Saat Luca menarik ku ke arahnya, aku terjerembab di dadanya saat rasa pusing menyerang ku. Untungnya, tak ada seorang pun yang menyadari karena Luca memelukku erat. Matanya menatap mataku saat dia menundukkan bibirnya dan menyapunya di bibirku. Band memainkan musik lebih cepat dan lebih cepat lagi, mendesak kami untuk akhirnya memasuki lantai dansa, meja telah dibentuk menjadi lingkaran di sekitar kami. Luca terus meletakkan tangannya di pinggang ku saat dia membawaku ke tengah. Untuk semua orang di sekitar kami , itu tampak seperti pelukan kasih sayang tapi itu adalah satu satunya yang membuatku tetap tegak.
Luca menarik ku ke dadanya untuk waltz dan aku tak punya pilihan lain selain mengistirahatkan pipiku di dadanya. Aku bisa merasakan pistol di bawah rompinya. Bahkan pengantin pria tak bisa datang ke pernikahan tanpa senjatanya. Untuk pertama kalinya aku senang atas kekuatan Luca. Dia tak memiliki kesulitan untuk menjaga ku dan kakiku tetap menginjak tanah selama tarian. Ketika itu berakhir, dia membungkuk. " setelah kita kembali ke meja, kau akan makan. Aku tak ingin kau pingsan selama perayaan kita dan juga lebih sedikit selama malam pernikahan kita".
Aku melakukan apa yang di minta dan dipaksa untuk menggigit beberapa kentang dingin dan daging. Luca dan tatapannya terus mengawasi ku sementara dia berbicara dengan Matteo. Lantai dansa penuh dengan orang lain sekarang. Lily bangkit dari kursinya dan meminta Romero untuk menari. Tidak mengherankan. Romero tak bisa menolak Lily tentu saja. Tak juga diriku yang tak bisa menolak ketika ayah Luca mengajak ku berdansa. Setelah itu, aku berganti dari satu pria ke pria lain sampai aku lupa nama nama mereka dan wajah mereka. Walaupun mata Luca mengikuti tiap gerakanmu , walaupun ketika dia berdansa dengan wanita dari keluarga kami. Gianna juga, tak bisa melarikan diri dari lantai dansa. Aku menangkap dia berdansa dengan Matteo setidaknya tiga kali dan wajahnya menjadi lebih cemberut tiap menit nya.
"Boleh kah aku?"
Aku kaget dengan suara yang jauh lebih akrab yang mengirimkan sensasi rasa takut ke tubuhku. Dante cavalaro mengambil tempat pria yang berdansa denganku sebelumnya. Dia tinggi, meskipun tak setinggi Luca, dan tak seberotot Luca. "Kau tidak terlihat terkesan dengan perayaan ini"
"Segalanya sempurna" aku berkata dengan otomatis.
"Tapi kau tak memilih pernikahan ini"
Aku ternganga padanya.rambut pirang gelap dan mata biru memberinya tampilan efisiensi yang dingin sementara Luca memancarkan Luca menampilkan kebrutalan yang sengit.n sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Dalam beberapa tahun pantai timur dan Midwest akan gemetar dibawah penilaian mereka. Aku tersentak mulutku tertutup. "Ini suatu kehormatan"
"Dan tugas mu. Kita semua harus melakukan hal hal yang tak kita inginkan. Kadang kadang mungkin tampak seolah olah kita tak memiliki pilihan sama sekali".
"Kau seorang pria. Apa yang kau ketahui tentang tidak memiliki pilihan ? " aku berkata kasar, kemudian kaku, dan aku menunduk. "Maafkan aku. Aku keluar batas ". Aku tak boleh berbicara dengan seseorang yang praktisnya adalah Boss ku seperti itu. Lalu aku teringat aku tidak lagi berada disana. Aku tidak jatuh dalam kekuasaan Chicago outfit lagi . Dengan pernikahan ku, aku menjadi bagian dari mafia New York dan demikian Luca dan aturan ayahnya.
"Kurasa suami mu ingin memiliki mu kembali ke lengannya" kata Dante dengan memiringkan kepalanya, lalu menyerahkan ku kepada Luca. Dua predator berhadapan.
Setelah kami berada di luar jangkauan pendengaran Dante cavalaro , Luca menatap ku. "Apa yang cavalaro inginkan?"
"Ucapan selamat atas pernikahan"
Luca menatapku yang menyatakan dengan jelas dia tak percaya padaku. Ada sedikit ketidakpercayaan di ekspresinya.
Musik berhenti dan Matteo bertepuk tangan, membungkam para tamu. "Waktunya untuk melempar garter!"
Luca dan aku berhenti saat para tamu berkumpul untuk menonton pertunjukan . Beberapa bahkan berdiri di kursi dengan mengangkat anak anak mereka sehingga semua orang bisa menonton dengan jelas. Luca berlutut di depan ku di bawah sorak sorai dari para tamu kami dan mengangkat alisnya. Aku mencengkram gaun ku dan mengangkatnya sampai ke lutut. Luca meluncurkan tangannya di betis ku, lalu ke lutut dan pahaku. Aku terdiam sepenuhnya saat nuansa jari jarinya menyentuh kulit telanjang ku. Aku merinding. Sentuhan ringan dan bukannya tidak nyaman, namun itu membuatku takut.
Mata Luca sangat intens saat mereka mengamati wajahku. Jari jarinya menggesek garter yang ada di paha kananku dan dia mendorong gaun ku untuk dilihat semua orang,mengungkapkan kakiku yang panjang. Aku mencengkram ujung gaun ku dan dia meletakkan tangannya di belakang punggungnya, kemudian dia membungkuk di pahaku, bibirnya mengelus pahaku dari bawah garter. Aku menarik napas dalam dalam, tetap mencoba untuk menjaga wajahku, dalam mode pengantin bahagia. Luca mengayunkan giginya di sekitar tepi garter dan menariknya ke bawah kaki ku dan mendarat di tumpukan tumit ku yang putih tinggi. Aku mengangkat kakiku sehingga Luca bisa mengambil potongan renda itu. Dia berdiri dan menyajikan potongan renda itu ke kerumunan orang yang bertepuk tangan. Satu satunya orang yang tidak tersenyum adalah Gianna.
"Para bujangan" Luca berteriak dengan suaranya yang dalam. "Berkumpul. Mungkin kalian beruntung akan menjadi yang berikutnya".
Bahkan pria yang paling muda pun melangkah maju, Fabiano ada diantara mereka. Dia cemberut. Ibu tampaknya memaksa dia untuk berpartisipasi. Aku mengedipkan ke arahnya dan dia menjulurkan lidahnya. Aku tak bisa menahan tawa, gestur pantas yang pertam kalinya aku lakukan selama perayaan pernikahan ini.
Mata Luca mengarah padaku, ekspresi yang aneh di wajahnya. Aku dengan cepat mengalihkan pandanganku. Luca mengangkat lengannya, garter di genggamannya sebelum dia melemparkannya ke kerumunan para lelaki yang sudah menunggu.
Matteo menyambarnya dari udara dengan lompatan yang mengesankan " adakah wanita outfit yang bersedia di luaran sana yang ingin melanjutkan ikatan antara keluarga kiat ?" Ucapnya menggelegar, Menaik turunkan alisnya.
Sorak dan tawa terdengar dari wanita yang telah menikah dan juga yang belum menikah. Tentu saja Lily berada diantara mereka, melompat lipat dengan senyum cerah. Semuanya adalah permainan untuknya. Aku tak ingin mata Matteo melihat dia, aku bahkan tak ingin namanya dalam pikiran Matteo, saat dia memikirkan pernikahan. Seperti tradisi dia harus mengajak wanita yang belum menikah untuk berdansa dengannya.
Luca melangkah mendekati ku, lengannya menyelinap di punggungku dengan posesif. Aku tersentak dengan kontak fisik yang tak terduga dan tubuh Luca menjadi kaku.
Matteo mengulurkan tangan ke arah Lily yang tampak dekat dan meledak dengan kegembiraan karena terpilih. Dadaku sesak. Aku Tau ini adalah lelucon sekarang. Tidak ada yang akan menganggap serius gadis berusia empat belas tahun.
Saat aku dan Luca berdansa di lantai dansa, aku terus mengawasi Lily dan Matteo. Tangannya tinggi di punggungnya, ekspresinya menggoda. Dia terlihat seperti orang yang telah menetapkan matanya pada calon istrinya.
" jika adikku menikah dengan adikmu, kau akan memiliki keluarga di New York". Kata Luca.
"Aku tak akan membiarkan dia memiliki Lily" kata-kata itu sengit. Mengapa aku bisa begitu gigih ketika berusaha melindungi adikku, tapi tidak ketika itu tentang diriku?
" bukan Lily yang dia inginkan"
Mataku beralih ke Gianna yang berdiri dengan lengan terlipat di depan dadanya, mata seperti elang saat dia mengamati kami, ayah tak akan menyerahkan anak perempuannya yang lain ke New York. Jika dia ingin memperkuat posisinya di Chicago outfit, dia butuh untuk memperjelas dia mempunyai cukup banyak keluarga di sekitar nya. Saat dansa waltz telah berakhir, alunan musik yang yang lebih cepat dimulai dan lantai dansa sekali lagi dipenuhi oleh para tamu.
Luca memulai dansa dengan ibuku dan aku memanfaatkan momen ini untuk menyingkir sejenak. Aku butuh beberapa saat sendiri atau aku akan meledak. Aku mengangkat gaun ku ddari tanah, dan bergegas ke sudut taman Dimana rumput bertemu dengan teluk sebelum aku melangkah ke bawah beberapa langkah yang mengarah ke dermaga dimana yacht sedang bersandar dan menunggu. Di kananku pantai memanjang. Lautan begitu hitam dibawah langit malam dan hembusan angin mengenai gaun ku dan merusak sedikit gelunganku. Aku melepaskan high heels ku dan melompat ke Dermaga , kakiku menghantam pasir yang dingin. Memejamkan mataku, aku mendengarkan suara ombak. Perahu kayu berderak dan aku menegang sebelum menoleh ke elang bAhuku dan mendapati Gianna. Dia melepaskan sepatunya dan bergabung dengan ku di pantai, mengalungkan lengannya di tubuhku.
" besok kau akan pergi ke New York dan aku kembali ke Chicago" dia berbisik.
Aku menelan dengan susah payah, "aku takut"
" tentang malam ini?"
"Ya". Aku mengakui. " malam ini dan malam malam lain . Takut berada sendirian dengan Luca. Di kota yang tak ku kenal, bergabung dengan orang orang yang hanya sedikit ku kenal, orang yang mungkin adalah musuh ku. Mengenal Luca dan mendapati dia adalah monster yang selama ini aku pikirkan. Tentang hidup tanpa kau, Lily dan Fabiano".
" kami akan sering mengunjungi mu saat ayah mengizinkan. Dan tentang malam ini" suara Gianna berubah menjadi berat. " dia tidak bisa memaksamu".
Aku tertawa tersedak. Kadang kadang aku lupa bahwa Gianna lebih muda dariku. Ini adalah saat saat yang mengingatkanku. " dia bisa. Dan dia akan"
" kemudian kau akan melawannya dengan segala yang kau punya".
"Gianna " kataku berbisik. " Luca akan menjadi Capo dei Capi. Dia terlahir sebagai pejuang. Dia akan menertawakanku jika aku berusaha menolak. Atau penolakanku akan membuat dia marah dan kemudian dia akan benar benar menyakitiku". Aku berhenti ". Bibiana bilang aku harus memberinya yang dia inginkan, bahwa kau harus membuatnya menjadi baik denganku, mencoba untuk membuat dia mencintaiku"
" bibiana tolol, apa yang dia Tau?" Gianna menatapku. ". Lihatlah dia, cara dia bergelayut di depan si tumpukan lemak yang bodoh. Bagaimana dia membiarkan si jari sosis menyentuhnya. Aku lebih baik mati dari pada berbohong dibawah lelaki seperti itu"
"Apakah kau rasa aku bisa membuat Luca mencintaiku?"
Gianna menggeleng. " mungkin kau bisa membuat dia menghormati mu. Aku tak berpikir bahwa orang seperti dia mempunyai hati yang bisa mencintai"
" bahkan bajingan yang paling dingin pun memiliki hati"
" well, berarti hatinya sehitam aspal.Jangan buang waktu mu dengan cinta, Aria. Kau tak akan menemukannya di dunia kita"
Dia benar tentu saja, tapi aku tak bisa berhenti berharap.
"Berjanji lah kau akan kuat. Berjanji lah kau tak akan membiarkan dia memperlakukanku seperti pelacur. Kau adalah istrinya"
"apakah ada perbedaannya?"
" yeah, setidaknya pelacur tidur dengan banyak pria lain dan tak perlu hidup di sangkar emas. Mereka akan lebih baik"
Aku mendengus. " kau sudah tak tertolong lagi"
Gianna mengangkat bahu. " hal itu membuatmu tersenyum". Dia berbalik dan ekspresinya Menggelap. " Luca mengirim anjing peliharaannya. Mungkin dia khawatir kau lari".
Aku mengikuti pandangannya dan menemukan Romero berdiri di puncak bukit kecil yang menghadap ke teluk dan dermaga.
" kita harusnya mengambil yacht ini dan melarikan diri".
" dimana aku bisa berlari? Dia mengikutiku ke ujung dunia". Aku melirik arloji emas elegan di pergelangan tanganku. Aku tak Tau Luca, tapi aku Tau orang orang dari kaumnya. Mereka posesif. Setelah kau menjadi milik mereka, kau tak akan bisa lari. " kita harus kembali, kue pengantin akan di sajikan segera".
Kami memakai sepatu kami kembali dan berjalan ke arah suara. Aku mengabaikan Romero tapi Gianna merengut padanya. " apakah Luca memerlukan kau untuk segalanya? Atau bisakah setidaknya dia kencing sendiri?"
" Luca adalah pengantin pria dan perlu hadir untuk para tamu". Kata Romero sederhana, tapi tentu saja itu adalah teguran untuk ku.
Mata Luca menetap ada ku saat aku kembali ke pesta. Banyak tamu yang sudah mabuk, dan beberapa sudah pundah ke kolam , dan memilih berenang dengan pakaian lengkap, Luca mengulurkan tangan dan aku menjembatani jarak diantara kami. " dari mana kamu?"
" aku hanya perlu waktu untuk diriku sendiri"
Tidak ada waktu untuk berdiskusi lebih lanjut saat juru masak meletakkan kue pengantin kami di tengah. Kue nya berwarna putih, memiliki enam tingkatan, dan dihiasi dengan bunga bunga Persik. Luca dan aku memotong dibawah Alunan tepuk tangan, diikuti oleh ' bacio'bacio'. Dan menempatkan potongan pertama di piring kami. Luca mengambil garpu dan memberiku makan sedikit sebagai tanda dia akan menafkahi ku dan kemudian aku menyuapi nya sedikit sebagai tanda aku akan merawatnya sebagai istri yang baik.
Malam telah mendekati tengah malam, ketika pertama kali terdengar teriakan yang menyarankan Luca dan aku beristirahat di tempat tidur. "Kau menikahinya, sekarang tiduri dia!" Matteo berteriak, melemparkan lengannya ke atas,dan melonjak lonjakan di kursi. Dia mabuk karena Wina, Whiskey, Grappa dan apapun yang ada di tangannya. Luca, disisi lain, tidak mabuk. Firasat kecil Harapan terpendam ku bahwa dia akan terlalu mabuk untuk mewujudkan pernikahan kami menguap. Luca menyeringai sebagai jawaban, begitu predator, begitu kelaparan , penuh keinginan, membuat jantungku berdebar di dadaku. Segera hampir seluruh lelaki dan wanita bergabung dalam paduan suara itu.
Luca bangkit dari kursinya begitu juga aku, meskipun aku ingin berpegang teguh dengan rasa putus asa yang tertinggal, tapi aku tak punya pilihan. Beberapa terlihat pengertian dan kasih sayang dari wanita lain mengarah ke Jalanku, tapi itu hampir sama buruknya dengan mencemooh.
Gianna bangkit dari kursinya tapi ibu memegangi bagian atas lengannya, memegang punggungnya. Salvatore vittielo meneriakkan sesuatu tentang sprei , tapi suara dan warna tampak redup oleh ku, seolah olah Aku terjebak dalam kabut. Pegangan Luca di tanganku sambil membawaku menuju rumah adakah satu satunya yang membuatku tetap bergerak. Tubuh ku tampaknya memiliki autopilot. Sebuah kerumunan besar, terutama laki laki, mengikuti kami, nyanyian mereka "tiduri dia, tiduri dia". Semakin keras saat kami memasuki ruangan dan naik tangga menuju lantai dimana letak kamar tidur utama. Ketakutanku berdenyut di dadaku.
Aku merasakan tembaga dan aku menyadari aku menggigit bagian dalam pipiku dengan keras. Kami akhirnya tiba di pintu ganda kayu gelap kamar utama. Orang orang terus menepuk punggung dan bahu Luca. Tak seorang pun menyentuhku. Aku akan layu jika mereka menyentuhku. Luca membuka pintu dan aku berjalan masuk, senang karena jarak yang memisahkan antara kerumunan dan diriku sendiri. Teriakan berdering di kepalaku dan yang hanya bisa ku lakukan adalah tidak menutup telingaku dengan tangan. " tiduri dia !tiduri dia !"
Luca membanting pintu hingga tertutup. Sekarang kami sendirian untuk malam pengantin kami.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
STUCK UP SUIT Chapter 8
GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...
-
Gianna berhasil mendapatkan tiket pesawat dua hari kemudian. Aku amat dipenuhi kegembiraan hari itu. Belum lama aku tak melihatnya, t...
-
PROLOG Jemariku bergetar seperti daun terkena angin saat aku mengulurkan tanganku, detak jantungku secepat kicauan burung kolibri....
-
Perjalanan ke New York berlalu dalam keheningan. Aku senang Luca tidak mencoba untuk bercakap-cakap. Aku ingin sendirian dengan pikira...
Suka jalan ceritanya, kak dilanjutin ya ceritanya. Thank u
BalasHapusSuka jalan ceritanya, kak dilanjutin ya ceritanya. Thank u
BalasHapusKak..... Dilanjut ya. Njangan sampe ilang kyak di wattpad......
BalasHapusSemgat kakak.....