Cahaya
matahari menembus melalui jendela ketika aku bangun keesokan pagi.
Seseorang menggedor-gedor pintu, menggerakkan handle, mencoba untuk
masuk. Aku mengunci kamar setelah pertengkaran dengan David semalam.
Cuma berjaga-jaga dia tergoda untuk kembali untuk pertengkaran yang
lebih lagi denganku. Aku membutuhkan waktu satu jam untuk bisa tidur
dengan musik yang menggema di seluruh lantai dan emosiku yang liar.
Tapi kelelahan lah yang akhirnya menang.
“Evelyn!
Hello?” suara wanita berteriak dari luar lorong. “apa kau di
dalam?”.
Aku
merangkak menyebrangi ranjang yang empuk, menarik-narik ujung kaos
David. Entah apa yang telah dia gunakan untuk mencuci, ini sama
sekali tidak berbau muntahan. Pria ini memiliki keahlian laundry.
Beruntung bagiku, karena selain gaun pesta yang kotor dan beberapa
atasan aku tidak punya baju lain.
“Siapa?”
tanyaku sambil menguap keras.
“Martha.
Aku PA nya David”.
Aku
membuka pintu dan mengintip keluar. Si rambut coklat yang elegan
semalam menatapku balik, tak terkesan. Karena di buat menunggu atau
karena rambut bangun tidurku, aku tak tau. Apakah semua orang di
rumah ini seperti mereka baru saja meninggalkan majalah Vogue?
Matanya menyipit ketika dia melihat kaos David.
“Perwakilan
David sudah disini untuk menemui. Kau mungkin bisa segera mengangkat
bokongmu untuk bergegas”. Wanita itu berputar dengan Healsnya dan
keluar meninggalkan lorong, healsnya bergemeletuk di atas lantai
keramik terakota.
“Trims”.
Dia
tidak memberi pencerahan padaku, tapi juga, aku tak mengharapkan dia
melakukan itu. Sebagian dari LA sangat jelas adalah kumpulan
bajingan dengan penyakit tanpa sopan santun. Aku bergegas mandi,
mengenakan jeansku dan t-shirt bersih. Itu adalah yang terbaik yang
bisa aku lakukan.
Rumah
tetap tenang ketika aku tergesa-gesa melewati lorong. Tak ada
tanda-tanda kehidupan di lantai dua. Aku memulaskan sedikit maskara,
mengikat rambut basahku dengan kuncir kuda, dan cuma itu saja. Aku
juga tak bisa membuat orang menunggu atau keluar tanpa make – up.
Kesopananlah yang menang. Jika kopi telah di sajikan , mungkin
saja, aku sudah membuat perwakilan David menghabiskan dua gelas kopi.
Beraktifitas tanpa kafein tampak seperti bunuh diri karena stress
yang menumpuk. Aku bergegas menuruni tangga.
“Ms
Thomas”. Seorang pria memanggilku, melangkah keluar dari ruangan
sebelah kiri. Dia mengenakan jeans dan kos polo berwarna putih. Di
lehernya melingkar kalung emas, tebal. Jadi siapakah dia? Apakah
suruhan David yang lainnya?
“Maaf,
aku terlambat”.
“Tak
apa”, dia tersenyum, tapi aku tidak sedikitpun mempercayai dia
berdasarkan gigi putihnya. Tak ada yang alami tentang gigi ataupun
kulit kecoklatannya. “aku Adrian”.
“Ev.
Helo”.
Dia
menggiringku memasuki ruangan. Tiga orang pria yang memakai setelan
duduk menunggu di sekitar meja makan panjang yang amat menakjubkan.
Di atas kepala, lampu gantung berkilau di cahaya pagi. Dan di
dinding terdapat lukisan berwarna yang cantik. Asli, tentunya.
“Gentlemen.
Ini adalah Ms Thomas”. Adrian mengumumkan. “Scott baker, Bill
preston dan Ted vaughn, mereka adalah perwakilan hukum dari David.
Kenapa kau tidak duduk disini, Ev?”. Adrian berbicara dengan
pelan, seakan aku anak keterbelakangan mental. Dia menarik kursi
dari bawah meja tepat berseberangan dengan para pengacara elang,
kemudian dia berputar untuk duduk di sebelah mereka. Wow, ini sudah
jelas bagiku. Garis sudah ditarik.
Aku
menggosok-gosok telapak tanganku yang berkeringat ke sisi jeansku dan
duduk tegak, melakukan yang terbaik untuk tidak mengkerut dibawah
tatapan tajam mereka. Aku pasti bisa melakukan ini. Memang
,Seberapa susah sich hanya untuk bercerai?
“Ms
Thomas”, seseorang yang Adrian Identifikasikan sebagai Ted
memulai. Dia mendorong folder hitam ke depan ku. “Mr Ferris
meminta kami untuk membuat perjanjian pembatalan. Perjanjian ini
mengcover semua isu, termasuk rician pembayaran untukmu dari Mr
Ferris”
ukuran
tumpukan kertas di depanku cukup menakutkan. Orang-orang ini
berkerja dengan cepat. “pembayaranku?”.
“Ya”
kata Ted. “Yakinlah Mr Ferris sudah sangat murah hati”.
Aku
menggeleng bingung. “Maafkan aku. Ap-..”.
“Kita
akan menyelesaikannya terakhir” Ted bergegas. “ Kau akan
melihat kesini bahwa dokumen ini mencakup semua ketentuan yang harus
dipenuhi olah anda sendiri. Masalah utama termasuk Anda yang tidak
akan berbicara pada Pers mengenai masalah ini. Aku khawatir, Ini
tidak dapat di negosiasikan. Kondisi ini akan tetap berlaku sampai
kematianmu. Apakah kau mengerti sepenuhnya tentang kesepakatan
ini, Ms Thomas? Dalam kesempatan apapun kau tidak boleh berbicara
pada satu pun pers mengenai Mr Ferris dengan cara apapun saat anda
masih hidup”.
“Jadi
aku bisa berbicara pada mereka setelah aku mati?” aku bertanya
dengan tawa kecil yang lemah. Ted membuatku jengkel. Kurasa aku
belum cukup tidur.
Ted
menunjukan gihinya. Giginya tak cukup mengesankan seperti milik
Adrian. “ini masalah yang sangat serius, Ms Thomas”.
“Ev”,
kataku. “Namaku adalah Ev dan aku mengerti seserius apa masalah
ini, Ted. Aku minta maaf karena kurang ajar. Tapi bisakah kita
kembali ke bagian tentang ganti rugiku? Aku sedikit penasaran”.
“Bagus
sekali”. Ted menatap ke bawah hidungnya di depanku dan
mengetuk-ketuk bolpoin tebal dan berwarna emas dia atas dokumen yang
ada di depanku. “seperti yang aku katakan tadi, Mr Ferris sangat
mulia hati sekali”.
“Tidak”,
kataku, tidak melihat ke arah dokumen itu. “Kau tidak mengerti”.
Ted
membersihkan tenggorokannya dan menatap ke bawah ke arahku dari atas
kaca matanya. “ ini tidak akan bijaksana jika kau mau mencoba
dan menekan lebih banyak mengingat situasinya , Ms Thomas.
Pernikahan enam jam di Las Vegas ketika kalian berdua dalam pengaruh
berat alkohol? Dasar untuk sebuah pembatalan”.
Kroni-kroni
Ted bergetar dan aku merasa wajahku terbakar. Keinginanku untuk
secara sengaja menendang para bajingan ini dari bawah meja semakin
tumbuh.
“Client
kami tidak akan membuat penawaran lain”.
“aku
tak ingin dia membuat penawaran lain”, kataku, suaraku meninggi.
“Pembatalan
itu akan tetap berlanjut, Ms Thomas”, kata Ted. “tidak ada
pertanyaan tentang itu. Tidak ada rekonsiliasi”.
“Bukan,
bukan itu maksudku”.
Ted
menghela napas. “Kita perlu menyelesaikan ini hari ini, Ms
Thomas”.
“Aku
tidak berusaha menahan sesuatu, Ted”.
Dua
pengacara lain mengawasi ku dengan tidak suka, memback-up Ted dengan
senyuman kotor dan sok paham. Tak ada yang lebih menjengkelkanku
dibanding sekumpulan orang yang mencoba mengintimidasi seseorang.
Para pembully telah membuat hidupku seperti di neraka saat di SMA .
Dan sungguh, seperti itulah orang-orang ini”.
Adrian
memberiku seringai, senyum kebapakan palsu. “aku yakin Ev sudah
mengerti sebaik apa David. Tak akan ada penundaan disini, bukan?
Orang
-orang ini mereka membuyarkan pikiranku. Ngomong-ngomong, aku
penasaran dimana suami tersayangku. Terlalu sibuk menggempur si
gadis bikini sehingga tidak bisa me nangani perceraiannya sendiri,
lelaki malang. Aku mendorong punggungku, mencoba memikirkan hal yang
tepat untuk di katakan. Mencoba mengatur kemarahanku. “Tunggu-”.
“kami
hanya menginginkan yang terbaik untuk mu mengingat situasi mu yang
tak menguntungkan”, lanjut Adrian, yang jelas-jelas berbohong
melalui giginya yang besar dan cemerlang.
“Hebat”
kataku, jari-jariku bergerak gelisah di bawah meja. “itu...itu
betapa murah hatinya dirimu”.
“Please,
Ms Thomas”. Ted menepuk-nepuk celananya di samping setumpuk dokumen
dan dengan patuh aku melihat, walaupun aku tak ingin. Ada banyak
sekali angka nol. Maksudku, sungguh banyak. Ini gila. Dalam dua
kehidupan pun aku tak bisa menghasilkan uang sebanyak ini. David
pasti sangat ingin aku menghilang. Perutku bergemuruh gugup tapi
hari muntahku sudah berakhir. Keseluruhan adegan ini terasa
mengerikan, seperti sesuatu yang keluar dari film kelas B atau opera
sabun yang buruk. Seorang gadis dari lingkungan yang salah menipu
pria hot dan kaya dan menjebaknya dalam pernikahan. Sekarang semua
yang tersisa baginya adalah menggunakan orang-orang untuk mengusirku
hingga ke matahari terbenam.
Well,
dia menang.
“ini
semua adalah sebuah kesalahan”, kata Adrian. “aku yakin Ev sama
halnya dengan David ingin meninggalkan ini di belakang. Dan dengan
penyelesaian keuangan yang murah hati ini, dia dapat bergerak maju
menuju masa depan yang keras”.
“Kau
juga tidak akan mencoba menghubungi Mr Ferris lagi, dengan cara
apapun. Setiap upaya dari pihakmu akan di anggap sebagai pelanggaran
kontrak”, Ted menarik pulpennya, duduk di kursinya dengan senyum
palsu dan tangannya menyilang di perutnya. “apakah itu jelas?”.
“Tidak”,
kataku sambil menggosok wajahku dengan kedua tanganku. Mereka pikir
aku akan bertekuk lutut hanya karena uang itu. Uang yang kuhasilkan
tanpa melakukan apa-apa, tak peduli sebera tergodanya aku untuk
menerimanya. Tentu saja, mereka juga berpikir aku akan menjual kisah
ku kepada pers, dan mengganggu David semasa waktu luang yang aku
dapatkan selama sisa hidupku. Mereka pikir aku murahan, hanya
sampah. “kurasa sejujurnya aku mengatakan tak ada yang jelas
tentang ini”.
“Ev,
please”. Adrian menatapku dengan kecewa. “berpikirlah masuk
akal”.
“aku
akan memberitahu mu apa......” aku berdiri dan mengambil cincin
dari saku jeans ku, melemparkannya ke lautan dokumen. “kau berikan
ini kembali kepada David dan katakan padanya aku tak menginginkan
semua itu. Tak satu pun dari ini”. Aku memberi isyarat pada
mereka, meja, dokumen-dokumen, dan seluruh rumah sialan ini. Para
pengacara tampak gugup di antara mereka seolah-olah mereka
membutuhkan lebih banyak dokumen sebelum mereka mengizinkan aku
melambaikan -lambaikan tangan ku dengan cara yang tak diinginkan.
“Ev...”.
“aku
tak ingin menjual ceritanya ataupun mengintainya,apapun yang telah
kalian tulis di sub klause 98.2. aku tak menginginkan uangnya”.
Ted
merengut ke arah cincin berkilauku yang besar yang tergeletak dengan
lugunya di antara kekacauan. “Mr Ferris tidak menyebutkan tentang
cincin”.
“Tidak?
Well. Kenapa tidak kau katakan pada Mr Ferris bahwa dia bisa
menyematkannya pada siapapun yang dia rasa yang cocok. Ted”.
“Ms
Thomas!”, Ted berdiri, wajahnya yang gempal marah. “itu tidak
perlu”.
“aku
tidak sependapat denganmu disana, Ted”. Aku berlari keluar dari
ruang makan kematian dan langsung menuju pintu depan secepat kakiku
bisa membawaku. Segera melarikan diri adalah satu-satunya jawaban.
Jika aku bisa melarikan diri dari mereka cukup lama untuk menari
napas, aku bisa menemukan rencana baru untuk situasi konyol ini. Aku
akan baik-baik saja”.
Kaca
jendela di turunkan memperlihatkan seseorang yang mengantarku
semalam, Mal, duduk di kursi pengemudi. Dia menyeringai di balik
kaca mata hitam. “Hei, child bride”.
Aku
mengacungkan jari tengah dan berlari kecil menyusuri jalan masuk yang
panjang dan berliku menuju gerbang depan. Menuju kehidupan bebas dan
kebebasan dan hidupku yang lama atau apapun yang mengingatkan tentang
itu. Jika saja aku tidak pernah pergi ke Vegas. Jika saja aku
lebih keras meyakinkan Lauren bahwa pesta dirumah akan baik-baik
saja, tak ada satupun dari ini yang akan terjadi. Oh Tuhan, idiot
banget aku. Kenapa juga aku mesti mabuk berat?
“Ev.
Tunggu”. Mal berhenti disampingku dengan jeep ny. “Apa yang
salah? Mau pergi kemana dirimu?”.
Aku
tidak menjawab. Aku sduah selesai dengan mereka semua. Ini semua
dan aku punya firasat buruk bahwa aku akan menangis, sialan. Mataku
terasa panas, mengerikan.
“Berhenti”.
Dia menarik rem dan keluar dari jeep, mengejarku. “Hei,, aku
minta maaf”.
Aku
tak mengatakan apa-apa. Tak ada yang perlu kukatakan pada mereka.
Tangannya
melingkari lenganku dengan lembut, tapi aku tak peduli. Aku
mengayunkan lepas darinya. Seumur hidupku aku tak pernah memukul
orang. Tampaknya, aku akan mulai sekarang. Dia menhindari tinjuanku
yang melayang dengan mudah.
“Whoa!
Oke”. Mal mundur selangkah, menatapku dengan tatapan waspada dari
balik matanya. “Kau marah. Aku mengerti”.
Tangan
di pinggul, dia menatap ke belakang ke arah rumah. Ted dan Adrian
berdiri di pintu depan, menatap kami. Bahkan dari jarak ini, duo
dinamis itu tidak tampak bergembira. Bajingan jahat.
Mal
mendesis. “Kau pasti bercanda. Dia menyuruh si Ted penghisap bola
itu padamu”.
Aku
mengangguk, berkedip, berusaha mengendalikan diriku.
“Apakah
kau memiliki seseorang yang menemanimu disana?” Tanyannya.
“Tidak”.
Dia
menganguk-anggukan kepalanya. “apa kau akan menangis?”
“Tidak!”.
“Fuck.
Ayo”. Dia mengulurkan tangan padaku dan aku menatapnya dengan tak
percaya. “Ev, pikirkan. Disana ada photografer and para sialan
yang menunggu di depan. Walaupun nantinya kau bisa melewati mereka,
kemana kau akan pergi?”
dia
benar. Aku harus kembali, mengambil tasku. Tololnya aku tidak
tidak memikirkan itu. Sesegera mungkin aku bisa mengendalikan diriku
aku akan kembali ke dalam, dan kemudian keluar dari neraka sialan
ini. Aku mengipasi wajahku dengan tangan, mengambil napas
banyak-banyak. Semuanya baik-baik saja.
Sementara
itu, tangan Mal masih terulur, menunggu. Ada beberapa lecet kecil di
atasnya, terdapat diantara jempol dan jari. Penasaran.
“apa
kau seorang drumer?” tanyaku sambil mendengus.
Untuk
beberapa alasan dia tertawa terbahak-bahak, hampir dua kali lipat,
memegangi perutnya. Dia mungkin menggunakan narkoba atau lainnya.
Atau mungkin dia hanya orang gila di rumah sakit jiwa raksasa ini,
Batman akan kesulitan untuk mengecek tempat ini.
“apa
masalahmu?” tanyaku, mengambil langkah menjauh dari dia. Hanya
berjaga-jaga.
Kaca
mata hitamnya terjatuh, bergemerincing di aspal. Dia mengusap
kacamatanya, dan mengenakan kembali di wajahnya. “tidak ada.
Tidak ada apa-apa. Ayo pergi dari sini. Aku punya rumah di pantai.
Kita akan bersembunyi disana. Ayolah, ini akan menyenangkan”.
Aku
ragu-ragu, memberi tatapan mematikan pada para orang brengsek yang
ada di pintu depan. “mengapa kau mau membantu ku?”.
“karena
kau layak untuk dibantu”.
“Oh
benarkah? Kenapa kau berpikir begitu?”
“Kau
tak akan menyukai jawabanku”.
“aku
tak menyukai semua jawaban yang diberikan padaku sepanjang pagi,
mengapa harus berhenti sekarang?”.
Dia
tersenyum. “cukup adil. Aku teman paling lama David. Kami mabuk
dan bertindak di luar kontrol lebih banyak dari yang bisa aku ingat.
Dia memiliki para gadis yang berani menjebaknya bertahun-tahun,
bahkan sebelum kami memiliki uang. Dia sama sekali tidak tertarik
pada pernikahan. Itu bahkan tak pernah ada di radarnya sebelumnya.
Jadi, kenyataan bahwa dia menikahimu, yah, itu memberi kesan bahwa
kau layak dibantu. Ayo, Ev, berhentilah khawatir”.
Mudah
baginya untuk bicara, hidupnya tidak dikait-kaitkan dengan bintak
Rock.
“aku
perlu mengambil barang-barangku”.
“dan
dipojokkan oleh mereka? Khawatirkan tentang hal itu nanti”. Dia
mengulurkan tangannya, jarinya memanggil. “ayo pergi dari sini”.
Aku
meletakkan tanganku di tangannya dan kami pun pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar