Kamis, 20 Desember 2018

Stuck up suit chapter 5

HARI INI INDAH, Tidak ada awan di langit biru. Aku memandang ke jendela mencoba untuk memahami tentang setan apa yang merasukiku. Aku sudah sering berada di sekitar pria tampan sebelumnya, bahkan berkencan dengan beberapa dari mereka. Jadi kenapa berada di dekat Graham J Morgan membuatku kembali seperti gadis umur tiga belas tahun dan gugup seperti saat seorang cowok cute duduk di seberangku di kantin sekolah?
Aku membenci reaksi tubuhku akan dirinya. Ada sebuah chemistry yang datang secara alamin dan amat sangat tidak mungkin untuk di abaikan. Aku tak bisa melawan apa yang datang padaku dengan cara yang sama aku tak bisa memaksa chemistry yang hilang saat aku bersama Jason--- cowok baik terakhir yang sedang aku kencani.
Berada sangat awal di kereta pagi ini, aku sama sekali tidak mempersiapkan diri untuk berhadapan dengan Graham. Ketika mata kami terkunci, pupilnya membesar, untuk sepersekian detik, kurasa mungkin dia mengalami reaksi fisik yang sama denganku bahwa aku sudah ada di dekatnya. Tapi kemudian dia memalingkan muka sama sekali tidak terpengaruh. Ketidak tahuannya akan diriku adalah sebuah penolakan virtual, namun tanganku masih gemetar ketika sms pertamanya masuk. Satu-satunya hal yang baik adalah, setidaknya kejutan bahwa dia tidak mengenali wajahku. Dia tidak tau siapa aku, dan aku berencana tetap seperti itu.
Ida menyela pikirankui. Dia menjatuhkan setumpuk suart yang dilipat di mejaku. Siapa yang sungguh-sungguh menulis surat dan mengirinkannya ke kolom saran di zaman ini? Hello, email? Apakah kamu disana? Ini aku, abad ke duapuluh satu.
“kurasa kau busa mengerjakan beberapa tanggapan untuk kolom internet?
“baiklah. Aku bisa melakukan itu”.
“mungkin kali ini, kamu bisa membuat saran yang tepat”.
Aku merasa sangat tidak pantas pagi ini. “aku akan mencoba”.
“mencoba tidak lah cukup bagus. Lakukan dengan benar kali ini”. Dia membanting pintu ruangannya, dan aku mengacungkan jari tengahku. Persetan dengannya.
Aku mengahabiskan waktu hampir satu jam untuk memilah-milah tumpukan sampai aku menemukan beberapa surat yang kurasa bisa aku balas dengan gaya-Ida. Beberapa draftku berakhir dalam gumpalan bola kertas di kotak sampah. Kemudian aku menyadari ada sebuah trik u ntuk menggali saran yang menyebalkan. Pertama, aku akan menyusun tanggapan tentang bagaimana hal yang kupikir harus di baca. Kemudian aku akan mengubah setiap kalimat menjadi kebalikan dari apa yang akan menjadi saranku. Yang luar biasa, tampaknya dua proses ini benar-benar menghasilkan gaya ala Ida.
Dear Ida,
tahun lalu, aku menangkapbasah pacarku yang menyelingkuhiku. Dia bilang itu adalah kesalahan fatal dan berjanji tak akan mengulangi. Setelah begitu banyak sakit hati , aku setuju untuk tetap bertahan di hubungan kami. Tapi aku tak bisa melupakannya. Ada seorang pria di tempatku berkerja yang membuatku sangat tertari. Kurasa jika aku tidur dengannya, itu akan membantuku. Bisa kah dua orang yang bersalah menyelamatkan sebuah hubungan?
Paula, Morningside Height.
Langkah pertama.
Dear Paula,
Ya! dua orang yang bersalah tidak membuat hal yang benar, tapi mereka hanya menciptakan neraka untuk alasan-alasan yang baik. Lanjutkan ! Benar, sebuah hubungan menyangkut sebuah komitmen, dan begitu pula kegilaan. Berselingkuh bukanlah kesalahan; itu adalah sebuah pilihan. Sadarlah. Seorang tukang selingkuh akan tetap jadi tukang selingkuh. Lagian, tunggangilah si pria hot itu, kemudian tinggalkan pacarmu sebelum dia menyelingkuhimu lagi.
Langkah kedua.
Ya! dua orang yang bersalah tak akan pernah membuat segalanya benar. Jika kau benar-benar berkomitmen untuk menyelamatkan hubunganmu, kau seharusnya menjauhi godaan seberapapun menggiurkan nya itu. Orang-orang membuat kesalahan, tapi mereka belajar dari kesalahan itu dan berubah. Berbuat salah adalah manusiawi, menjadi pemaaf adalah mulia. Menjadi mulia lah. Percayalah dia tidak aka n melakukannya lagi. Buktikan jika kau benar-benar mencintai dia.
Setalah aku memahami polanya, aku menghabiskan waktu dua hari untuk membalas semuanya sebelum di serahkan ke Ida untuk di review. Ponsel ku bergetar di tengah hari, aku gembira, berharap itu adalah Graham. Sama menggelikannya dengan sebelum-sebelumnya, aku benar-benar menantikan sms -sms nya yang penuh amarah, dan sms mesumnya. Aku kecewa karena ternyata itu adalah sms dari Aspen. Aku bahkan kelupaan tentang kencan kami nanti malam. Reaksi langsung ku adalah membatalkannya. Tapi sebaliknya, aku justru berbohong dab menjawab bahwa aku sangat menantikan malam ini. Dia adalah teman dari seorang teman yang aku temui di sebuah pesta dan sepertinya dia adalah pria yang sangat baik. Di tambah lagi, duduk di rumah dan menunggu pesan dari seorang pria yang tak akan tertarik dengan wanita seperti ku, sangatlah menyedihkan.
Setelah bekerja, aku berusaha terlihat cantik berharap itu akan merubah suasana hatiku. Aku mengenakan jins ketat dan kemeja ungu cerah yang memamerkan keberlimpahan belahan tubuhku. Dan menambahkan sepasang sandal bertali hitam yang seksi, aku melihat ke cermin. Aku tampak sangan bagus. Persetan dengan mu, Graham Morgan yang bahkan tidak berpikir bahwa aku layak untuk sebuah pandangan kedua.
Tinggal di Brooklyn , aku biasanya bertemu dengan teman kencanku, di tempat kami akan pergi. Transportasi umum tidaklah terlalu aman untuk mengantar orang, tapi itu berhasil untukku. Lagian aku tidak terlalu suka orang lain tau dimana tempat tinggalku. Tapi Aspen berencana membawaku ke suatu tempat di Long Island, jadi dia menjemputku.
“Kuharap kau tidak keberatan. Aku hanya butuh mampir sebentar”.
“baiklah. Tak masalah”.
Tidak seperti saat kami bertemu di pesta, perjalanan di mobil saat ini dipenuhi dengan obrolan yang canggung. Aku harus menanyakan sesuatu, supaya obrolan terus berlangsung.
“jadi kemana kita akan pergi? Kau tadi menyebutkan sebuah club”.
“ini club comedy. Aku tak bisa pergi sampai jam 9 “.
“kau perform?'
“yeah”, dia mengedikkan bahunya. “menangkap dua burung, dengan satu batu”.
Sesuatu tentang responnya membuatku terganggu. Itu mengindikasikan bahwa kencan kami hanya sebuah tugas. Sudah lama sekali sejak aku mengunjungi club komedi, atau mungkin dia berusaha untuk pamer padaku. Ketika ponselku bergetar di tasku, aku mengintip untuk melihat siapa yang menghubungiku. Aku benci untuk mengakuinya, tapi sebagian dari diriku ingin itu adalah Graham.
Aspen berbelok ke tempat kosong dan parkir. “aku cuma beberapa menit”.
Dia meninggalkanku di mobil? “dimana kita?” aku melihat kesekeliling kegelapan. Ada 7-Eleven di sebelah kiri, dan rumah pemakaman White di sebelah kanan.
“aku harus mampir ke White. Bibiku meninggal”.
“bibi mu meninggal?”
“Yeah, aku cuma butuh waktu sepuluh menit”. Dia mulai bersiap keluar. “kecuali kau ingin ikut denganku?”
“Umm.... aku menunggu disini saja”.
Sialan.
Aku duduk seperti orang tolol di parkikran. Dia pada dasarnya membawaku ke pemakaman bibinya dan kemudian bekerja. Ketika ponselku berdengung lagi, kurasa aku bisa menggunakan ini sebagai selingan.
Graham : bagaimana keadaan lidahmu?
Soraya: mendingan. Bengkak nya sudah berkurang.
Graham: aku mengkhawatirkannya sepanjang hari.
Soraya: apa iya ?
Aku tersenyum. Obrolanku dengan si tampan mesum mungkin adalah pencerah kencanku dengan Aspen.
Graham: sedang apa kamu sekarang, Soraya?
Aku mendengar suara seksinya yang serak mengajukan pertanyaan di telingaku saat aku membaca sms nya. Bulu di tanganku berdiri. Tubuhku sangat mendamba akan pria ini, mengabaikan apa yang otak ku katakan.

Soraya: aku sedang berkencan, sebenarnya.
Ponsel,ku diam untuk waktu yang lama. Aku mulai berpikir bahwa semua hanya sampai disitu. Tapi kemudian ponselku bergetar lagi.
Graham : apakah aman untuk berasumsi bahwa kencan mu tidak berlangsung dengan baik , karena kamu ber kirim pesan sepanjang kencan?
Soraya : itu akan menjadi asumsi yang aman.
Graham : siapa namanya?
Soraya: kenapa kau ingin tau?
Graham : supaya aku bisa memasukan namanya ke daftar orang yang tak ku sukai.
Dan lagi-lagi aku tersenyum seperti orang tolol ke ponsel.
Soraya : Aspen
Graham : dia idiot.
Soraya : dan kau mengetahui itu hanya dengan namanya?
Graham : bukan, aku tau karena kau berkirim pesan dengan pria lain sepanjang kencan.
Soraya : Kurasa jika aku bersamamu, aku tak akan berkirim pesan.
Graham: jika kau bersamaku, kau tak akan peduli ada dimana ponselmu.
Soraya : begitukah?
Graham: amat sangat pastu
anehnya, aku percaya padanya. Aku mendengus dan memutuskan untuk menceritakan kencanku yang menyedihkan.
Soraya : Dia membawaku ke pemakaman.
Graham : untuk kencanmu?
Soraya : yep.
Graham: kuharap kau meng sms ku sambil berjalan ke stasiun kereta terdekat.
Soraya : pemakamannya ada jauh di Long Island. Tampaknya aku terjebak dengannya sepanjang waktu kencan.
Graham: ada lagi selain pemakaman?
Soraya : ya, dia membawaku ke tempat kerjanya.
Graham : oh lagi-lagi?
Soraya: LOL
Graham : dimana kamu. Aku akan menjemputmu.
oh....itu adalah hal yang baik dari seorang tuan dengan kesombongan besar.
Soraya : Thanks. Tapi aku baik- baik saja.
Dia berhenti mengirim sms. Buruknya, Aspen kembali ke mobil. Dan segalanya menjadi amat sangat buruk dengan sangat cepat. Setelah tiba di Club comedy, teman kencan ku melanjutkan untuk menikmati dua vodca toniks. Ketika aku menyebutkan bahwa dia harus menyetir i kami nanti untuk pulang, dia mengatakan bahwa dia tau limitnya. Tampaknya, dia tidak tau limitku. Tiga menit setelah dia naik ke panggung, dan menceritakn beberapa lelucon jeleknya, aku mengambil jeda ke ladies room, lalu aku keluar dari pintu belakang. Sebelas dollar untuk ongkos taksi nanti, aku sedang menunggu kereta pertama dari tiga kereta untuk kembali pulang. Mungkin aku perlu beristirahat dari berkencan untuk sementara waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...