Chapter Satu : I'M REMINGTON
Melanie telah berteriak di telingaku selama setengah jam terakhir dan saraf ku sudah benar- benar lelah dengan apa yang sedang kami saksikan saat ini. , bahkan, aku sampai tak bisa mendengar apa—apa. Hanya jantungku. Berdetak menggila di kepalaku saat dua orang petarung Underground saling menerjang satu sama lain di ring tinju, kedua laki-laki itu sama dalam tinggi maupun berat badan, keduanya sangat berotot dan mereka menonjok muka satu sama lain.
Setiap kali salah satu dari mereka mendaratkan pukulan, sorak -sorai dan tepuk tangan meledak di ruangan, yang penuh sesak dengan setidaknya tiga ratus penonton, mereka semua haus darah. Bagian terburuk dari semua ini adalah bahwa aku bisa mendengar suara – suara tulang kering yang retak di bawah daging, dan rambut di tubuhku mengucapkan rasa ngeri. Sebentar lagi ku rasa salah satu dari mereka akan jatuh dan tak akan pernah bangun lagi.
“Brooke!” melanie , sahabatku, menjerit dan memelukku. “ Kau terlihat siap untuk muntah, kau tidak cocok disini!”.
Aku serius akan membunuhnya.
Begitu aku mengalihkan pandangan dari orang – orang ini dan memastikan mereka berdua masih bernapas setelah menyelesaikan babak ini, aku akan membunuh sahabatku tanpa belas kasihan. Dan kemudian aku akan membunuh diriku sendiri karena setuju untuk datang ke tempat seperti ini.
Tapi sialnya, Melanie sedang naksir dengan seorang pria dan segera setelah dia menemukan objek fantasinya ternyata berpartisipasi dalam pertarungan Underground yang “pribadi” dan “sangat berbahaya” dia memintaku untuk datang bersamnya dan mengawasinya. Hanya saja sangat sulit untuk mengatakan tidak pada Melanie. Dia pemaksa dan ngotot, dan sekarang dia melompat kegirangan.
“Dia selanjutnya”, dia mendesis, tak peduli akan siapa yang menang dalam pertarungan terakhir ini atau tentang apakah mereka selamat. Yang tampaknya, Terima kasih Tuhan, mereka masih hidup.” bersiap- siap lah untuk Bagian paling mencerahkan mata, Brooky!”.
Penonton tiba- tiba terdiam dan si penyiar mengumumkan. “Ladies and Gentlement, Sekaraaang...saat yang kalian semua tunggu , para pria kalian kesini untuk menyaksikan. Yang paling buruk dari yang terburuk, aku mempersembahkan pada kalian, satu , dan satu satunya, Remington 'Riptide' TATE!”.
Rasa menggigil menjalar di sepanjang tulang belakangku saat para penonton menggila karena namanya, terutama para wanita, dan teriakan bersemangat mereka menimpali teriakan satu sama lain.
“Remy, I Love You, Remy!”
“Aku akan menghisap penismu, Remy!”
“Remy, Hajar aku , Remy!”
“Remy, aku menginginkan Riptide mu”.
Semua orang menoleh ke arah tokoh dalam kerudung trots dengan jubah merah yang masuk ke arah ring. Para petarung malam ini tampaknya tidak memakai sarung tangan tinju, dan aku melihat daging jari- jarinya dan kepalan tangan di sisi tubuhnya. Tangannya besar dan kecoklatan, jari- jarinya yang panjang.
Dan di seberang Ring, seorang wanita mengacung -acungkan poster bertuliskan “REMY'S #1 BITCH” Dengan bangganya di udara, dan dia berterik dengan sangat lantang ke arah Remy- Kurasa itu untuk berjaga- jaga jika Dia tak bisa membaca atau melewatkan tulisan berwarna pink neon atau Glitter.
Aku sangat terkejut bahwa sahabatku bukanlah satu- satunya wanita di Seattle yang tampaknya tergila- gila dan telah kehilangan kepala mereka karena lelaki ini, ketika aku merasakan Melanie meremas lenganku. “aku menantangmu untuk menatap dia dan bilang padaku kau tak akan melakukan apapun pada pria itu”.
“aku tak akan melakukan apapun pada pria itu” kataku langsung menjawab, hanya untuk menang.
Dia meraih wajahku dan mengayunkan pandanganku ke arah ring, tapi aku mulai tertawa sebagai gantinya. Melanie mencintai pria. Mencintai tidur dengan mereka, namun ketika dia sudah menangkap mereka, dia tak pernah bisa mempertahankan mereka. Aku, disisi lain, aku tak tertarik untuk terlibat dengan siapapun.
Tidak ketika adikku yang romantis,Nora, mempunyai cukup banyak pacar, dan drama, yang cukup untuk kami berdua.
Aku menatap ke panggung, ketika lelaki itu melepas jubah merah satin dengan Tulisan RIPTIDE di belakanngnya, dan penonton berdiri berteriak, dan bersorak ketika perlahan dia menghadap ke mereka semua. Wajahnya tiba- tiba di depanku, di terangi oleh lampu, dan aku hanya menatap seperti idiot daritempatku. Tuhanku.
OH
TUHAN
Lesung pipinya.
Rahang gelap yang berantakan.
Senyum ke kanak- kanakan. Tubuh sepenuhnya lelaki.
Kulit kecoklatan yang luar biasa.
Rasa merinding tampaknya tiba- tiba tumbuh di tulang belakangku saat aku serasa mabuk dalam keseluruhan paket yang tampaknya membuat semua orang ternganga.
Dia memiliki rambut hitam,dan berdiri dengan sexy nya seakan para wanita menyisirkan jarinya disana. Tulang pipi yang sekuat rahang dan dahinya. Bibir merah seperti habis di cium dan bengkak, dan sebagai souvenir tampak bekas lipstik di rahangnya. Aku melihat ke bawah ke arah tubuh nya yang kekar dan sesuatu terasa mengendap panas di inti tubuhku.
Dia mempesona dengan sempurna dan luar biasa keras. Semuanya, mulai dari pinggul rampingnya dan pinggangnya yang sempit serta bahu yang lebar, padat. Dan bagian sixpacknya. Oh tidak ini Eightpack. Dan bagian V nya di balik satin, celana Boxer biru lautnya, yang lembut memeluk kakinya yang kuat, dan berotot. Aku bisa melihat paha depannya, pecs dan Bucepsnya semau sangat kekar dan sempurna. Tato Celtic melingkar di kedua lengannya, tepat dimana bisepnya menggembung dan bagian runcing dari deltoid persegi berakhir di bahunya.
“Remy! Remy!” Mel berteriak, histeris di sampingku, tangannya menangkup mulutnya. “You Are So Fucking Hot, Remy!”
Kepalanya menengok ke sudut ke arah suara, satu lesung pipitnya terlihat di senyumnya yang Seksi saat dia menghadap kami. Sebuah getaran energi saraf meresapiku, bukan karena dia luarbiasa tampan terlihat dari sudut ini- tapi sebagian besar karena Dia melihat langsung ke arahku.
Satu alisnya terangkat, dan ada secercah kilas ceria di mata birunya yang memikat, juga sesuatu yang......hangat di tatapannya. Seakan dia mengira aku yang berteriak , Oh, Sialan.
Dia mengedipkan matan tanya padaku, dan aku tertegun karena senyumnya yang perlahan memudar, dan di gantikan dengan sesuatu yang terasa intim dan tak tertahankan.
Darahku mendidih.
Vaginaku mengepal ketat, dan aku benci karena tampaknya dia tau.
Aku bisa melihat dia berpikir bahwa dia adalah penyebab utamanya dan dia tampaknya percaya bahwa setiap wanita disini adalah Hawa-nya,di buat dari tulang rusuknya untuk di nikmati. Aku terangsang dan juga marah, dan ini adalah perasaan paling membingungkan yang pernah ku rasakan dalam hidupku.
Bibirnya mengkerut, dan dia berbalik, ketika nama lawannya di umumkan. “Kirk Dirkwood, The Hammer, di sini, untuk kalian semua malam ini!”.
“Dasar Kau pelacur Cilik, Mel!”, aku merengek ketika aku tersadar, mendorong Melanie dengan main-main. “Kenapa kau harus berteriak seperti itu? Dia mengira aku gila sekarang”.
“Ya Tuhan, dia itu tidak hanya mengedipkan mata padamu saja”, Kata Melanie, tampak tertegun.
Oh Tuhan, Ya Dia. Bukankah dia ? Dia mengedip padaku.
Aku hanya sedikit terkejut saat aku mengingat kembali kedipan matanya di kepalaku, dan aku benar- benar akan menyiksa Melanie karena dia layak untuk itu, si gelandangan cilik.
“Dia mengedip padaku”, aku akhirnya mengakui, cemberut ke arah Melanie. “kami berkomunikasi dengan telepati, dan Dia mengatakan ingin membawaku pulang untuk menjadi ibu dari bayi seksi nya”.
“Seakan kau akan mau saja berhubungan sex dengan seorang seperti dia. Kau dan OCD mu!”, katanya, dan mengalihkan kepalanya saat Lawan dari Remington menanggalkan jubahnya. Pria itu adalah sekumpulan otot kekar, tapi tak satu ons pun dari penampilan visualnya bisa mengalahkan kelezatan dari “Riptide”.
Remington membuat gerakan melemaskan lengannya di samping tubuhnya, membentangkan jari- jarinya, dan kemudian memantul-mantulkan betisnya. Dia adalah seorang pria berotot besar tapi sangat ringan di kakinya, yang mana aku tau- karena aku berkecimpung dalam bidang itu- yang artinya dia sangat kuat untuk emnjaga tubuhnya tetap tegak di udara , dikakinya seperti ada sebuah keran kecil.
Lawannya melemparkan pukulan pertama. Remington menghindar dengan cerdas, dan dia datang kembali dengan ayunan penuh yang menghubungkan dan menghantam wajah Lawannya ke samping. Aku dalam hati mengernyit atas kekuatan dari pukulannya; tubuhku ku mengepal saat melihat otot-ototnya berkontraksi dan tegang , bekerja dan melepaskan, dan pada tiap pukulan yang dia lakukan.
Para kerumunan menyaksikan., terpesona, saat pertarungan terus berlanjut, suara retak yang mengerikan membuatku merinding. Tapi ada hal lain yang mengganguku. Fakta akan butiran keringat yang menempel di dahiku , di belahan dadaku. Saat pertarungan itu berlangsung, putingku meremang, bahkan lebih mengerut dan ketat, menusuk bajuku, mendorong cemas terhadap kain sutra bajuku. Entah bagaimana menonton Remington Tate menghajar pria yang di sebut “The Hammer” membuatku menggeliat di rok ku dengan cara yang tak ku suka, apalagi ku harapkan.
Cara dia mengayunkan tangannya, bergerak, menggeram.
Tiba- tiba paduan suara di mulai “REMY...REMY....Remy”.
Aku berbalik, dan melihat Melanie melompat-lompat dan berkata. “Ya Tuhan, pukul dia , Remy!pukul dia sampai pingsan, You Sexy Beast!” Melanie berteriak ketika si Lawan terjatuh ke tanah dengan dentuman keras. Celana dalamku basah kuyup , Nadiku kusut. Aku tak pernah merestui kekerasan. Ini bukanlah diriku, dan aku berkedip heran pada sensasi yang mencambuk sistemku. Nafsu, murni, Nafsu , penuh birahi, dan berdebar mulai dari ujung sarafku.
Pemipin permainan mengangkat lengan Remington yang menandakan dia sebagai pemenang. sesegera setelah dia melancarkan pukulan Knockoutnya, dan dia mengayunkan pandangannya ke arahku , tepat ke arahku. Mata birunya yang tajam bertemu dengan mataku, dan sebuah simpul tertarik di perutku. Dadanya yang berkeringat naik turun dalam helaan nafas yang dalam, dan setetes darah menempel di ujung bibirnya, dan di luar itu semua, matanya mengarah ke padaku.
Panas menyebar dibawah kulitku dan api menjilat seluruh tubuhku. Aku tak akan pernah mengakui ini pada Melanie, bahkan pada diriku sendiri dengan suara keras, tapi kurasa aku tak pernah melihat pria sepanas dia sepanjang hidupku. Cara dia menatapku begitu panas. Cara dia berdiri disana, dengan tangannya yang terangkat ke udara, otot-ototnya yang meneteskan keringat, dengan aura otoritas yang mel ceritakan saat di taksi tadi.
Tak ada permintaan maaf di tatapannya. Dengan cara dia mengabaikan semua orang yang meneriakan namanya dan menatapku dengan tatapan begitu seksual yang seakan membuatku serasa di klaim disini. Kesadaran mengerikan saat aku menyadari pandangannya menyapu diriku.
Mulai dari Rambut Panjang lurusku, yang berwarna Mahoni, yang jatuh di bahuku, lalu turun ke kancing baju paling atasku di kemeja tanpa lenganku, kemudian naik ke leher yang di hiasi renda, celana hitam tinggi- waisted, tapi sangat rapi. Satu set anting hoop emas yang bagus melengkapi mata sewarna wisky ku. Meskipun pilihan pakaianku sangat konservatif, aku merasa benar-benar telanjang.
Kakiku bergetar, dan aku pergi dengan kesan berbeda seakan pria ini ingin menghajarku. Dengan batangnya. Please, Tuhan, aku tidak berpikir seperti itu ; Melanie lah yang seperti itu. Rahimku yang semakin mengetat membuatku kesulitan.
“Remy!Remy!Remy!Remy!”orang mulai berteriak, dan terus bertambah keras.
“kau ingin Remy lagi?” seorang pria dengan mikropone bertanya pada kerumuna, dan keributan semakin menjadi. “baiklah kalau begitu! Mari kita bawa petarung lawan lagi untuk Remington “Riptide “ Tate malam ini.
Seorang pria lain melangkah ke dalam ring dan aku tak bisa tahan lagi. Sistemku sudah overload. Ini mungkin mengapa bukan ide yang baik untuk mengeorbankan sex selama bertahun-tahun. Aku marah karena aku hampir tak bisa berbicara bahkan membuat kakiku bergerak saat aku berbalik dan memberitahu Mel bahwa aku akan ke kamar kecil.
Suara menggelegar melalui speaker saat aku keluar ke jalan besar melalui tribun. “dan sekarang untuk menantang juara kita, Ladies and Gentlement adalah Parker 'the Terror' Drake!”.
Kerumunan kembali hidup dan tiba- tiba , aku mendengar yang tak salah lagi adalah pukulan yang sangat keras.
Menahan dorongan untuk melihat ke belakang apa yang menyebabkan keributan, aku berbalik langsung ke sudut dan menuju langsung ke kamar mandi saat pengeras suara bergema lagi “Holy Cow, itu tadi sangat cepat! Kita mendapatkan KO! Ya, Ladies n Gentlement! Sebuah KO! Dan dalam waktu singkat, pemenang kita kembali lagi, aku memberikan pemenang kita, Riptide! Riptide, siapa sekarang yang akan melompat ke ring- hey mau kemana kau?”.
Kerumunan menggila, dan berteriak- teriak di jalan menuju lobby, “Riptide!Riptide!” dan kemudian mereka tiba- tiba sangat hening, seolah-olah sesuatu tanpa naskah baru saja terjadi.
Aku penasaran dengan keheningan yang tiba- tiba terjadi ketika dentaman langkah kaki menggema di belakangku. Tangan yang hangat memegang tangaku dan sentuhan yang memabukkan menjalariku saat aku berbalik dengan serangan rasa terkejut.
“Apa yang....” aku terkesiap dalam kebingungan dan kemudian menatap dada laki-laki yang berkeringat, dan naik ke atas menuju mata biru yang bersinar. Indra ku berputar-putar di luar kendali. Begitu dekat dengan aromanya menusukku seakan aku mendapat suntikan adrenalin.
“Nama mu”, ia menggeram, terengah- engah, matanya liar.
“Uh, Brooke”.
“Brooke apa?” tukasnya, lubang hidungnya ,melebar.
Magnetisme binatanya begitu kuat kurasa dia baru saja mengambil suaraku. Dia memasuki ruang pribadiku, menyerapku. Mengambil oksigenku dan aku tak bisa memahami cara jantungku berdetak, cara aku berdiri disini, menggigil dalam panas, seluruh tubuh ku terfokus ke tempat dimana tangannya menggenggam tanganku.
Dengan upaya gemetar, aku melepaskan tanganku dan mengarahkan lirikan menakutkan ke arah Mel , yang datang dibelakangnya, terbelalak. “Brooke Dumas”, Kata Mel dan Kemudian dia dengan hati menyodorkan nomor handphone ku.
Bibirnya mengerut dan dia bertemu dengan tatapanku. “Brooke Dumas”, dia hanya mengucapkan namaku tepat di depanku. Dan tepat di depan Mel.
Dan saat aku merasakan sentuhan lidah diantara dua kata itu, suaranya penuh dosa gelap, seperti hal- hal yang kau dambakan untuk makamn tapi benar- benar tak di perbolehkan, dan keinginan itu membengkak antara kakiku. Matanya panas dan seakan hanya untukku ketika ia menatapku . Aku tak pernah di tatap seperti ini sebelumnya.
Dia melangkah kedepan dan tangan basah meluncur ke tengkuk leherku. Nadiku mengerat saat dia merendahkan kepalanya yang hitam untuk mengatur ciuman kecil dan kering di bibirku. Rasanya seperti dia menandaiku. Seperti dia mempersiapkan aku untuk sesuatu yang momumental. Bisa perubahan baik ataupun sesuatu yang merusak hidupku.
“Brooke”, ia menggeram pelan, penuh arti, diatas bibirku saat dia menarik bibirnya dengan senyum. “Aku Remington”.
Aku merasakan tangannya di tubuhku saat perjalanan pulang. Aku masih merasakan bibirnya di bibirku. Kelembutan ciumannya. Tuhan , aku bahkan tak bisa bernapas dengan benar, dan aku melingkar seperti kobra di pojokan kursi belakang taksi, menatap membabi buta ke luar jendela ke arah lampu- lampu kota yang terlewati, putus asa untuk melampiaskan sensasi berputar yang ada di tubuhku. Sayangnya aku tak memiliki seorang pun untuk di jadikan pelampiasan, kecuali Mel.
“Tadi begitu intense” Mel berkata dengan terengah- engah di sisiku.
Aku menggeleng. “apa sich yang baru saja terjadi Mel? Cowok itu menciumku di depan orang ramai! Apakah kau menyadari ada orang- orang yang mengabadikan adegan tadi dengan ponsel mereka?”.
“Brooke, dia terlihat begitu Hot. Setiap orang ingin mengambil foto dirinya. Bahkan bagian dalam diriku berdengung dari cara dia menghampirimu dan menciummu . Aku bahkan belum pernah melihat seorang pria mengejar seorang seorang wanita dengan cara seperti itu. Sialan, ini seperti adegan Porno dalam romantisme”.
“Diam, Mel” aku mengerang. “ ada alasan mengapa dia di larang dalam olahraganya. Jelas dia berbahaya atau gila atau keduanya”.
Tubuhku terbalut gairah. Matanya, aku bisa merasakan matanya menatapku. Begitu intense dan lapar. Aku langsung merasa kotor. Aku menusuk tengkuk dimana dia meletakkan tangannya yang berkeringat. Aku menggosokknya dan tak akan berhenti menusuk- nusuknya, dan tak akan bisa menenangkan tubuhku, tak akan menenangkan diriku.
“Oke, serius. Kau harus lebih sering keluar lagi. Remington Tate mungkin memiliki sikap yang buruk tapi dia lebih seksi dari dosa, Brooke. Ya dia di larang dalam kelakuan buruk karena dia adalah cowok yang nakal, dan usil. Lihatlah siapa yang tau kotoran apa yang ada kehidupan pribadinya? Yang aku tau adalah itu sangat mengerikan dan menjadi beberapa berita utama, dan sekarang tak seorang pun peduli. Dia adalah favorit dalam pertandingan Underground, dan segala macam klub pertarungan memujanya. Dan itu sepaket dengan gadis- gadis yang dia dapat.
Sebagian besar diriku bahkan tidak bisa percaya cara pria itu manatapku, seakan terasah dalam diriku, dalam kerumunan penuh jeritan wanita-wanita, dia hanya melihatku, dan aku bahkan terbuai saat memikirkan itu. Dia menatapku dengan mata yang sangat panas dan aku tak ingin mata yang panas. Aku tak menginginkan dia, atau pria manapun, untuk saat ini. Apa yang ku inginkan adalah pekerjaan. Aku baru selesai magang di sekolah menengah setempat, dan baru saja di wawancarai oleh perusahaan rehabilitasi olahraga terbaik di kota. Tapi ini sudah dua minggu dan tak ada panggilan.
Aku berada di titik dimana aku merasa frustasi secara mental dimana kau merasa tak akan ada seorang pun yang memanggil.
Aku melebihi frustasi.
“Melanie, lihat aku”, aku menuntut. “apa aku terlihat seperti pelacur menurutmu?”.
“Tidak, sweeti. Kau adalah wanitu muda yang sangat elegan di luar sana”
“jika aku mengenakan setelan seperti ini di acara seperti ini, ini adalah cara untuk meghindari bajingan seperti dia”.
“mungkin kau harus mengenakan pakaian yang lebih etrlihat seperti pelacur dan berbaur?” dia menyeringai dan aku langsung cemberut.
“aku membencimu. Aku tak akan pernah datang ke acara seperti itu lagi denganmu”.
“kau tidak membenciku. Kemarilah beri aku pelukan”, aku bersandar di pelukannya dan memeluknya ringan sebelum teringat dengan pengkhianatannya.
“bagaimana bisa kau memberinya nomorku? Apa yang kita ketahuitentang pria ini, Mel? Apakah kau ingin aku berakhir di bunuh di sebuah lorong gelap dan bagian tubuhku di lempar ke beberapa tempat sampah?”
“itu tak akan terjadi pada seseorang yang mengambil banyak kelas beladiri sepertimu”.
Aku menghela napas dan menggelaeng padanya , tapi dia menyeringai dengan senyum manis padaku. Aku tak pernah bisa lama- lama marah dengannya.
“Ayo, Brooke. Kau seharusnya menemukan kembali dirimu”, Mel berbisik, membaca diriku dengan sempurna. “Brooke yang baru dan telah berubah harus berhubungan Sex sekarang dan seterusnya. Kau dulu seperti itu ketika kau berkompetisi”.
Gambaran Remington yang telanjang muncul di kepalaku dan itu sangat panas dan membuatku menggeliat di kursi dan aku melemparkan pandangan marah ke jendela, meggelengkan kepala lebih tegas kali ini. Apa yang membuatku marah adalah pikiran yang telah remington bangkitkan dalam diriku. Aku merasa.....demam.
Tidak, aku bukannya menolak hubungan Sex, hanya sebuah hubungan sangatlah rumit, dan aku tak memiliki peralatan emosional saat ini untuk menghadapi itu. Aku masih merasa agak rusak karena kegagalan dan sednag mencoba karir baru. Ada video mengerikan di Youtube berjudul Dumas, hidupnya berakhir! Yang di rekam oleh beberapa amatiran selama uji coba olimpiade pertamaku dan sudah disaksikan banyak orang- seperti video yang mempermalukan banyak orang. Disinilah saat yang tepat dimana hidupku hancur dan diabadikan dalam sebuah film dan sekarang dapat di putar dan di putar, berulang-ulang, sehingga dunia bisa menonton untuk kesenangan mereka. Video itu menujukan tiap detik ketika menjadi kaku dan aku tersandung, dan tepat di ACL ku – anterior cruciate Ligamen- aku mengucurkan air mata dan terduduk.
Video itu tak lebih dari empat menit, video singkat ini menarik. Bahkan kamera paparazi anonim menguntitku terus menerus bukannya orang lain. Kau bisa dengar suaranya “ sial hidupnya berakhir,” di latar belakang. Yang jelas menginspirasi judul video itu.
Jadilah itu lah aku, dia sebuah film buatan di kehidupan nyata ini, melompat kesakitan dari terk yang menyedihkan, menagisi hatiku. Menangis bukan karena rasa sakit di lututku, tapi rasa sakit karena kegagalanku sendiri, dan aku hanya ingin dunia menelanku dan aku ingin mati karena aku tau , tau, tahu benar bahwa semua trainingku telah sia- sia. Tapi bukannya bumi membuka dan menghisapku , aku malah di filmkan.
Komentar mematikan di bawah video masih segar teringat di pikiranku. Beberapa orang berharap bahwa aku baik – baik saja dan mengatakan bahwa video itu memalukan. Tetapi yang lain tertawa dan bercanda tentang itu, seakan aku memohon untuk hal ini terjadi.
Dan komentar yang sama telah membuatku dilanda keraguan, siang dan malam, selama bertahun- tahun, karena aku mengulang ulang hari itu dan bertanya- tanya apa yang salah. Dan aku bisa mengatakan dengan baik bahwa aku tak hanya sekali merobek ACL ku , tapi yang kedua kalinya adalah ketika aku menolak bahwa “hidupku telah berakhir”, aku keras kepala dan ingin mencoba lagi. Dan aku tau apa yang kulakukan adalah salah., tapi jelas sekarang fisikku tak memungkinkan untuk melakukannya lagi.
Jadi sekarang aku hanya berusaha keras untuk melanjutkan hidupku seakan aku tak pernah bertanding di olimpiade , dan hal terakhir yang ku inginkan adalah seorang pria mengambil waktuku yang bisa aku dedikasikan untuk membangun masa depan di profesiku yang baru.
Adikku , Nora, adalah orang romantis yang paling bersemangat, meskipun dia hampir dua puluh satu dan tiga tahun lebih muda daripadaku, dialah yang hidup di dunia, dan mengirimiku kartu pos dari tempat berbeda, menceritakan pada Mom, Dad, dan aku tentang “kekasihnya”.
Aku ? Aku adalah salah satu orang yang mengabiskan seluruh waktu mudanya untuk menuruti impiannya, satu satunya impianku adalah mendapatkan Medali Emas. Tapi tubuhku menyerah jauh sebelum jiwa ku menginginkannya, dan aku bahkan tak pernah berhasil dalam kompetisi dunia.
Ketika kau menerima kenyataan bahwa tubuhmu kadang- kadang tidak dapat melakukan apa yang kau inginkan, itu sangat menyakitkan hampir lebih buruk dari rasa sakit fisik yang terluka. Iniadalah mengapa aku mencintai rehabilitasi karena cedera olahraga. Aku mungkin masih tertekan dan marah jika aku tak menerima bantuan yang ku butuhkan. Dan inilah mengapa aku ingin mendapatkan perkerjaan, ingin merasakan, mungkin, akhirnya sebuah kesuksesaan dalam sesuatu.
Namun anehnya, saat aku terjaga di malam hari, bukanya adikku yang kupikirkan ataupu karir baruku atau bahkan, olimpiade mengerikan yang menjadi tak terjangkau lagi olehku.
Satu- satunya yang terpikir oleh ku adalah setan bermata biru yang meletakkan bibirnya di bibirku.
**
keesokkan paginya aku dan Melanie pergi berlari di taman yang teduh di lingkungan kami, seperti yang biasa kami lakukan di hari kerja, baik hujan ataupun cerah., setiap dari kami mengenakan armband dan dengan ipod kami ada di dalamnya, tapi tampaknya kami sedang tak mendengarkan apapun kecuali satu sama lain.
“Kau menjadi trending di Twitter, You Whore. Itu seharusnya aku”, dia mengklik ponselnya, dan aku cemberut, mencoba mengintip apa yang dia baca.
“Maka seharusnya kau menyerahkan nomor ponselmu, bukannya nomor ponselku”.
“dia sudah menelpon belum?”.
“City Hall jam sebelas. Tinggalkan sahabat gila mu di rumah, “ itu lah yang dia katakan”.
“Haha!”, katanya, meraih telepon ku, menyodorkan miliknya, dan menekan pass code untuk masuk ke pesan ku”.
Aku menyipitkan mataku karena si kucing cilik nakal ini tau semua passwordku, aku bahkan tak bisa menyimpan rahasia dari dia, jika saya ingin. Aku berdoa dia tidak melihat riwayat pencarian Google ku atau dia akan tahu aku telah mencaritau tentang Remington. Sejujurnya aku bahkan tidak ingin memasuki fakta bahwa aku telah memasukan namanya ke dalam pencarian Google Bar lebih sering daripada yang bisa aku hitung. Untungnya mel hanya memeriksa panggilan tak terjawabku dan tentunya tak ada panggilan dari dia.
Di lihat dari artikel yang aku baca tadi malam, Remingon Tate adalah dewa pesta, dewa seks, dan pada dasarnya , seorang Dewa. Dan pengacau, untuk di tendang. Dan tepat nya pada titik ini, dia mungkin saja sedang teler dan mabuk dengan para wanita telanjang dan puas di ranjangnya dan berpikir , “Brooke siapa ya?”
Melanie merenggut telponnya kembali, membersihkan tenggorokannya , dan membaca feed di twitter. “oke, ada beberapa komentar baru yang perlu kau dengar. 'belum pernah terjadi sebelumnya . Apakah kalian semua melihat Riptide mencium penonton?' Holly Crap, cepat sekali! Aku mendengar perkelahian terjadi dengan sangat cepat ketika dia mencoba mengejar gadis itu. Dan dia menyingkirkan seorang pria!' Bertarung di luar Ring adalah iligal dan RIP mungkin tidak di perbolehkan untuk bertanding selama sisa musim ini atau bahkan selamanya. Ya itu sebabnya kemapa dia di keluarkan dari liga PRO!” “Ini semua adalah beberapa komentar”, Melanie menjelaskan saat dia menurunkan telepon dan menyeringai. “aku suka cara mereka memanggil dia RIP. Jadi lawan- lawannya beristirahat dalam damai. Mengerti? Lagi pula, jika dia bertarung, dia hanya punya hari sabtu ini sebelum dia berpindah ke pertandingan selanjutnya di kota berikutnya. Apakah kita akan pergi atau kita akan pergi?”.
“itulah yang dia ingin ketahui ketika dia menelpon”.
“Brooke! Apakah dia sudah atau belum menelpon?”
“bagaimana menurutmu Mel? Dia punya berapa banyak follower di twitter? Sejuta?”
“Tepatnya dia punya 2.3 Juta follower”.
“Well, itulah jawaban untuk mu” sekarang. Aku hanya marah, dan aku bahkan tak tau mengapa.
“tapi aku yakin dia memiliki rasa lapar yang sangat untuk bersetubuh dengan Brookey semalam”.
“seseorang telah mengurus itu sekarang. Itulah cara orang-orang ini berkerja”.
“kita masih harus tetap pergi sabtu pagi”, Melanie mendekritkan itu dengan cemberut yang membuat wajah cantiknya terlihat hampir lucu. Dia hanya bukan tipe yang pernah marah dengan siapa pun. “dan kau perlu mengenakan sesuatu yang membuat bola matanya keluar dan membuat dia menyesal karena tak menelponmu. Kalian bisa mendapat one night -stand yang mengguncang maksudlku benar- benar bergoyang”.
“Miss Dumas?”
kami baru saja kembali ke apartemenku dan aku mengintip melalui sinar matahari pagi ada seorang wanita tinggi berusia sekitar empat puluhan berpotongan rambut bob berdiri di depan tangga gedung apartemenku. Senyummnya hangat dan terlihat agak binggung saat dia mengulurkan sebuah amplop dengan namaku tertulis di atasnya “Remington tate ingin aku menyerah ini secara pribadi kepada anda”.
Mendengar namanya terucap dari bibir wnaita itu membuatku jantungku berdebar, dan tiba- tiba lebih kencang daripada ketika aku jogging pagi tadi. Tanganku gemetar saat aku membuka amplop itu saat aku menarik sebuat tiket pass berwarna biru dan kuning. Ini adalah tiket backstage pass untuk pertandingan Underground yang akan di lakukakn sabtu ini. Ini adalah kursi barisan depan dan empat kursi dari mereka. Perutku melakukan hal- hal lucu ketika aku melihat di tiket itu tertulis namaku diatasnya dengan tulisan yang sangat jantan, huruf berantakan itu, ku duga adalah miliknya.
Aku serius tak bisa bernapas.
“Wow”. Bisikku , tertegun. Sebuah gelembung kecil kegembiraan tumbuh dengan cepat di dalam diriku dan aku hampir merasa aku bisa menambahkan b beberapa putaran lagi untuk berlari.
Senyum wanita itu melebar. “haruskah aku katakan padanya bahwa kau mengatakan “Ya”?”.
“Ya”, sebuah kata terlepas dariku bahkan sebelum aku dapat berpikir tentang itu. Bahkan sebelum aku bisa merenungkan semua berita tentang dia yang aku baca kemarin, kebanyakan dari berita itu menyoroti kata- kata “bad boy”, “pemabuk”, “pertarungan bar”, dan “prostitusi”.
Karena ini hanyalah sebuah pertadingan, benarkan?
Aku tak berkata ya untuk yang lain.
Benarkan?
Aku menatap tak percaya pada tiket itu lagi dan Melanie melongo ke arahku saat wanita itu masuk ke escalade hitam. Setelah mobil itu mengaum pergi, dia memukul bahuku dnegan main- main. “kau pelacur. Kau menginginkan dia , bukan? Ini harusnya menjadi fantasi ku , kau sialan!”.
Aku tertawa saat aku menyerahkan padanya tiga tiket, otak ku berputar- putar dengan fakta bahwa dia membuat semacam kontak dengan ku hari ini. “kurasa kita akan pergi, setelah semua ini. Bantu aku merekrut geng, mau kan?”
melanie meraih bahuku dan berbisik di telingaku saat dia mengarahkan langkahku menuju gedung apartemenku. “katakan itu \tadi hanya membuatmu sedikit tergelitik”.
“itu tadi tidak membuat ku sedikit tergelitik”. Aku mengatakan secara otomatis dan sebelum aku masuk ke apartemenku, aku menambahkan “ itu tadi membuatku sangar tergelitik”
melanie menjerit dan menuntutku untuk memilih pakaian yang akan di kemnakan untuk hari sabtu, dan aku akatakan padanya ketika aku ingin terlihat seperti pelacur, aku akan mengatakan padanya. Akhirnya mel menyerah terhadap isi lemariku, mengatakan tidak ada sesuatu yang bisa di katakan seksi , dan dia harus pergi berkerja, sehingga dia akhirnya meninggalkan ku selama sisa hari. Tapi rasa sedikit tergelitik itu tak pergi dengan mudah. Aku merasakannya ketika aku mandi, berpakaian, dan ketika aku memeriksa emailku untuk lowongan pekerjaan lagi.
Aku tak bisa menjelaskan mengapa aku begitu gugup membayangkan bertemu dengan dia.
Kurasa aku menyukainya dan aku tak suka dengan apa yang kurasakan.
Kurasa dia adalah seseorang yang sempurna untuk one night stand dan aku tak percaya aku mulai bertanya- tanya tentang itu.
**
alaminya, seperti sebagian wanita dengan siklus hormon yang berkerja pada hari sabtu, aku berada di titik yang benar- benar berbeda darri siklus bulanankeu, dan aku sudah menyesali hampir selusin kali karena berkata ya untuk datang ke pertandingan itu. Aku menghibur diri bahwa teman- temanku, setidaknya, sangat bersemangat tentang pertandingan itu.
Melanie mengajak pandora dan Kyle untuk datang bersama kami. Pandora berkerja dengan Melanie di perusahaan desain interior. Kyle masih kuliah untuk menjadi dokter gigi dan dia adalah tetangga apartement ku , teman lama, dan teman Mel sejak sekolah menengah. Dia adalah kakak laki- laki yang tak pernah kami punya, dan dia begitu manis, dan pemalu dengan perempuan lain dan dia sampai harus membayar seorang profesional untuk mengambil keperjakaannya.
“aku sangat senang kau menyupiri kami, Kyle”, kata Melanie saat ia masuk ke kursi belakng denganku.
“aku bersumpah bahwa kalian semua memang mau nya begitu”, katanya, tapi dia tertawa, jelas terpicu dengan pertarungan itu.
Kerumunan di Underground malam ini setidaknya dua kali lipat dari yang terakhir kalinya kami disini dan kami menunggu sekitar dua puluh menit untuk naik ke lift yang menurunkan kami ke arena.
Sementara melanie dan yang lain pergi mencari kursi kami, aku menyelipkan tiket backstge pas di belakng leherku dan berkata pada Melanie. “aku akan menyelipkan beberapa kartu namaku di suatu tempat sehingga para petarung bisa melihatnya”.
Aku harus menjadi gila untuk membiarkan kesempatan ini berakhir sia- sia. Para athlet ini besar, kumpulan otot dan organ yang utam, satu senjata mematikan untuk melawan petarung yang lain, dan jika ada kesempatan untuk melakukan pekerjaan rehab sementara, aku akan menenmukannya disini.
Saat aku menunggu dalam antrean untuk di izinkan masuk ke bagian akses terbatas , aroma bir d
an keringat menembus udara. Aku melihat Kyle melambai dari kursi kami di pbagian kanan ring , dan aku tertegun melihat seberapa dekat para petarung dengan kami. Kyle tampaknya bisa menyentuh lantai ring jika dia melangkah satu langkah ke depan dia bisa merentangkan seluruh lengannya.
Kau bisa melihat pertarungan dari ujung arena tanpa harus membayar sepeser pun kecuali tip untuk para tukang pukul, tapi tiket tempat duduk berharga mulai dari lima puluh dolar hingga lima ratus dolar dan tiket yang Remington Tate kirimkan adalah berharga lima ratus dollar. Menjadi penganggauran selama dua minggu semenjak kelulusanku dan aku sudah meregangkan tabunganku untuk sebuah pengobatanku bertahun- tahun yang lalu , aku tak akan pernah mampu untuk membeli tiket ini. Teman- temanku, yang baru saja mendapat gelarnya, tak akan mampu membayarnya juga. Mereka mengambil segala pekerjaan yang isa mereka dapatkan di pasar kerja yang menyebalkan.
Berdesakan dianatara orang – orang , aku akhirnya bisa menyerahkan backstage pass ku dengan senyum bahagia dan aku diizinkan menyusuri lorong panjang dengan beberapa ruangan terbuka di sepanjang satu sisi.
Setiap ruangan memiliki bangku dan deretan loker dan aku melihat beberapa petarung di berbagai penjuru ruangan, bercakap- cakap dengan tim mereka. Di ruangan ketiga aku mengintip ke dalam , dia ada disana, dan getaran kegugupan bergegas merasuki ku.
Dia duduk dan sangat santai., membungkuk , di bangku merah panjang, menonton seorang pria botak mengkilap yang sedang memperban salah satu tangannya,satu tangannya yang lain sudah selesai di perban, semuanya di tutupi dengan tali berwarna krem, kecuali buku- buku jarinya. Wajahnya ternebung dan sangat kekanak- kanakan dan ini membuatku bertanya- tanya berapa umurnya. Dia mengangkat kepalanya yang gelap, seakan merasakanku,dan mendapatiku segera. Kilatan sesuatu yang aneh dan percikan api yang kuat di matanya, dan bergegas merasuki tubuhku seperti petir. Aku menahan reaksiku dan melihat bahwa pelatihnya sibuk menceritakan sesuatu.
“Well, well,well...”
aku beralih ke suara di sebelah kananku dan secercah rasa takut membuka bagian tengah tubuhku. Seorang petarung besar berdiri hanya satu kaki jauhnya , menelitiku dengan matanya yang murni mengintimidasi, seakan aku adalah makanan penutup , dan dia memiliki sendok sempurna untuk di gunakan.
Aku melihat Remington mengambil rekaman dari pelatihnya dan membuangnya ke samping sebelum dia berdiri dan perlahan- lahan berjalan ke arahku, kesadaran akan tubuhnya merembes ke setiap pori- poriku.
Suara lembut itu di telingaku membuatku aku gemetar saat dia menghadapi pengagumku. “ menyingkirlah” dia mengatakan pada para pria lain dengan lembut.
Pria yang ku kenali sebagai THE HAMMER tidak lagi menatapku. Sebaliknya dia melihat ke atas kepalaku dan sedikit ke samping. Kurasa setelah dia berdiri di samping Remington , dia tidak tampak terlalu besar.
“Dia milikmu?” dia bertanya dengan menyipitkan matanya.
Pahaku berkeringat ketika suara jawaban menyelip ke daun telingaku , seperti beludru dan sangat keras. “aku bisa menjamin padamu. Dia bukan milikmu”.
The Hammer pergi, dan untuk waktu yang lama, Remington berdiri disana, sebuah menara terdiri dari otot hampir menyentuh ku, kehangatan tubuhnya menyelimutiku. Aku menundukkan kepalku dan berbisik. “Terima kasih” dan dengan cepat pergi dan aku ingin mati sebab aku bersumpah pada Tuhan dia hanya menunduk untuk menghirup aromaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar