MOOD
KU Jelek sepanjang pagi. Aku memikirkan kembali, kemarahan ku mulai
naik ke permukaan sejak semalam. Tepat ketika seorang wanita dengan
tubuh iblis dan wajah malaikat memberitahuku bahwa dia lebih memilih
berada di kencan dengan seorang bajingan yang membawanya ke
pemakaman , dibanding aku datang menjemputnya.
Jika
saja aku tidak ada meeting pagi-pagi sekali pagi ini, aku pasti sudah
naik ke kereta dan memberitahunya siapa aku. Menatap foto
payudaranya yang menggiurkan di ponselku lagi, aku menyadari siapa
sesusungguhnya diriku....seorang
stalker akhir-akhir ini. Dan itu membuatku semakin jengkel.
Persetan dia dan teman kencannya.
“Rebecca!”
aku menekan intercom dan menunggu sekretarisku merespon.
Tak
ada jawaban.
“Rebecca!”
masih tak ada, aku menggeram dengan sangat keras, dan intercom sama
sekali tak di butuhkan. Seluruh kantor sialan ini telah mendengarku.
Masih
tetap tak ada jawaban juga.
Melempar
file ku ke meja, aku bergegas ke sekretarisku. Seorang berambut
merah duduk di mejanya.
“siapa
kamu?”
“aku
Lynn. Sekertarismu sejak dua hari yang lalu”. Dia mengangkat
alisnya seakan-akan aku harus mengerti akan apa yang sedang dia
bicarakan.
“apa
yang terjadi dengan Rebecca?”
“Aku
tak tau , Mr Morgan. Apa kau ingin aku mencari tau?”
“Tidak.
Aku ingin kau membelikanku makan siang. Daging kalkun roti gandum
yang di panggang sebentar dengan satu potong alpine lace swiss.
Bukan dua. Satu. Kopi. Hitam”.
“Okay”.
“Resepsionis
di meja depan yang mengendalikan uang kecil. Bicara dengannya”.
Dia
tersenyum padaku tapi tidak bergeming.
“Nah,
apa yang kau tunggu? Pergi”.
“Oh.
Anda ingin saya pergi sekarang?”
aku
menggerutu dan kembali ke ruanganku.
Saat
itu sore hari ketika ponselku bergetar dan menampilkan foto kaki
Soraya yang baru. Dia tidak pernah mulai mengirim teks duluan
sebelumnya.
Fuck
me
wanita
ini akan menjadi kematianku. Aku butuh dia setuju untuk menemui ku.
Graham:
tunjukan lebih banyak lagi.
Soraya:
cuma itu yang akan kau dapatkan.
Graham:
dasar kau tukang goda. Buka kakimu untukku.
Soraya:
tidak akan.
Graham:
tiba-tiba kau memiliki moral?
Soraya:
aku punya batasan, dan memperlihatkan sesuatu diantara kakiku
merupakan batasan paling besar.
Graham:
dan tentunya tak ada limit untuk seberapa KERAS itu akan membuat ku.
Faktanya, hanya membayangkanmu membuatku terangsang saat ini.
Soraya:
mesum, tidak kau di tempat kerja?
Graham:
kau tau aku sedang di tempat kerja. Kenapa kau kirimi aku foto
kaki mu coba? Kau mencoba untuk menggangguku.
Soraya
: tidak sepenuhnya.
Graham
: kau tidak mau menunjukan vagina mu. Setidaknya biarkan aku
mendengar suaramu.
Soraya:
kau sudah pernah mendengar suaraku sebelumnya.
Graham:
Yeah, tapi kau begitu menyebalkan. Aku ingin mendengarmu ketika kau
basah dan terangsang.
Soraya:
dan bagaimana caranya kau tau aku basah dan terangsang.
Graham:
aku bisa merasakannya.
Soraya:
sungguh....
Graham
: Yeah.
Ponselku mulai bergetar. Soraya.
Suaraku sengaja ku buat rendah dan
menggoda. “Hello , Baby”.
“Don't Baby me”.
Hanya dengan suaranya membuat
tubuhku mengembang penuh kesenangan.
Suaraku terdengar serak. “aku
ingin melihatmu. Aku ingin tau kau seperti apa”.
Tuhan, aku ingin menyentuhmu.
“kurasa itu bukan ide yang bagus”.
“kenapa tidak?”
“kurasa kita tidak cocok untuk
satu sama lain. Aku bukan tipe mu”.
Mengangkat alisku, aku bertanya “dan
bagaimana tipe ku sesungguhnya?
“entahlah.... jalang kaya dan gila
hormat ? Seseorang yang memberi pujian ke bajingan berjas
sepertimu”.
Tawa yang dalam keluar dariku.
“bajingan ber jas , huh?”
“Iya, kau sombong, dan kau pikir
kau bisa merendahkan semua orang”.
“Well. Hanya ada satu orang yang
ingin ku buat rendah saat ini, Soraya. Di seluruh tubuhmu”.
“bagaimana kau bisa sebajingan
itu, omong-omong?”
“mengapa setiap orang berlaku
seperti diri mereka sendiri? Kita tidak lahir seperti itu. Itu di
pelajari”.
“jadi, menjadi bajingan adalah
seni yang kau kuasai?”
“aku berengsek karena....”, aku
ragu-ragu. “aku tidak ingin berurusan dengan orang-orang dengan
omong kosong yang datang saat aku lengah”.
“apa yang telah terjadi sehingga
membuatmu begitu waspada?”
“ada apa dengan pertanyaan mu yang
terlalu mendalam, Soraya? Aku tidak terbuka pada wanita yang belum
pernah aku ajak bercinta”.
“jika aku membiarkan mu
meniduriku, apa kau akan membuka semua rahasia mu?”
penisku berkedut hanya memikirkan
tentang bersamanya.'
“aku akan memberitahumu apa pun
yang kau ingin dengar jika aku bisa berhubungan sex dengan mu diatas
meja sekarang”.
“Tepat. Tebakanku tepat!”.
Meskipun kami sedikit berdebat, aku
bisa merasakan humor di nada suaranya. Aku entah bagaimana tau bahwa
dia tersenyum bersamaku dan menikmati adu argumen kecil kami.
Membersihkan tenggorokanku, aku
berkata. “baiklah..... mari kita berbalik kepadamu. Bagaimana kau
bisa kau menjadi gadis galak seperti itu?”
“aku selalu seperti itu”.
Aku menertawakan diriku sendiri.
Entah bagaimana, aku percaya itu. Dia memang galak secara alami,
bukan mengada-ada. Itu adalah dirinya yang sebenarnya.
“ngomong-ngomong, apa pekerjaan
mu, Soraya?”.
“menurutmu apa pekerjaanku?”
“itu pertanyaan yang berat”, aku
menggaruk daguku dan meletakkan kakiku diatas meja. “berdasar
sedikit yang aku tau tentang mu...satu set payudara dan kakimu yang
menakjubkan.... aku mungkin mengatakan bahwa kau adalah penari di
klub yang gelap dan berasap”.
“Well, kau benar tentang gelap dan
berasap. Kantorku suram dan Bos ku seperti orang yang suka diam
-diam merokok”. (sneaking butts)
“akan lebih baik jika bukan bokong
mu yang dia colek”. (butts refering to puntung rokok dan juga
bokong, so sneaking butt have double meaning)
Oh tuhan. Hentikan sebelum dia
menganggapmu orang gila yang cemburu.
“dia adalah seorang wanita.... dan
itu adalah puntung rokok yang dia hisap dari balik pintu kantornya.
Aku bekerja untuk kolom nasehat. Itu pekerjaan yang payah, hanya
untuk membayar tagihan.
“aku merasa itu pekerjaan yang
sangat-sangat menarik. Kolom apa itu?”
“aku tak harus memberitahumu. Kau
mungkin akan mencoba menguntitku di tempat kerja”.
“bukankah itu ironis? Tidakkah kau
ingat bagaimana aku pertama kali berkenalan denganmu?”
“ di Ask Ida”.
“sepertinya aku tau “.
“dia sudah berjalan hampir satu
tahun”.
Benar. Mom biasa membaca nya.
“Ibuku dulu sering membaca column
itu, apa yang kau lakukan disana?”
“aku menyisir dan menjawab
beberapa kiriman yang masuk melalui situs web, dan aku membantu Ida”.
Aku tertawa. “jadi kamu memberi
saran pada orang-orang”.
“apakah itu begitu sulit di
percaya?”
“aku butuh saran”.
“baiklah...”
“bagaimana cara agar kau setuju
untuk menemuiku?”.
“percayalah padaku. Terkadang,
lebih baik ,menyimpan misteri. Kurasa tidak akan ada hal baik yang
datang dengan kita bersama”.
“mengapa begitu?”
“kau hanya akan menggunakan ku
untuk seks”
Aaku harus merenungkan apakah dia
benar. Daya tarik seksual sudah melewati batas. Tapi jauh di dalam
hatiki, aku tau koneksi antara kami jauh lebih dalam daripada itu.
Aku hanya tak bisa mengenali darimana datangnya atau apa artinya.
Soraya semacam menyalakan api dalam diriku sehingga aku tak bisa
memadamkannya. Membawanya telanjang di bawah tubuhku jelas merupakan
tujuan, tetapi tidak hanya itu. Aku perlu mencari tau.
“tak ingin bersikap brengsek, tapi
aku bisa mendapatkan apa yang kuinginkan hampir dari siapapun. Dan
ini bukan tentang itu”.
“lalu, tentang apa?”
“aku tak begitu tau”. Kataku,
dengan jujur. “tetapi aku ingin mencari tau”.
Dia terdiam selama beberapa menit
kemudian tampak menerawang. “kurasa aku harus pergi”.
“apakah ini tentang apa yang aku
katakan?”
“aku hanya harus pergi”.
“baiklah. Kita akan mengobrol
lagi?”
“aku tak tau”.
Soraya Venedetta sialan benar-benar
menutup telponku. Dorongan untuk memburunya menyelinap dalam diriku.
Calm your Dick , Graham.
Perutku menggeram, membuatku sadar
bahwa Lynn yang tidak kompeten tidak pernah kembali membawa sandwich
dan kopiku.
Mendekati meja depan, aku bertanya.
“dimana sekretarisku? Dia seharusnya sudah kembali dengan makan
siangku”,
“saya khawatir dia memberitahu
agensi nya bahwa dia tidak akan kembali”.
Fucking great.
Kepalaku pusing karena kekurangan
kafein. Aku kembali ke ruanganku dan mengambil jaketku sebelum
berjalan ke deli yang ada diseberang jalan.
Membuka laptop ku di atas meja, ide
brilian menghampiriku. Aku membuka Ask Ida website dan memutuskan
untuk memasukan pertanyaan dengan harapan Soraya yang akan
menjawabnya. Aku mulai mengetik.
Dear
Ida.
Ada
seorang wanita yang tak bisa hilang dari pikiranku. Dia mengirimi ku
text foto payudaranya, kakinya, dan bokongnya, tapi tidak
membiarkanku menemuinya secara pribadi. Satu-satunya alasan yang
terpikir olehku adalah dia sangatlah jelek dan takut untuk menunjukan
wajahnya padaku. Bagaimana caranya agar dia mau menemuiku dan untuk
membuat dia mengerti bahwa tidak semua pria sama brengseknya seperti
yang tampaknya dia pikirkan? - Stuck up suit. Manhattan.
Menertawaiku diriku sendiri, aku
menutup laptop ku dan menyelesaikan memakan Pastrami on rye ku.
Wanita ini bahkan membuatku makan seperti gelandangan. Aku
melakukan beberapa panggilan telpon bisnis dan mengecheck nenek ku
yang ada di panti jompo sebelum membuka laptop sekali lagi. Sebuah
balasan dari Ask Ida sudah berada di inbox ku.
Dear
Stuck up suit,
tampaknya
kemungkinan kau mengambil kesimpulan yang salah. Tak ada yang
tanda-tanda yang menunjukan bahwa wanita ini jelek. Mungkin, dia
hanya tidak tertari padamu. Kau juga lebih baik melihat ke kaca dan
menyadari bahwa kepribadian yang jelek jauh lebih buruk dibandingkan
dengan wajah yang jelek.
Aku tertawa terpingkal-pingkal, aku
mengagumi kecerdasan wanita ini. Mulut nya itu..... aku tak sabar
untuk menidurinya. Selain fakta bahwa dia lucu, jujur, cantik,
seksi, tak seperti orang yang aku kenal, ada bagian diri nya yang
tampak rentan dan di lindungi. Aku ingin tau mengapa dia begitu
takut padaku. Keingintahuan seperti ini bukanlah karakterku.
Sementara itu menunggu, keinginanku untuk mengetahui tentang dirinya
mengantikan segalanya.
**
DUDUK DI SEBERANGNYA di kereta
tanpa sedikit pun melirik nya sungguh-sungguh sebuah karya seni.
Tampak seperti pantomim yang bergerak tolol tanpa menggerakan
bibirnya, aku harus entah bagaimana menatap dia , tanpa ketahuan.
Pagi ini, sungguh begitu menantang
untuk tetap terlihat tak peduli, bukan hanya karena dia yang terlihat
sangat Hot, tapi juga karena dia tidak sendiri. Seorang pria yang di
penuhi tato yang terlihat lebih seperti tipe nya daripada aku. Duduk
di sampingnya. Mereka mengobrol dan tertawa, dan aku sungguh ingin
mencekik leher sebesar pencil milik pria itu.
Darahku mulai terpompa ketika pria
itu menunduk dan mencium Soraya. Aku tak bisa mengatakan apakah
itu ciuman di wajah atau di bibirnya karena aku hanya bisa
mencuri-curi pandangan. Kemudian pria itu berdiri dan keluar dari
kereta, meninggalkan Soraya di belakang.
Kecemburuan dalam diriku tampaknya
sudah berputar-putar di permukaan dan sekarang menjadi membabi buta.
Begitu buta , faktanya, aku bahkan tidak memikirkan apapun ketika
aku tiba-tiba mengsms dia.
Siapa
Pria sialab itu?
Dia tampak membeku sebelum
perlahan-lahan melihat ke arahku. Kulitnya yang sudah pucat menjadi
semakin putih. Kepalanya terangkat dan bertemu dengan tatapanku
dengan cepat. Dia sudah tau siapa aku.
Apakah dia selama ini tau bahwa
kami berada di kereta yang sama.
Aku memikirkan tentang itu lebih
dalam lagi. Tanpa ada keraguan, matanya mendarat lurus di mataku
seakan dia sangat tau kemana dia harus melihat.
Dia berpura-pura tidak mengenalku
selama ini.
Dia pasti sudah melihat foto ku
secara online. Aku tak bisa memikirkan bagaimana lagi cara dia
mengenalku, tapi itu tidaklah terlalu penting lagi. Segalanya yang
penting aku sekarang saling berhadapan dengan wanita yang mengusik
pikiranku, tubuhku, dan jiwa ku sejak pertama kali dia membuka
mulutnya di intercom.
Pemberhentianku adalah yang
seanjutnya, tapi aku tidak akan turun. Well, sejujurnya, aku sedang
melakukan sesuatu yang lain: lomba saling menatap dalam ketegangan.
Aku sadar bahwa dia juga sadar akan fakta bahwa aku juga tau
identitasnya.
Dia tiba-tiba bangkit.
Pemberhentiannya pasti yang berikutnya. Aku mengikutinya, berjalan
ke pintu keluar dan berdiri tepat di belakangnya. Dia menatap
bayanganku di kaca pintu. Mulutku melengkung membentuk senyuman
puas. Aku seperti kucing Chesire yang akhirnya menangkap tikus
kecilnya. Secercah hiburan bersinar melalui ekspresinya.
Ketika pintu terbuka, aku
mengikutinya keluar, berjalan dengan tenang di sampingnya. Kami
berdua bergerak sangat lambat, tidak yakin kemana harus pergi atau
apa yang harus di lakukan. Ketika orang-orang sibuk tampaknya semua
menaiki ekskalator lantai dua, kami hampir sendirian di peron kereta
bawah tanah, aku tiba-tiba menggamit pinggangnya, memaksanya untuk
berbalik, menghadap ku.
Dada Soraya naik turun, aku bisa
merasakan tubuhnya gemetar. Jantungku sendiri berdetak kencang.
Mengetahui bahwa aku merasakan efek seperti itu padanya sungguh
mengejutkan- membangkitkan gairah. Sangat membangkitkan gairah.
Bau bedak di kulitnya praktis
membuatku bergairah. Itu, di kombinasikan dengan hangat tubuhnya
yang sangat dekat dengan tubuhku, telah membuatku sangat mengeras.
Aku seperti anak remaja yang mau merapikan celanaku dengan setelan
tiga ribu Dollar.
Ketika perlahan aku maju ke arahnya,
dia mundur menuju pilar beton, besar. Aku mengurungnya di antara
pilar, dan menangkup kan tanganku ke pipinya, menempelkan bibirku ke
mulutnya. Dia membuka mulutnya untuk ku ketika lidahku yang
bergairah mencari-cari miliknya. Semua kehidupan di sekelilingku
menghilang. Suara penyerahan diri yang di buat di mulutku ,
membuatku bersemangat untuk menciumnya lebih dalam. Tubuhnya hangat
dan terasa seperti selimut listrik di dadaku. Logam dingin di
lidahnya bergemerecik di lidahku yang panas dan mengirimkan rasa
kejang ke tubuhku. Jika kami tidak di tempat umum, aku tak bisa
membayangkan apakah aku bisa berhenti menciumnya. Aku tak
menginginkan hal selain dari membawa nya keluar dari stasiun bawah
tanah ini.
Dia mendorongku menjauh dan
berdeham. “bagaimana kau tau , itu adalah aku?”
aku menggosok bibir bawahnya dengan
ibu jariku. “aku tak akan menjawab sampai kau memberitahuku siapa
pria yang menciummu”.
“itu bukan ciuman. Itu hanya
kecupan di pipi. Dia adalah temanku, Tig. Dia menemuiku untuk
sarapan pagi”
“Teman, huh?”
“Dia sudah menikah. Istrinya juga
temanku”.
“jadi, tak ada yang terjadi
disana?”
“Tidak, tapi jikapun ada, aku tak
berhutang penjelasan padamu”. Dia mengelap mulutnya, yang mana
masih bengkak karena seranganku. “jadi beritahu aku bagaimana kau
mengenaliku”.
“tato bulu di kakimu, jenius.
Kaki mu ada di foto. Aku menggunakan tato itu untuk mengenalimu.
Aku sudah mengamati selama beberapa hari. Kau tampaknya juga
melakukan hal yang sama padaku”.
Dia tidak membantah bahwa dia sudah
lama mengenaliku.
Aku menggerakan mulutku lebih dekat
dengan nya. “apakah kau suka dengan yang sudah kau lihat? Itulah
kenapa kau terus mengirimiku pesan? Ketika aku pertama menyadari
bahwa itu kamu, aku tak bisa percaya akan betapa cantiknya dirimu”.
“jadi, segala omongan tentang kau
yang mengira aku jelek--”.
“cuma omong kosong. Aku sangat
tertarik padamu, Soraya. Dan tubuhmu sekarang sedang memberitahuku
bahwa kau merasakan hal yang sama”.
“Tak peduli seberapa tampannya
dirimu, kau adalah pria yang berbahaya”.
“kau tak tau seberapa berbahayanya
diriku ketika menginginkan sesuatu. Tak ada yang bisa
menghentikanku. Dan tak ada satupun yang lebih kuinginkan selain
kamu. Tapi jika kau bisa mengatakan padaku sejujurnya bahwa kau tak
tertarik padaku, aku akan menjauh, dan kau tak akan pernah
menghubungimu lagi. Jika fakta dimana kaki mu gemetaran saat ini
adalah sebuah petunjuk, maka perasaanmu sama dengan ku”.
“aku tak ingin merasakan
seperti ini pada pria sepertimu”.
Mendengar apa yang dia katakan
adalah pemati gairah yang sesungguhnya. Sebenarnya jenis manusia
seperti apa diriku di matanya? Aku mungkin telah memperlakukan orang
seperti sampah dari waktu ke waktu, Demi tuhan , aku bukanlah
kriminal jahat.
“Biarkan aku memberitahumu
sesuatu, Soraya. Aku mungkin bukan orang paling baik di planet
ini,atau bahkan yang paling cocok untukmu. Sebenarnya, aku tau, aku
memang bukan. Tapi kau tak bisa menyangkal akan apa yang terjadi
diantara kita. Hanya ada satu ujung untuk ini”.
“dan apakah itu?”
“aku terkubur jauh di dalam
dirimu”.
“itu tidak akan terjadi”.
“setiap malam, sialan. Aku
memimpikan tindikan yang ada di lidahmu berputar-putar menjilati
penisku. Hanya kaulah semua yang bisa aku pikirkan, bahkan sebelum
aku melihat wajah cantikmu. Tapi setalah aku melihatmu, aku hampir
mati”, aku membelai pipinya lagi. “hanya menghabiskan malam
bersamaku”.
“jika aku bilang aku tak ingin
tidur dengamu, apakah kau masih tetap mau menemuiku?”
menutup mataku sebentar, aku
membukanya dan berkata. “aku akan menghargai itu”.
“aku telah sering terluka di
hidupku. Aku bersumpah tak akan memberikan diriku dengan cara seperti
itu lagi terkecuali aku yakin dengan niat mereka. Jadi, jika kau
ingin bersamaku, maka tidak ada seks. Kau ingin mengobrol dengaku?
Baik. Kau ingin mengenalku? Baiklah. Tetapi berhenti disana. Apakah
itu yang benar-benar kau inginkan?'
“aku menginginkan semuanya, tapi
aku akan mengambil apa yang bisa aku dapatkan....untuk saat ini”.
“jadi, kapan, ini akan terjadi?”
“Malam ini. Aku akan menjemputmu,
dan aku akan membawamu dalam kencan yang sebenarnya tampa melibatkan
tubuh seseorang yang membusuk di kamar sebelah”.
“Kau sangat romantis”.
“aku akan berkerjasama dengan hal
tanpa seks. Tapi tandai kata-kataku. Ketika saatnya tiba , aku tak
akan jadi orang yang memohonnya”.
**
SELAMA SISA HARI, prospek untuk
menemui nya lagi memepngaruhi diriku. Untuk melewati penantian yang
sangat menyiksa, aku memutuskan untuk menulis ke Ask Ida.
Dear
Ida,
aku
berhubungan dengan wanita yang secara jelas menyatakan tak ingin
berhubungan seks denganku. Masalahnya dia tak tau apa yang bakal
terlewati. Aku berpikir, mungkin ada sesuatu yang bisa merubah
pikirannya? - Stuck up Suit, Manhattan-
Dear
Stuck – up Suit,
aku
mengerti bahwa kau berasumsi semua wanita harus membuka kaki mereka
pada mu. Aku berasumsi mungkin wanita itu berpikir bahwa berhubungan
seks dengan mu akan merugikan kesehatannya. Mungkin cobalah
mengenalnya sebentar, beri dia alasan untuk mempercayaimu. Buktikan
bahwa kau bisa bertahan. Untuk sementara waktu, KAU harus bersabar
dengan mandi air dingin. Kedengarannya kau akan membutuhkannya.
Yang di wattpad gk ada lagi ya ?
BalasHapus