melihat Jimmy berbicara padaku di pesta itu”.
Ya, itu sudah lama sekali, tapi.....Jimmy muncul kembali di acara Tv. Kami ada di tengan-tengah Tour besar, bermain di spanyol pada saat yang sama. Album kedua baru saja masuk ke top ten. Kami akhirnya benar-benar menarik banyak orang”.
Jadi kau memaafkan mereka untuk menjaga Band tetap bersama?”
Tidak. Tidak persis. Aku baru saja mengerjakan banyak hal. Bahkan saat itu Jimmy terlalu banyak minum. Dia sudah berubah”. Dia menjilat bibirnya, mengamati meja. “aku minta maaf tentang malam itu. Amat sangat menyesal dari yang bisa aku katakan. Apa yang kau alami......aku tau bagaimana itu terlihat. Dan aku membenci diriku karena membohongimu tentang anting-anting, karena masih memakainya saat di Monterey”.
Dia menyentil telingannya dengak kesal. Masih ada luka yang terihat disana dengan kulit yang mengkilap, merah muda, hampir sembuh di sekelilingnya. Itu sama sekali tidak tampak seperti lubang anting-anting yang memudar.
apa yang kau lakukan disana?” tanyaku.
Memotongnya dengan pisau”. Dia mengangkat bahu. “lubang anting butuh waktu bertahun-tahun untuk tumbuh. Membuat potongan baru ketika kau melepasnya sehingga bisa sembuh dengan benar”.
Oh”.
aku menunggu untuk berbicara denganmu karena aku butuh waktu. Kau pergi setelah kau berjanji tidak akan pergi.... itu sangat sulit “.
aku tak pumya pilihan”.
Dia membungkuk padaku, matanya mengeras. “kamu punya pilihan”.
aku baru saja melihat suamiku mencium wanita lain. Dan bahkan kau menolak untuk membicarakannya dengan ku. Kau baru saja berteriak padaku tentang pergi. Lagi”. Tanganku mencengkram tepi meja dengan erat sehingga aku bisa merasakan kuku jariku menekan kayu. “apa yang harus ku lakukan, David? Katakan padaku. Karena aku telah sering memutar adegan itu di kepalaku dan selalu berakhir dengan cara yang sama, dengan kau yang membanting pintu di belakangku”.
Shit”, dia merosot kembali ke tempat duduknya. “kau tau kau yang pergi adalah masalah bagiku. Kau harus tetap bersamaku, memberiku kesempatan untuk menenangkan diri. Kita berhasil saat di Moterey setelah perkelahian di Bar itu. Kita bisa melakukannya lagi”.
Sex yang kasar tidak memperbaiki segalanya. Terkadang kau benar-benar harus berbicara”.
aku mencoba berbicara dengan mu malam itu di klub. Apa itu terpikirkan oleh mu”.
Aku bisa merakan wajahku memanas. Dan itu tambah membuatku kesal.
Fuck, dengar”, ujarnya, menggosok di belakang lehernya. “masalahnya, aku harus meluruskan segalanya di kepalaku, okay? Aku butuh mencari tau apakah kita bersama adalah hal yang benar. Sejujurnya, Ev, aku tak ingin menyakitimu lagi”.
Sebulan dia meninggalkan ku untuk menikmati kesengsaraanku. Itu sudaha da di ujung lidahku untuk mengucapkan teri ma kasih. Atau mungkin untuk menariknya pergi. Tapi ini terlalu serius.
Kau ingin berpikir lurus tentang kita di kepalamu? Itu hebat. Kuharap aku juga bisa melakukan itu di kepalaku”, aku berhenti mengoceh cukup lama untuk meminum bir lagi. Tenggorokanku memberi kertas amplas kompetisi serius.
Dia menahan diri dengan diam, memperhatikanku jatuh dan terbakar dengan ketenangan yang menakutkan.
Jadi, aku hanyalah semacam irama”, aku melihat ke segala penjuru kecuali dia. “apakah itu sudah mencover semua yang ingin kau katakan?'
belum”.
belum? Masih ada lagi?” Kumohon, Tuhan, jangan biarkan lebih banyak lagi.
Yeah”.
katakan” waktunya minum.
Aku mencintaimu”.
Aku meludahkan bir ke seberang meja, keseluruh tangan kami yang bertaut. “sialan”.
aku akan mengambilkan mu lap”, ujarnya,melepaskan tanganku, dan bangun dari kursi nya. Beberapa saat kemudian dia kembali. Aku duduk disana seperti boneka yang tak berguna saat dia membersihkan lenganku kemudian membersihkan meja. Dengan hati-hati, dia menari kursiku, membantuku berdiri dan membimbingku keluar dari Bar. Dehaman suara lalu lintas dan keramaian udara kota membersihkan indra ku. Aku mempunyai ruang untuk berpikir.
Dengan segera kakiku bergerak. Mereka tau apa yang terjadi. Sepatu bootku menginjak trotoar, menempatkan jarak yang serius antara aku dan disana. Berada sejauh mungkin dari dia dan dari yang dia katakan. Namun David tetap di sampingku.
Kami berhenti di sudut jalan dan aku menekan tombol, menunggu lampu jalan. “Jangan katakan itu lagi”.
apakah itu benar-benar kejutan? Kenapa aku sampai melakukan ini? Tentu saja karena aku mencintaimu”.
Tidak”, aku menoleh padanya, wajahnya marah.
Bibirnya membentuk garis yang ketat. “baik , aku tak akan mengatakan itu lagi. Untuk sekarang. Tapi kita harus berbicara lebih banyak lagi”.
Aku menggeram, menggertakan gigiku.
Ev”.
Bangsat. Negosiasi bukanlah kehalian ku. Bukan dengannya. Aku ingin dia pergi. Atau setidaknya, aku cukup yakin ingin dia pergi. Menghilanglah sehingga aku bisa melanjutkan berkabung tentang dia dan kami serta segala sesuatu yang mungkin kami miliki. Hilang sehingga aku tidak perlu memikirkan kenyataan bahwa sekarang dia mengira dia menncintai ku. Omong kosong yang benar-benar emosional. Saluran air mataku menggila tepatnya. Aku menarik napas dalam-dalam mencoba untuk mengendalikan diri.
Nanti, tidak hari ini”, ujarnya, dengan suara yang wajar dan masuk akal. Aku sama sekali tidak mempercayainya.
baik”.
Aku melangkah ke blok lain dengan dia disampingku sampai di persimpangan yang meninggalkan kami kedinginan, meninggalkan ruang untuk percakapan. Dia lebih baik tidak berbicara. Setidaknya sampai aku membersihakan omong kosong ku dan mengerti segalanya. Aku merapihkan rok pencil ku, menyelipkan rambutku ke belakang, gelisah. Lampu rambu-rambu itu terasa selamanya. Sejak kapan Portland berbalik melawanku? I ini tidak adil.
kita belum selesai”. Ujarnya. Itu terdengar sepeti ancaman dan juga janji.

**
pesan pertama datang pada tengah malam, ketika aku sedang berbaring di tempat tidur, membaca. Atau berusaha untuk membaca. Karena mencoba untuk tidur telah menjadi bangkai. Perkuliahan segera kembali tetapi aku merasa sulit untuk menaikan antusiasme ku yang biasa tentang kuliahku. Aku memiliki perasaan terburuk bahwa benih keraguan yang telah di tanam David tentang pilihan karir ku telah mengakar di otakku. Aku menyukai arsitektur, tapi aku tidak mencintainya. Apakah itu penting? Sayangnya, aku tak memiliki jawaban. Terlalu banyak alasan- beberapa omong kosong dan beberapa valid- tetapi tidak ada jawaban.
David mungkin akan mengatakan bahwa aku bisa melakukan apapun yang aku inginkan. Aku tau dengan sangat baik apa yang akan ayahku katakan. Itu tidak akan indah.
Aku sudah menghindari menemui orang tua ku sejak aku kembali. Cukup mudah untuk dilakukan mengingat aku telah menutup ceramah yang ayaku coba berikan padaku di hari kedua setelah aku kembali. Hubunganku telah membeku sejak saat itu. Kejutan yang sebenarnya adalah aku tidak terkejut. Mereka tidak mendorong apapun yang tidak secara langsung mendukung rencana mereka. Dan ada alasan kenapa aku tak pernah menelpon balik mereka ketika aku di Moterey. Karena aku tak bisa memberitahu mereka hal-hal yang ingin mereka dengar lagi, dan tampaknya lebih aman dengan tetap diam.

Nathan telah ikut campur tentang orang tua ku, yang mana itu aku apresiasi, tapi waktu telah habis. Kami semua di panggil untuk makan malam besok malam. Kupikir pesan itu dari ibu yang akan memastikan aku tidak menghindarinya. Terkadang dia bergadang menonton film hitam putih ketika obat tidurnya tidak berkerja.
Aku salah.
David : dia mengejutkan ku ketika dia menciumku. Itu sebabnya aku tidak langsung menghentikannya. Tetapi aku tidak menginginkannya.
Aku menatap ponselku, mengerutkan kening.
David : kau disana?
Aku: ya
David : aku perlu tau bahwa kau mempercayai semua tentang Martha.
Benarkah? Aku menarik napas, mencari ke dalam. Ada rasa frustasi, banyak kebingungan, tetapi ada kemarahanku yang akhirnya mereda sendiri setelah sekian lama. Karena aku tidak ragu bahwa dia telah mengatakan yang sebenarnya.
Aku : aku mempercayaimu.
David: terima kasih. Aku tetap memikirkan lebih. Maukah kau mendengar?
'Aku : ya.
David : orang tuaku menikah karena Jimmy. Ibu pergi ketika aku berusia dua belas tahun. Dia pemabuk.
David: Jimmy telah membayar nya agar tetap diam. Dia telah menanggungnya selama bertahun-tahun.
Aku : Holy Hell !!
David : Yeah. Aku sudah mendapatkan pengacara untuk itu sekarang.
Aku ; senang mendengarnya.
David : Kami mempensiunkan Dad di Florida. Aku memberitahu dia tentang mu. Dia ingin bertemu.
Aku : sungguh? Aku tak tau harus berkata apa....
David : bisakah aku datang?
Aku : kau disini?'
aku tidak menunggu balasannya. Melupakan celana pendek piyamaku dan kaos tua yang kusam, karena di cuci berkali-kali sehingga warna aslinya memudar. Dia hanya harus menghampiriku ketika dia menemukanku. Aku membuka kunci pintu depan apartemen kami dan menuruni tangga dengan kaki telanjang, ponselku masih di tanganku. Benar saja, bayangan yang menjulang tinggi melalui kaca buram pintu depan gedung. Aku mendorong pintu terbuka dan mendapati dia duduk di tangga. Di luar, malam lengang, penuh kedamaian. Sebuah SUV mewah diparkir di pinggir jalan.
Hei”, katanya, jarinya sibuk di layar ponselnya, ponselku berbunyi.
David : ingin mengucapkan selamat malam.
Oke”, kataku, mendongak dari layar. “Ayo masuk”
Satu sisi mulutnya terangkat dan dia menatapku. Aku bertemu dengan tatapannya, dan menolak untuk membuat tidak sadar diri. Dia tampaknya tak terganngu dengan gaya pakaian tidur ku yang lusuh. Jika pun ada, senyumnya meningkat, matanya memanas. “Kau akan pergi tidur”.
Aku baru saja membaca. Tidak bisa tidur”.
apakah kakakmu disini?”, dia berdiri dan mengikutiku menaiki tangga, sepatunya menekan keras lantai kayu tua. Aku setengah berharap Mrs Lucia yang tua dari lantai bawah untuk keluar dan berteriak, itu adalah hobinya.
Tidak”, ujarku, menutup pintu di belakang kami. “Dia dan Lauren Keluar”.
Dia melihat sekeliling apartemen dengan penuh minat. Seperti biasa dia mengambil semua ruang. Aku tak tau bagaimana dia melakukannya. Itu seperti trik pesulap. Entah bagaimana caranya dia terlihat lebih besar dari yang sebenarnya. Dan lelaki itu tampak tidak kecil dari awal. Tanpa tergesa-gesa sama sekali, tatapannya bergerilya ke sekitar ruangan, mengamati dinding pirus terang (Lauren yang mengecatnya) dan rak buku yang di tumpuk rapi (aku yang melakukannya).
apakah ini kamarmu?” tanyanya, mencondongkan kepalanya ke kamarku.
Ah, iya. Agak sedikit berantakan sekarang”, aku menyelinap melewati dia dan mulai membersihkan dengan cepat, mengambil buku-buku dan puing-puing lainnya yang tersebar di lantai. Seharusnya aku meminta dia menunggu lima menit sebelum dia datang, ibuku akan ngeri melihat ini. Sejak kembali dari LA aku mebiarkan duniaku jatuh dalam kekacauan. Itu sesuai dengan kondisi pikiranku yang lemah. Bukan berarti David perlu melihatnya. Aku perlu membuat rencama untuk membersihkan tindakanku dan benar-benar menaatinya kali ini.
aku biasanya terorganisir”, kataku. Menggapai-gapai, melakukan posisi mundur untuk apapun yang ada di belakangku.
itu tidak lah penting”.
ini tak akan memakan waktu lama”.
Ev”, ujarnya, memegang pergelangan tanganku dengan cara yang sama dengan tatapannya yang mengurungku. “aku tak peduli. Aku hanya ingin berbicara denganmu”.
Sebuah pikiran mengerikan tiba-tiba muncul di benakku.
apakah kau akan pergi?” tanyaku, baju kerja kotor hari ini mencengkram tanganku yang tiba-tiba gemetar.
Pegangannnya menegang di pergelangan tanganku. “kamu ingin aku pergi?”
Tidak. Maksudku, apakah kau akan meninggalkan Portland? Apakah ini alasan kenapa kau disini, untuk mengucapkan selamat tinggal?”
Tidak”.
Oh”. Himpitan yang menghimpit tulang rusukku yang telah mencapai jantung dan paru-paruku sedikit melonggar. “Okay”.
darimana itu datangnya?” ketika aku tidak menjawabnya dia menarikku dengan lembut ke arahnya. “Hei”.
Aku mengambil langkah enggan ke arahnya, menjatuhkan cucian kotor. Dia menekan lagi, duduk di tempat tidur, dan menarikku duduk di sampingnya. Aku agak tersandung dengan pantat ku di kasur double ini alih-alih melakukannya dengan cara yang anggun. Cerita hidupku. Objek tercapai, dia melepaskan genggamannya padaku. Tanganku mengepal di tepi tempat tidur.
Jadi, kau mendapat ekspresi aneh di wajahmu, dan kemudian kau bertanya padaku apakah aku akan pergi”. Katanya, mata bbiru nya sendu. “mau menjelaskan?”
kau belum pernah muncul di tengah malam sebelumnya. Kurasa aku bertanya-tanya apakah ada lebih dari sekedar mampir”.
Aku berkendara ke Apartemenmu dan aku melihat lampumu masih menyala. Kupikir aku akan mengirimmu pesan, melihat bagaimana suasana hatimu setelah pembicaraan kita hari ini”. Dia mengusap dagunya yang berjenggot dengan telapak tangannya. “plus, seperti yang aku katakan , aku terus memikirkan hal-hal yang perlu aku katakan padamu”.
Kau sering berkendara ke apartemenku”.
Dia memberiku senyum masam. “hanya beberapa kali. Ini caraku mengucapkan selamat malam padamu”.
bagaimana kau tau jendela yang mana yang milikku?”
Ah, well, pada waktu aku berbicara pada Lauren ketika aku pertama kali sampai di kota? Dia memiliki lampu menyala di ruangan lain. Jadi yang satunya harusnya milikmu”, dia tidak menantapku, malahan memilih untuk mengamati foto-foto ku dan teman-temanku yang terpasang di dinding. “Kau marah aku berkeliling ke sekitar?”
Tidak” jawabku sejujurnya. “kurasa aku sudah kehabisan amarah”.
sungguh?”
Yeah”.
Dia menghembuskan napas pelan dan menatapku kembali, tanpa mengatakan apapun. Memar gelap masih berada di bawah matanya, meski hidung bengkaknya sudah kembali ke ukuran normal.
Aku benar-benar minta maaf karean Nate memukulmu”.
Jika aku adalah kakakmu, aku akan melakukan hal yang sama persis”. Dia mengaitkan siku di lututnya, tetapi terus menghadap ke arahku.
sungguh?”
tak diragukan”.
Laki-laki dan kecendrungan mereka untuk berkelahi, itu tak mengenal akhir.
Keheningan terseret keluar. Ini tidak benar-benar tidak nyaman. Setidaknya kami tiak bertengkar atau mengulangiadegan putus kami sekali lagi. Menjadi sakit hati dan marah sudah terlalu melelahkan.
bisakah kita bersantai saja?” tanyaku.
baiklah. Coba lihat ini” dia mengambil iphone ku dan mulai mengaduk-aduk file musik ku. “dima earbudnya?”
aku bangkit dan mengambilnya di antara sampah di mejaku. David memasangnya saat itu, memberiku earbud. Aku duduk disampingnya, ingin tau apa yang dipilih dari musikku. Ketika hentakan, irama yang menghentak dari 'Jackson' miliknya Johni Cash dan June Carter di mulai, aku memandangnya geli. Dia menyeringai dan mengucapkan lirik. Kami memang menikah karena demam.
kau mengolok-olokku?”
kilasan geli melintas di matanya. “aku mengolok-olok kita”.
cukup adil”.
apa lagi yang kau punya disini”.
Cash dan Carter selesai dan dia melanjutkan mencari lagu-lagu. Aku mengamati wajahnya, menunggu reaksi nya atas selera musikku. Yang aku dapati adalah dia menguap”.
mereka tidak seburuk itu”, aku protes.
maaf. Hari yang melelahkan”.
David, jika kau lelah. Kita tidak perlu __”
tidak, aku baik-baik saja. Tapi jika kau tidak keberatan aku ingin berbaring?”
David di tempat tidurku, dia sudah di tempat tidurku tapi.... “baiklah”.
Dia memberiku tatapan tajam tetapi mulai menarik sepetu kets nya. “kau hanya bersikap sopan?”
tidak, tidak apa-apa. Dan , maksudku, secara legal tempat tidur ini setengahnya masih milikmu,” candaku, menarik lepas earbud sebelum dia bergerak untuk melakukannya untukku. “kamu juga berbaring? Kita tidak bisa berbagi musik jika ku tidak berbaring”.
Aku merangkak dan berbaring di sampingnya , menggeliat sedikit, membuat diriku nyaman. Itu, bagaimanapun juga, tempat tidurku. Dan dia akan jadi satu-satunya lelaki yang pernah berbaring di atasnya. Bau harum sabunnya datang padaku, bersih dan hangat, dan khas David. Sangat nikmat, aku ingat. Untuk kali ini, rasa sakit tampaknya tidak melekat pada ingatan. Aku menilik ke dlam kepalaku, memeriksa ulang. Ketika aku mengatakan bahwa aku sudah kehabisan amarah ,, itu ternyara tidak lebih dari kebenaran. Kami memiliki masalah kami, tapi dia yang menyelingkuhiku bukanlah salah satu dari itu. Aku tau itu sekarang dan itu sangatlah berarti.
kemarilah”. Dia mengulurkan ear bud dan mulai bermain-main dengan ponselku lagi.
Bagaimana keadaan Jimmy?” aku berguling ke sisiku, perlu melihatnya. Gari hidung dan rahangnya yang kuat , lekukan bibirnya. Sudah berapa kali aku menciumnya? Tidak cukup untuk bertahan jika untuk tidak pernah melakukan lagi.
Dia melakuikan jauh lebih baik. Tampak nya dia benar-benar sudah sembuh. Kurasa dia akan baik-baik saja”.
itu berita bagus”.
setidaknya dia mengungkapkan masalahnya dengan sejujurnya”, ujarnya, nadanya berubah pahit. “ibu kami adalah bencana dari apa yang bisa aku dengar. Tapi kemudian, dia selalu begitu. Dia selalu membawa kami ke taman karena dia butuh mencetak angka. Dia menjadi layang-layang malam lingkungan sekolah orang tua serta guru-guru.
Aku menutup mulut, membiarkan dia mencurahkan. Hal terbaik yang bisa aku lakukan adalah berada disana dan mendengarkannya. Rasa sakit dan kemarahan di suaranya sangat memilukan. Orang tua ku memiliki masalah kesombongan, tentu saja, tapi tidak seperti ini. Masa kecil David sangat lah buruk. Jika saja aku bisa menampar ibunya karena menyakitinya saat ity , aku akan melakukannya. Dua kali lipat.
ayah mengabaikannya selama bertahun-tahun. Dia bisa. Dia adalah sopir truk jarak jauh, berada jauh hampir sepanjang waktu. Jimmy dan aku lah yang harus selalu berkutat dengan masalah ibuku. Beberapa kali kami pulang hanya untuk mendapati dia mengocehnkan segala macam hal dan pingsan di sofa. Tidak ada makanan karena dia menghabiskan banyak uang untuk membeli pill. Kemudian suatu haru kami pulang dari sekolah mendapati dia dan tv hilang”. Dia menatap kosong, wajahnya murung. “dia bahkan tidak meninggalkan pesan. Sekarang dia kembali dan dia menyakiti Jimmy. Itu membuatku gila”.
itu pasti sangatlah berat untukmu”, kataku, “mendengar tentang ibumu dari Jimmy”.
Satu bahunya sedikit terangkat. “Jimmy tidak seharusnya berurusan dengan dia sendirian. Katanya dia ingin melindungiku. Sepertinya kakakku bukanlah bajingan yang egois”.
Terima kasih sudah mengirimi ku pesan”.
okay. Apa yang ingin kau dengarkan?” perubahan topik yang tiba-tiba menyadarkanku bahwq dia tidak ingin membicarakan keluarganya lagi.. dia menguap lagi, rahangnya bergemeletuk. “Maaf”.
The Saint Jhons”.Dia mengangguk, membolak-balik menemukan satusatunya lagu yang kumiliki. Petikan gitar yang lebut, mengisi kepalaku. Dia meletakkan ponsel di dadanya dan kelopak matanya mulai turun. Seorang pria dan seorang wanita bergantian bernyanyi tentang kepala dan hati mereka. Sepanjang itu, wajahnya tetap tenang, rileks. Aku mulai bertanya-tanya apakah dia tertidur. Tetapi ketika lagu selesai dia berbalik untuk melihatku.
bagus. Agak sedih”, ujarnya.
kau tidak berpikir mereka akan bersama pada akhirnya?”
dia, juga, berguling ke sisinya. Tidak lebih lebar dari lebar tangan diantara kami. Dengan tatapan ingin tau, dia menyerahkan ponsel padaku. “mainkan aku lagu yang kau suka”.
Aku menggulir layar, mencoba memutuskan apa yang harus kumainkan untuknya. “aku lupa memberitahu mu, seseorang berkata mereka telah melihatmu hari ini. Anonimitas mu mungkin akan segera berakhir”
dia menghela napas. “hal itu akan terjadi cepat atau lambat. Mereka hanya harus terbiasa dengan aku yang berada di sekitar”.
Kamu benar-benar tidak pergi?”, aku benar-benar mencoba agar suaraku tetap jelas tapi itu tidak berhasil.
Tidak. Aku tak kan pergi”. dia menatapku dan aku hanya tau dia melihat segalanya. Semua ketakutan dan impianku dan harapan ku bahwa aku melakukan yang terbaik untuk menyembunyikannya , bahkan pada diriku sendiri. Tapi aku tak bisa menyembunyikan dari dia walaupun aku mencoba. “okay?'
okay”, kataku.
Kamu bertanya padaku, apakah kau adalah usahaku untuk jadi normal. Aku ingin kau mengerti, bahwa itu sama sekali bukan. Bersamamu, apa yang kurasakan tentangmu, itu membuatku jatuh cinta. Tapi karena itu aku mempertanyakan segakanya. Itu membuatku ingin membuat segakanya lebih baik. Membuatku ingin menjadi lebih baik. Aku tidak bisa bersenbunyi dari segala macam omong kosong dan membuat-buat alasan ketika aku datang padamu. Tak satupu n dari kita senang dengan hal-hal seperti itu dan aku ingin kamu bahagia....” dahinya berkerut dan alis gelapnya tertarik. “apakah kamu mengerti?”
kurasa begitu”, aku berbisik, merasakan begitu banyak untuknya saat ini, dan aku tak tau jalan yang menuju kemana.
Dia menguap lagi, rahangnya bergemeretak. “maaf. Fuck, aku kelelahan. Apa kau keberatan jika aku memejamkan mataku untuk lima menit?'
tidak”,
dia memejamkan mata. “mainkan lagu yang lain?”
sedang kulakukan”.
Aku memainakn untuknya “Revelator” nya Gillian Welch, lagu terlama, dan paling menenangkan yang aku temukan. Kurasa dia sudah tertidur setengah jalan. Sosoknya rileks dan napasnya semakin dalam. Dengan hati-hati aku melepaskan earbud dan meletakan ponsel. Aku menyalakan lampu samping tempat tidur dan mematikan lampu utama, menutup pintu sehingga Lauren dan Nate yang pulang tidak akan membangunkannya. Lalu aku berbaring dan hanya menatapnya. Aku tidak tau berapa lanma. Dorongan untuk mengelus wajahnya atau menyusuri tatonya membuat jariku gatal, tapi aku tak ingin membangunkannya. Dia jelas membutuhkan tidur.
Ketika aku bangun di pagi hari dia telah pergi. Kekecewaan adalah rasa pahit. Aku baru saja mendapatkan tidur malam yang terbaik yang aku miliki selama beberapa minggu, tanoa mimpi menegangkan dan mimpi-mimpi yang biasanya aku rasakan kahir-akhir ini. Kapan dia pergi? Aku berguling terlentang dan sesuatu berkerut, mengeluh keras. Dengan satu langkah , aku mengambil selembar kertas. Itu jelas dirobek dari salah satu buku catatanku. Pesannya singkat tetapi indah.
Aku masih belum meninggalkan Portland.


lick 18

Aku terlambat berkerja. Bergegas seperti orang gila berusaha bersiap-siap. Aku berlari ke kamar mandi, melompat ke shower. Memberikan gosokan yang baik di wajahku untuk membersihkan sisa-sisa make up semalam. Hal-hal yang mengerikan, berkerak. Itu akan mengganjarku dengan jerawat dari neraka. Semalam adalah mimpi yang aneh. Tapi ini adalah kehidupan nyata. Bekerja dan kuliah dan teman-temanku. Rencanaku untuk masa deoan. Itu adalah hal-hal yang penting. Dan jika aku terus mengatakan pada diriku bahwa, semuanya akan baik-baik saja, dan keren suatu saat nanti.
Ruby tidak terlalu memikirkan apa yang kami kenakan saat berkerja di luar T-shirt Cafe resmi. Awalnya hanya sebuah alternatif. Dia berencana menjadi seorang penyair tetapi akhirnya mewarisi kedai kopi bibinya di distrik Pearl. Perkembangan kota telah menaikan harga properti dan Ruby menjadi pengusaha yang cukup kaya. Sekrang dia menulis puisinya di dinding kafe. Kurasa kau tidak akan menemukan bos yang lebih baik. Namun telat tetaplah telat. Dan itu tidak baik.
Aku akan tetap mengkhawatirkan akan apa yang terjadi antara aku dan David di gang itu. Menghidupkan kembali momen dimana dia memberitahuku bvahwa dia menganggap kami masih menikah. Tidur akan jauh bermanfaat. Sayang sekali otakku tak mau tertidur.
Aku memakai rok pensil hitam , kaos resmi kafe, dan sepasang flat. Selesai. Tidak akan ada yang dapat menutupi sembab di bawah mataku. Orang-orang telah terbiasa dengan ku akhir-akhir ini. Butuh setengah batang concealar untuk menutupi memar di leherku.
Aku meraung keluar dari kamar mandi dalam uap panas, di waktu yang sama aku melihat Lauren melenggang dari dapur, senyum lebar di wajahnya. “kamu terlambat untuk berkerja”.
Ya”.
Aku mengcangklongkan tas tanganku di bahuku, meraih kunciku dari atas meja dan bersiap pergi. Tak ada waktu untuik ini. Tidak sekarang. Tak ada kemungkinan. Aku tak bisa membayangkan dia punya alasan cukup bagus untuk berada di sisi David. Hampir satu bulan ini dia menghabiskan banyak malam di sisiku, membiarkan ku memaki-maki David ketika aku butuh melakukan itu. Karena terkadang, itu semua harus di luapkan. Seringkali ku katakan pada Lauren bahwa aku tak berhak memiliki teman seperti dia, dan dia memberikan ciuman kuat di pipi. Kenapa dia mengkhianatiku sekarang? Aku menuruni tangga dengan ekstra hentakan.
Ev, tunggu”, Lauren berlari mengejarku saat aku bergegas menuruni tangga depan.
Aku berbalik ke arahnya, kunci rumah ke pegang seakan itu adalah senjata. “kau memberitahunya keberadaanku semalam”.
apa yang harusnya kulakukan?”
Oh, aku tak tau. Tidak memberitahu dia? Kau tau aku tak ingin bertemu dengan dia”, aku menatapnya dan menyadari segala hal yang tak kuinginkan. “rambut tertata dan ber make-up di jam seperti ini? Sungguh, Lauren? Apa kau mengharapkan dia ada disini mungkin?”
dagunya mengkerut saat dia memiliki kesadaran untuk merasa malu pada akhirnya. “Maafkan aku. Kau benar, aku terbawa suasana. Tapi dia disini untuk menembus kesalahannya. Kupikir kau setidaknya mungkin ingin mendengar apa yang dia katakan”.
Aku menggelengkan kepalaku, amukan menggelegak dalam diriku. “ bukan urusanmu”.
kamu telah sengsara. Apa yang harus aku lakukan?” dia melemparkan tangannya ke atas. “dia berkata dia datang untuk memperbaiki. Aku percaya padanya”.
Tentu saja, dia David Ferris. Idola mu sejak remaja”.
Tidak. Jika disini tidak untuk mencium kakimu, aku akan membunuhnya, tak peduli siapa dia, dia telah menyakitimu”, Lauren tampak tulus, mulutnya mencuat dan matanya membesar. “aku minta maaf karena berdandan pagi ini. Itu tak akan terjadi lagi”.
Kau terlihat hebat. Tetapi kau membuang-buang waktumu. Dia tidak akan disini. Itu tidak akan terjadi”.
Tidak? Jadi siapa yang memberimu monster di lehermu?”
aku bahkan tak perlu menjawabnya. Sial. Matahari telah naik ke atas kepala, menghangat kan hari.
Jika ada kemungkinan kau berpikir bahwa dia orangnya” ujarnya, membuat perutku melilit. “jika kalian berdua bisa menyelesaikan masalah ini entah bagaimana caranya.... dia adalah satu-satunya yang pernah mendapatkan dirimu. Caramu berbicara tentang dia...”
kami hanya bersama beberapa hari”
kau sungguh berpikir itu penting?”
Iya. Tidak. Aku tak tau” aku berdalih. Itu tidaklah cantik. “kami tak pernah masuk akal, Lauren. Bahkan dari hari pertama”.
Gah” ujarnya, membuat suara tercekik untuk menyertainya. “ini tentang rencana sialanmu, bukan? Biarkan aku memberitahumu tentang sesuatu. Kau tak perlu masuk akal. Kau hanya perlu ingin bersama dan bersedia melakukan apapun untuk mewujudkannya. Ini luar biasa sederhana. Itu cinta, Ev, saling mengutamakan satu sama lain. Tak peduli jika kau cocok atau tidak ke dalam rencana sialan yang membuat ayahmu mencuci otakmu dan mempercayai bahwa itu adalah hal yang inginkan dalam hidup”.
ini bukan tentang rencana”, aku menggosok wajahku dengan tanganku, menahan air mata frustasi dan ketakutan. “dia menghancurkan ku. Ini terasa seakan dia telah menghancurkanku. Bagaimana bisa seseorang rela untuk mendapat kesempatan itu lagi?”
Lauren menatapku, matanya terang. “aku tau dia menyakitimu. Jadi hukumlah si bajingan itu, buat dia tetap menunggu. Si brengsek itu, berhak atas itu. Tapi jika kau mencintainya, maka dengarkan lah apa yang ingin dia katakan”.
Mungkin aku menyikapinya dengan dada yang dingin dan kencang, serta mata yang membengkak. Mendapati hatimu hancur seharusnya datang bersama beberapa hal positif , beberapa perspektif yang mengimbangi hal yang buruk. Aku seharusnya lebih bijak, lebih tangguh, tetapi aku tak merasakan saat-saat itu. Aku mengguncang kunci rumahku. Ruby akan membunuhku. Aku harus mengorbankan perjalananku yang biasa dan naik trem untuk mendapatkan harapan dari neraka agar bokong sebesar Texasku tidak di pecat. “saya harus pergi”.
Lauren mengangguk, memasang wajah. “kau tau aku sangat mencintaimu melebihi cintaku padanya. Tak perlu di pertanyakan”.
Aku mendengus. “Thanks”.
tapi apakah kamu tidak menyadari bahwa kamu tak akan sekesal ini jika kamu belum mencintainya walaupun sedikit?”
aku tak suka kau menjadi masuk akal di jam segini di pagi hari. Hentikan”.
Dia mundur selangkah, memberiku senyuman. “kau selalu ada untukku ketika aku membutuhkan. Aku tak akan berhenti mengganggumu hanya kerena kau tidak suka dengan apa yang kau dengar. Terimalah itu”.
aku mencintaimu, Lauren.
Aku tau, keturuna Thomas selalu tergila-gila padaku. Itulah kenapa, kakakmu melakukan hal ini.....”
aku melarikan diri dari suara tawa jahatnya.
Pekerjaan berjalan lancar. Dua orang cowok mengajakku ke frat party yang akan di adakan. Aku tak pernah menerima undangan apapun sebelum bersama David. Karena itu aku menolak setelah dengan David. Kalau aku memang benar telah pasca David. Siapa yang tau? Berbagai orang mencoba untuk mendapatkan tanda tangan atau informasi dan aku menjual kopi dan kue sebagai gantinya. Kami tutup menjelang senja.
Sepanjang hari aku sudah gelisah, bertanya-tanya apakah dia akan datang. Besok adalah hari ini, tetapi aku tidak melihat tanda apapun dari nya. Mungkin dia berubah pikiran. Pikiranku beruabah dari menit ke menit selanjutnya. Janji ku padanya untuk tidak memutuskan adalah keputusan yang aman.
Kami baru saja mengunci pintu ketika Ruby menusuk tulang rusukku dengan sikunya. Mungkin sedikit lebih keras dari yang dia maksudkan karena aku cukup yakin aku menderita cedera ginjal.
dia benar-benar disini”, desisnya, mengangguk pada David yang memang sedang mengintai di dekatnya, menunggu. Dia ada disini seperti yang dia katakan. Rasa gugup yang menyenangkan mengembang dalam diriku. Dia mengenakan topi baseball dan jenggot, dia berbaur dengan baik. Apalagi dengan potongan rambutnya. Hatiku sedikit terisak karena dia kehilangan rambut panjangnya. Tetapi aku tak akan pernah mengakuinya. Amanda sudah memberitahu Ruby tentang kemunculan David semalam. Mengingat kurangnya paparazi dan penggemar yang berteriak di sekitarnya, kehadirannya pastinya masih menjadi rahasia dari penduduk kota.
Aku menatapnya, tidak yakin bagaimana rasanya. Tadi malam di klub itu nyata. Disini dan sekarang, ini lah diriku dalam kehidupan normal. Melihat dia di dalamnya, aku tak tau apa yang aku rasakan. Menggelisahkan adalah kata yang tepat.
apakah kau ingin bertemu dengannya?” tanyaku.
Tidak, aku menyimpan penilaianku. Dan kurasa bertemu dengannya akan membuatku menyimpang. Dia sangat menarik, kan?” Ruby menatap David perlahan, berlama-lama di atas celana Jeansnya yang lebih panjang dari seharusnya. Dia memiliki fetish tentang paha pria. Pemain sepakbola akan membuatnya heboh. Aneh bagi seorang penyair, tetapi aku benar-benar sadar tidak ada sesuatu yang benar-benar cocok untuk jenis tertentu. Semua orang memiliki keanehan tersendiri.
Ruby terus menatap David seperti daging di pasar. “Mungkin jangan menceraikannya”.
Kamu terdengar tidak memihak. Sampai jumpa lagi”.
Tangannya mengait lenganku. “tunggu. Jika kau tetap bersamanya, apakah kau masih akan berkerja untukku?”
Iya. Aku bahkan akan berusaha lebih tepat waktu. Selamat malam, Ruby”.
Dia berdiri di trotoar, tangannya dimasukkan ke kantong celana jeansnya. Melihatnya terasa seperti sedang berdiri di tepi tebing. Suara kecil dibelakangku berbisik tentang konsekuensinya, kau tau mungkin kau bisa terbang. Jika kau tak bisa, bayangkan serunya terjatuh. Akal, disisi lain, menjerit-jerit dan membunuhku.
Pada titik dimana tepatnya aku bisa memutuskan bahwa aku akan menjadi gila?
Evelyn”.
Semuanya terhenti. Jika dia tau apa yang terjadi padaku ketika dia menyebutkan namaku seperti itu, aku telah usai. Tuhan , aku merindukannya. Sepertinya ada bagian dari diriku yang menghilang. Tapi kini setelah dia kembali aku tak tau bagaimana kami bisa bersatu lagi. Aku tak tau apakah kami bisa.
Hai”, kataku.
Kau terlihat lelah”, katanya, mulutnya mengarah ke bawah. “maksudku kau terlihat cantik, tentu saja. Tapi...”
Tidak apa-apa” aku mempelajari trotoar sambil mengambil napas dalam-dalam. “ini adalah hari yang sibuk”.
jadi ini tempatmu berkerja?”
Ya”.
Kafe Ruby tenang dan kosong. Lampu-lampu kecil berkerlap-kerlip di jendela -jendela di samping pamflet yang di tempelkan pada kaca iklan ini dan itu. Lampu jalan berkerlap kerlip di sekitar kami.
Terdengar bagus. Dengar kita tak perlu bicara sekarang”, katanya. “aku hanya ingin me ngantarmu pulang”.
Aku menyilangkan tangan di atas dadaku. “kau tidak perlu melakukan itu”.
itu tidak seperti sebuah tugas. Biarkan aku mengantarmu pulang , Ev, Please”.
Aku mengangguk dan setelah beberapa saat memulai langkah ragu-ragu di jalanan kota. David melangkah di sampingku. Apa yang harus di bicarakan? Setiap topik sepertinya sudah pernah dibicarakan. Sebuah lubang terbuka penuh dengan pertaruhan yang tajam tergeletak di setiap sudut. Dia terus memandangku dengan tatapan curiga. Membuka mulutnya kemudian menutupnya. Rupanya situasi ini menyebalkan bagi kami berdua. Aku tak bisa membuat diriku membicarakan LA. Semalam terlihat seperti teritori yang lebih aman. Tunggu. Tidak, bukan. Membicarakan kembali sex di gang tak akan pernah lulus ujian kecerdasaan.
Bagaimana harimu?” dia bertanya “selain sibuk”.
Mengapa aku tak memikirkan sesuatu yang tidak berbahaya seperti itu?
Ah,baik. Beberapa pasang gadis datang dengan barang-barang yang mereka ingin kau tanda tangani. Beberapa orang ingin memberimu Demo Tape mereka dari band Garage-Reggae-Blues mereka. Salah satu atlet terkenal dari kampus datang untuk memberitahuku nomor ponselnya. Dia pikir kami bisa bersenang-senang kapan-kapan”, aku mengoceh, mencoba meringankan suasana.
Wajahnya menjadi bergetar, alis gelapnya tertarik rapat. “sialan. Itu sudah sering terjadi?'
dan aku adalah idiot yang telah membuka mulutku. “itu bukan masalah besar, David. Aku mengatakan padanya bahwa aku sibuk dan dia pergi”.
Emang sudah seharusnya”, dia menjulurkan dagunya, memberiku tatapan lama. “kau mencoba membuatku cemburu?”.
Tidak. Mulutku mengoceh begitu saja tanpa dipikir terlebih dahulu. Maaf. Semuanya cukup rumit”.
aku cemburu”.
Aku memandangnya dengan terkejut. Aku tak tau mengapa. Dia sudah mengatakan dengan jelas semalam bahwa dia disini untukku. Tetapi pengetahuan bahwa aku tak sendirian di tebing curam, berpikir untuk melepaskan diri.....ada banyak kenyamanan dalam hal itu.
Ayo” ujarnya, melanjutkan berjalan. Di tikungan kami berhenti, menunggu lalu lintas berhenti.
aku mungkin akan menyuruh Sam kesini untuk menjagamu” katanya. “aku tak ingin orang-orang mengganggumu berkerja”.
sesukanya aku pada Sam, dia bisa tetap tinggal ditempatnya. Orang normal tidak membawa pengawal saat berkerja”.
Dahinya berkerut tetapi dia diam saja. Kami menyebrang jalan, melanjutkan. Sebuah trem melintas, semuanya menyala. Aku lebih suka berjalan, menikmati beberapa saat di luar setelah seharian di dalam. Ditambah, Portland sangatlah indah : kafe-kafe, tempat-tempat pembuatan bir dan sebuah hati yang aneh. Terimalah itu, LA.
Jadi apa yang kau lakukan hari ini?” aku bertanya,membuktikan pada diriku sendiri sebagai pemenang penuh dalam pertaruhan obrolan kreatif.
hanya berkeliling kota, mengecek beberapa hal. Aku tak sering berperan sebagai turis. Kita akan belok kiri dari sini” katanya, mengubah dari jalan normal yang biasanya ku lalui.
Kemana kita akan pergi?”
Tunggulah disini. Aku akan mengambil sesuatu” dia mengantarku ke tempat Pizza yang terkadang aku datangi bersama Lauren. “Pizza adalah satu-satunya hal yang aku tau kau pasti makan. Mereka pun bersedia menempel setiap sayuran yang bisa aku pikirkan, jadi ku harap kau akan menyukainya”.
Tempat ini hanya seperempet penuh karena baru jam awal buka. Dinding bata polos dan meja hitam. Sebuah jukebook megalunkan sesuatu dari The Beatles. Aku berdiri di ambang pintu , ragu-ragu untuk melangkah lebih jauh dengannya. Pria itu mengangguk pada David dan mengambil pesanan dari penghangat di belakangnya. David berterima kasih padanya dan kembali ke arahku.
kamu tak harus melakukan itu”, aku melangkah keluar ke jalan, memberikan tatapan mencurigakan ke kotak Pizza.
ini hanya pizza,Ev”, katanya, “rilex. Kau bahkan tak perlu memintaku untuk berbagi denganku jika kau tak menginginkannya. Jalan mana yang menuju ke tempat mu dari sini?”
Kiri”
kami berjalan satu blok lagi dalam kesunyian dengan David membawa kotak pizza tinggi-tinggi di satu tangan.
berhenti mengerutkan kening”, katanya. “Ketika aku menjemputmu semalam kau lebih ringan dibanding saat kau di Monterey. Kau telah kehilangan berat badan”.
Aku mengangkat bahu. Tidak mau membahasnya. Jelas tak mengingat dia mengangkat ku dan kaki ku mengait di tubuhnya dan betapa aku merindukan dia dan suara saat dia--
Yah, Well, aku menyukai dirimu yang dulu”, katanya, “aku menyukai lekuk tubuhmu. Jadi aku datang dengan rencana baru. Kau akan mendaparkan piza dengan lima belas keju di atasnya sampai kau mendapatkan lekuk tubuhmu kembali”.
insting pertama ku disini adalah untuk mengatakan sesuatu yang kasar tentang bagaimana tubuhku sudah bukan lagi urusanmu”.
untungnya kau berpikir dua kali sebelum mengatakan itu, huh? Khususnya sejak kau membiarkan ku kembali masuk ke tubuhmu semalam”. Dia melihat mulutku yang mencebik berbarengan dengan dirinya pun yang mencebik. “ dengar, aku hanya tak ingin kau kehilangan berat badanmu dan sakit, terutama karena diriku. Sesederhana itu. Lupakan sisanya dan berhentilah melihat pizza itu dengan pandangan jijik atau kau akan melukai perasaannya”.
kau bukanlah boss ku” gumamku.
Dia mengeluarkan tawa. “kau merasa lebih baik dengan mengatakan itu?”
Iya”.
Aku memberinya senyuman waspada. Memiliki dia disampingku lagi terasa terlalu mudah. Aku seharusnya tidak merasa nyaman, siapa yang tau kapan dia akan mempermalukanku lagi? Tapi sebenarnya , aku ingin dia disana begitu terpuruk hingga sakit.
Ba--” dia berdeham , mencoba lagi, tanpa sentimen yang akan membuatnya otomatis dibanting. “Teman. Apakah kita berteman lagi?”
aku tak tau”.
Dia menggelengkan kepalanya. “kita teman. Ev, kau sedih, kau lelah, dan kau kehilangan berat badanmu. Dan aku sangat membenci diriku sendiri karena aku lah yang menyebabkan itu. Aku akan memperbaikinya untuk mu selangkah demi selangkah. Hanya.... beri aku sedikit ruang untuk bermanuver disini. Aku bersumpah tak akan terlalu membuatmu sedih”.
aku tak mempercayaimu lagi , David”.
senyum menggodanya menghilang. “aku tau kau tak percaya padaku. Dan ketika kau siap kita akan membicarakan itu”.
Aku menelan ludah dengan keras di tenggorokanku.
ketika kau siap”, dia menegaskan kembali. “ayo. Segera sampai ke rumah sehingga kau bisa memakannya ketika pizza nya masih panas”.
Kami berjalan di sisa jalan pulang dalam keheningan. Kurasa itu cocok. David memberiku senyuman kecil sesekali. Tampaknya senyumannya tulus.
Dia bergegas menaiki tangga di belakangku, tidak terlalu peduli untuk melihat-lihat. Aku lupa kalau dia sudah kesini semalam ketika dia mencari tau keberadaanku pada Lauren. Aku membuka kunci dan mengintip ke dalam, aku masih trauma memergoki kakakku dengan Lauren di sofa minggu lalu. Tinggal bersama mereka tidak akan berhasil dalam jangka panjang. Kupikir semua orang akan mencapai titik dimana mereka membutuhkan ruang mereka sendiri.
Tapi sebulan terakhir, menguntungkan untuk Nate dan aku. Itu memberi kami kesempatan untuk berbicara. Kami lebih dekat daripada yang pernah kami lakukan. Dia mencintai pekerjaannya di bengkel mekanik. Dia bahagia dan puas. Lauren benar, dia telah berubah. Kakakku telah menemukan apa yang dia inginkan dan dimana dia berasal. Sekarang jika aku bisa menemukan semua omong kosong ku dan melakukan hal yang sama.
Musik rock dimainkan dengan lembut dan Nate dan Lauren menari di tengah ruangan. Sesuatu yang jelas spontan, mengingat pakaian kerja kakakku yang masih berminyak. Lauren tampak nya tidak peduli, memeluknya erat, menatap matanya.
Aku berdeham untuk mengumumkan kedatangan kami dan masuk ke ruangan.
Nate menoleh dan memberiku senyum ramah. Tapi kemudian dia melihat David. Darah menutupi wajahnya dan matanya berubah. Suhu diruangan ini meroket.
Nate”, berusaha meraihnya saat dia menghampiri David.
Shit”, Lauren berlari mengejarnya. “Tidak!”.
Kepalan tangan Natemenghajar wajah David. Pizza melayang. David terhuyung ke belakang, Darah mengalir dari hidungnya.
you fucking asshole”, teriak kakakku.
Aku melompat ke punggung Nate, mencoba untuk menghentikannya. Lauren memegang lengan Nate. David tidak melakukan apapun. Dia menutupi wajah malangnya tapi tidak membuat gerakan apapun untuk melindungi diri dari dampak yang lebih jauh.
aku akan membunuhmu karena melukainya”, Nate meraung
David hanya memandangnya, matanya menerima.
Stop, Nate”, kaki terseret di lantai,lenganku melilit tenggorokan kakakku.
Kau mau dia disini?” Nate bertanya padaku, tidak percaya. “apakah kau serius?” lalu dia melihat Lauren menarik lengannya. “apa yang sedang kau lakukan?”
Ini antara mereka, Nate”.
apa? Tidak. Kau telah melihat apa yang telah dia lakuan ke Evelyn. Bagaimana adikku terlihat selama sebulan terakhir”.
kau butuh menenangkan diri. Ev tidak membutuhkan ini”, Tangan Lauren menepuk-nepuk wajah Nate. “Please, Babe. Ini bukanlah dirimu”.
Perlahan, Nate menari diri. Bahunya turun kembali ke level normal, otot-ototnya melemas. Aku menghentikan kekanganku di lehernya, tapi itu tidak juga bisa menahannya dengan cukup baik. Kakakku bertindak seperti banteng yang marah dengan sangat baik. Darah terlihat dari sela-sela jemari David, jatuh lantai. “sialan. Kemarilah”, aku memegang lengannya dan membimbingnya ke kamar mandi.
Dia membungkuk di atas westafel, menyumpah diam-diam, tetapi sering. Aku menggulung beberapa tisu toilet dan menyerahkan padanya. Dia menjejalkannya di bawah lubang hidungnya yang berdarah.
apakah hidungmu patah?”
aku tak tau”, suaranya meredam, bindeng.
aku minta maaf”.
tak apa”, dari saku belakang jeansnya terdengar suara dering.
aku akan mengambilnya”, dengan hati-hati, aku menarik ponselnya. Nama yang muncul di layarnya membuatku membeku. Alam semesta pastinya sedang bermain lelucon. Pasti. Kecuali itu bukanlah lelucon. Ini hanyalah patah hati yang sama yang dimainkan berulang kali di dalam hatiku. Aku bisa merasakan serpihan sedingin es mengalir di nadiku.
Ini Dia”, aku menyerahkan ponsel padanya.
Diatas gumpalan tisu toilet yang berdarah, hidungnya tampak membengkak, tetapi utuh. Perkelahian tidaklah membantu. Tak peduli kemarahan yang merasuki ku, membuatku goyah saat itu.
Tatapan nya terlonjak dari layar ke aku. “Ev”,
kau sebaiknya pergi. Aku ingin kamu pergi”.
aku sudah tidak berbicara dengan Martha sejak malam itu. Aku tidak ada hubungan apapun dengan dia”.
Aku menggelengkan kepala, dari ucapannya. Telepon berdering nyaring, suara itu merusak gendang telingaku. Suaranya menggema terus menerus di dinding kamar mandi yang kecil. Ponselnya bergetar di tanganku dan seluruh tubuhku gemetar. “ambil sebelum aku menghancurkannya”.
Jemarinya yang berlumuran darah, mengambil ponsel dari tanganku.
kau harus membiarkanku menjelaskan” katanya. “aku berjanji, dia sudah pergi”.
lalu kenapa dia menelponmu?”
aku tak tau dan aku tak mau menjawab. Aku sudah tidak berbicara padanya sejak aku memecat dia. Kau harus mempercayaiku”.
tapi, aku tak percaya. Maksudku, bagaimana aku bisa percaya?”
dia mengedipkan matanya yang terluka padau. Kami hanya saling memandang saat kesadaran mulai mucul. Ini tidak akan berhasil. Ini tak akan pernah berhasil. Dia selalu memiliki rahasia dan kebohongan dan aku selalu berada di luar untuk melihat ke dalam. Tak ada yang berubah. Hatiku hancur sekali lagi. Mengejutkan, sungguh, dan bahwa ada cukup banyak yang harus di khawatirkan.
pergilah”, kataku, mata bodohku mengalirkan air mata.
Tanpa sepatah katapun dia keluar.


STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...