Minggu, 08 Mei 2016

Chapter tiga ; bound By honor

Napas beruap meninggalkan bibir ku.  Bahkan mantel tebal ku tak bisa melindungi ku dari musim dingin Chicago.  Salju berderak  di bawah sepatuku karena aku mengikuti ibuku menuju ke sebuah bangunan bata , yang merupakan toko untuk pesta pernikahan paling mewah di Midwest. Umberto membuntuti ku dari dekat di belakang, bayangan konstan ku.  Dan tentara ayahku yang lain , berdiri di belakang saudaraku.

Pintu Kuningan bergulir  menunjukkan tanda mari Kita masuk ke dalam yang terang benderang di dalam toko dan pemilik serta asistennya  , segera menyambut kami.  "Selamat ulang tahun,MS Schuderi". Katanya dengan suara mendayu - dayu nya.

Aku memperlihatkan senyum terpaksa.  Ulang tahun kedelapan belas ku harusnya menjadi hari perayaan.  Akan tetapi justru menjadi hari  yang berarti aku selangkah lebih dekat untuk menikahi Luca.  Aku tidak melihatnya sejak malam dia memotong jari raffaele.  Dia mengirimi ku perhiasan mahal untuk ulang tahunku, liburan Natal, dan juga ulang tahun pertunangan kami, dan hanya sebatas itu kontak kami selama tiga bulan terakhir.   Aku pernah melihat foto -foto dia dengan wanita lain di internet, tapi itu tak akan menghentikan  hari ini ketika  hubungan kami bocor ke pers.  Setidaknya di depan umum dia tidak akan memamerkan pelacur ya lagi.

Aku bukan anak ingusan yang berpikir bahwa dia tidak tidur dengan mereka.  Dan aku tak peduli.  Selama dia memiliki wanita lain untuk di tiduri, aku berharap dia tak memikirkan ku dengan cara seperti itu.

" hanya tinggal enam bulan lagi menjelang pernikahan mu kalau aku tidak salah?"  Kata si pemilik toko.  Dia adalah satu satunya orang yang tampak bersemangat.  Sungguh tak mengherankan, dia akan membuat banyak uang hari ini.  Pernikahan yang menandai penyatuan akhir antara mafia Chicago dan New York.  Uang bukanlah masalah.
Aku menegakkan kepalaku.  166 hari sampai aku harus mengubah sangkar emas ku dengan sangkar emas yang lain.  Gianna memberiku tatapan bahwa sudah jelAs sekali ini semua tak penting, tapi dia tetap menjaga mulutnya. Pada usia enam belas setengah tahun akhirnya Gianna mampu mengontrol sifat pembangkang ya, sebagian besar tampaknya.

Si pemilik toko membimbing kami menuju kamar pas.  Umberto dan pria lainnya tetap berjaga di luar.  Lily dan Gianna meringsek  sofa berwarna putih saat  ibu mulai memilih gaun pengantin yang ada di pajangan.  Aku berdiri di tengah-tengah ruangan.  Pemandangan semua tille putih, sutra halus, brokat, yang di jalin  dengan tali sampai ke tenggorokan ku.  Aku menjadi wanita yang akan segera menikah.  Quote tentang cinta yang menghiasi kamar pas, itu semua terasa seerti ejekan  mengingat kenyataan pahit hidupku.  Bukan cinta tapi mimpi konyol?

Aku bisa merasakan tatapan pemilik toko dan asistennya mengarah padaku, dan aku membusungkan dadaku sebelum bergabung dengan ibuku.  Tak akan ada yang akan tau bahwa aku adalah calon pengantin yang tak bahagia tapi hanyalah sebuah pion dalam permainan kekuasaan.

" apa jenis gaun yang calon suami mu sukai?"  Tanya nya ramah.

"Jenis yang telAnjang,"  kata Gianna, dan ibuku memelototinya.  Aku memerah, tapi si pemilik toko tertawa seolah olah  itu semua terlalu menyenangkan.

"Ada saatnya itu nanti pada malam pernikahan, bukankah begitu?"  Dia mengedipkan mata.

Aku meraih gaun paling mahal di koleksi, dipenuhi brokat;  kancing nya di sulam dengan dengan mutiara, dan benang perak  membentuk pola bunga yang lembut.  ". Itu semua adalah benang platinum". Kata pemilik toko.  Kemudian menjelaskan harga.  " kurasa pria mu akan suka dengan pilihanmu ".

Tampaknya dia kenal Luca lebih baik daripada aku.  Luca sangat seperti orang asing bagiku hari ini dibanding dia tiga tahun yang lalu.

*****

Pesta pernikahan akan di adakan di taman di Mansion keluarga vittielo di Hamptons.   Setiap orang sudah mulai disibukan dengan segala macam persiapan.  Aku belum menjejakkan kaki ku di rumah itu atau bahkan Tau lokasinya.,tapi ibuku tetap membuatku up tO Date, tapi bukan berarti aku meminta ibuku melakukan itu.

Saat saat ketika keluarga ku baru sampai di New York beberapa jam yang lalu, adik -Adik perempuanku dan aku bergelung bersama di Suite kami di Mandarin Oriental Hotel di Manhattan.  Salvatore vittielo  telah menyarankan  agar kami tinggal di  salah satu kamar dari banyak  kamar di Mansion hingga acara pernikahan lima hari ke depan, tapi ayahku menolak.  Tiga tahun upaya perdamaian dan mereka masih tetap tidak mempercayai satu sama lain.  Aku senang.  Aku tak harus menjejakkan kaki ku di Mansion sampai nanti saatnya tiba.

Ayah setuju membiarkan ku berbagi ruangan dengan Lily dan Gianna, sehingga dia dan ibuku mempunyai Suite untuk mereka sendiri.  Tentu saja, seorang Bodyguard telah  di tempatkan di ketiga pintu di Suite kami.

"Apakah kita sungguh harus menghadiri bridal shower besok?"  Lili bertanya, kaki telanjang ya melintang di sofa.  Ibuku selalu berkata bahwa Nobokov tampaknya  memikirkan Liliana di pikirannya ketik menulis Lolita.  Saat Gianna memprovokasi dengan mulutnya, Lily menggunakan tubuhnya untuk melakukan itu.  Dia akan berusia empat belas tahun di bulan April, bocah yang  menggunakan lekuk tubuhnya yang menggoda untuk mengalihkan perhatian orang orang di sekitar kami.  Dia terlihat seperti model remaja Thylane Blondeau, hanya saja. Rambutnya sedikit lebih cerah. Dan dia tak memiliki celah di antara gigi depannya.

Itu membuatku khawatir.  Aku Tau  itu adalah cara dia memberontak terhadap sangkar yang mengurung hidup kami, tapi ketika prajurit ayahku  menanggapi godaan dia dengan kegembiraan, ada orang orang di luar sana yang akan dengan senang hati  untuk salah mengartikan itu.

"Tentu saja, kita harus datang," Gianna bergumam.  " Aria adalah pengantin yang bahagia, ingat?"

Lily mendengar.  " tentu saja" dia bangun dengan spontan.  " aku bosan,  ayo kita belanja".

Umberto tidak senang akan saran itu, walaupun bersama dengan pengawal ayahku yang lainnya di sisi dia.  Dia mengklaim bahwa hampir tak mungkin. Untuk tetap menjaga kami tetap dalam kontrol.   Walaupun dia selalu melakukan itu  seperti biasanya.

***

Kami berbelanja di toko yang menjual pakaian Rockers yang seksi-  pakaian yang Lily sangat ingin coba ketika aku  mendapat pesan dari Luca.  Ini adalah pertama kali dia menghubungimu secara langsung dan untuk waktu yang lama aku hanya memandang layar Ponselmu.  Gianna mengintip dari balik bAhuku dari ruang ganti.  " 'temui aku di hotel jam enam' baik sekali cara dia meminta".

"Apa yang dia inginkan?"   Aku berbisik.  Aku berharap tak akan bertemu dengan di hingga tanggal sepuluh Agustus, hari dimana pernikahan kami di langsungkan.

" hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," kata Gianna, sambil melihat penampilannya di kaca.

*****

Aku gugup.  Aku tidak bertemu Luca dalam jangka waktu yang sangat lama.  Aku merapikan rambutku, kemudian meluruskan kaos ku.  Gianna meyakinkan ku  untuk mengenakan Jeans hitam ketat yang aku beli hari ini.  Sekarang aku berharap aku mengenakan sesuatu yang tak terlalu membuat perhatian ke  tubuhku. Mungkin akan lebih bAik.  Aku masih punya lima belas menit  sebelum Luca   Ingin bertemu denganku.  Aku bahkan tak Tau dia dimana, tapi aku berasumsi dia akan menghubungimu  saat dia tiba dan meminta ku untuk turun ke lobby.

" berhenti mondar-mandir" Gianna berkata dari tempat nya di sofa, membaca majalah.

" kurasa pakaian ini sungguh bukan ide yang bagus".

" itu bagus.  Pakaian ini mudah untuk memanipulasi lelaki.  Lily berumur empat belas tahun dan dia sudah mengerti tentang itu.  Ayah selalu berkata bahw kita ada jenis yang lemah   Karena kit tak membawa senjata.  Kita memiliki senjata kita sendiri, Aria, dan kau akan mulai menggunakannya.  Jika kau ingin bertahan dalam pernikahan mu dengan lelaki itu, kau harus menggunakan tubuhmu untuk memanipulasi dia.  Pria, meskipun Bajingan berhati dingin seperti mereka, tetap memiliki kelemahan dan itu menggantung  di antara kaki mereka".

Kurasa Luca tak bisa dimanipulasi dengan begitu mudanya.  Dia tak seperti pria yang mudah hilang kendali, kecuali dia memang menginginkan itu, dan aku sungguh tak yakin  aku ingin dia mengenali tubuhku dengan cara seperti itu.

Ketukan membuatku melompat dan mataku terbang ke arah jam.  Ini ,asih terlalu  dini  untuk Luca dan dia tak akan datang ke Suite kami, iya kan?"

Lily menyerbu keluar dari kamar tidur sebelum Gianna ataupun aku bahkan bisa bergerak.  Dia mengenakan pakaian gadis rockernya, celana kulit ketat .  Dia berpikir dia terlihat dewasa dengan itu.  Gianna dan aku berpendapat dia tampak seperti gadis empat belas tahun yang berusaha terlalu keras.

Dia membuka pintu, dan menonjolkan pinggulnya keluar, berusaha terlihat sexy.  Gianna menggeram tapi aku tak memperhatikan dia.

"Hi Luca". Lily mencicit.  Aku bergerak lebih dekat sehingga Aku bisa melihat Luca.   Dia mengamati Lily, tampaknya mencoba untuk mengingat siapa dia, Matteo, Romero, dan Cesare berdiri di belakang Luca.   Wow, dia membawa pengawalnya.  Dimana Umberto?

" kau Liliana , adik yang paling muda", kata Luca dan mengabaikan ekspresi menggoda Lily.
Lily cemberut.  " aku tak semua itu"

"Ya, memang" aku berkata tegas, berjalan ke arah Lily  dan meletakkan tanganku di bahunya.  Dia hanya beberapa inci  lebih kecil daripada aku.  ". Pergilah ke Gianna"

Lily memberiku tatapan tak percaya kemudian dia berjalan pergi.

Nadi ku berkejaran saat Aku berbalik menghadap Luca.  Matanya terpaku di kakiku, kemudian bergerak hingga ke wajahku.  Tatapan itu sebelumnya  tak ada di matanya saat terakhir kali aku melihat dia.  Dan aku menyadari bahwa itu bisa diartikan sebagai rasa ingin.  " aku tak Tau kita akan bertemu di Suite ku,". Kataku, dan aku menyadari harusnya aku menyapanya dulu atau minimal tak terlalu terdengar tak sopan.

" apakah kau akan mengizinkan ku masuk?"

Aku berjengit, dan aku mundur dan membiarkan para pria melewati ku.  Hanya Cesare yang tetap di luar.  Dia menutup pintu walaupun sebenarnya aku berharaplah untuk tetap membuka pintu. Matteo melenggang ke arah Gianna yang segera duduk dan melemparkan tatapan jijik nya.  Lily tentu saja membalas senyumnya.  " bisakah aku melihat pistol mu?"

Matteo tersenyum, tapi sebelum Matteo sempat menjawab aku sudah menjawab terlebih dahulu.  " tidak, kau tidak bisa ".

Aku bisa merasakan tatapan Luca padaku, berlama lama di kaki dan pantat ku lagi.   Gianna memberi ku tatapan yang berarti kubilang juga apa.   Dia ingin aku menggunakan tubuhku; masalahnya aku lebih menyukai Luca mengabaikan tubuhku karena sesuatu yang lain yang aku takuti.

" kau tak harus berada disini dengan kami", Gianna bergumam.  ". Ini tidak tepat ".  Aku mendengus.  Seakan Gianna peduli saja dengan kesopanan.

Luca menyipitkan matanya.  " dimana Umberto ?  Bukankah dia seharusnya menjaga pintu ini?"

"Dia mungkin ke toilet atau sedang merokok untuk istirahat". Kataku , mengangkat bahu.

" apakah ini sering terjadi, dia meninggalkan mu tanpa perlindungan?"

"Oh sepanjang waktu". Kata Gianna mengejek.  " kau Tau , Lily, Aria, dan aku  menyelinap keluar setiap akhir pekan. Karena kami memiliki taruhan  siapa yang lebih banyak mendapatkan pria".  Lily terkikikik, dan tawanya terdengar seperti lonceng.

" aku harus membicarakan ini dengan mu Aria".  Kata Luca menatapku dengan tatapan dingin.

Gianna bangkit dari sofa dan mendekati kami.  "Aku bercanda , demi Tuhan!".  Katanya, dia berusaha melangkah di antara aku dan Luca.  Tapi Matteo mencengkram pergelangan tangannya dan menariknya kembali.  Lily melihat segala sesuatu nya dengan mata melebar  dan Romero berdiri di depan pintu , berpura pura tidak peduli.

" lepaskan aku atau aku akan mematahkan jari -jari mu".  Gianna geram.  Matteo mengangkat tangannya dengan tersenyum lebar.

"Ayo" kata Luca, tangannya menyentuh punggungku  lebih rendah.  Aku terkesima.  Jika dia melihat, dia tak berkomentar.  " dimana kamar tidur mu?"

Detak jantungku tergagap saat aku mengangguk ke arah pintu sebelah kiri , Luca membawaku ke arah situ, mengabaikan protes Gianna.  " aku akan menelepon ayah kami !  Kau tak bisa melakukan itu".

Kami melangkah ke kamar tidur ku dan Luca menutup pintu.  Aku tak bisa apa apa selain takut.  Gianna harus nya tidak mengatakan hal hal seperti itu.  Saat Luca menghadap ke arahku,aku berkata.  " Gianna bercanda, aku bahkan belum pernah mencium siapapun, aku bersumpah". Panas merayap ke wajahku saat aku mengakui itu, tapi aku tak ingin Luca ,arah untuk sesuatu yang bahkan tak ku lakukan.

Mata abu abu Luca mengamati ku dengan sangat intens,  " aku Tau".

Bibir ku terbuka.  " oh.  Lalu mengapa kamu marah?"
" apakah aku terlihat marah?"
Aku memutuskan untuk tidak menjawab.
Dia menyeringai.  ". Kau tidak cukup Tau tentang ku".
". Itu bukan salahku". Gumam ku

Dia menyentuh daguku dan aku. Berubah menjadi tiang garam.  "Kau seperti domba yang gugup dalam Cengkraman serigala ".  Dia tak Tau seberapa mengena omongannya dengan apa yang aku pikirkan.  " aku tak akan menganiaya mu".

Aku pasti terlihat ragu karena dia memunculkan tawa kecil, menurunkan kepalanya ke arahku.

" apa yang kau lakukan?" Bisik ku gugup.

"Aku tak akan meniduri mu jika itu yang kau khawatirkan.  Aku bisa menunggu beberapa hari lagi.  Lagian Aku telah menunggu selama tiga tahun".

Aku tak percaya dia mengatakan itu.  Aku Tau apa yang di harapkan di malam pernikahan, tapi aku hampir menyakinkan diriku bahwa Luca tidak tertarik dengan ku dengan cara seperti itu.  " kau Memanggilku bocah terakhir kali itu"

" tapi kau bukan bocah lagi", Luca berkata dengan senyum predator.  Bibirnya berjarak kurang dari satu inci dari bibir ku.  " kau membuat ini menjadi begitu sulit.  Aku tak bisa  mencium mu,, jika kau menatapku seperti itu".

" lalu, mungkin aku harus memberikan tatapan seperti itu pada malam pernikahan kita", aku menantang.

" lalu mungkin aku akan melakukannya dari belakang sehingga aku tak akan melihatnya".

Wajahku mencelos dan Aki oleng, bertabrakan dengan dinding.

Luca menggeleng. " santai.  Aku bercanda".  Katanya pelan.  "Aku bukan monster".

" iya kah?"


Ekspresinya mengeras dan dia menegakkan diri, kembali ke tinggi seutuhnya dia.  Aku menyesali perkataan ku, walaupun itu adalah kebenaran.  " aku ingin membicarakan  tentang masalah perlindungan dengan mu". Dia berkata tanpa emosi, suara formal.  "Saat kau pindah ke penthouse ku setelah pernikahan , Cesare dan Romero  akan bertanggung jawab  untuk keselamatanmu.  Tapi aku ingin Romero di sampingmu sampai saat itu tiba".

"Aku punya Umberto,". Aku protes, dia menggeleng."  Tampaknya dia mengambil terlalu banyak istirahat di toilet.  Romero tak akan meninggalkan sisi mu dari sekarang"

"Apakah dia akan menonton ku ketika aku mandi "

" jika aku menginginkan dia begitu"

Aku mengangkat daguku, berusaha untuk memuaskan kemarahanku, " kau akan membiarkan pria lain melihatku telanjang?  Kau benar benar percaya Romero tak akan mengambil kesempatan dari situasi ini".

Mata Luca menyala.  " Romero setia". Dia mendekat.  "Jangan khawatir aku adalah satu satunya lelaki yang akan melihatmu telanjang.  Aku tak sabar" matanya menelusuri tubuhku.

Aku menyilangkan tangan di depan dada dan mengalihkan mataku.  " bagaimana dengan Lily? Dia dan Gianna berbagi Suite denganku.  Kau melihat apa yang bisa Lily lakukan.  Dia akan main mata dengan Romero.  Dia akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian Romero.  Dia tak menyadari masalah apa yang bisa dia timbulkan.  Aku butuh tau dia aman".

" Romero tak akan menyentuh adikmu.  Liliana cuma bermain main.  Dia adalah gadis kecil.  Romero suka wanita dewasa dan bersedia".

"Dan kau tidak?"  Aku hampir bertanya, tapi menelan kembali kata kataku, lalu mengangguk.

 Mataku melesat ke tempat tidur.  Ini adalah pengingat mengerikan akan apa yang akan terjadi segera.

" ada sesuatu yang lain.  Apa kau mengkonsumsi pil?"

Warna terkuras dari wajahku ketika aku menatapnya.  " tentu saja tidak"

Luca meneliti ku dengan ketenangan yang mengganggu.  " ibumu bisa membuatmu  mulai untuk mempersiapkan pernikahan".

Aku cukup yakin aku memiliki gangguan saraf setiap saat " ibuku takkan melakukan itu.  Ibuku bahkan tak kan bicara mengenai hal hal ini".

Luca mengangkat satu alis.  " tapi kau Tau apa yang akan terjadi antara seorang pria dan wanita di malam pernikahan ?"

Dia mengejek ku, bajingan itu.  " aku Tau apa yang akan terjadi pada pasangan normal.  Dalam kasus kita, ku pikir kata yang kau cari adalah pemerkosaan".

Mata Luca melintas dengan emosi.  " aku ingin kau mulai minum pil".  Dia menyerahkan paket kecil.   Itu KB.

" bukankah aku butuh bertemu dokter sebelum aku mulai mengkonsumsi pengontrol kehamilan ".

" kami punya dokter yang telah bekerja untuk familia selama beberapa dekade.  Ini dari dia.  Kau perlu meminum pil itu segera.  Butuh 48 jam agar pil itu bekerja".

Aku tak percaya.  Dia tampak benar benar semangat untuk meniduri ku.  Perutku menegang.  " dan bagaimana jika aku tak mau".

Luca mengangkat bahu.  " aku akan mengenakan kondom.  Bagaimanapun caranya, pAda malam pernikahan kita, kau adalah milikku".

Dia membuka pintu dan memberi isyarat padaku untuk bergerak.  Seolah olah tak sadar, aku berjalan ke ruang tamu Suite,aku tak bermaksud untuk membuat dia marah, tapi sekarang sudah terlambat.  Ini mungkin bukan yang terakhir kalinya juga.

Umberto berdiri di samping Gianna dan Lily, tampak kesal.  " apa yang kau lakukan disini?"

"Kau harus memperhatikan dengan lebih baik di masa mendatang, dan usahakan untuk seminimum mungkin istirahat". Luca memberitahu Umberto.

" aku hanya pergi beberapa menit dan sudah ada penjaga di pintu lainnya"

Gianna menyeringai, mata Matteo terkunci pada dirinya.  " apa yang kau lihat !" Bentakknya.

Matteo membungkuk ke depan ". Melihat tubuh mu yang hot"

" kalau begitu lihatlah"  dia mengangkat satu bahu, " karena cuma itu yang bisa kau lakukan pada tubuh Panasku".

" hentikan" Umberto memperingatkan.

Aku tak melihat dia, tapi pada Matteo yang memiliki ekspresi  mempertimbangkan di wajahnya.

" Romero akan mengambil alih tugas untuk mengawasi hingga acara pernikahan"  kata Luca.  Umberto membuka mulut,  tapi Luca mengangkat tangannya.  " sudah diputuskan". Dia berbalik ke arah Romero yang langsung berdiri tegak.  Mereka berjalan  beberapa langkah menjauh dari kami.  Gianna memepet ku.  " apa maksud dia?"

" Romero adalah pengawal baru ku".

" dia hanya mau mengontrol mu"

"SH". Aku mengamati Luca dan Romero.  Setelah beberapa saat, Romero melirik ke Lily, kemudian mengangguk dan mengatakan sesuatu.  Mereka akhirnya kembali ke kami.  " Romero akan tinggal bersama mu" kata luca.  Dia begitu dingin karena aku mengatai dia monster.

" dan apa yang harus aku lakukan?" Tanya Umberto

" kau bisa menjaga pintu mereka"

" atau kau bisa bergabung dengan  pesta kami". Matteo menyarankan.

" aku tak tertarik", kata Umberto.

Luca mengangkat bahu.  " terserah.  Schuderi bergabung dengan kami"

Ayahku akan pergi dengan mereka? Aku bahkan tak ingin Tau apa yang mereka lakukan.

Luca berpaling padaku.  " ingat apa yang aku katakan"

Aku tak mengatakan apapun, hanya mencengkram paket pil di tanganku.  Tanpa berkata apa apa lagi, Luca dan Matteo pergi.  Romero membuka pintu.  " kau bisa pergi juga". Dia berkata pada Umberto  yang melotot tapi lalu berjalan keluar setelah beberapa saat.  Romero menutup pintu dan menguncinya.

Gianna menganga.  " kau pasti tidak serius".

Romero bersandar di pintu, lengannya dilipat , dia tak bereaksi.

" kemarilah.  Gianna". Aku menariknya ke sofa dan menjatuhkan diri.  Lily sudah berlutut di kursi, mengamati Romero dengan penuh perhatian.  Mata Gianna jelalatan ke arahku.  " apa ini?"

" pil KB ".

" jangan bilang bajingan itu memberikan Padamu sekarang sehingga dia bisa menggauli mu di malam pernikahan"

"Kau tak akan meminumnya kan?"

"Aku harus,  ini tidak akan menghentikan Luca jika Aku tak meminumnya.  Dia hanya akan marah".

Gianna menggeleng, tapi aku memberi tatapan memohon. " aku tak ingin berdebat denganmu.  Ayo kita menonton film, oke?  Aku benar benar butuh pengalihan". Setelah beberapa saat , Gianna mengangguk.  Kami menonton film secara acak, tapi sangat sulit untuk fokus ketika Romero menjaga kami.

" apa kau akan berdiri disana sepanjang malam?"  Tanyaku akhirnya.  " kau membuatku gugup.  Tidak bisakah kau setidaknya duduk?"

Dia pindah ke arah kursi kosong dan beringsut ke bawah.  Dia melepas jaketnya dan menampakkan kemeja putih dan sarung yang memegang dua senjata dan pisau panjang.

" wow" Lily menarik napas.  Dia berdiri dan berjalan ke arah Romero.  Romero  tetap menjaga perhatiannya ke arah pintu.  Lilly melangkah ke arahnya, dan dia tak punya pilihan lain selain melihat Lily.  Lily tersenyum.  Dia dengan cepat masuk ke pangkuan Romero dan Romero menegang.  Aku melompat dari sofa dan menariknya.  " lily apa yang kau lakukan.? Kau tak boleh bertingkah seperti itu.  Suatu hari seorang pria akan mengambil keuntungan darimu".  Banyak pria kesulitan mengatasi godaan. Provokatif dan terkadang tindakan wanita tidak dimaksudkan untuk itu.

Romero menegakkan tubuh di kursinya.

" dia tak kan menyakitiku.  Luca melarangnya kan?"

" dia bisa saja mencuri keuntungan darimu lalu menggorok lehermu sesudahnya, jadi kau tak bisa mengatakan apapun kepada orang lain". Kata Gianna kasar.  Aku menatapnya tajam.

Mata Lily terbelalak.

" aku tak akan melakukan itu". Kata Romero.  Mengagetkan kami dengan suaranya.

" kau seharusnya tak mengatakan itu"   Gianna bergumam.  " sekarang dia akan terus mengikutimu"

" Lily pergi tidur," aku  menyuruhnya dan dia melakukan protes keras.

" maafkan aku" kataku " dia tak Tau apa yang dia lakukan".

Romero mengangguk.  " jangan khawatir.  Aku memiliki adik perempuan seusianya".

 " berapa umur mu?"

"Dua puluh"

" dan sudah berapa lama kau berkerja untuk Luca?" Gianna mematikan TV untuk fokus pada interogasi ya.  Aku menetap pada sandaran.

"Empat tahun.  Tapi aku sudah jadi Made man (anggota mafia)  selama enam tahun".

" kau pasti sangat bagus sampai Luca memilihmu untuk melindungi Aria"

Romero mengangkat bahu.  " Tau bagaimana Aku bisa menghendel diri dalam pertarungan bukanlah alasan utama,  Luca Tau , aku loyal".

" yang berarti kau tak akan menyerang Aria"

Aku memutar mataku ke Gianna.  Romero tampaknya menyesali karena dia meninggalkan tempatnya di depan pintu.  " Luca Tau dia bisa mempercayai ku untuk apa yang menjadi milik dia".

Bibir Gianna menipis.  Kata kata yang salah untuk diucapkan " jadi jika Aria keluar dalam keadaan telanjang malam ini dan kau terangsang karena apa yang tidak bisa kau tahan, Luca tak akan memotong Bayangmu?"

Romero jelas terkejut.  Dia menatapku, seolah olah dia benar benar khawatir aku akan melakukan itu. " abaikan dia.  Aku tak kan melakukan itu"

"Dimana Luca dan para pria lain berpesta malam ini?"

Romero tak menjawab.

" mungkin di club striptease dan kemudian di salah satu pelacuran yang familia  jalankan" Gianna bergumam.  " kenapa para pria bisa bermain wanita saat kita harus menjaga keperawanan kita  saat malam pernikahan?  Dan kenapa Luca boleh menyetubuhi siapapun dia mau ketika Aria bahkan tak boleh mencium satu lelaki pun?"

" aku tak membuat peraturan itu". Romero berkata dengan singkat.

" tapi kau memastikan bahwa kami tak melanggarnya.  Kau bukan pelindung kami, kau sipir kami"

" apakah kau pernah mempertimbangkan bahwa aku melindungi dari orang orang yang tak Tau siapa Aria ? " dia bertanya.

Aku mengerutkan kening.

" Luca akan membunuh siapa saja yang berani menyentuhmu.  Tentu saja, kau bisa keluar, bermain mata  dengan seorang pria dan Move oN.  Karena kau bukan seseorang yang akan Luca buru".

" Luca bukanlah tunangan ku"  kata Gianna.

" ayahmu akan membunuh pria mana pun yang mendekati mu, karena dia  tak mau seorangpun merusak hartanya yang paling berharga"

Untuk pertama kalinya , aku menyadari bahwa karena aku telah diberikan pada Luca itu bukan berarti Gianna tak akan di paksa untuk menikah dengan orang lain.  Aku tiba tiba merasa sangat lelah.  " aku akan tidur"

Aku berbaring terjaga sepanjang malam, memikirkan cara untuk keluar dari pernikahan ini, tapi satu satunya pilihan adalah Haris menjalaninya dan sementara Gianna pasti akan mengikuti jejak ku. Lalu bagaimana dengan Liliana ?  Aku tak bisa menjaga mereka berdua tetap aman.  Dan bagaimana Fabiano?  Bagaimana ibuku?  Aku tak bisa meninggalkan semuanya.  Aku Tak Tau apa apa lagi. Mungkin aku pengecut.  Walaupun menikahi pria seperti Luca mungkin diperlukan keberanian lebih dari melarikan diri.






1 komentar:

  1. Matteo punya feel ke giana kayaknya. Lily benar² berani ya.
    Semangaaaat buat authornya😄

    BalasHapus

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...