HARI INI INDAH,
Tidak ada awan di langit biru. Aku memandang ke jendela mencoba
untuk memahami tentang setan apa yang merasukiku. Aku sudah sering
berada di sekitar pria tampan sebelumnya, bahkan berkencan dengan
beberapa dari mereka. Jadi kenapa berada di dekat Graham J Morgan
membuatku kembali seperti gadis umur tiga belas tahun dan gugup
seperti saat seorang cowok cute duduk di seberangku di kantin
sekolah?
Aku membenci reaksi
tubuhku akan dirinya. Ada sebuah chemistry yang datang secara alamin
dan amat sangat tidak mungkin untuk di abaikan. Aku tak bisa melawan
apa yang datang padaku dengan cara yang sama aku tak bisa memaksa
chemistry yang hilang saat aku bersama Jason--- cowok baik terakhir
yang sedang aku kencani.
Berada sangat awal
di kereta pagi ini, aku sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk
berhadapan dengan Graham. Ketika mata kami terkunci, pupilnya
membesar, untuk sepersekian detik, kurasa mungkin dia mengalami
reaksi fisik yang sama denganku bahwa aku sudah ada di dekatnya.
Tapi kemudian dia memalingkan muka sama sekali tidak terpengaruh.
Ketidak tahuannya akan diriku adalah sebuah penolakan virtual, namun
tanganku masih gemetar ketika sms pertamanya masuk. Satu-satunya hal
yang baik adalah, setidaknya kejutan bahwa dia tidak mengenali
wajahku. Dia tidak tau siapa aku, dan aku berencana tetap seperti
itu.
Ida menyela
pikirankui. Dia menjatuhkan setumpuk suart yang dilipat di mejaku.
Siapa yang sungguh-sungguh menulis surat dan mengirinkannya ke kolom
saran di zaman ini? Hello, email? Apakah kamu disana? Ini aku, abad
ke duapuluh satu.
“kurasa kau busa
mengerjakan beberapa tanggapan untuk kolom internet?
“baiklah. Aku
bisa melakukan itu”.
“mungkin kali ini,
kamu bisa membuat saran yang tepat”.
Aku merasa sangat
tidak pantas pagi ini. “aku akan mencoba”.
“mencoba tidak lah
cukup bagus. Lakukan dengan benar kali ini”. Dia membanting pintu
ruangannya, dan aku mengacungkan jari tengahku. Persetan
dengannya.
Aku
mengahabiskan waktu hampir satu jam untuk memilah-milah tumpukan
sampai aku menemukan beberapa surat yang kurasa bisa aku balas dengan
gaya-Ida. Beberapa draftku berakhir dalam gumpalan bola kertas di
kotak sampah. Kemudian aku menyadari ada sebuah trik u ntuk menggali
saran yang menyebalkan. Pertama, aku akan menyusun tanggapan tentang
bagaimana hal yang kupikir harus di baca. Kemudian aku akan
mengubah setiap kalimat menjadi kebalikan dari apa yang akan menjadi
saranku. Yang luar biasa, tampaknya dua proses ini benar-benar
menghasilkan gaya ala Ida.
Dear Ida,
tahun lalu, aku menangkapbasah pacarku yang menyelingkuhiku. Dia
bilang itu adalah kesalahan fatal dan berjanji tak akan mengulangi.
Setelah begitu banyak sakit hati , aku setuju untuk tetap bertahan di
hubungan kami. Tapi aku tak bisa melupakannya. Ada seorang pria
di tempatku berkerja yang membuatku sangat tertari. Kurasa jika aku
tidur dengannya, itu akan membantuku. Bisa kah dua orang yang
bersalah menyelamatkan sebuah hubungan?
Paula, Morningside Height.
Langkah pertama.
Dear Paula,
Ya! dua orang yang bersalah tidak membuat hal yang benar, tapi
mereka hanya menciptakan neraka untuk alasan-alasan yang baik.
Lanjutkan ! Benar, sebuah hubungan menyangkut sebuah komitmen, dan
begitu pula kegilaan. Berselingkuh bukanlah kesalahan; itu adalah
sebuah pilihan. Sadarlah. Seorang tukang selingkuh akan tetap jadi
tukang selingkuh. Lagian, tunggangilah si pria hot itu, kemudian
tinggalkan pacarmu sebelum dia menyelingkuhimu lagi.
Langkah kedua.
Ya! dua orang yang bersalah tak akan pernah membuat segalanya
benar. Jika kau benar-benar berkomitmen untuk menyelamatkan
hubunganmu, kau seharusnya menjauhi godaan seberapapun menggiurkan
nya itu. Orang-orang membuat kesalahan, tapi mereka belajar dari
kesalahan itu dan berubah. Berbuat salah adalah manusiawi, menjadi
pemaaf adalah mulia. Menjadi mulia lah. Percayalah dia tidak aka n
melakukannya lagi. Buktikan jika kau benar-benar mencintai dia.
Setalah aku memahami polanya, aku menghabiskan waktu dua hari untuk
membalas semuanya sebelum di serahkan ke Ida untuk di review. Ponsel
ku bergetar di tengah hari, aku gembira, berharap itu adalah Graham.
Sama menggelikannya dengan sebelum-sebelumnya, aku benar-benar
menantikan sms -sms nya yang penuh amarah, dan sms mesumnya. Aku
kecewa karena ternyata itu adalah sms dari Aspen. Aku bahkan
kelupaan tentang kencan kami nanti malam. Reaksi langsung ku adalah
membatalkannya. Tapi sebaliknya, aku justru berbohong dab menjawab
bahwa aku sangat menantikan malam ini. Dia adalah teman dari
seorang teman yang aku temui di sebuah pesta dan sepertinya dia
adalah pria yang sangat baik. Di tambah lagi, duduk di rumah dan
menunggu pesan dari seorang pria yang tak akan tertarik dengan wanita
seperti ku, sangatlah menyedihkan.
Setelah bekerja, aku berusaha terlihat cantik berharap itu akan
merubah suasana hatiku. Aku mengenakan jins ketat dan kemeja ungu
cerah yang memamerkan keberlimpahan belahan tubuhku. Dan menambahkan
sepasang sandal bertali hitam yang seksi, aku melihat ke cermin.
Aku tampak sangan bagus. Persetan dengan mu, Graham Morgan yang
bahkan tidak berpikir bahwa aku layak untuk sebuah pandangan kedua.
Tinggal di Brooklyn , aku biasanya bertemu dengan teman kencanku, di
tempat kami akan pergi. Transportasi umum tidaklah terlalu aman
untuk mengantar orang, tapi itu berhasil untukku. Lagian aku tidak
terlalu suka orang lain tau dimana tempat tinggalku. Tapi Aspen
berencana membawaku ke suatu tempat di Long Island, jadi dia
menjemputku.
“Kuharap kau tidak keberatan. Aku hanya butuh mampir sebentar”.
“baiklah. Tak masalah”.
Tidak seperti saat kami bertemu di pesta, perjalanan di mobil saat
ini dipenuhi dengan obrolan yang canggung. Aku harus menanyakan
sesuatu, supaya obrolan terus berlangsung.
“jadi kemana kita akan pergi? Kau tadi menyebutkan sebuah club”.
“ini club comedy. Aku tak bisa pergi sampai jam 9 “.
“kau perform?'
“yeah”, dia mengedikkan bahunya. “menangkap dua burung,
dengan satu batu”.
Sesuatu tentang responnya membuatku terganggu. Itu mengindikasikan
bahwa kencan kami hanya sebuah tugas. Sudah lama sekali sejak aku
mengunjungi club komedi, atau mungkin dia berusaha untuk pamer
padaku. Ketika ponselku bergetar di tasku, aku mengintip untuk
melihat siapa yang menghubungiku. Aku benci untuk mengakuinya, tapi
sebagian dari diriku ingin itu adalah Graham.
Aspen berbelok ke tempat kosong dan parkir. “aku cuma beberapa
menit”.
Dia meninggalkanku di mobil? “dimana kita?” aku melihat
kesekeliling kegelapan. Ada 7-Eleven di sebelah kiri, dan rumah
pemakaman White di sebelah kanan.
“aku harus mampir ke White. Bibiku meninggal”.
“bibi mu meninggal?”
“Yeah, aku cuma butuh waktu sepuluh menit”. Dia mulai bersiap
keluar. “kecuali kau ingin ikut denganku?”
“Umm.... aku menunggu disini saja”.
Sialan.
Aku duduk seperti orang tolol di parkikran. Dia pada dasarnya
membawaku ke pemakaman bibinya dan kemudian bekerja. Ketika
ponselku berdengung lagi, kurasa aku bisa menggunakan ini sebagai
selingan.
Graham
: bagaimana keadaan lidahmu?
Soraya:
mendingan. Bengkak nya sudah berkurang.
Graham:
aku mengkhawatirkannya sepanjang hari.
Soraya:
apa iya ?
Aku tersenyum. Obrolanku dengan si tampan mesum mungkin adalah
pencerah kencanku dengan Aspen.
Graham:
sedang apa kamu sekarang, Soraya?
Aku mendengar suara seksinya yang serak mengajukan pertanyaan di
telingaku saat aku membaca sms nya. Bulu di tanganku berdiri.
Tubuhku sangat mendamba akan pria ini, mengabaikan apa yang otak ku
katakan.
Soraya:
aku sedang berkencan, sebenarnya.
Ponsel,ku diam untuk waktu yang lama. Aku mulai berpikir bahwa semua
hanya sampai disitu. Tapi kemudian ponselku bergetar lagi.
Graham
: apakah aman untuk berasumsi bahwa kencan mu tidak berlangsung
dengan baik , karena kamu ber kirim pesan sepanjang kencan?
Soraya
: itu akan menjadi asumsi yang aman.
Graham
: siapa namanya?
Soraya:
kenapa kau ingin tau?
Graham
: supaya aku bisa memasukan namanya ke daftar orang yang tak ku
sukai.
Dan lagi-lagi aku tersenyum seperti orang tolol ke ponsel.
Soraya
: Aspen
Graham
: dia idiot.
Soraya
: dan kau mengetahui itu hanya dengan namanya?
Graham
: bukan, aku tau karena kau berkirim pesan dengan pria lain
sepanjang kencan.
Soraya
: Kurasa jika aku bersamamu, aku tak akan berkirim pesan.
Graham:
jika kau bersamaku, kau tak akan peduli ada dimana ponselmu.
Soraya
: begitukah?
Graham:
amat sangat pastu
anehnya, aku percaya padanya. Aku mendengus dan memutuskan untuk
menceritakan kencanku yang menyedihkan.
Soraya
: Dia membawaku ke pemakaman.
Graham
: untuk kencanmu?
Soraya
: yep.
Graham:
kuharap kau meng sms ku sambil berjalan ke stasiun kereta terdekat.
Soraya
: pemakamannya ada jauh di Long Island. Tampaknya aku terjebak
dengannya sepanjang waktu kencan.
Graham:
ada lagi selain pemakaman?
Soraya
: ya, dia membawaku ke tempat kerjanya.
Graham
: oh lagi-lagi?
Soraya:
LOL
Graham
: dimana kamu. Aku akan menjemputmu.
oh....itu adalah hal yang baik dari seorang tuan dengan kesombongan
besar.
Soraya
: Thanks. Tapi aku baik- baik saja.
Dia berhenti mengirim sms. Buruknya, Aspen kembali ke mobil. Dan
segalanya menjadi amat sangat buruk dengan sangat cepat. Setelah
tiba di Club comedy, teman kencan ku melanjutkan untuk menikmati dua
vodca toniks. Ketika aku menyebutkan bahwa dia harus menyetir i
kami nanti untuk pulang, dia mengatakan bahwa dia tau limitnya.
Tampaknya, dia tidak tau limitku. Tiga menit setelah dia naik ke
panggung, dan menceritakn beberapa lelucon jeleknya, aku mengambil
jeda ke ladies room, lalu aku keluar dari pintu belakang. Sebelas
dollar untuk ongkos taksi nanti, aku sedang menunggu kereta pertama
dari tiga kereta untuk kembali pulang. Mungkin aku perlu
beristirahat dari berkencan untuk sementara waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar