Kamis, 20 Desember 2018

STUCK UP SUIT CHAPTER 7

Soraya : kemana kita akan pergi?
Aku pulang kerja sejam lebih lambat untuk bersiap-siap. Lebih dari setengah yang pakaian yang aku punya sudah menumpuk di tempat tidur. Normalnya, apapun suasana hati yang menaungiku menentukan pakaianku. Aku bukanlah orang yang rewel. Bagiku, style adalah ekspresi yang mengungkapkan kepribadian individu, bukan harus mengikuti trend terbaru dari runway ataupun dari salah satu Kadarshian. . jadi ini sungguh- membuatku-ketakutan-sampai- mati ketika aku sampai ke pakaianku yang kesepuluh.
Graham: ke Restauran, sebenarnya. Terkecuali jika kau berubah pikiran. Aku akan sangat mendukung jika kau lebih memilih makan di rumahku.
Jika itu adalah orang lain, segala hal yang berupa komen mesum akan membautku marah. Tapi untuk beberapa alasan, Graham membuatku tersenyum. Jawaban untuk undangannya untuk mengacau selalu berupa mengacau dengannya.
Soraya : sebenarnya, aku tampaknya sudah berubah pikiran.
Graham: berikan alamatmu. Aku masih di kantor, tapi bisa kesana dalam sepuluh menit, dimanapun kau tinggal.
Aku tertawa keras atas kedepresiannya. Sebanyak apapun aku percaya bahwa dia sangatlah percaya diri, ada sesuatu yang sangat menyenangkan atas kejujurannya akan dirinya yang menginginkan bersamaku. Normalnya, untuk pria seperti dia, menunjukan keputusasaan adalah tanda kelemahan. Itu membuatku hampir merasa buruk karena mempermainkan dia. Hampir.
Soraya: maksudku tentang makan malam kita malam ini. Aku tak yakin itu ide yang bagus.
Graham : Bullshit, jika kau tidak muncul, bersiaplah untuk ketukan di pintumu.
Soraya : kau bahkan tak tau dimana aku tinggal.
Graham : aku adalah pria yang bisa mencari dimanapun. Cobalah.
Soraya: baiklah. Aku akan kesana. Tapi kau hanya akan memberiku alamat. Kemana kita akan pergi? Aku harus tau apa yang harus kupakai.
Graham: pakai apapun yang kau pakai sekarang.
Aku menunduk.
Soraya: sebuah bra dengan warna pink menyala dan G-string? Kau mau membawaku kemana, club striptease?
Butuh waktu tepat lima menit sampai dia membalas.
Graham : Dont tell me shit like that.
Soraya: bukan penggemar warna pink me nyala.
Graham: oh, tentu saja aku suka. Warna itu akan terlihat sama indahnya dengan cetakan bekas tanganku di bokongmu jika kau tidak berhenti mengacaukanku.
Memukul bokong bukanlah sesuatu yang kugemari. Bukan juga bagian dari kata kunci. Sekarang membayangkan dia membuat pantatku pedih membuat tubuhku bersenandung. Aku menjadi terangsang gara-gara pesan singkat. Jesus. This man was Dangerous. Butuh jeda, aku melemparkan ponselku ke temapt tidur, dan kembali menggali lemariku. Sebuah gaun mini berwarna hitam yang terselip dibelakang menarik perhatianku. Aku membelinya untuk ke pemakaman. Aku mematahkan pikiranku , aku seharusnya memakainya malam itu saat kencan dengan Aspen. Ketika aku melepasnya dari gantungan baju, ponselku berkedip tanda ada pesan masuk.
Graham: kau berhenti merespon. Aku akan menganggap itu berarti kau sibuk berfantasi tentang tanganku memukul bokongmu yang indah itu.
Dia mempunyai kemampuan luar biasa untuk mengubah pertanyaan sederhana menjadi sesuatu yang mesum.
Soraya: aku sibuk mencari tau apa yang akan aku kenakan. Yang membawa ku kembali ke pertanyaan awal yang aku kirim, kemana kita pergi?
Graham : aku membuat reservasi di Zenkinchi.
Soraya : di Brooklyn.
Graham: ya di Brooklyn. Hanya ada satu-satunya. Kamu bilang kau tinggal disana, dan karena kau menolak untuk kujemput, aku memilih tempat yang dekat denganmu.
Soraya: wow, ok good. Aku ingin mencoba tempat itu. Ini terasa agak menyebalkan bukan karena kau harus pergi dari kantormu.
Graham: cocok. Sejak kamu adalah yang membuatku sebal. Sampai jumpa nanti jam 7.
stasiun kereta bawah tanah berjarak satu blok dan setengah jalan dari restoran. Ketika aku berbelok ke pojokan, ada sebuah mobil hitam diparkir di luar. Tak tau mengapa, tapi aku terdiam di pintu masuk untuk melihat orang nya keluar. Firasatku mengatakan bahwa itu Graham.
Firasatku tidak salah. Sopir yang tak berseragam keluar dan membuka pintu belakang, dan Graham keluar dari samping. God, the man oozed power. Dia berpakaian dengan setelan mahal yang lain dari yang dia kenakan pagi ini. Cara setelannya menempel sangat cocok dengan dia, dan tidak diragukan lagi dia membuatnya secara kustom. Walaupun itu bukanlah setelah mewah yang memberinya aura supremasi; tapi begitulah cara dia mengenakan jas itu. Berdiri di depan restoran, dia berdiri tegak dan percaya diri. Bagian dadanya terbuka dan gagah, bahunya kebelakng, kaki terbuka, dan kokoh. Dia menatap lurus ke depan, tidak terpaku dengan ponselnya atau menunduk ke bawah untuk menghindari kontak mata. Satu tangannya di masukan ke kantong celana panjangnya,dan jempolnya berada di luar kantongnya. Aku suka ibu jarinya yang muncul di luar.
Aku menunggu selama lima menit dan ketika dia akhirnya melihat ke arah lain, aku menyelinap keluar dari ambang pintu. Ketika dia berbalik dan melihatku, aku menjadi seakan tak sadar akan jalanku. Caranya mengamati setiap langkah yang aku buat, sebagian diriku ingin berlari ke arah sebaliknya, tapi sebagian lain dari diriku meyukai intensitas dari tatapannya. Sangat suka. Jadi aku mengendalikan kegugupanku, menambah kan sedikit goyangan di pinggulku, dan memutuskan untuk tidak jadi tikus dengan dia sebagai kucingnya.
Graham”, ujarku, ketika aku berhenti di depannya.
Soraya”, dia mengikuti nada formalku dan mengangguk.
Kami berdiri saling menatap satu sama lain di trotoar, jarak aman untuk kami selama semenit terlama dalam sejarah permenitan. Lalu dia menggeram, “Persetan dengan ini”. Melangkah kedepan ke arahku, segenggam rambutku di tangannya, digunakan untuk memiringkan kepalaku kearah yang dia mau,kemudian mulutnya melahapku.
Selama sepersekian detik, aku mencoba melawan. Tapi aku adalah es batu yang mencoba melawan panas matahari. Sesuatu yang tak mungkin. Sebaliknya aku malah mencair dibawah cahaya yang menyilaukan. Jika dia tidak mengaitakan tangannya di pinggangku, ada kemungkinan aku sudah berada di beton. Pikiranku ingin melawanku di setiap kesempatan, tetapi tubuhku tak bisa menahan diri untuk menyerah. Pengkhianat.
Dia berbicara diatas bibirku ketika dia akhirnya melepaskan mulutku. “lawanlah semau dirimu. Suatu hari kau akan memohon. Mark my words”
kesombongannya membuatku kembali ke kesadaranku. “You are so full of yourself”. -sombong.
I'd much rather be filling you” - aku lebih suka mengisi mu
Babi”.
apa yang dikatakan untukmu? Kau basah karena seorang babi”.
Aku mencoba keluar dari pelukannya di seputar pinggangku, tapi itu hanya membuatnya memelukku lebih erat, “aku tidak basah”.
Dia melengkungkan alisnya. “hanya ada satu cara untuk membuktikannya”.
back off Morgan”.
Graham melangkah mundur dan mengangkat kedua tangannya seperti menyerah. Ada secercah rasa geli di matanya.
Di dalam, Zenkinchi gelap dan tak seperti yang aku bayangkan. Seorang wanita berpakaian jepang tradisional membimbing kami menelusuri lorong panjang yang membuat seperti merasa di luar. Jalan setapaknya di tata dengan batu-batu dan batu sabak,seolah-olah kami sedang berjalan di taman gaya asia. Kedua sisi dipagari dengan bambu tinggi dan diterangi lentera. Kami melewati area luas pintu masuk area tempat duduk, tetapi sang Hostest terus melangkah. Di ujung lorong, dia mendudukan kami disebuah bilik privat, tertutup tirai mewah, dan tebal. Setelah dia memesan minuman kami, dia menunjukan bel yang terpasang di meja dan mengatakan pada kami bahwa kami tak akan diinterupsi kecuali kami menginginkannya. Lalu dia menghilang, menarik tirai tertutup. Rasanya seakan kami adalah satu-satunya orang di dunia, bukannya di restoran mewah dan sibuk.
Ini indah. Tapi aneh”. Kataku.
Graham menanggalkan jasnya dan duduk disisi meja dengan satu tangan yang dengan santainya di kalungkan di atas bilik. “cocok”.
apa kau sedang mengatakan aku aneh?”
apa kita akan bertengkar jika aku mengatakan ya?”
mungkin”.
kalau begitu, iya”.
Alis ku mengkerut. “kau ingin bertengkar denganku?”
Graham meraih dasinya, dan melonggarkannya. “aku merasa bertengkar denganmu membuatku terangsang”.
Aku tertawa. “kurasa kau butuh konseling”.
setelah beberapa hari, kurasa kau benar”.
Si pelayan kembali dengan pesanan minuman kami. Dia meletakan highball glass di depan Graham dan gelas anggur di depanku.
Graham memesan Hendrick's dan Tonic , “gaya pria tua, minum gin and tonic”, kataku, menyesap anggurku.
Dia menggoyang-goyangkan es di gelas nya, dan membawanya ke bibirnya dan melihat ku dari atas pinggiran gelasnya sebelum meminumnya. “ingat yang kukatakan dengan kita beradu argumen. Mungkin kau mau melihat ke bawah meja”.
Mataku membesar. “kau tak mungkin”.
Dia menyeringai dan menaik turunkan alisnya. “lihatlah. Taruh kepalamu ke bawah. Aku tau kau penasaran untuk mengintip”.
Setelah kami berdua menghabiskan minuman kami, beberapa kegugupanku mulai mereda, kami akhirnya mendapatkan obrolan nyata kami yang pertama. Sesuatu yang tak berhubungan dengan sex ataupun tindik lidah”.
jadi berapa lama kau bekerja di balik kantor besarmu yang mewah?”
aku biasa nya berangkat jam delapan dan pulang jam delapan”/
dua belas jam sehari? Itu enam puluh jam dalam seminggu”.
tidak menghitung weekends”.
kau bekerja di weekends, juga?”
sabtu”.
jadi hari liburmu hanya minggu”.
terkadang aku juga berkerja di hari minggu”.
itu gila. Kapan kau punya waktu untuk bersantai?”
“aku menikmati pekerjaanku”
aku mengejek. “tidak terlihat seperti itu ketika kali terakhir aku mampir. Semua orang disana tampaknya takut padamu, dan kau menolak untuk membuka pintu”.
aku sedang sibuk”, dia melipat tangannya di dada.
Aku melakukan hal yang sama. “begitupun aku. Kau tau, Aku harus menaiki dua kereta hanya untuk mengantarkan ponselmu. Dan kau bahkan tak memiliki sopan santun hanya untuk sekedar keluar dan mengucapkan terima kasih”.
Dia menghela nafas. “aku orang yang sibuk, Soraya”.
namun kau berada disini pada hari kerja jam tujuh malam. Bukankah kau bekerja sampai jam delapan jika kau sangat sibuk?”
aku membuat pengecualian untuk yang sudah di janjikan”.
betapa baik hatinya dirimu”.
Dia melengkungkan alisnya. “kau ingin melihat ke bawah meja, bukan?”
aku tak bisa menahan tawa. “ceritakan sesuatu yang lain tentang dirimu. Selain kau yang seorang penggila kerja dengan superioritas yang kompleks yang meminum minuman mewah. Cuma itu, yang bisa ku tebak dari pengamatan ku di kereta”.
apa yang ingin kau ketahui?”
apakau punya saudara laki-laki atau perempuan?”
tidak, aku anak satu-satunya”.
Aku bergumam pelan. Wah , aku tak pernah menduga ini sebelumnya.
apa katamu?”
tak ada”.
bagaimana denganmu?”
satu saudara perempuan. Tapi aku tak bertegur sapa dengannya saat ini”.
dan kenapa begitu?”
bad blind date”.
dia mencomblangimu?”
Yep”.
dengan pria yang membawamu ke pemakaman? Siapa nama nya, Dallas?”
Aspen. Tidak dia tidak mencomblangiku dengan Aspen. Aku memilih bencana itu sendiri. Dia mencombalangiku dengan pria yang seharusnya dia kencani. Mitch”.
dan tidak berjalan dengan baik, kurasa?”
aku memelototinya. “aku menjulukinya High Pitch Mitch with The Itch”
dia tertawa kecil. “tidak terdengar bagus”.
tidak”.
Dia memincingkan mata padaku. “dan akankah besok aku juga memiliki nama panggilan”.
apa kau mau?”
Tidak jika itu High Pitch Mitch with The Itch”.
Nah, apa yang ada di kepalamu”.
Roda berputar di kepalanya selama tiga puluh detik. “Morgan with Big Organ”.
Aku memutar mataku.
kau bisa memeriksanya ke bawah meja kapanpun”, dia mengedipkan sebelah matanya.
Aku melanjutkan untuk mencari tau lebih banyak tentang dia, walaupun semua jalannya mengarah ke bagian diantara kakinya. “punya hewan peliharaan?”
aku memiliki anjing”,
mengingat seekor anjing kecil dari aku yang mengintip ponselnya, aku berkata “anjing jenis apa? Kau tampaknya tipe yang suka memiliki anjing besar yang menakutkan. Seperti Great Dane atau Neapolitan Mastiff. Sesuatu yang mencerminkan apa yang terus kau agungkan padaku untuk melihat ke bawah meja. Kau tau, big dog, big D---”
ukuran anjing bukanlah simbol yang tepat”. Dia mengintrupsi.
Jadi, anjing kecil itu memang miliknya.
Sungguh? Kurasa aku pernah membaca sebuah study yang mengatakan seorang pria tak dikenal membeli anjing yang merepresentasikan ukuran penis”.
anjingku adalah milik ibuku. Ibuku meninggal saat dia masih anak anjing, dua puluh tahun lalu”.
i'm sorry”.
Dia mengangguk. “Thank you. Blackie adalah jenis west highland terrier”.
Blackie? Apakah dia hitam?” anjing yang di foto berwarna putih.
dia putih, sebenarnya”.
jadi kenapa Blackie? Apa karena lucu? Atau apakah ada alasan lain??”
responnya begitu tertutup. “tak ada alasan lain”.
Tak lama kemudian, pelayan menghidangkan makan malam kami. Aku memesan Boniti shut fish entree, pada dasarnya karena di menu mengatakan itu hanya untuk petualang makanan. Dan Graham memesan sashimi. Kedua hidangan kami lebih mirip karya seni ketika mereka tiba.
aku benci memakannya, ini begitu indah”.
aku memiliki masalah yang berlawanan. Itu begitu indah ; aku tak sabar untuk memakannya”. Cengirannya menunjukan padaku bahwa komentar nya tak ada kaitannya dengan makan malam mewah inu.
Aku bergeser di kursiku.
Kami berdua mulai mengaduk-aduk makanan kami. Milikku luar biasa, ikannya benar-benar meleleh dimulutmu. “mmm.....ini sangat lezat”.
Graham mengejutkanku dengan mengambil sepotong dari piringku. Dia tidak tampak seperti orang yang berbagi piring. Aku menyaksikannya menelan, dan dia memberi anggukan kecil persetujuan. Lalu aku meraih dan mengambil sepotong makanannya. Dia tersenyum.
jadi. Kau memberitahuku tentang Mitch the Itch dan si cowok pemakaman. Apa kau sering berkencan?”
aku tak akan mengatakan sering. Tapi aku menemukan beberapa pasang bajingan”.
mereka semua bajingan?”
tidak semuannya. Beberapa pria yang baik tapi tidak berhasil untukku”.
tidak berhasil untukmu? Maksudnya?”
aku mengedikan bahu. “aku hanya tidak merasakan yang seharusnya pada mereka. Kau tau. Sesuatu seperti lebih dari teman”.
dan apakah kau punya beberapa janji kencan lagi di kalendermu yang akan datang?”
kalenderku yang akan datang?” aku mengeluarkan dengusan seperti seorang lady. “kau merubah pembicaraan yang kotor menjadi terdengar seperti profesor perguruan tinggi yang sombong dan gampangan”.
apakah itu mengganggumu?”
aku memikirkan jawabanku sejenak. “aku tak akan mengatakan me ngesalkan. Lebih seuka mengatakan menghibur”.
aku menghibur?”
ya. Kamu lucu”.
sangat yakin aku belum pernah ada yang mengatakan bahwa aku menghibur “.
aku bertaruh itu karena kebanyakan orang hanya melihat tingkah bajingan yang kau tunjukan di luar”.
itu mengimplikasikan bahwa aku lebih dari sekedar seorang bajiangan di dalam”.
Mata kami saling mengunci dan aku menjawab. “untuk beberapa alasan, aku percaya itu. Ada sesuatu yang lebih dari sekedar bajingan dengan penampakan luar yang sexy”.
kau berpikir aku sexy”. Dia menyeringai, sangat narsis.
tentu saja. Maksudku lihat lah dirimu. Kau punya kaca. Ku tebak kau sudah menebaknya sendiri. Dan itu bahkan tak akan sulit bagimu untuk mengisi jadwal kalender mu kedepan”.
apa kau selalu seblak-blakan ini”.
tentu saja”,
dia menggelengkan kepalanya dan mengocehkan sesuatu. “ngomong-ngomong tentang kalender ke depan. Aku ingin kau mengosongkan seluruh janji kencan, kecuali aku, tentu saja”.
kita sedang setengah jalan melalui kencan kita, dan kau memerintahku, bukan memintaku, untuk tidak berkencan dengan orang lain”.
Dia meluruskan kursinya. “kau mengatakan padaku bahwa kau tak akan tidur denganku. Bahwa kita akan berkencan dan mencoba mencari tau satu sama lain. Apakah itu masih berlaku?”
ya”.
Well, jika aku tidak tidur dengan mu, maka tak seorangpun juga”.
how romantic”.
itu adalah kesepakatan dariku”.
dan akankah kita berlaku untuk kita berdua? Kau tak akan berkencan dengan orang lain?”
tentu saja”.
biarkan aku memikirkan ini”.
Alisnya melonjak terkejut. “kau perlu memikirkannya?”
ya. Aku akan memberitahumu”. Dan tak ada sama sekali bayangan keraguan, pertama kalinya Graham J Morgan tidak bisa menentukan aturannya pada wanita.
Sejam kemudian, ponselku bergetar di tas ku. Itu adalah Delia yang mengecek keadaanku sejak dia tau aku pergi ke kencan pertamaku. Aku mengetikan sms singkat bahwa aku baik-baik saja dan melirik jam di ponselku. Kami sudah duduk di restoran ini lebih dari tiga jam. Tak mengejutkan ku bahwa ini adalah pertama kalinya aku tak memikirkan ponselku.
Yah, kau benar tentang satu hal”
kau harus spesifik. Aku benar tentang banyak hal”.
Aku menggelengkan kepala. “dan disini aku akan memberikanmu pujian, dan kau justru merusaknya dengan kesombonganmu”.
aku percaya arogansi adalah ketika kau memiliki perasaan yang di lebih-lebihkan dari kemampuan mu sendiri. Aku tak melebih-lebihkan. Aku sesuai kenyataan”.
Bajingan ber Jas benar-benar nama yang pas untukmu, bukan?”
mengabaikanku, dia bertanya. “apa pujiannya?”
ketika kita berkirim pesan saat aku berkencan di pemakaman malam itu, kau mengatakan jika bersamamu, aku tak akan peduli dimana ponselku berada. Hingga baru saja ponselku bergetar, aku bahkan tak menyadari bahwa aku tak pernah mengeluarkannya”.
Itu membuatnya senang. Beberapa saat kemudian, Graham membayar tagihan, dan aku berhenti sebentar di toilet wanita, menyegarkan diri, aku tersadar bahwa aku tak ingin kencan ini berakhir. Pikiran itu menimbulkan efek melankolis yang mengejutkanku.
Di luar restoran, mobil hitam Graham sudah di pinggir jalan. Dia pasti sudah menunggunya dan memanggil sopir ketika aku ke kemar kecil.
jika kau tak akan pulang bersamaku, aku bersikeras setidaknya memberikan tumpangan padamu pulang ke tempatmu”.
Kereta bawah tanah tepat di tikungan. Aku baik-baik saja”.
Dia menatapku dengan pandangan kesal. “beri sedikit kesempatan , Soraya. Ini hanya berkendara ke rumah, bukan kau mengendarai penisku. Dan kurasa kau sudah tau dari sekarang bahwa aku bukan pembunuh berantai”.
kamu sangat kasar”.
Dia meletakkan tangannya di punggungku dan mengarahkan ku ke pintu mobil yang terbuka. Aku tak melakukan perlawanan. Graham benar, aku keras kepala sedangkan dia menuruti apapun yang aku minta. Sesuatu memberitahuku bahwa ini adalah sesuatu yang sangat langka ketika dia bisa bersifat fleksibel.
Ketika kami tiba di apartemenku, Graham mengantarkanku ke pintu.
kapan kita bertemu lagi?”
well, besok adalah hari sabtu, jadi kurasa mungkin senin di kereta”.
makan malam denganku lagi besok?”
aku sudah punya rencana”.
Rahangnya tertekuk. “dengan siapa?”
kami memulai dengan tatapan panjang. Tatapannya keras. Ketika tak satupun dari kami memberi waktu beberapa menit, dia menggumamkan kekesaalan dengan pelan. Dan sebelum aku sadar akan apa yang sedang terjadi, punggungku berada menempel di pintu, dan mulutnya di mulutku.
Dia menciumku seakan ingin memakanku hidup-hidup. Sebelum melepaskan mulutku, dia mengggit bibir bawahku dan menariknya. Keras. Dengan bibirnya bergetar diatas bibirku, dia berbicara. “Don't Push my Limit, Soraya”.
kenapa? Apa yang akan terjadi?”
aku akan mendorong balik. Dan aku sedang berusaha untuk tidak melakukannya padamu”.
Dia berkata jujur, dan aku sadar aku harus mengapresiasinya. “ke rumah saudara perempuanku. Ini adalah acara ulang tahun keponakanku. Kesanalah aku pegi besok”.
Dia mengangguk. “Thank you”
itu mengambil tiap bagian kecil dari kemauanku untuk masuk ke dalam dan menutup pintu. Aku menyenderkan punggungku di pintu, tak bisa mengingat kali terakhir aku begitu terangsang dan terusik. Mungkin tak pernah. Mulutny adalah ladang dosa; memikirkan akan apa yang bisa dia lakukan dengan lidahnya yang nakal di tempat lain di tubuhku membuatku sangat amat bergairah. Tapi itu lebih dari itu. Cara dia begitu mendominasi dan mengendalikan, namun menahan diri untuk menghormati keinginanku, adalah hal terseksi yang pernah aku lihat. Aku membutuhkan segelas anggur dan orgasme. Tak harus dalam urutan itu. Jika aku akan teguh tentang pendirianku tentang kami harus saling mengenal dan tidak berhubungan seks, dan menjilat ludah ku sendiri adalah sesuatu yang sangat penting.
Di kamar tidurku, aku menanggalkan pakaianku. Aku tidak tidur telanjang sepanjang malam, tetapi malam ini malam yang cerah. Ketika aku masuk ke tempat tidur, ponselku berdering.
is phone sex on the table?” Suara Graham adalah suara serak yang merangsang. Apapun yang telah mendinginkan tubuhku sejak aku meninggalkan dia di balik pintu dengan sekejap kembali memanas. Suaranya mempercepat segalanya dalam diriku. Tapi....
Sex is off the table. Sex seharusnya meliputi segala jenis sex. Intercourse, oral, ponsel”
dia mengerang. “Oral. God, aku ingin merasakanmu. Dan merasakan cincin besi di lidahmu di batangku. Kau tak tau betapa sulitnya untuk mengendalikan diriku malam ini setiap kali melihat kilatan metal itu ketika kau berbicara. Seakan-akan kau menggodaku di setiap kata. Apa yang kau kenakan, Soraya?”
suaranya. Aku butuh merekam dia saat mengatakan apa yang kau kenakan, Soraya ? Sehingga aku bisa memutarnya lagi dan lagi ketika aku butuh untuk memuaskan diriku sendiri. “sebenarnya aku tak mengenakan apapun. Aku baru saja menanggalkan pakaianku dan naik ke tempat tidur”.
kau tidur telanjang?”
terkadang”.
Dia menggeram. “sentuh dirimu”.
aku berencana begitu. Tapi tampaknya aku butuh dua tanganku malam ini. Jadi aku akan mematika ponselnya dulu”.
berapa lama rencanamu kau akan membuatku gila , Soraya?”
Good Night, Graham”. Aku mematikan tanpa menunggu dia merespon. Walaupun tubuhku terasa nyeri karena pria ini, aku belum siap untuk membukakan pintu untuk dia. Walaupun saat aku megulurkan tanganku ke bawah tubuhku sendiri di kasurku, satu hal yang kupikirkan adalah God, Iwish it was his hand.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...