Sabtu, 21 Mei 2016
Stuck Up Suit karangan Vi Keenland
Chapter Satu
KAKI KANAN KU MELANGKAH MEMASUKI KERETA, dan aku membeku di tengah-tengah langkah ketika aku melihat dia sudah ada di dalam gerbong. Sial! dia sudah duduk bersebrangan dengan tempat duduk yang biasa aku duduki. aku berbalik arah.
"Hey, liat-liat kalo jalan !" seorang dengan setelan memegang erat kopinya, hamir tak bisa menjaga keseimbangan saat aku menerjang keluar dari gerbong ketiga tanpa melihat dan menabrak dia . "Apa-apaan?"
"Maaf!" aku mengucapkan maaf sambil jalan dan terus melaju, merunduk di bawah jendela kereta saat aku berlari melewati beberapa platform gerbong. lampu kecil di setiap gerbong selanjutnya menyala merah , dan deruman keras terdengar menandakan kereta akan segera berangkat. aku melompat ke gerbong ke tujuh saat pintu mulai bergeser menutup.
aku menghabiskan satu menit penuh untuk menenangkan napasku karena berlari sepanjang empat gerbong. bokongku tampaknya butuh kembali ke Gym. aku menemukan sebuah kursi kosong yang menghadap ke depan, duduk di samping seseorang lebih baik dibandingkan harus duduk di setengah lusin kursi menyamping yang menghadap ke interior. pria itu menurunkan korannya saat aku duduk disampingnya. "Maaf " kataku. "aku tak bisa duduk menghadap kesamping" dua kursi di depannya telah kosong. etiket kereta yang seharusnya adalah mengambil salah satu dari dua kursi kosong tersebut, tapi tampaknya dia lebih memilih untuk muntah dengan cara yang nyaman.
dia tersenyum. "aku juga sama"
menyumpalkan earbudsku, aku bernapas lega dan memejamkan mataku saat kereta mulai bergerak. semenit kemudian, ada tepukan ringan di bahuku. penumpang di seberangku menunjuk ke pria yang berdiri di lorong.
aku perlahan menarik satu earbuds.
"Soraya. Kurasa itu dirimu".
suara itu.
"Umm....Hi". sialan siapa lagi sich namanya? oh tunggu....bagaiamana bisa aku lupa? Mitch. Hight Pitch Mitch. Aku masih belum berbicara dengan kakak perempuanku untuk bencana ini. kencan buta. terburuk. yang pernah aku alami. "Apa kabar Mitch?"
"Baik, sebenarnya Luarbiasa sekarang karena aku menemukanmu. aku mencoba menghubungimu beberapa kali. aku tampaknya menekan nomor yang salah, karena kau tak pernah merespon text ku"
yeah. benar sekali.
dia menggaruk-garuk bagian selangkangannya dari balik celana panjangnya. aku sudah hampir melupakan tentang kebiasaan kecil itu. itu kemungkinan kebiasaan saat gugup, tapi tiap kali dia melakukan itu, mataku mengikuti tangannya, dan segala yang bisa ku lakuakan adalah agar tidak tertawa terbahak-bahak. High Pitch Mitch with Itch. Thanks, sis.
Dia membersihkan tenggorokannya. "Mungkin bisa pergi minum kopi pagi ini?"
pria bersetelan disampingku menurunkan korannya melihat kearah Mitch kemudian kearahku. aku cuma tak bisa membuat diriku begitu tak berperasaan pada pria malang ini; dia cukup baik.
"Umm". aku meletakan tanganku ke bahu pria bersetelan disampingku. "aku tak bisa. ini adalah pacarku ,Danny. Kami kembali bersama seminggu yang lalu. Betulkan, sayang?".
Wajah Mitch mencelos. "Oh. Aku mengerti".
Si Danny Palsu ikut bergabung, Dia meletakkan tangannya di lututku. "Aku tak berbagi, kawan. jadi menyingkirlah".
"Kau tak perlu bertingkah begitu kasar, Danny". aku melotot ke arah si pria bersetelan.
"Itu bukan kasar, babe. inilah yang kasar". sebelum aku bisa menghentikannya, bibirnya sudah dibibirku. dan juga bukan sebuah kecupan kilat. lidahnya tak menyianyiakan waktu untuk menekan masuk ke mulutku. aku mendorong keras bahunya, mendorong dia menjauh dariku.
aku mengelap mulutku dengan punggung tanganku. "Maaf, Mitch".
"Tak apa. Ummm....maaf karena sudah mengganggu. Jaga dirimu, Soraya".
"Kau juga, Mitch".
beberapa detik setelah dia menjauh dari pendengaran, aku merengut ke arah si Danny Palsu. "Apa-apaan tadi yang kau lakukan, Bajingan?"
"Bajingan? dua menit yang lalu aku adalah kekasih. benahi pikiranmu, sweetheart".
"Kau terlalu congkak".
Dia mengabaikanku, meraih ke dalam kantung jas nya untuk meraih ponselnya yang bergetar. "ini istriku. bisa kah kau diam sejenak?"
"istrimu? kau sudah menikah?" aku berdiri. "Oh Tuhan, kau benar-benar bajingan".
kakinya sudah di rentangkan, dan dia tak membiarkanku pergi, sehingga aku melangkahinya. saat dia mengangkat ponsel ke telinganya, aku menyambar ponsel dari tangannya dan berbicara di pengeras suara ponselnya tanpa mendengarkan. "Suami mu adalah bajingan terbesar".
aku melemparkan ponselnya ke pangkuannya dan berjalan pergi ke arah yang berlawana dari arah dimana Mitch menghilang.
dan ini hanyalah senin yang menyebalkan.
omong kosong ini adalah cerita hidupku. melangkah ke arah kencan yang buruk. pria yang telah menikah.
aku melangkah menuju gerbong yang lain sehingga aku tak perlu bertemu baik dengan "Danny" ataupun Mitch lagi.
terlallu erlebihan untuk kenyamananku, gerbong ini tak terlalu ramai, dan ada kursi kosong yang menghadap ke depan. tekanan darahku perlahan menurun saat aku menenggelamkan diri disitu. aku membiarkan mataku terpejam mataku terpejam sejenak dan membiarkan ayunan gerakan kereta menenangkanku.
suara kasar seorang pria mengganggu kedamainku. "Sialan kerjakan saja kerjaaan mu, Alan. Kerjakan. apa itu terlalu berlebihan? kenapa aku harus menggajimu jika aku harus mengatur tiap-tiap hal -hal kecil sialan ? pertanyaaan mu tidak masuk akal! pikirkan itu dan kembali padaku ketika kau sudah punya solusi untuk waktuku yang berharaga. aku tak punya waktu untuk pertanyaan-pertanyaan tolol mu. anjingku bahkan bisa datang dengan sesuatu yang lebih pintar dari pada apa yang kau sajikan mejaku".
dasar bedebah.
ketika aku mendongak untuk melihat sekilas wajahnya dari arah suaranya terdengar, aku tak bisa tahan untuk tidak menertawai diriku sendiri. Tentu saja ! Tak diragukan kenapa dia bisa melemparkan segala omong kosong ke semua orang. Dengan tampang seperti itu, orang -orang bahkan mungkin akan jatuh berlutut di sekitar dia sepanjang waktu, baik secara harfiah atau nyata. Dia sangat Tampan, Melebihi Tampan, menguarkan kekuatan dan uang. aku memutar mataku.....tapi tetap tak bisa memandang ke arah lain.
pria ini memakai kemeja yang pas badan yang membuat mudah untuk melihat siluet pahatan tubuhnya dari balik kemejanya. dan jaket navy nya yang terlihat sangat mahal teronggok di atas pangkuannya. dan sepatu hitamnya tampak seakan habis disemir. dia adalah tipe pria yang sepenuhnya membiarkan orang menyemir sepatunya di bandara ketika dia menghindari membuat kontak mata dengan mereka. Dan ciri yang paling bisa dikenali, apapun itu, adalah tatapan marah di wajahnya yang tampan. dia sekang sudah tidak menelpon, tampaknya seseorang baru saja membuat dia murka. sebuah nadi menonjol di lehernya. dia menjalankan tangannya di rambut hitamnya dengan frustasi. Yup. berganti gerbong tampaknya adalah keputusan yang amat sangat baik untuk cuci mata. fakta bahwa dia begitu tak peduli diantara semua orang yang ada disekitar nya membuat ku mudah untuk mengamatinya. dia amat sangat hot ketika dia marah. sesuatu memberitahuku bahwa dia selalu marah. dia tampak seperti singa- - tipe spesies yang lebih baik dikagumi dari jauh , dimana setiap kontak nyata akan berakhir dengan cidera.
lengan bajunya di gulung , menampilkan jam tangan yang besar dan mahal di lengan kanannya. dengan ekspresi angkuh, dia menatap keluar jendela saat dia memutar- mutar jamnya, membaliknya ke belakang dan kedepan. itu tampak seperti kebiasaan saat gugup, yang mana sangat ironis mengingat bagaimana dia membuat orang di sekitaranya merasa gugup di dekatnya.
ponselnya berbunyi lagi.
dia menjawabnya. "Apa?".
suaranya adalah tipe bariton serak yang selalu menghantamku tepat diantara kakiku. aku tenggelam semakin dalam, suara seksi. itu adalah hal yang langka , bahwa suara itu sangat pas untuk pria, juga.
memegang ponselnya dengan tangan kanannya, dia menggunakan tangan satunya untuk melanjutkan mengutak atik metal dari jam tangannya.
Clickety Click Click.
"dia cuma harus menunggu" dia membentak.
"jawabannya adalah aku akan ada disana saat aku tiba disana"
"bagian mana yang kurang jelas, Laura?"
"Namamu bukan Laura? Lalu siapa hah ?
"bailkah...Linda... katakan pada dia , dia bisa mengatur ulang jadwal jika dia tak bisa menunggu".
setelah dia menutup telponnya, dia menggumamkan sesuatu dari balik napasnya.
pria seperti dia membuatku terpesona. mereka terlihat seakan menguasai dunia hanya karena mereka diberkahi secara genetik atau memegang kesempatan untuk membawa mereka ke status finansial yang lebih tinggi. dia tidak mengenakan cincin pernikahan. aku bertaruh aktifitasnya tak lain selain aktivitas melayani dirinya sendiri. ekspreso mahal, kerja, makan di restoran kelas atas. bersetubuh tanpa cinta....terus berulang. sepatu mengkilap dan mungkin racket ball disuatu tempat di antaranya.
aku bertaruh dia juga egois di ranjang. bukan karena aku akan melemparnya ke ranjang- tapi tetap saja. aku tak bisa berkata bahwa aku pernah bersama seseorang sekuat pria ini, jadi aku tak tau dari pengalaman bagaimana itu diartikan dalam kamar tidur. kebanyakan pria yang aku kencani adalah artis yang kelaparan , hipster, dan pemeluk pohon. hidupku sangatlah jauh dari sex in the city. hidupku lebih mendekati Sex and The Pity. Atau Sex and The Shitty. kurasa aku tak akan keberatan untuk berperan sebagai Carrie untuk pria ini sebagai Mr Big hanya untuk sehari, kurasa. atau Mr Big Prick dalam kasus ini. Absofuckinglutely.
satu noda dalan fantasi kecilku : aku bukanlah tipe dari pria ini. dia tanpaknya penyuka sosialita wanita pirang kurus kerempeng yang penurut , bukanya gadis italia berlekuk dengan prilaku blak-blakan dan rambut warna -warni Rambut panjang hitam ku, menggantung hingga ke pantat.. aku terlihat seperti persilangan antara Elvira dan Pochahontas dengan bokong besar. bagian paling bawah rambutku diwarnai dengan berbeda warna setiap minggu berdasarkan suasana hatiku. minggu ini warna biru indah, yang berarati segala hal sedang berjalan dengan cukup baik untuk ku. merah adalah warna ketika kau harus menjauh dari jalanku.
pikiran randomku terganggu dengan suara berdecit kereta yang berhenti. tiba-tiba, si Mr Big Prick bangkit, kabut cologne mahal nya menjenuhkan udara saat dia berdiri. walaupun aromanya begitu seksi yang menjengkelkan namun sombong. dia bergegas ke pintu, yang mana menutup dibelakang dia.
dia telah pergi. cuma begitu saja. pertunjukan selesai. well, terasa menyenangkan ketika itu diakhiri.
selanjutnya adalah pemberhentianku, jadi aku berjalan ke pintu yang sama yang baru saja dia lewati. kakiku menendang sesuatu yang terasa seperti bola hockey, mendorongku untuk melihat kebawah.
jantungku mulai berdetak lebih kencang. Mr Big Prick tampaknya baru saja meninggalkan sedikit bagian dari dirinya di belakang.
dia menjatuhkan ponselnya.
ponsel sialannya.
dia keluar dari kereta dengan begitu cepat, kemungkinan ini terlepas dari tangannya. aku tampaknya tadi terlalu sibuk melihat bagaimana celana panjangnya memeluk bokongnya yang menggiurkan untuk menyadarinya. aku mengambil iPhone nya, ponselnya terasa panas di tanganku. dan case nya beraroma dia. aku ingin mengendusnya lebih dekat ke hidungku, aku mengendalikan diriku.
aku menutup mulutku dan melihat ke sekeliling. jika hidupku adalah sebuah Tv show , maka akan ada sebuah alunan suara tawa yang diselipkan sekarang ini. tak ada seorangpun yang sedang melihatku. tak ada seorangpun yang tampaknya peduli dengan ponsel Mr Fancy Pant.
apa yang akan aku lakukan dengan ponsel ini?
meletakan ponsel itu di celana panjang motif leopard ku, terasa seperti sedang membawa-bawa bom saat aku berjalan keluar dari stasiun menuju trotoar Manhattan didepan. aku bisa merasakan ponsel bergetar dengan notifikasi pesan , dan ponsel telah berbunyi setidaknya sekali. aku belum siap untuk menyentuh itu lagi sampai aku tiba di kantor ku.
setelah aku berhenti di tempat penjual jalanan ku yang biasa,aku menyesap kopi dari Joe saat aku berjalan dua blok untuk berkerja. pada hari ini, aku sudah terlambat, jadi aku memutuskan untuk tidak mengungkap kehidupan Mr Big Prick sampai setelah makan siang.
saat aku sampai di mejaku, aku mengelurkan ponsel itu dan menyadari bahwa batrenya sudah merah, jadi aku mencoloknya ke charger. jabatanku sebagai asisten dari kolumnis nasehat paling legendaris sebenarnya bukanlah pekerjaan impianku, tapi pekerjaan ini membayar tagihan- tagihanku. Ida Goldman adalah pemilik ASK IDA, sebuah kolom rutin yang telah berjalan selama setahun. Ida bahkan sudah mencoba untuk meminangku akhir- akhir ini, memerintah tanganku untuk menulis beberapa respon. tulisan yang terpilih akan di cetak di koran, dimana jawaban untuk pertanyaan lainnya akan di posting ke website Ida. sebagian dari pekerjaanku adalah untuk menyortir pertanyaan yang masuk dan memilih mana yang bisa kuberikan ke boss ku.
kalau jawaban ida selalu sensitif dan sopan, jawabanku lebih mengarah ke poin, dan memotong semua omong kosong. sebagai hasilnya, dia tak pernah mempubliskan jawaban-jawabanku. kadang-kadang , aku tak bisa mencegah diriku untuk memberi jawaban atas beberapa pertanyaan yang tidak akan - membuat orang berakhir di kotak sampah juga. beberapa dari orang - orang ini benar-benar membutuhkan petunjuk, dan aku akan merasa bersalah jika mengabaikan permintaan tolong mereka.
aku baru-baru ini mengetahui bahwa suami ku memiliki simpanan barang- barang porno. apa yang harus ku lakukan? Trisha - Queens.
Bagus! pergunakanlah Vibrator itu dengan baik. dan pastikan kau menenmpatkan semua nya kembali ke tempat semula setelah kau mendapatkan pelepasanmu saat dia ada di tempat kerja.
Aku Mabuk di sebuah pesta dan mencium pacar sahabatku. sekarang aku tak bisa berhenti memikirkan dia. aku merasa bersalah kurasa aku mungkin telah jatuh cinta padanya sekarang . adakah kata-kata bijak ? - Dana, Long Island.
ya. kau binal. sampai bertemu selasa depan, Dana!
Pacarku baru-baru ini melamarku . dan aku berkata Ya. dia adalah pria yang paling manis,dan yang paling baik yang pernah aku kenal. masalahnya adalah, berlian yang dia berikan padaku lebih kecil dari yang aku harapkan. aku sungguh tak ingin melukai perasaan dia. aku ingin tau bagaimana cara yang sopan untuk mengekspresikan kekecewaanku. - Lori, Manhattan.
Tuhan punya dilema yang sama tentang dirimu, Sweetheart. Ingat. ketika tunanganmu menendang bokong egoismu, beri dia nomor ponselku.
menjawab beberapa email dengan jawaban yang jujur dan langsung selalu membuatku memiliki energi yang dibutuhkan untuk melewati hari. pagi ini berlalu dengan sangat cepat. pada saat siang, ponsel Mr Big Prick sudah terisi penuh, jadi aku membawanya ke ruang istirahat. aku memesan makanan thailand untuk kami berdua.
setelah kami menyelesaikan makan siang, ida meninggalkan ruangan, memberiku waktu sepuluh menit untuk diriku sendiri untuk mengotak-atik ponsel ini. untungnya, ini tidak di password. pemberhentian pertama : foto-fotp. tidak ada terlalu banyak , dan jika kupikir aku bisa mengumpulkan clue tentang siapa pria ini berdasarkan foto-foto dari galery nya, aku tak menemukan apapun. foto yang pertama adalah foto anjing kecil, putih, berbulu lebat. terlihat seperti anjing jenis terrier. foto selanjutnya adalah foto wanita yang bertelanjang dada dengan botol sampanye yang terje[pit di tengah-tengahnya. payudaranya terlihat pucat, besar , dan sepenuhnya palsu. dan kemudian ada beberapa foto anjing kecil, dan foto sekelompok wanita tua yang tampaknya sedang berada di kelas Jazzercise . Apa-apan? aku tak bisa tahan untuk tidak tertawa terbahak-bahak. foto yang terakhir adalah foto selfie nya dengan seorang wanita tua. dia berpakaian lebih santai, dan rambutnya berantakan. dan benar-benar tersenyum. dia tampak sangat tampan dalan foto itu. sangat sulit untuk dipercaya bahwa dia adalah sama dengan pria yang terjebak dalam setelan dari kereta, tapi wajah tampannya menkonfimasi bahwa memmang benar itu adalah dia.
lima menit lagi aku harus kembali ke mejaku. tak ada akun email yang terhubung ke ponsel, jadi aku membuka kontak ponselnya dan memutuskan untuk menelpon nama pertama yang ada di daftar : Avery.
***
"WELL, WELL, GRAHAM MORGAN, sudah lama sekali. apa yang terjadi? apakah kau sudah menelpon semua yang ada di alfabet dan sekarang memutuskan untuk kembali ke awal lagi? kau ingat , aku bukan salah satu mainanmu, bukan?" aku mendengar bunyi klakson dan lalu lintas di latar belakang, diikuti bantingan pintru yang meredam suara kota. " Ke Gedung Langston. dan jangan lewat Taman. bunga Cherry sedang bermekaran dan aku tak butuh kulit bengkak-bengkak untuk pertemuannku". dia selesai mengoceh ke si pengemudi dan ingat ke telpon. " Jadi, ada apa, Graham?"
"Umm. Hai. Ini bukan Graham , sebenarnya. Nama ku Soraya".
"Sor- apa?"
"Sor-ah-yah. bahasa persia untuk putri. walaupun aku bukan orang persia. ayahku hanya berpikir-"
"Terserah siapapun nama mu itu, katakan apa mau mu dan kenapa kau menyia-nyiakan waktuku yang berharga. dan kenapa kau menghubungiku dari poinsel Graham Morgan?"
Graham Morgan. bahkan namanya juga sexy. namanya mencerminkan.
"sebenarnya, aku menemukan ponsel ini di kereta. aku sangat yakin ponsel ini milik pria yang aku lihat pagi ini. akhor dua puluhan, mungkin? Rambut hitam disisir ke belakang, sepertinya penyuka setelan panjang, dan berkerah. dia mengenakan setelan jas biru bergaris- garis. dan memiliki jam tangan besar.
"Tampan, Arogan, Pemarah?"
aku tertawa sedikit. "Ya, itu dia".
"Namanya Graham Morgan, dan aku tau kemana kau harus mengantarkan ponsel itu".
aku mengambil pena dari dompetku. "Okay"
"apakah berada di suatu tempat yang berjarak satu kereta?"
"aku tak terlalu jauh dari itu"
"Okay, Well. naik satu kereta dan ambil jalan menuju pusat kota. lewati jalan Rector dan turun di terminal ferry bagian selatan".
"okay. aku bisa melakukan itu.
"setelah kau sampai. ambil jalan ke Whitehall dan kemudian ke kiri ke South street".
aku tau area itu dan mencoba untuk memvisualkan gedung-gedunng disana. itu adalah lingkungan komersial. "bukankah itu membawaku ke East River?"
"Tepat sekali. lemparkan ponsel si bajingan itu, dan lupakan kau pernah bertemu dengan pria itu".
sambungan telepon telah mati. well, itu tadi menarik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
STUCK UP SUIT Chapter 8
GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...
-
Gianna berhasil mendapatkan tiket pesawat dua hari kemudian. Aku amat dipenuhi kegembiraan hari itu. Belum lama aku tak melihatnya, t...
-
PROLOG Jemariku bergetar seperti daun terkena angin saat aku mengulurkan tanganku, detak jantungku secepat kicauan burung kolibri....
-
Perjalanan ke New York berlalu dalam keheningan. Aku senang Luca tidak mencoba untuk bercakap-cakap. Aku ingin sendirian dengan pikira...
Huakakakak,,, siapa yg menerima telp dr soraya tadi? Kayaknya dia anti sama si Graam morgan.
BalasHapusAwalnya bagus kak. Semangaaaaaat
Tdi pas ada pesan di watty aku lngsung cek.๐๐
hahaaha thank you ya.
Hapushahaaha thank you ya.
HapusRumah baru ya neng....baru ketemu hari ini
BalasHapusHaahaha......lanjut y yul,sebenarnya aku jg kagen real
BalasHapuslanjuttttttt...
BalasHapustapi aku masih nunggu2 real sih...
Kapan update yg ini, gasabar nih?
BalasHapusWahahahahaha seru nih...tengkyu ya sdh bersedia membagi bacaan menarik...boleh dilanjutkan lg translate nya...semangat sll ... tengkyu so much
BalasHapus