Sabtu, 17 Maret 2018

Lick Chapter Tiga

Ponsel Dad berdering tepat sebelum tengah malam. Dan ponselku sendiri sudah lama di matikan. Ketika telepon rumah tidak berhenti berdering. Kami mencabutnya dari dinding. Sudah dua kali polisi membubarkan orang-orang yang berkumpul di depan halaman. Mom akhirnya meminum obat tidur dan pergi ke kamar. Setelah dia tertidur, dunia di luar sana tidak juga jadi tenang. Anehnya setelah ledakan awal, Dad dapat menangani situasi ini dengan baik. Aku pantas meminta maaf dan menginginkan perceraian. Ayah mau menganggap ini hanya masalah hormon atau semacamnya. Tapi segalanya berubah ketika dia melihat layar ponselnya.
Leyton?” dia mengangkat telepon, matanya melubangiku dari seberang ruangan. Perutku mencelos dengan itu. Hanya oramg tua yang bisa melatihmu dengan baik. Aku telah mengecewakan mereka. Kami berdua tau itu. Hanya ada satu Leyton dan hanya ada satu alasan mengapa dia menelpon pada jam seperti ini.
Ya”, kata Ayahku. “Ini adalah situasi yang tidak menguntungkan”, Garis disekitar mulutnya semakin dalam, berubah menjadi celah-celah.
Bisa di mengerti. ya. Selamat malam kalau begitu”.
Jarinya mengetat di ponselnya dan dia melempar ponselnya ke meja makan. “Magangmu sudah di batalkan”.
Seluruh udara terburu-buru keluar dari tubuhku saat paru-paruku mengecil seukuran penis.
Leyton dengan gamblang mengatakan bahwa mengingat situasimu saat ini.....”, suara ayahku mengecil hingga tak terdengar. Dia telah meminta bantuan selama bertahun-tahun untuk membuatku bisa magang di salah satu agensi arsitektur paling prestisius di Portland. Dan hanya butuh panggilan telepon selama tiga puluh detik, untuk membuat semuanya menghilang.
Seseorang menggedor pintu. Tak ada satupun dari kami yang bereaksi. Orang-orang telah menggedor pintu itu selama berjam-jam.
Dad mulai mondar-mandir di seberang ruang tamu. Aku hanya melihat dengan linglung. Sepanjang masa kanak-kanakku, hidupku selalu mengikuti pola tertentu. Nathan berkelahi di sekolah. Sekolah memanggil ibuku. Ibuku mengalami kekcewaan. Nate masuk ke kamarnya atau lebih buruk lagi, kabur selama beberapa hari. Ayah pulang dan mondar-mandir. Dan disitulah aku berada di antara semuannya, mencoba bermain sebagai mediator, yang paling ahli untuk tidak membuat pergolakan. Jadi apa yang sedang kulakukan di tengah Tsunami sialan ini?
Setelah masa kanak-kanak terlewati, aku selalu menjadi anak baik. Aku mendapat peringkat yang bagus di SMA, dan masuk ke kampus yang sama dengan ayahku. Aku mungkin tidak mewarisi bakat alaminya dalam hal design tapi aku mencurah kan waktu dan usaha agar bisa lulus ujian. Aku telah berkerja di kedai kopi yang sama sejak aku berusia lima belas tahun. Pindah bersama Lauren menjadi satu-satunya pemberontakan terbesarku. Aku adalah, segalanya yang berhubungan dengan kebosanan yang fantastis. Orang tua ku menginginkanku tinggal di rumah dan menabung. Segala hal yang telah aku raih hanya agar orang rua ku bisa tidur nyenyak di malam hari. Bukan berarti aku meraih banyak hal. Pesta malam yang ganjil. Episode dengan Tommy empat tahun yang lalu. Tak ada yang mempersiapkan ku untuk hal ini.
Selain para wartawan terdapat orang-orang yang menangis di depan gerbang, membawa spanduk yang memproklamirkan betapa mereka mencintai David. Satu orang pria membawa boom box jaman dulu di letakkan di atas rambutnya, mengumandangkan musik. Sebuah lagu berjudul “San Pedro” adalah favorite mereka. Mereka meneriakan bagian Cressendonya tiap kali sang vokalis mencapai Chorus, “tetapi matahari sudah tenggelam dan kami tak memiliki tempat untuk pergi......”.
Tampaknya, kemudian mereka berencana membakarku yang seukuran patung
Yang mana tak mengapa, aku ingin mati.
Kakak lelaki ku Nathan datang untuk menjemput Lauren dan membawa Lauren ke tempatnya. Kami tidak pernah bertemu sejak natal, baik dikala saat sulit atau langkah-langkah putus asa. Apartemen Lauren dan aku yang kami tinggali bersama juga di kerubungi orang-orang. Pergi darisana tidak perlu di pertanyakan dan Lauren tidak ingin keluarganya yang lain atau teman yang lain terlibat. Mengatakan bahwa Nathan menikmati kesulitanku akan terasa tidak sopan. Bukan tidak benar, hanya tidak sopan. Dia satu-satunya yang selalu membuat masalah. Kali ini, mau bagaimanapun, ini semua kesalahan ku. Nathan tidak pernah menikah dan berkencan secara tidak sengaja di Vegas.
Gedoran lebih keras terdengar di pintu. Dad hanya menatapku, dan aku mengedikkan bahu.
Ms Thomas?” sebuah suara besar menggema. “David mengirimku”
Baiklah. “Aku akan memanggil polisi”.
Tunggu, Please” kata si suara besar itu. “Aku sudah menelponnya . Buka pintru nya sedikit saja sehingga aku bisa menyerahkan padamu”.
Tidak”.
Dengusan terdengar. “Dia bilang untuk menanyakan kaosnya”.
Yang dia tinggalkan di Vegas. Kaosnya ada di tasku. Masih lembab. Huh. Mungkin. Tapi aku masih butuh di yakinkan. “Apa lagi?”.
Lebih banyak bicara. “dia bilang dia masih tidak mau.... Maaf, Miss...'Cincin Sialan itu kembali”.
Aku membuka pintu tapi tetap merantai. Seorang pria mirip Bulldog dengan jas hitam memberiku telpon genggam.
Hallo”.
Suara Musik yang keras terdengar sebagai latar belakang dan ada banyak suara-suara. Tampaknya insiden pernikahan tidak memperlambat David sedikitpun.
Ev”.
Ya?”.
Dia menjeda. “Dengar, kau mungki hanya ingin bersantai untuk sejenak hingga semua ini berhenti, okay? Sam akan membawamu keluar dari sana. Dia bagian dari tim keamananku.
Sam memberiku senyum sopan. Aku melihat gunung terlihat lebih kecil di banding pria ini.
Kemana aku akan pergi?” tanyaku.
Dia akan..... dia akan membawaku padaku. Kita akan menyelesaikan sesuatu”.
kepadamu?”.
Yeah. Nanti akan ada berkas perceraian dan tetek bengek untuk di tanda tangani. Jadi kau harus kesini”.
Aku ingin mengatakan tidak. Tapi membawa ini semua keluar dari pintu depan rumah orang tuaku sangat menggoda. Berjalan keluar dari sini sebelum ibu bangun dan mendengar tentang magang. Tetap saja, dengan alasan yang baik araupun tidak , tetap saja aku tidak bisa melupakan cara David membanting pintu saat keluar dari kehidupan ku pagi itu. Aku memiliki rencana cadangan untuk kabur. Dengan kesempatan magang yang hilang, aku bisa kembali berkerja di Cafe. Ruby akan senang memiliki ku berkerja penuh waktu di musim panas dan aku senang berada disana. Dengan melihat ke arah para gerombolan dengan berjinjit, mau bagaimanapun, ini akan tetap jadi bencana.
Pilihanku hanya sedikit dan tidak satupun bisa diajukan banding, tapi aku tetap banding. “Aku tidak tau...”.
Dia mendesah terdengar sangat pedih. “Apa lagi yang akan kau lakukan? Hah?”.
Pertanyaan bagus.
Dibelakang Sam kegiatan berlanjut, lampu menyela dan orang-orang berteriak. Rasanya tidak nyata. Jika seperti inilah kehidupan sehari-hari David , aku tidak tau bagaimana dia menanganinya.
Dengar. Sialan Kau hanya harus keluar dari sana”, katanya, kata-kata cepat, rapuh. “ini akan tenang sebentar lagi”.
Ayahku berdiri disampingku, meremas tangannya. Apapun ini, aku harus menyingkirkan semuanya dari orang yang aku cintai. Setidaknya aku bisa melakukan itu.
Ev?”
Maaf. Aku akan menerima tawaranmu”, kataku. “Terima kasih”.
berikan telpon ke Sam”.
Aku melakukan yang dia perintahkan, dan juga membuka pintu sepenuhnya sehingga pria besar itu bisa masuk ke dalam. Dia tidak sepenuhnya tinggi, tapi dia sangat kekar. Pria ini mengambil ruang dengan serius. Sam mengangguk dan mengatakan beberapa kata 'yes, Sir'. Kemudian dia mematikan telepon. “Ms Thomas. Mobil sudah menunggu”.
Tidak”, kata Ayah.
Dad---”.
Kau tidak mempercayai pria ini. Lihat segalanya yang telah terjadi”.
Sayangnya ini bukan sepenuhnya salahnya. Aku memainkan peran ku dalam hal ini”. Keseluruhan situasi ini membuatku malu. Tapi kabur dan bersembunyi bukanlah jawaban. “aku harus memperbaiki ini”.
Tidak”, dia mengulangi, bersandar di dinding.
Masalahnya adalah, aku bukanlah gadis cilik lagi. Dan ini bukanlah diriku yang percaya bahwa halaman belakang rumahku tidak muat untuk seekor kuda poni. “Maafkan aku Dad. Tapi aku sudah membuat keputusan”.
Wajah ayahku berubah pink, matanya tak percaya. Sebelumnya, pada kesempatan yang langka dia mengambil sikap yang keras, aku mengalah. (atau sembunyi-sembunyi mengambil langkah di belakangnya). Tapi kali ini....aku tak akan menurut. Ayahku tampak tua di mataku, tak yakin. Dan diluar itu, masalah ini adalah milikku. Semuanya masalahku.
Please, percayalah padaku”. Kataku.
Ev, Honey. Kau tak harus melakukan ini”. Kata Dad, mencoba taktik yang berbeda. “Kita bisa menyelesaikan dengan cara kita”.
Aku tau kita bisa. Tapi, dia memiliki Pengacara yang telah berkerja. Dan ini untuk yang terbaik”.
Tidak kah kau butuh pengacaramu sendiri?” ayahku bertanya. Ada guratan baru di wajahnya, seakan satu hari telah membuatnya tua. Rasa bersalah menohok ku.
aku bisa mencari-cari , aku akan menemukan pengacara yang cocok untukmu, aku tak ingin mereka memanfaatkanmu”. Dia melanjutkan. “seseorang pasti kenal pengacara perceraian yang handal”.
Dad, ini tidak seperti kita memiliki uang yang harus kita lindungi. Kami disini akan menyelesaikan semuanya secepat yang kita bisa”. Aku berkata dengan senyum yang di paksakan. “tak apa. Kami akan menyelesaikan ini dan aku akan pulang”.
Kami? Honey, kau baru saja kenal dengan pria ini. Kau tak bisa mempercayai dia”.
Seluruh dunia tampaknya mengamati. Jadi hal buruk apa yang bisa terjadi?” aku mengirimkan doa dalam diam ke surga semoga aku tak pernah menemukan jawaban atas itu.
Ini adalah kesalahan....”, Dad mendesah. “ aku tau kau sama kecewanya dengan aku karena masalah magang. Tapi kita harus berhenti dan berpikir disini”.
Aku sudah memikirkan tentang ini. Aku ingin menyingkirkan Circus ini dari mu dan Mom”.
Tatapan Dad beralih ke lorong yang gelap ke tempat ibu berbaring dalam tidur akibat obat penenang. Hal terakhir yang aku inginkan ayahku merasa terbelah anatara kami berdua.
Ini akan baik-baik saja” kataku, berharap semuanya jadi kenyataan. “Sungguh”.
Akhirnya dia menganggukkan kepalanya. “kurasa kau melakukan hal yang salah. Tapi telepon aku jika kau butuh sesuatu. Jika kau ingin pulang ke rumah, aku akan langsung mengatur penerbangan untukmu”.
Aku mengangguk.
aku serius. Kau akan menelponku jika kau butuh sesuatu”.
Iya. Aku akan melakukannya”. Aku tak akan melakukannya.
Aku mengambil ranselku, masih fresh dari Vegas. Tak ada kesempatan untuk mengganti bawaanku. Semua pakaianku ada di apartemen. Aku merapikan rambutku, menyelipkan dengan rapi ke belakang, mencoba sedikit membuat diriku tidak seperti habis terkena kecelakaan kereta.
kau selalu menjadi gadis baikku”, kata Dad terdengar sedih.
Aku tak tau harus berkata apa.
Dia menepuk lenganku. “hubungi ayah”.
Yeah”, kataku, tenggorokanku serak. “ucapkan selamat tinggal pada ibu untukku. Aku akan segera menelpon mu”.
Sam melangkah ke depan. “Putrimu ada di tangan yang aman , sir”.
Aku tak ingin mendengar jawaban ayah. Untuk pertama kalinya dalam berjam-jam aku melangkah keluar. Kerumanan meledak. Naluri untuk berbalik, lari dan bersembunyi , sangat besar. Tapi dengan tubuh Sam yang besar di sampingku, ini sama sekali tidak semenakutkan sebelumnya. Dia melingkarkan lengannya di bahuku dan membawaku keluar dari sana, menyusuri jalan setapak, ke arah orang-orang yang menunggu. Seorang laki-laki lain mengenakan jas hitam gelap mendekati kami, melewati kerumunan di sisi lain. Tingkat kebisingan meroket. Seorang wanita berteriak dan berkata dia membenciku dan memanggilku jalang. Dan seorang lainnya ingin aku memberitahu David bahwa dia mencintai David. Hampir seluruhnya, kurasa, itu semua melibihi pertanyaaan. Kamera di hadangkan di depan wajahku, dan cahaya Falshnya menghujam. Sebelum aku terjerembab. Sam sudah ada disana. Kakiku hampir tak meneyentuh tanah saat Sam dan kawannya membawaku ke mobil yang menunggu. Bukan limosin. Lauren akan kecewa. Ini adalah sedan baru yang mewah dengan interior terbuat dari kulit semua. Pintu terbanting dan menutup di belakangku lalu Sam dan temannya masuk. Sopir nya mengangguk padaku dari kaca spiom, lalu dengan hati-hati melaju. Orang-orang memukul-mukul jendela dan berlari di samping mobil. Aku meringkuk di tengah kursi. Segera kami meninggalkan mereka.
Aku sedang dalam perjalanan kembali ke David.
Suami ku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...