Minggu, 08 Mei 2016

Chapter lima ; bound By honor

Pada siang hari sebelum hari pernikahan , keluargaku pindah dari Mandarin oriental dan menuju ke vittielo Mansion di Hamptons.  Mansionnya adalah sebuah gedung sangat besar yang  terinspirasi dari italian palazzo. Yang dikelilingi oleh taman seluas tiga ekar.   Perjalanan begitu jauh dan berangin, dan melewati empat garasi dobel  dan dua ruang tamu  sampai itu berakhir di depan Mansion dengan bagian depan putih dan atap merah .  Patung Keramik putih berdiri di dasar dari tangga dobel yang mengarah ke pintu depan.

Didalam, langit langit berornamen, keramik putih kotak kotak dan lantai, dan pemandangan teluk serta kolam renang panjang di jendela , menyesakkan napasku.   Ayah dan ibu tiri Luca memimpin kami menuju lantai dua sayap kiri dimana kamar tidur kami berada.

Gianna dan aku bersikeras untuk berbagi kamar. Aku tak peduli jika itu membuat kami terlihat tidak dewasa.  Aku butuh dia di sisiku.  Dari jendela kami dapat melihat bagaimana para pekerja mulai menyiapkan paviliun besar yang berfungsi sebagai gereja besok.   Di luar itu laut bergejolak.  Luca tak akan tiba sampai hari berikutnya sehingga kami tak akan berpapasan secara tidak sengaja sebelum pernikahan, yang akan merupakan nasib buruk.  Aku sejujurnya tak Tau bagaimana aku bisa mendapat nasib buruk lebih lagi dari yang sudah aku miliki.

***

" hari ini adalah harinya"  ibu berkata dengan sorakan palsu.

Aku menyeret diriku keluar dari tempat tidur.  Gianna menarik selimut ke atas kepalanya, menggerutu tentang bahwa hal itu masih terlalu dini.

Ibu mendesah.  " aku tak percaya kalian berbagi kamar seperti anak usia Lima tahun"

" seseorang harus memastikan Luca tidak menyelinap masuk" kata Gianna dari bawah selimut.

" Umberto berpatroli di koridor"

" seakan -akan dia akan melindungi Aria dari Luca " gumam Gianna, akhirnya duduk.  Rambut merahnya berantakan.

Ibu mengerutkan bibirnya.  "Kakakmu tak membutuhkan perlindungan dari suaminya"

Gianna mendengus, tapi ibu mengabaikannya, dan mengantarku ke kamar mandi.  " kita harus membuatmu siap. Perias akan berada di sini setiap saat. Mandilah cepat"

Saat air hangat membasuh tubuhku, kenyataan telah di atur.  Ini adalah hari yang sudah aku takutkan begitu lama.  Malam ini aku akan menjadi Aria vittielo, istri Capo dei Capi masa depan, dan mantan perawan.  Aku bersandar di kabin mandi.  Aku berharap seperti pengantin lainnya.  Aku berharap aku bisa menikmati hari ini.  Aku berharap  tidak memikirkan malam pernikahan ku dengan penuh keraguan, tapi aku belajar amat lama bahwa berharap tidak akan mengubah apapun.

Ketika aku melangkah keluar dari kamar mandi, aku merasa dingin.  Bahkan bulu kuduk ku tak berhenti menggigil.  Seseorang mengetuk dan Gianna masuk dengan cangkir dan mangkuk di tangannya.  " kopi dan salad buah.  Tampaknya kau tak diizinkan untuk sebuah pancake karena bisa menyebabkan kembung.  Omong kosong macam apa itu".

Aku mengambil kopi tapi menggeleng untuk makanan."aku tidak lapar"

" kau tak bisa menjalani sepanjang hari  tanpa makan atau akan pingsan ketika kau menyusuri
lorong".  Dia berhenti.  " padahal, aku sepakat dengan pemikiran kedua, aku ingin melihat wajah
Luca ketika kau melakukan itu".

Aku meneguk kopi lalu mengambil mangkuk dari Gianna dan makan beberapa potong pisang.  Aku benar benar tak ingin pingsan.ayah akan marah, Luca juga mungkin tak akan senang dengan hal itu.

" Para perias telah tiba dengan rombongannya.  Kau bisa mengira mereka butuh  merias sebuah pasukan istri ikan"

Aku tersenyum lemah.  "Ayo jangan biarkan mereka menunggu lama"

Tatapan khawatir Gianna mengikutiku saat aku berjalan  menuju kamar tidur.   Dimana Lily serta ibuku sudah menunggu dengan tiga orang perias.  Mereka memulai pekerjaan mereka sekaligus, mewaxing kaki serta ketiak kami. Ketika Aku berpikir bahwa penyiksaan telah berakhir , si perias bertanya.  " zona bikini? Apakah kau Tau apa yang suami mu lebih sukai?"

Pipiku meledak panas.  Ibuku sebenarnya  memperhatikan jawabanku.  Hanya jika aku Tau satu hal saja tentang Luca  dan kesukaannya, khususnya mengenai rambut di tubuhku.

" mungkin kita bisa menelepon salah satu pelacur-pelacurnya". Gianna menyarankan.

Ibu tersentak.  "Gianna!"

Lily tampak tak mengerti tentang keseluruhan situasi ini.  Dia mungkin telah menjadi ratu penggoda, tapi bukan tentang ini semua.

" aku akan menghapus semuanya kecuali untuk bagian segitiga kecil, oke?"kata perias itu dengan suAra lembut dan aku mengangguk, memberi senyum bersyukur.  Butuh satu jam untuk membuat kami siap.  Ketika make up sudah selesai dan rambutku di jepit dengan  jepitan rumit yang nantinya
akan memegang kerudung  dan mahkota berlian, bibi ku Livia dan Ornatella datang membawa gaun pengantin serta gaun pengiring pengantin untuk Lily dan Gianna.  Hanya tinggal satu jam lagi sampai upacara pernikahan.

Aku menatap bayanganku di cermin.  Gaunnya begitu indah, kereta kapel berjajar di belakangku, dan bordir platinum bersinar di manapun sinar matahari mengenai , dan sabuk kerajaan di ikatan dengan pita satin putih.

" aku suka garis leher berbentuk hati.  Ini memberimu belahan dada yang menakjubkan". Seru bibi Livia.  Dia adalah ibu Valentina.

"Luca pasti akan menghargai itu". Kata bibi Ornatella.

Sesuatu di wajahku membuat ibuku menyadari bahwa aku hampir mengalami gangguan saraf , jadi dia mengantar bibi bibiku keluar. " biarkan tiga gadis ini menghabiskan waktu"

Gianna melangkah ke sampingku.  Rambut merahnya kontras dengan gaun mint.  Dia membuka kotak berisi kalung.  Berlian dan mutiara mengelilingi benang emas putih yang rumit.  "Luca tidak menghabiskan terlalu banyak biaya , bukan?  Kalung serta Mahkotamu kemungkinan melebihi biaya yang sebagian orang bayarkan untuk membeli rumah mereka"

Percakapan dan tawa para tamu yang berkumpul di bawah naik dari kebun  melalui jendela terbuka ke dalam ruangan.  Sesekali suara bising yang terdengar.

" suara apa itu?" Tanyaku, mencoba untuk mengalihkan diri.  Gianna berjalan ke jendela dan mengintip keluar.  " seorang pria mengambil senjata mereka, dan menempatkannya di kotak kotak plastik".



"Berapa banyak?"

Gianna mengangkat alisnya.

" berapa banyak senjata yang lelaki itu ambil?"

"Satu". Dia mengerutkan kening, kemudian sadar, dan aku mengangguk muram.  " hanya orang bodoh yang meninggalkan rumah dengan kurang dari dua senjata"

"Kemudian mengapa di pertunjukan?"

"Itu simbolik" kataku.  Seperti pernikahan menakutkan ini.

"Tapi jika mereka semua ingin kedamaian, mengapa tidak datang tanpa bersenjata ? Lagian ini adalah pesta pernikahan"

"Ada pernikahan berdarah sebelumnya.  Aku melihat gambar pernikahan dimana kau tak bisa mengatakan warna gaun pengantin itu lagi.  Itu terendam dalam darah"

Lily bergidik.  " itu takkan terjadi hari ini , kan?

Apapun itu mungkin.  "Tidak, Chicago dan New York terlalu sangat membutuhkan.  Mereka tak bisa mengambil risiko menumpahkan darah antara satu sama lain  selama Bravta dan Taiwan menjadi ancaman".

Gianna mendengus.  "Oh bagus, itu menghibur".


"Hal ini"kataku tegas.  " setidaknya kita Tau tidak ada yang datang untuk menyakiti kita hari ini".  Perutku diplintir menjadi simpul.  Terkecuali bagiku, mungkin, mungkin.

Gianna memelukmu dari belakang dan mengistirahatkan dagunya di bAhuku yang telanjang " kita masih tetap bisa lari.  Kita bisa mengeluarkan mu dengan gaun mu dan kabur.  Mereka semua sibuk.  Tak akan ada seorangpun yang sadar"

Lily menganggukkan kepalanya penuh semangat dan bangkit dari tempatnya duduk di tempat tidur.

Luca akan sadar.  Aku memaksakan senyum berani.  "Tidak.  Ini sudah telat"

"Belum" Gianna mendesis.  "Jangan menyerah"

"Akan ada darah di tanganku jika aku menghancurkan perjanjian ini.  Dia akan saling bunuh sebagai gantinya"

"Mereka semua memiliki darah di tangan mereka.  Setiap orang orang sialan di taman itu"

"Jangan mengumpat"

" sungguh? Seorang lady tidak mengumpat". Gianna menirukan suara ayahku.  ". Dari mana kau dapatkan  perilaku seperti wanita kecil penurut itu?"

Aku membuang muka.  Dia benar.  Dan itu telah membawaku kedalam pelukan orang paling mematikan di negara ini.


" maafkan aku". Bisik Gianna "aku tak bermaksud seperti itu".

Aku mengaitkan jari jari kami. "Aku Tau .  Dan kau benar.  Sebagian besar orang di taman memiliki darah di tangan mereka dan layak mati, tetapi mereka adalah keluarga kita, satu satunya yang kita punya.  Dan orang yang tak bersalah seperti Fabiano".

"Fabiano akan memiliki darah  di tangannya segera", kata Gianna pahit.  " dia akan menjadi seorang pembunuh".

Aku tak menyangkal itu.  Fabiano akan memulai proses inisiasi pada usia dua puluh tahun.  Dan jika apa yang Umberto katakan itu benar, Luca telah membunuh manusia pertamanya pada usia sebelas.  " tapi dia tak bersalah sekarang, dan ada anak anak di luar sana, dan juga wanita".

Gianna menatapku dengan tatapan tajam di cermin.  "Apakah kau benar -benar percaya bahwa salah satu dari kami tidak bersalah?"

Dilahirkan di dunia ini, berarti dilahirkan dengan darah di tanganmu.  Dengan setiap napas yang kita ambil, dosa terukir lebih dalam ke kulit kita.  Lahir dalam darah.  Dan di lantik dengan darah seperti moto dari New York Cosa Nostra.  "Tidak"

Gianna tersenyum muram.  Lily berjalan ke tempat tidur dan mengambil kerudung ku yang melekat di mahkota.  Aku menunduk sehingga dia bisa memasangkannya diatas kepalaku.  Dia merapikannya dengan lembut.

" aku berharap kau menikah karena cinta.  Aku berharap kita bisa tertawa  tentang malam pernikahan mu.  Dan aku berharap kau tidak terlalu terlihat sedih " kata Gianna sengit.

Keheningan di antara kami membentang.  Lily akhirnya mengangguk ke arah tempat tidur.  " apakah ini adalah tempat kau akan tidur malam ini?"

Tenggorokannya mengetat.  " tidak, Luca dan aku akan menghabiskan malam di kamar tidur utama".  Aku tak berpikir aku bisa menghabiskan banyak waktu untuk tidur , jika ada tidur.

Ketukan terdengar dan aku menegakkan bAhuku, dan meluruskan wajahku.  Valentina danBibiana masuk.

"Wow, Aria kau sangat cantik.  Rambutmu terlihat seperti sendok emas" kata Valentina.  Dia sudah mengenakan gaun pengiring pengantin dan warna mint tampak cantik dengan rambut hitamnya.  Secara teknis hanya perempuan yang belum menikah yang diizinkan jadi pengiring pengantin tetapi paman bersikeras  kita membuat pengecualian untuk Valentina.  Paman benar benar tertarik untuk mencarikan suami yang baru untuknya.  Bibiana mengenakan gaun merah marun yang panjangnya hingga ke lantai serta lengan panjang, meskipun musim panas.  Itu mungkin untuk menyembunyikan bagaimana kurusnya dia.

Aku memaksakan senyum.  Ibu meraih lengan Lily " ayo Liliana, sepupu mu butuh bicara dengan kakak mu" dia membimbing Lily keluar dari ruangan, kemudian melihat Gianna yang menyilangkan kaki di sofa "Gianna?"

Gianna mengabaikan.  "Aku tinggal.  Aku tak akan meninggalkan Aria sendiri".

Ibu Tau lebih baik tidak berdebat dengan adikku ketika dia sedang marah jadi dia menutup pintu.

" apa yang seharusnya kau bicarakan padaku?"

"Malam pernikahan mu". Kata Valentina dengan senyum minta maaf.  Bibiana menampakkan wajah, yang mengingatkan ku akan betapa mudanya dia.  Baru dua puluh satu. Dia semakin kurus.  Aku tak percaya mereka mengirimkan mereka berdua untuk mberbicara  padaku tentang malam pernikahan.  Wajah bibiana menampakkan ketidakbahagiaannya.  Sejak pernikahannya dengan seseorang yang berusia tiga puluh tahun diatas usianya, dia telah memudar.  Apakah itu berarti untuk menenangkan Ketakutanku? Dan Valentina telah kehilangan suaminya enam bulan lalu, dalam sebuah perkelahian dengan Rusia.  Bagaimana merek bisa mengharapkan dia berbicara tentang pernikahan bahagia?

Aku merapikan bau ku dengan gugup.

Gianna mengangkat kepalanya. " siapa yang mengirimu ngomong ngomong?  Luca?"

"Ibumu". Kata bibiana.  " dia ingin untuk memastikan  kau Tau apa yang diharapkan darimu"

"Diharapkan dari dia?"  Gianna mendesis.  " lalu bagaiman dengan yang Aria inginkan?"

" inilah yang sebenarnya ". Bibiana berkata dengan pahit " malam ini Luca akan mengklaim hak nya.  Setidaknya dia muda dan tampan"

Sayangnya apa yang dikatakannya benar, tapi pada saat yang sama  kecemasan ku sendiri membuatku sulit untuk merasa terhibur.  Dia benar.   Luca itu tampan.  Aku tak menyangkalnya, tapi itu tak mengubah fakta bahwa aku takut menjadi intim dengannya.  Dia tidak menyerang ku sebagai pria yang lembut di tempat tidur.  Perutku mencelos lagi.

Valentina berdeham.  "Luca akan Tau apa yang dia lakukan".

" kau hanya perlu terlentang dan memberikan apa yang dia inginkan".  Tambah Bibiana "jangan coba untuk melawan dia ; yang justru akan membuat semuanya lebih buruk"

Kita semua menatapnya dan dia memalingkan muka.

Valentina menyentuh bAhuku.  "Kami tak melakukan tugas dengan baik untuk menghiburnya.  Maaf.  Aku yakin itu semua akan baik baik saja nanti"

Gianna mendengus.  " mungkin ibu seharusnya mengundang salah satu wanita yang luca setujui ke pesta pernikahan.  Dia bisa memberitahu Padamu apa yang mesti di harapkan"

"Grace disini". Kata Bibiana, kemudian dia berubah memerah dan tergagap.  ". Maksudku itu hanya rumor.  Aku-  "dia melihat ke arah Valentina untuk meminta bantuan.

"Salah satu pacar lama Luca ada disini?"  Bisik ku.

Bibiana meringis.  " kupikir kau sudah Tau.  Dia bukan benar -benar pacarnya, dia hanya mainan.  Luca melakukan itu dengan banyak wanita".  Dia menyentakkan mulutnya menutup.  Aku berjuan untuk tetap tenang,  aku tak bisa Membuat orang melihat betapa lemahnya aku.  Mengapa juga aku harus peduli jika salah satu pelacur Luca datang ke pesta pernikahan?

"Oke". Kata Gianna bangkit.  "Siapa itu Grace dan kenapa dia diundang  ke pernikahan ini?"

" Grace parkir adalah putri salah satu Senator New York. Yang di gaji oleh mafia" Valentina menjelaskan.  "Mereka harus mengundang keluarganya".

Air mata mengaburkan pandanganku dan Gianna bergegas menghampiriku.  "Oh, jangan menangis , Aria.  Itu tidak layak.  Luca adalah seorang bajingan.  Kau Tau itu.  Kau tidak boleh membiarkan tindakannya mempengaruhi mu"

Valentina menyodorkan tisu.  " kau akan merusak make up mu"

Aku mengerjap beberapa kali sampai aku bisa mengendalikan emosi ku.  "Maafkan aku.  Aku hanya sedikit emosional"

"Kurasa yang terbaik, kau pergi sekarang" Kata Gianna tajam, bahkan tanpa melihat bibiana dan Valentina.  Ada gemerisik dan kemudian pintu dibuka lalu di tutup.  Gianna melingkarkan lengannya di tubuhku.  " jika dia menyakitimu, aku akan membunuh dia.  Aku bersumpah.  Aku akan mengambil salah satu senjata sialan itu. Dan melubangi kepalanya"

Aku bersandar padanya.  " Luca bertahan dari The Bravta dan The Triad,  dan dia salah petarung paling di takuti  di New York familia, Gianna.  Dia akan membunuhmu duluan"

Gianna mengakar bahunya.  " aku akan melakukan itu untuk mu"

Aku menarik diri.  " kau masih tetap adikku.  Aku harus melindungi mu"

"Kita akan saling melindungi satu sama lain" bisiknya.  " ikatan kita lebih kuat daripada sumpah bodoh mereka dan omerta dan sumpah darah mereka"

"Aku tak ingin meninggalkan mu.  Aku benci harus pindah ke New York"

Gianna menelan ludah.  " aku akan sering mengunjungi mu.  Ayah akan senang menyingkirkan ku"

Ada ketukan dan ibuku masuk.  " ini waktunya". Dia mengamati wajah kami tapi tidak berkomentar.  Gianna melangkah mundur, matanya memerah.  Kemudian dia berbalik dan pergi.  Mata ibuku  mengarah ke Gartner putih lambang kebanggaan ku.  " apakah kau perlu bantuan untuk memasangnya?"

Aku menggelengkan kepalaku lalu memasangkannya hingga tepat berada di atas pahaku.  Nanti malam Luca akan melepaskannya dengan mulutnya dan melemparkannya ke gerombolan bujangan.  Aku merapikan bau ku.

" ayo" Kata ibuku.  ". Orang orang sudah menunggu ". Dia menyerahkan buket bunga ku, rangkaian indah mawar putih, mawar mutiara  dan mawar merah muda"

Kami berjalan dalam keheningan dalam rumah kosong, heelsku bergema di lantai keramik.  Jantungku berdegup keras di dadaku saat kami melangkah di pintu putar kaca menuju ke balkon  yang menampakkan halaman belakang dan pantai.  Bagian depan kebun  telah dihiasi dengan paviliun putih yang sangat besar  dimana upacara pernikahan akan di selenggarakan.  Tapi di belakang paviliun  lusinan meja   Meja telah diatur  untuk pesta selanjutnya.  Suara suara terdengar oleh ku dari dalam paviliun dimana para tamu menunggu kedatangan ku.  Aku mengikuti ibuku ke ruangan kecil  antara bagian luar dan bagian utama paviliun.  Ayahku sudah menunggu dan bangkit ketika kami masuk.  Ibu memberinya anggukan singkat  sebelum  dia masuk kedalam kapel.  Senyum ayahku  begitu tulus ketika dia menawarkan lengannya.  " kauterlihat sangat cantik". Dia berkata dengan pelan. " Luca tak akan menyangka akan apa yang akan menimpanya"

Aku menundukkan kepalaku.  " Terimakasih, ayah"

"Jadilah istri yang baik , Aria.  Luca adalah pria yang kuat dan saat dia mengambil posisi ayahnya , perkataannya adalah hukum.  Buatlah aku bangga , bualan Outfit bangga".

Aku mengangguk, tenggorokan ku terlalu sesak untuk kata kata.  Musik mulai bermain ; gesekan kuartet dan piano.  Ayahku menurunkan cadar ku.  Aku suka dengan lapisan pelindung tambahan ini, tak peduli seberapa tipisnya ini.  Mungkin akan menyembunyikan ekspresi ku dari jauh.

Ayahku membawaku ke arah pintu masuk dan memgumamkan perintah.    Kain di tarik hingga memisah, mengungkapkan sebuah lorong panjang  dan bersatus tamu di kedua sisi itu.  Mataku tertuju pada ujung lorong dimana Luca berdiri.  Tinggi dan angkuh  dalam setelan berwarna arang  dan rompi dengan dasi perak serta kemeja putih.  Pengiring pria mengenakan rompi dan baju serta celana abu abu yang lebih ringan dan tidak mengenakan jaket dan dasi.  Fabiano adalah salah satu dari mereka,dengan tinggi yang lebih pendek dari para pria.

Ayahku menarik ku bersamanya dan kakiku tampaknya  membawaku dengan kemauannya sendiri saat tubuhku bergetar karena gugup.  Aku berusaha untuk tidak melihat Luca dan alih -alih melihat Gianna dan Liliana dengan ujung mataku.  Mereka adalah dua pengiring wanita dan melihat mereka memberiku kekuatan  untuk menegakkan kepalaku tinggi Tinggi dan tidak berusaha untuk keluar.

Kelopak mawar putih menutupi Jalanku dan tergencet dibawah kakiku.  Sebuah simbolik untuk diriku sendiri, walaupun sebenarnya itu tak dimaksudkan.

Perjalanan ini terasa selamanya dan sekarang berakhir terlalu singkat.  Luca mengulurkan tangannya dan telapak tangannya .  Ayahku memegang ujung  cadar ku  dan membukanya, dan dia menyerahkan tanganku ke Luca,  yang tampaknya mata abu abunya terbakar dengan emosi yang yang tak bisa ku tentukan.  Dapatkah dia merasakan aku gemetar?  Aku tak melihat tatapannya.

Pendeta dengan jubah putih menyambut kami, kemudian para tamu, sebelum dia memulai pemberkatan.  Aku berusaha untuk tidak pingsan.  Genggaman Luca salah satu satunya yang membuatku tetap fokus.  Aku harus kuat.  Ketika pendeta akhirnya menutup upacara dengan Injil, kakiku hampir tak bisa menahan tubuhku.  Dia mengumumkan ritual pernikahan dan para tamu semua bangkit dari kursi mereka.

"Luca dan Aria ".   Pendeta mengalamatkan ke kami.  " apakah kau datang ke sini dengan bebas dan tanpa syarat, untuk mengikatkan diri satu sama lain dalam ikatan pernikahan? Kau akan menghormati satu sama lain  sebagai suami istri untuk sisa hidup mu?"

Berbohong adalah dosa begitu juga membunuh.  Ruangan ini bernapaskan dosa.  " ya" Luca berkata dengan suaranya yang dalam dan beberapa saat kemudian  diikuti dengan kata "ya " dari ku.  Datang dengan penegasan.

" karena ini adalah niat kalian  untuk masuk dalam pernikahan , gandengkan tangan kanan kalian dan nyatakan  persetujuan kalian di depan Tuhan dan gerejanya". Luca menggenggam tanganku .  Kulitnya yang panas dan kulitku yang dingin.  Kami saling menghadap dan aku tak punya pilihan lain selain menatap nya.  Luca berbicara lebih dahulu, " aku, Luca vittielo , mengambil mu, Aria scuderi , menjadi istriku.  Aku berjanji bersungguh-sungguh Padamu dalam keadaan baik ataupun buruk, dalam sakit dan juga sehat.  Aku akan mencintaimu dan menghormati mu sepanjang hidupku" begitu manisnya kebohongan yang terdengar dari mulutnya.

Aku merapalkan apa yang diharapkan padaku dan pendeta memberkati kami dengan cincin.

Luca mengambil cincin ku dari bantalan merah.  Jemari ku bergetar seperti daun ya g tertiup angin saat aku mengangkat tanganku, detak jantungku berdetak cepat seperti kicauan burung kolibri.  Tangan Luca dengan kuat dan tegas saat dia meraih tanganku.  ". Aria, aku persembahkan cincin ini sebagai tanda cinta dan Kesetiaanku.  Dalam nama Bapa, dan anak , serta roh kudus"

Dia menyelipkan cincin ke jariku .  Emas putih dengan dua puluh berlian kecil.  Apa yang dimaksudkan sebagai tanda cinta dan pengabdian bagi pasangan lain, tapi bagiku itu adalah bukti kepemilikan dia atas diriku.    Sebuah pengingat hari hari di dalam sangkar emas yang akan menjebak ku seumur hidup.  Sampai kematian memisahkan kita bukanlah janji omong kosong seperti yang begitu banyak pasangan lain ucapkan saat masuk dalam ikatan suci pernikahan.  Tak ada jalan keluar dalam ikatan ini bagiku.  Aku adalah milik Luca sampai akhir yang pahit.  Beberapa kata terakhir dalam sumpah yang para pria ucapkan saat mereka di lantik menjadi mafia, bisa menjadi sumpah pernikahan ku:

Aku masuk dalam keadaan hidup dan akan keluar hanya dengan mati

Tiba giliranku untuk mengucapkan kata -kata dan memasangkan cincin ke jari Luca.  Untuk sesaat , aku tak yakin apakah bisa melakukan itu.  Getaran tubuhku sangat kuat sehingga  Luca harus menstabilkan tanganku dan membantuku.  Aku berharap tak ada yang memperhatikan, tapi mata tajam Matteo mengarah ke jariku.  Dia dan Luca begitu dekat; mereka mungkin akan  menertawakan Ketakutanku dalam waktu yang lama.

Aku seharusnya lari saat aku masih punya kesempatan.  Sekarang ratusan wajah  dari Chicago dan New York familia  menatap balik ke arah ku, pesawat  tidak lagi jadi pilihan.  Begitu pula perceraian.   Kematian adalah satu satunya yang di terima sebagai akhir dari pernikahan di dunia kami. Bahkan jika aku  berhasil melarikan diri dari mata waspada Luca dan para kaki tangannya, pelanggaran ku atas kesepakatan kami akan berarti perang.  Tak ada yang bisa ayahku katakan untuk mencegah keluarga Luca membalas dendam karena membuat nya kehilangan muka.

Perasaanmu tidaklah penting, tak pernah.  Aku tumbuh di dunia dimana tak ada pilihan yang diberikan, khususnya untuk wanita.

Pernikahan ini bukanlah tentang cinta, atau kepercayaan ataupun pilihan.  Ini tentang tugas dan kehormatan, tentang melakukan apa yang diharapkan.  Ikatan untuk memastikan kedamaian.

Aku bukanlah idiot.  Aku Juga Tau ini juga tentang ; uang, dan kekuasaan.  Keduanya berkurang sejak ada The Bravta, Triad dan organisasi kejahatan kecil lainnya yang tengah berusaha memperluas wilayah mereka ke wilayah kami.  Para italia familia diharapkan untuk meletakkan permusuhan mereka  dan berkerja sama untuk mengalahkan musuh musuh mereka.  Aku di di kehormatan untuk menikah dengan putra tertua New York familia.  Itulah apa yang ayahku dan para saudara laki kakiku coba beritahukan sejak pesta pertunangan ku dengan Luca.  Aku Tau itu, dan itu bukan seolah olah aku tak punya waktu untuk mempersiapkan saat  yang tepat ini, tapi saat ini ketakutan menyelimuti tubuhku dalam pegangan yang lemah.

" kau boleh mencium mempelai mu ". Kata pendeta.

Aku mengangkat kepalaku.  Tiap pasang mata di paviliun meneliti ku, menunggu secercah kelemahan.  Ayah akan memarahi ku jika aku memperlihatkan ketakutan, dan Luca familia akan menggunakan itu untuk melawan kami.  Tapi aku dibesarkan di dunia dimana topeng sempurna  adalah satu satunya perlindungan yang diberikan pada perempuan dan aku tak kesulitan untuk mengubah wajahku menjadi ekspresi tenang.  Tak seorang pun akan Tau betapa inginnya aku melarikan diri.  Tidak ada kecuali Luca.  Aku tak bisa menyembunyikan diri dari dia, tak peduli sekuat apapun aku mencoba.  Tubuhku tak akan berhenti gemetar dan genggaman nya di tanganku semakin kuat.  Tatapan ku bertemu dengan mata abu abu dingin Luca, aku bisa mengatakan bahwa dia Tau.  Seberapa sering dia harus menanamkan rasa takut pada orang lain?  Menyadari itu mungkin itu adalah bakat alami kedua nya.

Dia membungkuk untuk menjembatani sepuluh inci dia menjulang tinggi di atasku.  Tak ada tanda keraguan, ketakutan atau keraguan di wajahnya.  Bibir ku bergetar di bibirnya.  Ciuman pertamaku, jika itu memang bisa disebut ciuman.  Matanya tampak bosan, saat dia menarik diri.  Pesannya jelas ; kau adalah milikku.

Tak terlalu mendekati.  Tapi akan begitu saat malam tiba.  Aku bergidik dan mata Luca menyipit sebentar sebelum wajahnya berubah menjadi senyum saat kita menghadap ke arah tamu yang bertepuk tangan.  Dia bisa mengubah ekspresinya dalam sekejap.  Aku harus belajar juga jika aku ingin bertahan dalam pernikahan ini.

Luca dan aku berjalan turun melewati lorong melewati para tamu yang berdiri dan bertepuk tangan, dan meninggalkan paviliun.  Di luar, lusinan pelayan menunggu dengan gelas gelas sampanye  dan sepiring kecil canape.   Ini adalah saat bagi kami menerima doa doa dan ucapan selamat dari tiap tamu kemudian duduk untuk makan malam.  Luca mengambil dua buah sampanye dan menyerahkan satu untukku .  Lalu dia meraih tanganku lagi seakan akan  dia memiliki perhatian yang tak akan dia lepaskan dalam waktu dekat.  Dia membungkuk, bibirnya menggesek telingaku dan berbisik" senyum lah, kau pengantin yang bahagia, ingat?"

Aku menegang, dan memaksakan senyum kepada tamu pertama yang berbaris ke paviliun untuk berbicara pada kami.

Kakiku mulai sakit saat kami berhasil melewati setengah dari tamu.  Kata kata yang di tujukan pada kami selalu sama.  Pujian atas kecantikan ku  dan ucapan selamat pada Luca karena memiliki istri secantik aku -seolah olah itu sebuah prestasi- selalu diikuti petunjuk tersembunyi akan malam pernikahan.  Aku tak yakin apakah aku masih menampakkan wajah cerah  saat melewati mereka.  Luca terus melirik ku seakan tetap memastikan aku tetap bersandiwara.

Bibiana dan suaminya yang berikutnya.  Dia kecil, penuh lemak, dan botak.  Ketika dia mencium tangga ku, aku menahan diri agar tidak bergidik,   Setelah kata wajib berupa selamat, bibiana mencengkram lenganku dan menarik tubuhku ke arahnya dan berbisik di telingaku. " buatlah dia baik Padamu .  Buatlah dia mencintaimu jika kau bisa.  Ini satu satunya cara kau bisa melalui ini semua"

Dia melepaskan ku dan suaminya merangkumkan lengannya di pinggang bibiana, tambang berlemak  di pinggul bibiana, kemudian mereka pergi.

"Apa yang dia katakan?" Luca bertanya.

"Bukan apa apa" kataku cepat, bersyukur akan tamu selanjutnya yang mencegah Luca untuk bertanya lebih jauh.  Aku mengangguk dan tersenyum, tapi pikiranku Berdesir akan apa yang di katakan bibiana.  Aku tak yakin apakah aku bisa membuat Luca melakukan apapun yang tak ingin dia lakukan.  Bisakah aku membuatnya menjadi baik padaku ? Bisa kah aku membuat dia ingin mencintaiku ? Apakah dia mampu akan e,LSI seperti itu?

Aku melirik sekilas  ke arahnya saat dia berbicara pada salah seorang prajurit New York .  Dia tersenyum.  Merasa aku memperhatikan dia, dia berbalik dan tatapan kami terkunci. Ada kegelapan dan aura posesif yang membakar di matanya yang membuatku menggigil ketakutan di punggungku.  Aku meragukan ada secercah kelembutan ataupun cinta di hatinya yang kelam.

"Selamat Luca" kata suara seorang wanita.  Luca dan aku berbalik ke arah suara itu dan sikapnya sedikit berubah.

"Grace" kata Luca dengan anggukan.

Mataku membeku pada wanita itu, walaupun ayahnya senator. Parker mulai berbicara padaku.  Dia cantik secara artifisial dengan hidung yang terlalu sempit, bibir penuh, dan belahan dada yang terlihat seperti mainan anak -anak.  Dan kurasa itu semua tidak alami. Atau mungkin kecemburuan ku yang sedang berbicara.  Aku menghentikan pikiran itu secepat pikiran itu datang.

Dengan tatapan mengarah padaku, dia membungkuk dan mengatakan sesuatu pada Luca.  Wajah Luca tetap pasif.  Akhirnya , dia menoleh padaku, dan menarik ku kedalam pelukan nya.  Aku mencoba memaksakan diriku untuk tidak kaku.  " aku harus memperingatkan mu.  Luca adalah binatang buas di tempat tidur dan menggantung seperti itu juga.  Itu akan terasa menyakitkan  ketika dia memasuki mu dan dia tak akan peduli.  Dia tak akan peduli Padamu ataupun emosi konyol mu.  Dia akan menyetubuhimu seperti binatang.  Dia akan menyetubuhimu hingga berdarah darah". Gumamnya, lalu dia melangkah mundur dan diikuti orang tuanya setelahnya.

Aku bisa merasakan warna terkuras dari wajahku.  Luca meraih tanganku dan aku tersentak, tapi ia tetap menggenggamnya.  Aku menguatkan diri dan mengabaikannya.   Aku tak bisa menghadapi dia sekarang, tidak setelah apa yang baru saja wanita itu katakan.aku tak peduli dia di undang karena orang tuanya.  Luca seharusnya membuat mereka menjauh.

Aku Tau Luca frustrasi dengan penolakanku untuk menatap nya saat kami berbicara dengan beberapa orang tamu.  Saat kami melangkah menuju ke meja yang telah diatur  dibawah atap  atap karangan bunga yang melekat di balok kayu, dia berkata " kau tak bisa mengabaikan ku selamanya, Aria.  Kita sudah menikah sekarang".

Aku mengabaikan itu juga.  Aku berpegangan pada ketenangan ku yang dengan putus asa mulai meninggalkan ku dan aku bisa merasakan itu menggelincirkan di jari jariku seperti pasir.  Aku tak bisa, aku tak bisa mengeluarkan air mata di pernikahan ku sendiri, khususnya ketika semua orang akan menganggap itu sebagai air mata kebahagiaan.

Sebelum kami duduk di kursi kami, paduan suara 'bacio''bacio'  pecah diantara para tamu kami.  Aku sudah lupa tentang tradisi itu.  Setiap para tamu meneriakkan kata kata itu kami harus berciuman sampai puas.  Luca menarik ku ke dadanya yang sekeras batu dan mengecup bibiku lagi.  Aku mencoba untuk tidak sekali boneka porselen, tak berhasil.  Luca melepaskan ku dan akhirnya kami di izinkan duduk.

Gianna mengambil tempat duduk di sampingku, kemudian membungkuk untuk berbisik di telingaku " aku senang dia tidak memasukkan lidahnya ke tenggorokan mu.  Kurasa aku bisa muntah melihat itu ". Aku senang juga.  Aku sudah cukup tegang karena itu. Jika Luca berusaha memperdalam ciuman ya di depan para tamu , aku mungkin bisa memuntahkan semuanya.

Matteo duduk di samping Luca dan mengatakan sesuatu padanya yang membuat mereka berdua tertawa.  Aku bahkan tak ingin Tau  jenis  lelucon cabul yang mereka bagi.  Sisa kursi di meja kami  milik orang tua ku, Fabiano, dan Lily, ayah Luca, ibu tirinya, serta Fiore cavalaro dan istri serta anak mereka Dante.  Aku Tau aku seharusnya kelaparan.  Satu satunya makanan yang aku makan sepanjang haria adalah sepotong pisang di pagi hari, tapi perutku tampak puas dengan Ketakutanku.

Matteo bangkit dari kursinya setelah semua orang duduk dan mendentingkan pisau di gelas sampanye  untuk membungkam orang banyak.  Dengan anggukan ke arah Luca dan aku, dia memulai pidatonya.  " ladies and gentleman , teman lama dan teman baru,  kita datang ke sini hari ini untuk merayakan pernikahan Kakakku Luca dan istrinya yang cantik Aria...."

Gianna meraih tanganku di bawah meja.  Aku benci melihat perhatian semua orang ke arahku, tapi aku mengumpulkan senyum cerah.  Matteo segera membuat lelucon tidak pantas yang membuat hampir semua orang menderu  dan bahkan Luca bersandar di kursinya dengan seringai, yang tampaknya sejenis senyum yang  yang menjadi satu satunya yang dia biarkan sepanjang waktu.  Setelah Matteo, giliran ayahku; dia memuji kolaborasi  besar  massa New York dan Chicago outfit,  membuat ini semua seperti penggabungan usaha  dan bukan pesta pernikahan.  Dan tentu saja dia menggabungkan dengan beberapa petunjuk bahwa seorang istri harus selalu taat dan menyenangkan suami.

Gianna mencengkram tanganku dengan begitu erat saat itu  yang membuatku khawatir tanganku akan putus.  Yang terakhir,adalah ayah Luca  yang bersulang untuk kami.  Salvatore vittielo tidak terlalu mengesankan.  Tapi tiap kali matanya mengarah padaku , dia membuatku menggigil.  Satu satunya hal baik dengan mendengarkan pidato ini adalah, tak ada orang yang mengucapkan 'bacio' bacio'  dan perhatian Luca di fokuskan ke tempat lain.  Penangguhan hukuman yang berumur pendek.

Para pelayan mulai memenuhi meja dengan antipasto; segala sesuatu dengan  veal carpacio; vittielo tonnato, mozarella di buffala, dan  dan parma HAM, berbagai salad keju Italia, salad gurita, cumi cumi berbumbu, serta salad hijau dan ciabiatta.   Gianna meraih sepotong roti  dan merobeknya, kemudian berkata " aku ingin mengatakan pidato sebagai pengiring pengantin, tapi ayah melarangnya.  Dia tampak khawatir aku akan mengatakan sesuatu  untuk mempermalukan keluarga kita"

Luca dan Matteo melirik kami.  Gianna tak terganggu dan tidak mengecilkan suaranya  dan tetap mengabaikan tatapan tajam ayah yang menyilaukan.  Aku menarik naik lengannya.  Aku tak ingin dia mendapat masalah.   Dengan gusar dia mengisi. Piring nya dengan antipasto dan memakannya. Piring itu masih kosong.  Seorang pelayan mengisi gelas dengan anggur putih  dan aku menyesap seteguk.  Aku sudah meminum segelas sampanye; yang dikombinasikan dengan fakta bahwa Aki belum makan banyak sepanjang hari membuatku sedikit berkabut.

Luca meletakkan tangannya di tanganku, mencegahku menyesap seteguk lagi. " kau harus makan". Jika aku tak merasakan mata semua orang  di meja ku, aku akan mengabaikan peringatannya dan tetap dengan anggur ku.  Aku meraih sepotong roti , menggigitnya, dan kemudian menempatkan sisanya di piring.  Bibir Luca menegang  tapi dia tak mencoba untuk membujuk ku untuk makan lebih banyak, bahkan ketika sup disajikan, aku tetap membiarkan tak tersentuh.  Mereka menyajikan domba panggang sbagai sajian utama. Melihat seluruh domba itu membuat perutku mencelos, tapi itu tradisi.  Dimasak dengan di panggang di depan kami, karena kami yang akan di sajikan pertam kali.  Luca sebagai suami mendapatkan potongan pertama, sebelum aku dapat menolak Luca mengatakan pada juru masak untuk memberiku potongan selanjutnya.  Di tengah tengah meja penuh dengan potongan kentang rosemary, truffle kentang tumbuk, asparagus panggang dan banyak lagi.

Aku dipaksa untuk menggigit kentang dan daging  domba di dalam mulutku  sebelum aku meletakkan sendok garpu ku. Tenggorokan ku terlalu ketat untuk makanan.  Aku membuatnya turun dengan anggur.  Untungnya Luca sedang sibuk berbicara tentang kelompok Rusia  yang telah di serang New York.   Bahkan Dante cavalaro masa depan  Boss dari outfit tampak hampir mengesankan saat berbicara tentang bisnis.

Sebuah band mulai bermain ketika malam hampir usai, sinyal untuk sudah waktunya tarian wajib.  Luca berdiri , ,memegang tangannya.  Aku membiarkan dia menarik ku berdiri dan sekaligus 'bacio'bacio' terdengar.  Gianna menyipitkan mata dan  dan mencari para tamu seolah olah dia berpikir untuk menyerang orang yang menyanyikan itu.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...