Kamis, 20 Desember 2018

Stuck up suit Chapter 4

HARI KU TELAH DIAMBIL ALIH oleh sepasang payudara tanpa wajah dan sebuah tato berbentuk bulu. Buruknya. Mereka dapat berbicara.
Segala hal sialan yang dia kirimkan melalui sms di ikuti dengan foto tubuhnya, dia telah memilih kata-kata terburuk. Dia benar-benar mengirim pesan yang membuatku kembali ke masa lalu dan mengacaukan sisa hariku. Bahkan mungkin minggu ku.
Ibumu seharusnya malu padamu.
Sialan kau Soraya Venedetta. Sialan kau, karena kau benar.
Wanita aneh itu merasuk ke bawah kulitku.
Dia pernah mengatakan namanya sekali di intercom, tetapi dia stuck di pikiranku. Biasanya, sebuah nama akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri.
Soraya Venedetta.
Yah, secara teknis, nama lengkapnya adalah Soraya your welcome Asshole Venedetta.
Bagaimana dia menemukan ponselku?
Teks itu terus menghantuiku ketika aku membacanya berulang kali.
Ibumu seharusnya malu padamu.
Setiap kali, pesannya membuatku lebih marah dibanding yang terakhir, karena jauh di lubuk hatiku, aku tau tidak ada kata yang lebih benar dari itu. Ibuku akan merasa malu akan diriku , cara ku memperlakukan orang-orang setiap hari. Setiap orang berurusan dengan tragedi yang berbeda. Setelah ibuku meninggal, aku memilih untuk menutup diri dari orang-orang di kehidupanku, memfokuskan semua energiku untuk sekolah dan karirku. Aku tak ingin merasakan apapun lagi, tak ingin terhubung dengan siapapun. Cara termudah untuk melakukan itu adalah dengan menakut-nakuti orang. Jika menjadi bajingan adalah sebuah bentuk seni, maka aku sangat menguasainya. Semakin sukses aku , semakin mudah aku melakukannya.
Sungguh luar biasa bagaimana pria dengan wajah dan posisi sepertiku bisa melakukan apapun. Tak ada seorang pun yang memprotes kebajinganku dan mempertanyakan diriku. Mereka hanya menerima semuanya. Sepanjang tahun ini, tak seorang pun yang berbicara padaku di kantorku seperti cara yang telah dilakukan Soraya Venedetta lakukan hari ini. Tak seorang pun.
Sementara sikapnya yang berapi-api di interkom itu membuatku terkesan, aku hampir melupakannya sampai Ava, resepsionis, mengetuk pintuku dan menyerahkan ponselku.
Dan sekarang, beberapa jam kemudian, aku masih duduk disini , terobsesi dengan realisasi mendalam yang berasal dari kata-kata Soraya. Dan benar-benar terobsesi dengan satu set payudara yang menyembul keluar dari gaun yang sewarna iblis.
Cocok.
Soraya Venedetta adalah iblis cilik.
Dia membuatku tidak fokus dengan pekerjaaanku, jadi aku membatalkan pertemuan sore yang akan aku hadiri dan meninggalkan kantor.
Kembali ke rumah, aku duduk di sofa dan meneguk cognac sambil terus merenung, merasa ada sesuatu yang aneh dengan ku, Terrier west higlander-ku, Blackie, hanya duduk di kakiku, bahkan tidak berusaha mengajakku bermain dengannya.
Kondominiumku Upper West side ke menampilkan cakrawala Manhattan. Hari sudah gelap sekarang, dan lampu-lampu kota menyinari langit malam. Semakin aku menghirup, semakin terang cahaya yang tampak, dan semakin banyak bebanku menghilang. Di suatu tempat di kota yang luas, Soraya merasa puas dengan tindakan kecilnya, tanpa menyadari bahwa dia telah menghancurkanku dalam prosesnya.
Menatap bayangan tato bulu di kakinya lagi, aku sadar bahwa mungkin dia tak menunjukan wajahnya karena dia sangat jelek. Dengan pemikiran itu, tawaku bergema di seluruh dinding batu yang dingin, ruang hidup yang kosong. Aku berharap aku tau seperti apa rupanya. Aku berharap aku membuka pintu kantor itu, sehingga aku bisa menutup wajahnya.
Jariku berlama-lama di atas namanya, Your Welcome Asshole, aku ingin membuat dia merasa sama kejamnya dengan yang dilakukan padaku. Jadi, aku menjawab pesannya.
Ibuku sebenarnya sudah meninggal. Tapi ya, kurasa , dia malu padaku.
Mungkin sekitar lima menit berlalu sebelum ponselku berdenting.
Soraya: maafkan aku.
Graham: sudah seharunya.
Aku seharusnya membirkannya begitu. Dia akan merasa sangat menyesal, dan itu akan mengakhiri semuanya. Tapi aku sudah terpengaruh. Maksudnya bukan horny sialan ku. Menatap ke payudaranya, kakinya, dan bokongnya sepanjang hari membuatku begitu terasang.
Graham: apa yang sedang kau kenakan Soraya?
Soraya : apa kau serius sekarang?
Graham: kau menghancurkan hariku. Kau berhutang padaku.
Soraya: aku tidak berhutang apapun padamu, Dasar mesum
Graham : itu julukan dari wanita yang sengaja mengirimiku foto belahan dadanya. Ngomong-ngomong, payadaramu indah. Mereka begitu besar, pertama kali, ku pikir itu adalah foto bokong.
Soraya: You are the ass.
Graham : tunjukan wajahmu.
Soraya: kenapa?
Graham: karena aku ingin melihat apakah wajahmu cocok dengan tingkah mu.
Soraya : jadi sebenarnya apa maksudmu?
Graham: Well, itu bukan pertanda baik untukmu.
Soraya : kau tak akan pernah melihat wajahku.
Graham: mungkin itu akan lebih baik. Jadi, beri aku petunjuk tentang apa yang kau kenakan,
Soraya: warna nya merah.
Graham : jadi kau belum berganti pakaian?
Soraya: bukan, aku telanjang dengan pewarna merah menetes ke tubuhku dan lidahku berdenyut berterima kasih padamu.
Itu lah kata-kata aneh untuk di katakan.
Graham : itu penggambaran yang menarik.
Soraya : kau sungguh gila , Dude.
Graham: AKU sedikit gila, sebenarnya. Aku tampaknya harus memeriksakan kepalaku karena aku telah berfantasi tentang seserang tanpa kepala sepanjang hari.
Soraya: well, foto telanjang tak akan pernah terjadi.
Graham: bagaimana jika aku yang mulai duluan.
Dia pasti kaget, karena dia tidak lagi merespon setelah itu. Memutuskan untuk berhenti mengacau dengannya, aku melempar ponselku ke sofa dan mengangkat Blackie ke dadaku yang telanjangn dimana dia tinggal sampai aku tertidur.

**
AKU SUDAH BERUSAHA MENGUSIR SORAYA keluar dari kepalaku sepanjang hari, tetapi dua pag kemudian, obsesiku kembali dengan serangan penuh.
Kereta pagi sangat ramai, dan aku tak mendapatkan bangku. Bergantung di pegangan besi agar tetap seimbang, aku mengamati sekitarku. Aku sebenarnya tak pernah terlalu memperhatikan orang-orang di kereta, dan sekarang, aku teringat alasannya.
Fucking freaks.
Pada satu titik, mataku mengembara ke bawah, ke kaki seorang wanita yang yang menyilang di lorong. Jantungku berdebar kencang saat mataku mendarat di tato bulu yang sama dengan milik Soraya. Jari-jari kakinya di cat dengan warna merah yang sama.
Holy fuck.
Itu adalah dia.
Dia menaiki kereta yang sama! Itu pastinya cara dia menemukan ponselku.
Aku tak menatap ke atas. Aku tak ingin kecewa. Tampaknya akan lebih baik jika fantasi berjalan tanpa harus menghadapi kenyataan.
Tapi, demi Tuhan, aku harus. Aku harus tau bagaimana rupanya.
Menghitung hingga sepuluh dengan perlahan, aku membiarkan mataku perlahan menjelajah kakinya yang panjang yang sedang di silangkan. Rok kulit hitam, dompet dengan corak leopard di sisinya, kaos dengan potongan pendek berwarna ungu cerah yang menampung sepasang payudara yang aku fantasikan. Kemudian mataku mendarat di lehernya.
Fuck.
Fuck.
Fuck.
Dia melihat lurus ke depan. Rambut hitam lurus, lembut dengan bagian bawahnya yang di warnai semerah darah, di ikat dalam bentuk ekor kuda, menampakkan lehernya yang panjang dan menggiurkan. Bibir merah merona dengan bentuk busur yang sempurna. Hidung yang di tindik. Dua mata coklat seperti tatakan. Apa yang kau ketahui, iblis memiliki wajah malakat. Bahkan , Soraya Vennedeta adalah sebuat bom sex. Penisku bergetar dalam kegembiraan. Jika aku mencoba melupakannya sebelumnya, itu tidak mungkin sekarang.
Ketika dia menoleh, dan melihatku menatapnya, mata kami terkunci. Tidak yakin apakah dia mengenaliku, detak jantungku semakin cepat. Kemudian dia hanya mengalihkan pandangannya ke jendela kereta.
Apakah dia tidak tau seperti apa tampangku?
Aku memutar otakku. Hanya ada beberapa foto ku di ponselku, dimana aku berpakaian santai saat mengunjungi nenek ku. Mungkin dia belum memeriksa foto-foto itu. Tidak, Soraya Venedetta pasti akan membuka mulut besarnya jika dia mengenaliku.
Dia tidak tau.
Bernafas lega, aku terus menatap wajah cantiknya dengan takjub bahwa ini adalah orang yang sama yang telah menjungkirbalikan hidupku selama dua hari ini. Sebuah kursi kosong menarik perhatianku, jadi aku duduk, mengeluarkan ponselku dan menggulir ke namanya.
Ini akan menjadi menyenangkan.
Graham : rambutmu panjang atau pendek?
Itu adalah hal paling tak berbahaya yang bisa aku pikirkan untuk di katakan, kurasa jika aku mulai menceritakan kepadanya tentang apa yang aku khayalkan d kamar mandi pagi inu--- meminyaki payudara besar yang luar biasa itu dan memasukan penisku keluar masuk-- dia mungkin tak akan merespon lagi.
Soraya : apakah kau memiliki kesukaan?
Graham : panjang. Aku suka wanita berambut panjang.
Aku tak bisa melihat ke arahnya, tapi aku menyadari jika aku menatap ke jendela aku bsa melihat bayangannya, dan dia melirik ke arahku sebelum menunduk ke arah ponselnya.
Soraya : pendek. Aku memiliki rambut pendek.
Pembohong.
Setelah dia mengirmiku text, seringai meremehkan menghiasi bibirnya. Aku akan membalasnya.
Graham : itu terlalu buruk. Aku sudah berfantasi sepanjang hari kemarin tentang kau yang memiliki rambut yang cukup panjang untuk di ikat di sepanjang pinggangku.
Aku mendapat kepuasaan saat melhat seringai meremehkannya menghilang. Bibirnya terbuka, dan aku sadar jika saja aku cukup dekar aku akan bisa mendengar tarikan nafasnya yang berat. Dia bergerak gelisah di kursinya selama semenit sebelum dia membalas.
Soraya : maaf, tidak bisa. Aku dalam ultimatum untuk tidak terlibat dalam aktifitas oral selama beberapa waktu.
What the Fuck.
Graham : dari siapa?
Soraya : siapa. Oleh siapa adalah kalimat yang lebih cocok.
Graham : pesan beretket dari seorang wanita yang menngirikan gambar porno ke orang asing.
Soraya : aku tidak mengirinmkan gambar porno ke orang asing. Kau hanya membuatku sangat marah. Aku ingin menunjukan padamu akan apa yang kau lewatkan karena menolak untuk membuka pintumu dan menemuiku.
Graham : jika itu adalah haslnya, aku berencana untuk membuatmu sangat jengkel lagi.
Dia menatap ke jendela untuk sesaat. Pemberhentianku sudah semakin dekat. Wanita ini memiliki caranya sendiri untuk berada di bawah kulitku, dan aku tau aku tak akan fokus dengan meeting jam delapanku jika larangan untuk melakukan aktivitas oral nya menggantung di udara. Jadi aku menyerah.
Graham : oleh siapa?
Soraya : Delia.
Sialan. Apakah dia seorang lesbian? Pkiran itu tak pernah terlintas di pikiranku. Jenis lesbian seperti apa yang mengirimkan gambar kulit telanjang ke seorang pria.
Graham : kau gay?
Kereta melambat saat berhenti di pemberhentianku. Jika saja aku tidak memiliki pertemuan pentng, aku akan tetap tinggal hanya untuk melihat dimana dia turun. Melawan penilaian ku yang lebih bak, aku membirkan mataku mengembara padanya sebelum aku berdiri untuk pergi. Kepalanya tertunduk saat dia mengirim sms, tapi ada senyuman di wajahnya. Senyum yang cantik dan nyata. Bukan senyum terlatih, yang dilatih-di -depan- kaca yang tampaknya di tunjukan oleh hampir seluruh teman kencanku dengan sempurna. Bukan. Soraya venedetta benar-benar tersenyum. Bibirnya sedikit melengkung dan sangat indah.
Ponselku berkedip menunjukan sms baru telah tiba. Untungnya, itu mengalihkan perhatianku dari memperhatikannya sebelum ketahuan.
Soraya : LOL. Bukan, aku bukan Gay. Delia menindik lidahku dua hari yang lalu. Oleh karena itu aktivitas oral di larang hingga aku sembuh.
Fuck.
Aku memejamkan mata dalam upaya menenangkan diri, tapi itu hanya memperburuk keadaan. Sebuah gambaran wajah kecilnya yang manis dengan lidah yang di tindik mengulum penisku membuat mataku kembali terbuka.
Benar-benar mengganggu, aku hampir tak bisa keluar dari kereta sebelum pintu di tutup. Bagaimana aku bisa menjalani hari dengan informasi itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...