Sabtu, 21 Mei 2016
Stuck Up Suit karangan Vi Keenland
Chapter Satu
KAKI KANAN KU MELANGKAH MEMASUKI KERETA, dan aku membeku di tengah-tengah langkah ketika aku melihat dia sudah ada di dalam gerbong. Sial! dia sudah duduk bersebrangan dengan tempat duduk yang biasa aku duduki. aku berbalik arah.
"Hey, liat-liat kalo jalan !" seorang dengan setelan memegang erat kopinya, hamir tak bisa menjaga keseimbangan saat aku menerjang keluar dari gerbong ketiga tanpa melihat dan menabrak dia . "Apa-apaan?"
"Maaf!" aku mengucapkan maaf sambil jalan dan terus melaju, merunduk di bawah jendela kereta saat aku berlari melewati beberapa platform gerbong. lampu kecil di setiap gerbong selanjutnya menyala merah , dan deruman keras terdengar menandakan kereta akan segera berangkat. aku melompat ke gerbong ke tujuh saat pintu mulai bergeser menutup.
aku menghabiskan satu menit penuh untuk menenangkan napasku karena berlari sepanjang empat gerbong. bokongku tampaknya butuh kembali ke Gym. aku menemukan sebuah kursi kosong yang menghadap ke depan, duduk di samping seseorang lebih baik dibandingkan harus duduk di setengah lusin kursi menyamping yang menghadap ke interior. pria itu menurunkan korannya saat aku duduk disampingnya. "Maaf " kataku. "aku tak bisa duduk menghadap kesamping" dua kursi di depannya telah kosong. etiket kereta yang seharusnya adalah mengambil salah satu dari dua kursi kosong tersebut, tapi tampaknya dia lebih memilih untuk muntah dengan cara yang nyaman.
dia tersenyum. "aku juga sama"
menyumpalkan earbudsku, aku bernapas lega dan memejamkan mataku saat kereta mulai bergerak. semenit kemudian, ada tepukan ringan di bahuku. penumpang di seberangku menunjuk ke pria yang berdiri di lorong.
aku perlahan menarik satu earbuds.
"Soraya. Kurasa itu dirimu".
suara itu.
"Umm....Hi". sialan siapa lagi sich namanya? oh tunggu....bagaiamana bisa aku lupa? Mitch. Hight Pitch Mitch. Aku masih belum berbicara dengan kakak perempuanku untuk bencana ini. kencan buta. terburuk. yang pernah aku alami. "Apa kabar Mitch?"
"Baik, sebenarnya Luarbiasa sekarang karena aku menemukanmu. aku mencoba menghubungimu beberapa kali. aku tampaknya menekan nomor yang salah, karena kau tak pernah merespon text ku"
yeah. benar sekali.
dia menggaruk-garuk bagian selangkangannya dari balik celana panjangnya. aku sudah hampir melupakan tentang kebiasaan kecil itu. itu kemungkinan kebiasaan saat gugup, tapi tiap kali dia melakukan itu, mataku mengikuti tangannya, dan segala yang bisa ku lakuakan adalah agar tidak tertawa terbahak-bahak. High Pitch Mitch with Itch. Thanks, sis.
Dia membersihkan tenggorokannya. "Mungkin bisa pergi minum kopi pagi ini?"
pria bersetelan disampingku menurunkan korannya melihat kearah Mitch kemudian kearahku. aku cuma tak bisa membuat diriku begitu tak berperasaan pada pria malang ini; dia cukup baik.
"Umm". aku meletakan tanganku ke bahu pria bersetelan disampingku. "aku tak bisa. ini adalah pacarku ,Danny. Kami kembali bersama seminggu yang lalu. Betulkan, sayang?".
Wajah Mitch mencelos. "Oh. Aku mengerti".
Si Danny Palsu ikut bergabung, Dia meletakkan tangannya di lututku. "Aku tak berbagi, kawan. jadi menyingkirlah".
"Kau tak perlu bertingkah begitu kasar, Danny". aku melotot ke arah si pria bersetelan.
"Itu bukan kasar, babe. inilah yang kasar". sebelum aku bisa menghentikannya, bibirnya sudah dibibirku. dan juga bukan sebuah kecupan kilat. lidahnya tak menyianyiakan waktu untuk menekan masuk ke mulutku. aku mendorong keras bahunya, mendorong dia menjauh dariku.
aku mengelap mulutku dengan punggung tanganku. "Maaf, Mitch".
"Tak apa. Ummm....maaf karena sudah mengganggu. Jaga dirimu, Soraya".
"Kau juga, Mitch".
beberapa detik setelah dia menjauh dari pendengaran, aku merengut ke arah si Danny Palsu. "Apa-apaan tadi yang kau lakukan, Bajingan?"
"Bajingan? dua menit yang lalu aku adalah kekasih. benahi pikiranmu, sweetheart".
"Kau terlalu congkak".
Dia mengabaikanku, meraih ke dalam kantung jas nya untuk meraih ponselnya yang bergetar. "ini istriku. bisa kah kau diam sejenak?"
"istrimu? kau sudah menikah?" aku berdiri. "Oh Tuhan, kau benar-benar bajingan".
kakinya sudah di rentangkan, dan dia tak membiarkanku pergi, sehingga aku melangkahinya. saat dia mengangkat ponsel ke telinganya, aku menyambar ponsel dari tangannya dan berbicara di pengeras suara ponselnya tanpa mendengarkan. "Suami mu adalah bajingan terbesar".
aku melemparkan ponselnya ke pangkuannya dan berjalan pergi ke arah yang berlawana dari arah dimana Mitch menghilang.
dan ini hanyalah senin yang menyebalkan.
omong kosong ini adalah cerita hidupku. melangkah ke arah kencan yang buruk. pria yang telah menikah.
aku melangkah menuju gerbong yang lain sehingga aku tak perlu bertemu baik dengan "Danny" ataupun Mitch lagi.
terlallu erlebihan untuk kenyamananku, gerbong ini tak terlalu ramai, dan ada kursi kosong yang menghadap ke depan. tekanan darahku perlahan menurun saat aku menenggelamkan diri disitu. aku membiarkan mataku terpejam mataku terpejam sejenak dan membiarkan ayunan gerakan kereta menenangkanku.
suara kasar seorang pria mengganggu kedamainku. "Sialan kerjakan saja kerjaaan mu, Alan. Kerjakan. apa itu terlalu berlebihan? kenapa aku harus menggajimu jika aku harus mengatur tiap-tiap hal -hal kecil sialan ? pertanyaaan mu tidak masuk akal! pikirkan itu dan kembali padaku ketika kau sudah punya solusi untuk waktuku yang berharaga. aku tak punya waktu untuk pertanyaan-pertanyaan tolol mu. anjingku bahkan bisa datang dengan sesuatu yang lebih pintar dari pada apa yang kau sajikan mejaku".
dasar bedebah.
ketika aku mendongak untuk melihat sekilas wajahnya dari arah suaranya terdengar, aku tak bisa tahan untuk tidak menertawai diriku sendiri. Tentu saja ! Tak diragukan kenapa dia bisa melemparkan segala omong kosong ke semua orang. Dengan tampang seperti itu, orang -orang bahkan mungkin akan jatuh berlutut di sekitar dia sepanjang waktu, baik secara harfiah atau nyata. Dia sangat Tampan, Melebihi Tampan, menguarkan kekuatan dan uang. aku memutar mataku.....tapi tetap tak bisa memandang ke arah lain.
pria ini memakai kemeja yang pas badan yang membuat mudah untuk melihat siluet pahatan tubuhnya dari balik kemejanya. dan jaket navy nya yang terlihat sangat mahal teronggok di atas pangkuannya. dan sepatu hitamnya tampak seakan habis disemir. dia adalah tipe pria yang sepenuhnya membiarkan orang menyemir sepatunya di bandara ketika dia menghindari membuat kontak mata dengan mereka. Dan ciri yang paling bisa dikenali, apapun itu, adalah tatapan marah di wajahnya yang tampan. dia sekang sudah tidak menelpon, tampaknya seseorang baru saja membuat dia murka. sebuah nadi menonjol di lehernya. dia menjalankan tangannya di rambut hitamnya dengan frustasi. Yup. berganti gerbong tampaknya adalah keputusan yang amat sangat baik untuk cuci mata. fakta bahwa dia begitu tak peduli diantara semua orang yang ada disekitar nya membuat ku mudah untuk mengamatinya. dia amat sangat hot ketika dia marah. sesuatu memberitahuku bahwa dia selalu marah. dia tampak seperti singa- - tipe spesies yang lebih baik dikagumi dari jauh , dimana setiap kontak nyata akan berakhir dengan cidera.
lengan bajunya di gulung , menampilkan jam tangan yang besar dan mahal di lengan kanannya. dengan ekspresi angkuh, dia menatap keluar jendela saat dia memutar- mutar jamnya, membaliknya ke belakang dan kedepan. itu tampak seperti kebiasaan saat gugup, yang mana sangat ironis mengingat bagaimana dia membuat orang di sekitaranya merasa gugup di dekatnya.
ponselnya berbunyi lagi.
dia menjawabnya. "Apa?".
suaranya adalah tipe bariton serak yang selalu menghantamku tepat diantara kakiku. aku tenggelam semakin dalam, suara seksi. itu adalah hal yang langka , bahwa suara itu sangat pas untuk pria, juga.
memegang ponselnya dengan tangan kanannya, dia menggunakan tangan satunya untuk melanjutkan mengutak atik metal dari jam tangannya.
Clickety Click Click.
"dia cuma harus menunggu" dia membentak.
"jawabannya adalah aku akan ada disana saat aku tiba disana"
"bagian mana yang kurang jelas, Laura?"
"Namamu bukan Laura? Lalu siapa hah ?
"bailkah...Linda... katakan pada dia , dia bisa mengatur ulang jadwal jika dia tak bisa menunggu".
setelah dia menutup telponnya, dia menggumamkan sesuatu dari balik napasnya.
pria seperti dia membuatku terpesona. mereka terlihat seakan menguasai dunia hanya karena mereka diberkahi secara genetik atau memegang kesempatan untuk membawa mereka ke status finansial yang lebih tinggi. dia tidak mengenakan cincin pernikahan. aku bertaruh aktifitasnya tak lain selain aktivitas melayani dirinya sendiri. ekspreso mahal, kerja, makan di restoran kelas atas. bersetubuh tanpa cinta....terus berulang. sepatu mengkilap dan mungkin racket ball disuatu tempat di antaranya.
aku bertaruh dia juga egois di ranjang. bukan karena aku akan melemparnya ke ranjang- tapi tetap saja. aku tak bisa berkata bahwa aku pernah bersama seseorang sekuat pria ini, jadi aku tak tau dari pengalaman bagaimana itu diartikan dalam kamar tidur. kebanyakan pria yang aku kencani adalah artis yang kelaparan , hipster, dan pemeluk pohon. hidupku sangatlah jauh dari sex in the city. hidupku lebih mendekati Sex and The Pity. Atau Sex and The Shitty. kurasa aku tak akan keberatan untuk berperan sebagai Carrie untuk pria ini sebagai Mr Big hanya untuk sehari, kurasa. atau Mr Big Prick dalam kasus ini. Absofuckinglutely.
satu noda dalan fantasi kecilku : aku bukanlah tipe dari pria ini. dia tanpaknya penyuka sosialita wanita pirang kurus kerempeng yang penurut , bukanya gadis italia berlekuk dengan prilaku blak-blakan dan rambut warna -warni Rambut panjang hitam ku, menggantung hingga ke pantat.. aku terlihat seperti persilangan antara Elvira dan Pochahontas dengan bokong besar. bagian paling bawah rambutku diwarnai dengan berbeda warna setiap minggu berdasarkan suasana hatiku. minggu ini warna biru indah, yang berarati segala hal sedang berjalan dengan cukup baik untuk ku. merah adalah warna ketika kau harus menjauh dari jalanku.
pikiran randomku terganggu dengan suara berdecit kereta yang berhenti. tiba-tiba, si Mr Big Prick bangkit, kabut cologne mahal nya menjenuhkan udara saat dia berdiri. walaupun aromanya begitu seksi yang menjengkelkan namun sombong. dia bergegas ke pintu, yang mana menutup dibelakang dia.
dia telah pergi. cuma begitu saja. pertunjukan selesai. well, terasa menyenangkan ketika itu diakhiri.
selanjutnya adalah pemberhentianku, jadi aku berjalan ke pintu yang sama yang baru saja dia lewati. kakiku menendang sesuatu yang terasa seperti bola hockey, mendorongku untuk melihat kebawah.
jantungku mulai berdetak lebih kencang. Mr Big Prick tampaknya baru saja meninggalkan sedikit bagian dari dirinya di belakang.
dia menjatuhkan ponselnya.
ponsel sialannya.
dia keluar dari kereta dengan begitu cepat, kemungkinan ini terlepas dari tangannya. aku tampaknya tadi terlalu sibuk melihat bagaimana celana panjangnya memeluk bokongnya yang menggiurkan untuk menyadarinya. aku mengambil iPhone nya, ponselnya terasa panas di tanganku. dan case nya beraroma dia. aku ingin mengendusnya lebih dekat ke hidungku, aku mengendalikan diriku.
aku menutup mulutku dan melihat ke sekeliling. jika hidupku adalah sebuah Tv show , maka akan ada sebuah alunan suara tawa yang diselipkan sekarang ini. tak ada seorangpun yang sedang melihatku. tak ada seorangpun yang tampaknya peduli dengan ponsel Mr Fancy Pant.
apa yang akan aku lakukan dengan ponsel ini?
meletakan ponsel itu di celana panjang motif leopard ku, terasa seperti sedang membawa-bawa bom saat aku berjalan keluar dari stasiun menuju trotoar Manhattan didepan. aku bisa merasakan ponsel bergetar dengan notifikasi pesan , dan ponsel telah berbunyi setidaknya sekali. aku belum siap untuk menyentuh itu lagi sampai aku tiba di kantor ku.
setelah aku berhenti di tempat penjual jalanan ku yang biasa,aku menyesap kopi dari Joe saat aku berjalan dua blok untuk berkerja. pada hari ini, aku sudah terlambat, jadi aku memutuskan untuk tidak mengungkap kehidupan Mr Big Prick sampai setelah makan siang.
saat aku sampai di mejaku, aku mengelurkan ponsel itu dan menyadari bahwa batrenya sudah merah, jadi aku mencoloknya ke charger. jabatanku sebagai asisten dari kolumnis nasehat paling legendaris sebenarnya bukanlah pekerjaan impianku, tapi pekerjaan ini membayar tagihan- tagihanku. Ida Goldman adalah pemilik ASK IDA, sebuah kolom rutin yang telah berjalan selama setahun. Ida bahkan sudah mencoba untuk meminangku akhir- akhir ini, memerintah tanganku untuk menulis beberapa respon. tulisan yang terpilih akan di cetak di koran, dimana jawaban untuk pertanyaan lainnya akan di posting ke website Ida. sebagian dari pekerjaanku adalah untuk menyortir pertanyaan yang masuk dan memilih mana yang bisa kuberikan ke boss ku.
kalau jawaban ida selalu sensitif dan sopan, jawabanku lebih mengarah ke poin, dan memotong semua omong kosong. sebagai hasilnya, dia tak pernah mempubliskan jawaban-jawabanku. kadang-kadang , aku tak bisa mencegah diriku untuk memberi jawaban atas beberapa pertanyaan yang tidak akan - membuat orang berakhir di kotak sampah juga. beberapa dari orang - orang ini benar-benar membutuhkan petunjuk, dan aku akan merasa bersalah jika mengabaikan permintaan tolong mereka.
aku baru-baru ini mengetahui bahwa suami ku memiliki simpanan barang- barang porno. apa yang harus ku lakukan? Trisha - Queens.
Bagus! pergunakanlah Vibrator itu dengan baik. dan pastikan kau menenmpatkan semua nya kembali ke tempat semula setelah kau mendapatkan pelepasanmu saat dia ada di tempat kerja.
Aku Mabuk di sebuah pesta dan mencium pacar sahabatku. sekarang aku tak bisa berhenti memikirkan dia. aku merasa bersalah kurasa aku mungkin telah jatuh cinta padanya sekarang . adakah kata-kata bijak ? - Dana, Long Island.
ya. kau binal. sampai bertemu selasa depan, Dana!
Pacarku baru-baru ini melamarku . dan aku berkata Ya. dia adalah pria yang paling manis,dan yang paling baik yang pernah aku kenal. masalahnya adalah, berlian yang dia berikan padaku lebih kecil dari yang aku harapkan. aku sungguh tak ingin melukai perasaan dia. aku ingin tau bagaimana cara yang sopan untuk mengekspresikan kekecewaanku. - Lori, Manhattan.
Tuhan punya dilema yang sama tentang dirimu, Sweetheart. Ingat. ketika tunanganmu menendang bokong egoismu, beri dia nomor ponselku.
menjawab beberapa email dengan jawaban yang jujur dan langsung selalu membuatku memiliki energi yang dibutuhkan untuk melewati hari. pagi ini berlalu dengan sangat cepat. pada saat siang, ponsel Mr Big Prick sudah terisi penuh, jadi aku membawanya ke ruang istirahat. aku memesan makanan thailand untuk kami berdua.
setelah kami menyelesaikan makan siang, ida meninggalkan ruangan, memberiku waktu sepuluh menit untuk diriku sendiri untuk mengotak-atik ponsel ini. untungnya, ini tidak di password. pemberhentian pertama : foto-fotp. tidak ada terlalu banyak , dan jika kupikir aku bisa mengumpulkan clue tentang siapa pria ini berdasarkan foto-foto dari galery nya, aku tak menemukan apapun. foto yang pertama adalah foto anjing kecil, putih, berbulu lebat. terlihat seperti anjing jenis terrier. foto selanjutnya adalah foto wanita yang bertelanjang dada dengan botol sampanye yang terje[pit di tengah-tengahnya. payudaranya terlihat pucat, besar , dan sepenuhnya palsu. dan kemudian ada beberapa foto anjing kecil, dan foto sekelompok wanita tua yang tampaknya sedang berada di kelas Jazzercise . Apa-apan? aku tak bisa tahan untuk tidak tertawa terbahak-bahak. foto yang terakhir adalah foto selfie nya dengan seorang wanita tua. dia berpakaian lebih santai, dan rambutnya berantakan. dan benar-benar tersenyum. dia tampak sangat tampan dalan foto itu. sangat sulit untuk dipercaya bahwa dia adalah sama dengan pria yang terjebak dalam setelan dari kereta, tapi wajah tampannya menkonfimasi bahwa memmang benar itu adalah dia.
lima menit lagi aku harus kembali ke mejaku. tak ada akun email yang terhubung ke ponsel, jadi aku membuka kontak ponselnya dan memutuskan untuk menelpon nama pertama yang ada di daftar : Avery.
***
"WELL, WELL, GRAHAM MORGAN, sudah lama sekali. apa yang terjadi? apakah kau sudah menelpon semua yang ada di alfabet dan sekarang memutuskan untuk kembali ke awal lagi? kau ingat , aku bukan salah satu mainanmu, bukan?" aku mendengar bunyi klakson dan lalu lintas di latar belakang, diikuti bantingan pintru yang meredam suara kota. " Ke Gedung Langston. dan jangan lewat Taman. bunga Cherry sedang bermekaran dan aku tak butuh kulit bengkak-bengkak untuk pertemuannku". dia selesai mengoceh ke si pengemudi dan ingat ke telpon. " Jadi, ada apa, Graham?"
"Umm. Hai. Ini bukan Graham , sebenarnya. Nama ku Soraya".
"Sor- apa?"
"Sor-ah-yah. bahasa persia untuk putri. walaupun aku bukan orang persia. ayahku hanya berpikir-"
"Terserah siapapun nama mu itu, katakan apa mau mu dan kenapa kau menyia-nyiakan waktuku yang berharga. dan kenapa kau menghubungiku dari poinsel Graham Morgan?"
Graham Morgan. bahkan namanya juga sexy. namanya mencerminkan.
"sebenarnya, aku menemukan ponsel ini di kereta. aku sangat yakin ponsel ini milik pria yang aku lihat pagi ini. akhor dua puluhan, mungkin? Rambut hitam disisir ke belakang, sepertinya penyuka setelan panjang, dan berkerah. dia mengenakan setelan jas biru bergaris- garis. dan memiliki jam tangan besar.
"Tampan, Arogan, Pemarah?"
aku tertawa sedikit. "Ya, itu dia".
"Namanya Graham Morgan, dan aku tau kemana kau harus mengantarkan ponsel itu".
aku mengambil pena dari dompetku. "Okay"
"apakah berada di suatu tempat yang berjarak satu kereta?"
"aku tak terlalu jauh dari itu"
"Okay, Well. naik satu kereta dan ambil jalan menuju pusat kota. lewati jalan Rector dan turun di terminal ferry bagian selatan".
"okay. aku bisa melakukan itu.
"setelah kau sampai. ambil jalan ke Whitehall dan kemudian ke kiri ke South street".
aku tau area itu dan mencoba untuk memvisualkan gedung-gedunng disana. itu adalah lingkungan komersial. "bukankah itu membawaku ke East River?"
"Tepat sekali. lemparkan ponsel si bajingan itu, dan lupakan kau pernah bertemu dengan pria itu".
sambungan telepon telah mati. well, itu tadi menarik.
Minggu, 08 Mei 2016
Chapter 5b; bound By honor
Saat Luca menarik ku ke arahnya, aku terjerembab di dadanya saat rasa pusing menyerang ku. Untungnya, tak ada seorang pun yang menyadari karena Luca memelukku erat. Matanya menatap mataku saat dia menundukkan bibirnya dan menyapunya di bibirku. Band memainkan musik lebih cepat dan lebih cepat lagi, mendesak kami untuk akhirnya memasuki lantai dansa, meja telah dibentuk menjadi lingkaran di sekitar kami. Luca terus meletakkan tangannya di pinggang ku saat dia membawaku ke tengah. Untuk semua orang di sekitar kami , itu tampak seperti pelukan kasih sayang tapi itu adalah satu satunya yang membuatku tetap tegak.
Luca menarik ku ke dadanya untuk waltz dan aku tak punya pilihan lain selain mengistirahatkan pipiku di dadanya. Aku bisa merasakan pistol di bawah rompinya. Bahkan pengantin pria tak bisa datang ke pernikahan tanpa senjatanya. Untuk pertama kalinya aku senang atas kekuatan Luca. Dia tak memiliki kesulitan untuk menjaga ku dan kakiku tetap menginjak tanah selama tarian. Ketika itu berakhir, dia membungkuk. " setelah kita kembali ke meja, kau akan makan. Aku tak ingin kau pingsan selama perayaan kita dan juga lebih sedikit selama malam pernikahan kita".
Aku melakukan apa yang di minta dan dipaksa untuk menggigit beberapa kentang dingin dan daging. Luca dan tatapannya terus mengawasi ku sementara dia berbicara dengan Matteo. Lantai dansa penuh dengan orang lain sekarang. Lily bangkit dari kursinya dan meminta Romero untuk menari. Tidak mengherankan. Romero tak bisa menolak Lily tentu saja. Tak juga diriku yang tak bisa menolak ketika ayah Luca mengajak ku berdansa. Setelah itu, aku berganti dari satu pria ke pria lain sampai aku lupa nama nama mereka dan wajah mereka. Walaupun mata Luca mengikuti tiap gerakanmu , walaupun ketika dia berdansa dengan wanita dari keluarga kami. Gianna juga, tak bisa melarikan diri dari lantai dansa. Aku menangkap dia berdansa dengan Matteo setidaknya tiga kali dan wajahnya menjadi lebih cemberut tiap menit nya.
"Boleh kah aku?"
Aku kaget dengan suara yang jauh lebih akrab yang mengirimkan sensasi rasa takut ke tubuhku. Dante cavalaro mengambil tempat pria yang berdansa denganku sebelumnya. Dia tinggi, meskipun tak setinggi Luca, dan tak seberotot Luca. "Kau tidak terlihat terkesan dengan perayaan ini"
"Segalanya sempurna" aku berkata dengan otomatis.
"Tapi kau tak memilih pernikahan ini"
Aku ternganga padanya.rambut pirang gelap dan mata biru memberinya tampilan efisiensi yang dingin sementara Luca memancarkan Luca menampilkan kebrutalan yang sengit.n sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Dalam beberapa tahun pantai timur dan Midwest akan gemetar dibawah penilaian mereka. Aku tersentak mulutku tertutup. "Ini suatu kehormatan"
"Dan tugas mu. Kita semua harus melakukan hal hal yang tak kita inginkan. Kadang kadang mungkin tampak seolah olah kita tak memiliki pilihan sama sekali".
"Kau seorang pria. Apa yang kau ketahui tentang tidak memiliki pilihan ? " aku berkata kasar, kemudian kaku, dan aku menunduk. "Maafkan aku. Aku keluar batas ". Aku tak boleh berbicara dengan seseorang yang praktisnya adalah Boss ku seperti itu. Lalu aku teringat aku tidak lagi berada disana. Aku tidak jatuh dalam kekuasaan Chicago outfit lagi . Dengan pernikahan ku, aku menjadi bagian dari mafia New York dan demikian Luca dan aturan ayahnya.
"Kurasa suami mu ingin memiliki mu kembali ke lengannya" kata Dante dengan memiringkan kepalanya, lalu menyerahkan ku kepada Luca. Dua predator berhadapan.
Setelah kami berada di luar jangkauan pendengaran Dante cavalaro , Luca menatap ku. "Apa yang cavalaro inginkan?"
"Ucapan selamat atas pernikahan"
Luca menatapku yang menyatakan dengan jelas dia tak percaya padaku. Ada sedikit ketidakpercayaan di ekspresinya.
Musik berhenti dan Matteo bertepuk tangan, membungkam para tamu. "Waktunya untuk melempar garter!"
Luca dan aku berhenti saat para tamu berkumpul untuk menonton pertunjukan . Beberapa bahkan berdiri di kursi dengan mengangkat anak anak mereka sehingga semua orang bisa menonton dengan jelas. Luca berlutut di depan ku di bawah sorak sorai dari para tamu kami dan mengangkat alisnya. Aku mencengkram gaun ku dan mengangkatnya sampai ke lutut. Luca meluncurkan tangannya di betis ku, lalu ke lutut dan pahaku. Aku terdiam sepenuhnya saat nuansa jari jarinya menyentuh kulit telanjang ku. Aku merinding. Sentuhan ringan dan bukannya tidak nyaman, namun itu membuatku takut.
Mata Luca sangat intens saat mereka mengamati wajahku. Jari jarinya menggesek garter yang ada di paha kananku dan dia mendorong gaun ku untuk dilihat semua orang,mengungkapkan kakiku yang panjang. Aku mencengkram ujung gaun ku dan dia meletakkan tangannya di belakang punggungnya, kemudian dia membungkuk di pahaku, bibirnya mengelus pahaku dari bawah garter. Aku menarik napas dalam dalam, tetap mencoba untuk menjaga wajahku, dalam mode pengantin bahagia. Luca mengayunkan giginya di sekitar tepi garter dan menariknya ke bawah kaki ku dan mendarat di tumpukan tumit ku yang putih tinggi. Aku mengangkat kakiku sehingga Luca bisa mengambil potongan renda itu. Dia berdiri dan menyajikan potongan renda itu ke kerumunan orang yang bertepuk tangan. Satu satunya orang yang tidak tersenyum adalah Gianna.
"Para bujangan" Luca berteriak dengan suaranya yang dalam. "Berkumpul. Mungkin kalian beruntung akan menjadi yang berikutnya".
Bahkan pria yang paling muda pun melangkah maju, Fabiano ada diantara mereka. Dia cemberut. Ibu tampaknya memaksa dia untuk berpartisipasi. Aku mengedipkan ke arahnya dan dia menjulurkan lidahnya. Aku tak bisa menahan tawa, gestur pantas yang pertam kalinya aku lakukan selama perayaan pernikahan ini.
Mata Luca mengarah padaku, ekspresi yang aneh di wajahnya. Aku dengan cepat mengalihkan pandanganku. Luca mengangkat lengannya, garter di genggamannya sebelum dia melemparkannya ke kerumunan para lelaki yang sudah menunggu.
Matteo menyambarnya dari udara dengan lompatan yang mengesankan " adakah wanita outfit yang bersedia di luaran sana yang ingin melanjutkan ikatan antara keluarga kiat ?" Ucapnya menggelegar, Menaik turunkan alisnya.
Sorak dan tawa terdengar dari wanita yang telah menikah dan juga yang belum menikah. Tentu saja Lily berada diantara mereka, melompat lipat dengan senyum cerah. Semuanya adalah permainan untuknya. Aku tak ingin mata Matteo melihat dia, aku bahkan tak ingin namanya dalam pikiran Matteo, saat dia memikirkan pernikahan. Seperti tradisi dia harus mengajak wanita yang belum menikah untuk berdansa dengannya.
Luca melangkah mendekati ku, lengannya menyelinap di punggungku dengan posesif. Aku tersentak dengan kontak fisik yang tak terduga dan tubuh Luca menjadi kaku.
Matteo mengulurkan tangan ke arah Lily yang tampak dekat dan meledak dengan kegembiraan karena terpilih. Dadaku sesak. Aku Tau ini adalah lelucon sekarang. Tidak ada yang akan menganggap serius gadis berusia empat belas tahun.
Saat aku dan Luca berdansa di lantai dansa, aku terus mengawasi Lily dan Matteo. Tangannya tinggi di punggungnya, ekspresinya menggoda. Dia terlihat seperti orang yang telah menetapkan matanya pada calon istrinya.
" jika adikku menikah dengan adikmu, kau akan memiliki keluarga di New York". Kata Luca.
"Aku tak akan membiarkan dia memiliki Lily" kata-kata itu sengit. Mengapa aku bisa begitu gigih ketika berusaha melindungi adikku, tapi tidak ketika itu tentang diriku?
" bukan Lily yang dia inginkan"
Mataku beralih ke Gianna yang berdiri dengan lengan terlipat di depan dadanya, mata seperti elang saat dia mengamati kami, ayah tak akan menyerahkan anak perempuannya yang lain ke New York. Jika dia ingin memperkuat posisinya di Chicago outfit, dia butuh untuk memperjelas dia mempunyai cukup banyak keluarga di sekitar nya. Saat dansa waltz telah berakhir, alunan musik yang yang lebih cepat dimulai dan lantai dansa sekali lagi dipenuhi oleh para tamu.
Luca memulai dansa dengan ibuku dan aku memanfaatkan momen ini untuk menyingkir sejenak. Aku butuh beberapa saat sendiri atau aku akan meledak. Aku mengangkat gaun ku ddari tanah, dan bergegas ke sudut taman Dimana rumput bertemu dengan teluk sebelum aku melangkah ke bawah beberapa langkah yang mengarah ke dermaga dimana yacht sedang bersandar dan menunggu. Di kananku pantai memanjang. Lautan begitu hitam dibawah langit malam dan hembusan angin mengenai gaun ku dan merusak sedikit gelunganku. Aku melepaskan high heels ku dan melompat ke Dermaga , kakiku menghantam pasir yang dingin. Memejamkan mataku, aku mendengarkan suara ombak. Perahu kayu berderak dan aku menegang sebelum menoleh ke elang bAhuku dan mendapati Gianna. Dia melepaskan sepatunya dan bergabung dengan ku di pantai, mengalungkan lengannya di tubuhku.
" besok kau akan pergi ke New York dan aku kembali ke Chicago" dia berbisik.
Aku menelan dengan susah payah, "aku takut"
" tentang malam ini?"
"Ya". Aku mengakui. " malam ini dan malam malam lain . Takut berada sendirian dengan Luca. Di kota yang tak ku kenal, bergabung dengan orang orang yang hanya sedikit ku kenal, orang yang mungkin adalah musuh ku. Mengenal Luca dan mendapati dia adalah monster yang selama ini aku pikirkan. Tentang hidup tanpa kau, Lily dan Fabiano".
" kami akan sering mengunjungi mu saat ayah mengizinkan. Dan tentang malam ini" suara Gianna berubah menjadi berat. " dia tidak bisa memaksamu".
Aku tertawa tersedak. Kadang kadang aku lupa bahwa Gianna lebih muda dariku. Ini adalah saat saat yang mengingatkanku. " dia bisa. Dan dia akan"
" kemudian kau akan melawannya dengan segala yang kau punya".
"Gianna " kataku berbisik. " Luca akan menjadi Capo dei Capi. Dia terlahir sebagai pejuang. Dia akan menertawakanku jika aku berusaha menolak. Atau penolakanku akan membuat dia marah dan kemudian dia akan benar benar menyakitiku". Aku berhenti ". Bibiana bilang aku harus memberinya yang dia inginkan, bahwa kau harus membuatnya menjadi baik denganku, mencoba untuk membuat dia mencintaiku"
" bibiana tolol, apa yang dia Tau?" Gianna menatapku. ". Lihatlah dia, cara dia bergelayut di depan si tumpukan lemak yang bodoh. Bagaimana dia membiarkan si jari sosis menyentuhnya. Aku lebih baik mati dari pada berbohong dibawah lelaki seperti itu"
"Apakah kau rasa aku bisa membuat Luca mencintaiku?"
Gianna menggeleng. " mungkin kau bisa membuat dia menghormati mu. Aku tak berpikir bahwa orang seperti dia mempunyai hati yang bisa mencintai"
" bahkan bajingan yang paling dingin pun memiliki hati"
" well, berarti hatinya sehitam aspal.Jangan buang waktu mu dengan cinta, Aria. Kau tak akan menemukannya di dunia kita"
Dia benar tentu saja, tapi aku tak bisa berhenti berharap.
"Berjanji lah kau akan kuat. Berjanji lah kau tak akan membiarkan dia memperlakukanku seperti pelacur. Kau adalah istrinya"
"apakah ada perbedaannya?"
" yeah, setidaknya pelacur tidur dengan banyak pria lain dan tak perlu hidup di sangkar emas. Mereka akan lebih baik"
Aku mendengus. " kau sudah tak tertolong lagi"
Gianna mengangkat bahu. " hal itu membuatmu tersenyum". Dia berbalik dan ekspresinya Menggelap. " Luca mengirim anjing peliharaannya. Mungkin dia khawatir kau lari".
Aku mengikuti pandangannya dan menemukan Romero berdiri di puncak bukit kecil yang menghadap ke teluk dan dermaga.
" kita harusnya mengambil yacht ini dan melarikan diri".
" dimana aku bisa berlari? Dia mengikutiku ke ujung dunia". Aku melirik arloji emas elegan di pergelangan tanganku. Aku tak Tau Luca, tapi aku Tau orang orang dari kaumnya. Mereka posesif. Setelah kau menjadi milik mereka, kau tak akan bisa lari. " kita harus kembali, kue pengantin akan di sajikan segera".
Kami memakai sepatu kami kembali dan berjalan ke arah suara. Aku mengabaikan Romero tapi Gianna merengut padanya. " apakah Luca memerlukan kau untuk segalanya? Atau bisakah setidaknya dia kencing sendiri?"
" Luca adalah pengantin pria dan perlu hadir untuk para tamu". Kata Romero sederhana, tapi tentu saja itu adalah teguran untuk ku.
Mata Luca menetap ada ku saat aku kembali ke pesta. Banyak tamu yang sudah mabuk, dan beberapa sudah pundah ke kolam , dan memilih berenang dengan pakaian lengkap, Luca mengulurkan tangan dan aku menjembatani jarak diantara kami. " dari mana kamu?"
" aku hanya perlu waktu untuk diriku sendiri"
Tidak ada waktu untuk berdiskusi lebih lanjut saat juru masak meletakkan kue pengantin kami di tengah. Kue nya berwarna putih, memiliki enam tingkatan, dan dihiasi dengan bunga bunga Persik. Luca dan aku memotong dibawah Alunan tepuk tangan, diikuti oleh ' bacio'bacio'. Dan menempatkan potongan pertama di piring kami. Luca mengambil garpu dan memberiku makan sedikit sebagai tanda dia akan menafkahi ku dan kemudian aku menyuapi nya sedikit sebagai tanda aku akan merawatnya sebagai istri yang baik.
Malam telah mendekati tengah malam, ketika pertama kali terdengar teriakan yang menyarankan Luca dan aku beristirahat di tempat tidur. "Kau menikahinya, sekarang tiduri dia!" Matteo berteriak, melemparkan lengannya ke atas,dan melonjak lonjakan di kursi. Dia mabuk karena Wina, Whiskey, Grappa dan apapun yang ada di tangannya. Luca, disisi lain, tidak mabuk. Firasat kecil Harapan terpendam ku bahwa dia akan terlalu mabuk untuk mewujudkan pernikahan kami menguap. Luca menyeringai sebagai jawaban, begitu predator, begitu kelaparan , penuh keinginan, membuat jantungku berdebar di dadaku. Segera hampir seluruh lelaki dan wanita bergabung dalam paduan suara itu.
Luca bangkit dari kursinya begitu juga aku, meskipun aku ingin berpegang teguh dengan rasa putus asa yang tertinggal, tapi aku tak punya pilihan. Beberapa terlihat pengertian dan kasih sayang dari wanita lain mengarah ke Jalanku, tapi itu hampir sama buruknya dengan mencemooh.
Gianna bangkit dari kursinya tapi ibu memegangi bagian atas lengannya, memegang punggungnya. Salvatore vittielo meneriakkan sesuatu tentang sprei , tapi suara dan warna tampak redup oleh ku, seolah olah Aku terjebak dalam kabut. Pegangan Luca di tanganku sambil membawaku menuju rumah adakah satu satunya yang membuatku tetap bergerak. Tubuh ku tampaknya memiliki autopilot. Sebuah kerumunan besar, terutama laki laki, mengikuti kami, nyanyian mereka "tiduri dia, tiduri dia". Semakin keras saat kami memasuki ruangan dan naik tangga menuju lantai dimana letak kamar tidur utama. Ketakutanku berdenyut di dadaku.
Aku merasakan tembaga dan aku menyadari aku menggigit bagian dalam pipiku dengan keras. Kami akhirnya tiba di pintu ganda kayu gelap kamar utama. Orang orang terus menepuk punggung dan bahu Luca. Tak seorang pun menyentuhku. Aku akan layu jika mereka menyentuhku. Luca membuka pintu dan aku berjalan masuk, senang karena jarak yang memisahkan antara kerumunan dan diriku sendiri. Teriakan berdering di kepalaku dan yang hanya bisa ku lakukan adalah tidak menutup telingaku dengan tangan. " tiduri dia !tiduri dia !"
Luca membanting pintu hingga tertutup. Sekarang kami sendirian untuk malam pengantin kami.
Luca menarik ku ke dadanya untuk waltz dan aku tak punya pilihan lain selain mengistirahatkan pipiku di dadanya. Aku bisa merasakan pistol di bawah rompinya. Bahkan pengantin pria tak bisa datang ke pernikahan tanpa senjatanya. Untuk pertama kalinya aku senang atas kekuatan Luca. Dia tak memiliki kesulitan untuk menjaga ku dan kakiku tetap menginjak tanah selama tarian. Ketika itu berakhir, dia membungkuk. " setelah kita kembali ke meja, kau akan makan. Aku tak ingin kau pingsan selama perayaan kita dan juga lebih sedikit selama malam pernikahan kita".
Aku melakukan apa yang di minta dan dipaksa untuk menggigit beberapa kentang dingin dan daging. Luca dan tatapannya terus mengawasi ku sementara dia berbicara dengan Matteo. Lantai dansa penuh dengan orang lain sekarang. Lily bangkit dari kursinya dan meminta Romero untuk menari. Tidak mengherankan. Romero tak bisa menolak Lily tentu saja. Tak juga diriku yang tak bisa menolak ketika ayah Luca mengajak ku berdansa. Setelah itu, aku berganti dari satu pria ke pria lain sampai aku lupa nama nama mereka dan wajah mereka. Walaupun mata Luca mengikuti tiap gerakanmu , walaupun ketika dia berdansa dengan wanita dari keluarga kami. Gianna juga, tak bisa melarikan diri dari lantai dansa. Aku menangkap dia berdansa dengan Matteo setidaknya tiga kali dan wajahnya menjadi lebih cemberut tiap menit nya.
"Boleh kah aku?"
Aku kaget dengan suara yang jauh lebih akrab yang mengirimkan sensasi rasa takut ke tubuhku. Dante cavalaro mengambil tempat pria yang berdansa denganku sebelumnya. Dia tinggi, meskipun tak setinggi Luca, dan tak seberotot Luca. "Kau tidak terlihat terkesan dengan perayaan ini"
"Segalanya sempurna" aku berkata dengan otomatis.
"Tapi kau tak memilih pernikahan ini"
Aku ternganga padanya.rambut pirang gelap dan mata biru memberinya tampilan efisiensi yang dingin sementara Luca memancarkan Luca menampilkan kebrutalan yang sengit.n sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Dalam beberapa tahun pantai timur dan Midwest akan gemetar dibawah penilaian mereka. Aku tersentak mulutku tertutup. "Ini suatu kehormatan"
"Dan tugas mu. Kita semua harus melakukan hal hal yang tak kita inginkan. Kadang kadang mungkin tampak seolah olah kita tak memiliki pilihan sama sekali".
"Kau seorang pria. Apa yang kau ketahui tentang tidak memiliki pilihan ? " aku berkata kasar, kemudian kaku, dan aku menunduk. "Maafkan aku. Aku keluar batas ". Aku tak boleh berbicara dengan seseorang yang praktisnya adalah Boss ku seperti itu. Lalu aku teringat aku tidak lagi berada disana. Aku tidak jatuh dalam kekuasaan Chicago outfit lagi . Dengan pernikahan ku, aku menjadi bagian dari mafia New York dan demikian Luca dan aturan ayahnya.
"Kurasa suami mu ingin memiliki mu kembali ke lengannya" kata Dante dengan memiringkan kepalanya, lalu menyerahkan ku kepada Luca. Dua predator berhadapan.
Setelah kami berada di luar jangkauan pendengaran Dante cavalaro , Luca menatap ku. "Apa yang cavalaro inginkan?"
"Ucapan selamat atas pernikahan"
Luca menatapku yang menyatakan dengan jelas dia tak percaya padaku. Ada sedikit ketidakpercayaan di ekspresinya.
Musik berhenti dan Matteo bertepuk tangan, membungkam para tamu. "Waktunya untuk melempar garter!"
Luca dan aku berhenti saat para tamu berkumpul untuk menonton pertunjukan . Beberapa bahkan berdiri di kursi dengan mengangkat anak anak mereka sehingga semua orang bisa menonton dengan jelas. Luca berlutut di depan ku di bawah sorak sorai dari para tamu kami dan mengangkat alisnya. Aku mencengkram gaun ku dan mengangkatnya sampai ke lutut. Luca meluncurkan tangannya di betis ku, lalu ke lutut dan pahaku. Aku terdiam sepenuhnya saat nuansa jari jarinya menyentuh kulit telanjang ku. Aku merinding. Sentuhan ringan dan bukannya tidak nyaman, namun itu membuatku takut.
Mata Luca sangat intens saat mereka mengamati wajahku. Jari jarinya menggesek garter yang ada di paha kananku dan dia mendorong gaun ku untuk dilihat semua orang,mengungkapkan kakiku yang panjang. Aku mencengkram ujung gaun ku dan dia meletakkan tangannya di belakang punggungnya, kemudian dia membungkuk di pahaku, bibirnya mengelus pahaku dari bawah garter. Aku menarik napas dalam dalam, tetap mencoba untuk menjaga wajahku, dalam mode pengantin bahagia. Luca mengayunkan giginya di sekitar tepi garter dan menariknya ke bawah kaki ku dan mendarat di tumpukan tumit ku yang putih tinggi. Aku mengangkat kakiku sehingga Luca bisa mengambil potongan renda itu. Dia berdiri dan menyajikan potongan renda itu ke kerumunan orang yang bertepuk tangan. Satu satunya orang yang tidak tersenyum adalah Gianna.
"Para bujangan" Luca berteriak dengan suaranya yang dalam. "Berkumpul. Mungkin kalian beruntung akan menjadi yang berikutnya".
Bahkan pria yang paling muda pun melangkah maju, Fabiano ada diantara mereka. Dia cemberut. Ibu tampaknya memaksa dia untuk berpartisipasi. Aku mengedipkan ke arahnya dan dia menjulurkan lidahnya. Aku tak bisa menahan tawa, gestur pantas yang pertam kalinya aku lakukan selama perayaan pernikahan ini.
Mata Luca mengarah padaku, ekspresi yang aneh di wajahnya. Aku dengan cepat mengalihkan pandanganku. Luca mengangkat lengannya, garter di genggamannya sebelum dia melemparkannya ke kerumunan para lelaki yang sudah menunggu.
Matteo menyambarnya dari udara dengan lompatan yang mengesankan " adakah wanita outfit yang bersedia di luaran sana yang ingin melanjutkan ikatan antara keluarga kiat ?" Ucapnya menggelegar, Menaik turunkan alisnya.
Sorak dan tawa terdengar dari wanita yang telah menikah dan juga yang belum menikah. Tentu saja Lily berada diantara mereka, melompat lipat dengan senyum cerah. Semuanya adalah permainan untuknya. Aku tak ingin mata Matteo melihat dia, aku bahkan tak ingin namanya dalam pikiran Matteo, saat dia memikirkan pernikahan. Seperti tradisi dia harus mengajak wanita yang belum menikah untuk berdansa dengannya.
Luca melangkah mendekati ku, lengannya menyelinap di punggungku dengan posesif. Aku tersentak dengan kontak fisik yang tak terduga dan tubuh Luca menjadi kaku.
Matteo mengulurkan tangan ke arah Lily yang tampak dekat dan meledak dengan kegembiraan karena terpilih. Dadaku sesak. Aku Tau ini adalah lelucon sekarang. Tidak ada yang akan menganggap serius gadis berusia empat belas tahun.
Saat aku dan Luca berdansa di lantai dansa, aku terus mengawasi Lily dan Matteo. Tangannya tinggi di punggungnya, ekspresinya menggoda. Dia terlihat seperti orang yang telah menetapkan matanya pada calon istrinya.
" jika adikku menikah dengan adikmu, kau akan memiliki keluarga di New York". Kata Luca.
"Aku tak akan membiarkan dia memiliki Lily" kata-kata itu sengit. Mengapa aku bisa begitu gigih ketika berusaha melindungi adikku, tapi tidak ketika itu tentang diriku?
" bukan Lily yang dia inginkan"
Mataku beralih ke Gianna yang berdiri dengan lengan terlipat di depan dadanya, mata seperti elang saat dia mengamati kami, ayah tak akan menyerahkan anak perempuannya yang lain ke New York. Jika dia ingin memperkuat posisinya di Chicago outfit, dia butuh untuk memperjelas dia mempunyai cukup banyak keluarga di sekitar nya. Saat dansa waltz telah berakhir, alunan musik yang yang lebih cepat dimulai dan lantai dansa sekali lagi dipenuhi oleh para tamu.
Luca memulai dansa dengan ibuku dan aku memanfaatkan momen ini untuk menyingkir sejenak. Aku butuh beberapa saat sendiri atau aku akan meledak. Aku mengangkat gaun ku ddari tanah, dan bergegas ke sudut taman Dimana rumput bertemu dengan teluk sebelum aku melangkah ke bawah beberapa langkah yang mengarah ke dermaga dimana yacht sedang bersandar dan menunggu. Di kananku pantai memanjang. Lautan begitu hitam dibawah langit malam dan hembusan angin mengenai gaun ku dan merusak sedikit gelunganku. Aku melepaskan high heels ku dan melompat ke Dermaga , kakiku menghantam pasir yang dingin. Memejamkan mataku, aku mendengarkan suara ombak. Perahu kayu berderak dan aku menegang sebelum menoleh ke elang bAhuku dan mendapati Gianna. Dia melepaskan sepatunya dan bergabung dengan ku di pantai, mengalungkan lengannya di tubuhku.
" besok kau akan pergi ke New York dan aku kembali ke Chicago" dia berbisik.
Aku menelan dengan susah payah, "aku takut"
" tentang malam ini?"
"Ya". Aku mengakui. " malam ini dan malam malam lain . Takut berada sendirian dengan Luca. Di kota yang tak ku kenal, bergabung dengan orang orang yang hanya sedikit ku kenal, orang yang mungkin adalah musuh ku. Mengenal Luca dan mendapati dia adalah monster yang selama ini aku pikirkan. Tentang hidup tanpa kau, Lily dan Fabiano".
" kami akan sering mengunjungi mu saat ayah mengizinkan. Dan tentang malam ini" suara Gianna berubah menjadi berat. " dia tidak bisa memaksamu".
Aku tertawa tersedak. Kadang kadang aku lupa bahwa Gianna lebih muda dariku. Ini adalah saat saat yang mengingatkanku. " dia bisa. Dan dia akan"
" kemudian kau akan melawannya dengan segala yang kau punya".
"Gianna " kataku berbisik. " Luca akan menjadi Capo dei Capi. Dia terlahir sebagai pejuang. Dia akan menertawakanku jika aku berusaha menolak. Atau penolakanku akan membuat dia marah dan kemudian dia akan benar benar menyakitiku". Aku berhenti ". Bibiana bilang aku harus memberinya yang dia inginkan, bahwa kau harus membuatnya menjadi baik denganku, mencoba untuk membuat dia mencintaiku"
" bibiana tolol, apa yang dia Tau?" Gianna menatapku. ". Lihatlah dia, cara dia bergelayut di depan si tumpukan lemak yang bodoh. Bagaimana dia membiarkan si jari sosis menyentuhnya. Aku lebih baik mati dari pada berbohong dibawah lelaki seperti itu"
"Apakah kau rasa aku bisa membuat Luca mencintaiku?"
Gianna menggeleng. " mungkin kau bisa membuat dia menghormati mu. Aku tak berpikir bahwa orang seperti dia mempunyai hati yang bisa mencintai"
" bahkan bajingan yang paling dingin pun memiliki hati"
" well, berarti hatinya sehitam aspal.Jangan buang waktu mu dengan cinta, Aria. Kau tak akan menemukannya di dunia kita"
Dia benar tentu saja, tapi aku tak bisa berhenti berharap.
"Berjanji lah kau akan kuat. Berjanji lah kau tak akan membiarkan dia memperlakukanku seperti pelacur. Kau adalah istrinya"
"apakah ada perbedaannya?"
" yeah, setidaknya pelacur tidur dengan banyak pria lain dan tak perlu hidup di sangkar emas. Mereka akan lebih baik"
Aku mendengus. " kau sudah tak tertolong lagi"
Gianna mengangkat bahu. " hal itu membuatmu tersenyum". Dia berbalik dan ekspresinya Menggelap. " Luca mengirim anjing peliharaannya. Mungkin dia khawatir kau lari".
Aku mengikuti pandangannya dan menemukan Romero berdiri di puncak bukit kecil yang menghadap ke teluk dan dermaga.
" kita harusnya mengambil yacht ini dan melarikan diri".
" dimana aku bisa berlari? Dia mengikutiku ke ujung dunia". Aku melirik arloji emas elegan di pergelangan tanganku. Aku tak Tau Luca, tapi aku Tau orang orang dari kaumnya. Mereka posesif. Setelah kau menjadi milik mereka, kau tak akan bisa lari. " kita harus kembali, kue pengantin akan di sajikan segera".
Kami memakai sepatu kami kembali dan berjalan ke arah suara. Aku mengabaikan Romero tapi Gianna merengut padanya. " apakah Luca memerlukan kau untuk segalanya? Atau bisakah setidaknya dia kencing sendiri?"
" Luca adalah pengantin pria dan perlu hadir untuk para tamu". Kata Romero sederhana, tapi tentu saja itu adalah teguran untuk ku.
Mata Luca menetap ada ku saat aku kembali ke pesta. Banyak tamu yang sudah mabuk, dan beberapa sudah pundah ke kolam , dan memilih berenang dengan pakaian lengkap, Luca mengulurkan tangan dan aku menjembatani jarak diantara kami. " dari mana kamu?"
" aku hanya perlu waktu untuk diriku sendiri"
Tidak ada waktu untuk berdiskusi lebih lanjut saat juru masak meletakkan kue pengantin kami di tengah. Kue nya berwarna putih, memiliki enam tingkatan, dan dihiasi dengan bunga bunga Persik. Luca dan aku memotong dibawah Alunan tepuk tangan, diikuti oleh ' bacio'bacio'. Dan menempatkan potongan pertama di piring kami. Luca mengambil garpu dan memberiku makan sedikit sebagai tanda dia akan menafkahi ku dan kemudian aku menyuapi nya sedikit sebagai tanda aku akan merawatnya sebagai istri yang baik.
Malam telah mendekati tengah malam, ketika pertama kali terdengar teriakan yang menyarankan Luca dan aku beristirahat di tempat tidur. "Kau menikahinya, sekarang tiduri dia!" Matteo berteriak, melemparkan lengannya ke atas,dan melonjak lonjakan di kursi. Dia mabuk karena Wina, Whiskey, Grappa dan apapun yang ada di tangannya. Luca, disisi lain, tidak mabuk. Firasat kecil Harapan terpendam ku bahwa dia akan terlalu mabuk untuk mewujudkan pernikahan kami menguap. Luca menyeringai sebagai jawaban, begitu predator, begitu kelaparan , penuh keinginan, membuat jantungku berdebar di dadaku. Segera hampir seluruh lelaki dan wanita bergabung dalam paduan suara itu.
Luca bangkit dari kursinya begitu juga aku, meskipun aku ingin berpegang teguh dengan rasa putus asa yang tertinggal, tapi aku tak punya pilihan. Beberapa terlihat pengertian dan kasih sayang dari wanita lain mengarah ke Jalanku, tapi itu hampir sama buruknya dengan mencemooh.
Gianna bangkit dari kursinya tapi ibu memegangi bagian atas lengannya, memegang punggungnya. Salvatore vittielo meneriakkan sesuatu tentang sprei , tapi suara dan warna tampak redup oleh ku, seolah olah Aku terjebak dalam kabut. Pegangan Luca di tanganku sambil membawaku menuju rumah adakah satu satunya yang membuatku tetap bergerak. Tubuh ku tampaknya memiliki autopilot. Sebuah kerumunan besar, terutama laki laki, mengikuti kami, nyanyian mereka "tiduri dia, tiduri dia". Semakin keras saat kami memasuki ruangan dan naik tangga menuju lantai dimana letak kamar tidur utama. Ketakutanku berdenyut di dadaku.
Aku merasakan tembaga dan aku menyadari aku menggigit bagian dalam pipiku dengan keras. Kami akhirnya tiba di pintu ganda kayu gelap kamar utama. Orang orang terus menepuk punggung dan bahu Luca. Tak seorang pun menyentuhku. Aku akan layu jika mereka menyentuhku. Luca membuka pintu dan aku berjalan masuk, senang karena jarak yang memisahkan antara kerumunan dan diriku sendiri. Teriakan berdering di kepalaku dan yang hanya bisa ku lakukan adalah tidak menutup telingaku dengan tangan. " tiduri dia !tiduri dia !"
Luca membanting pintu hingga tertutup. Sekarang kami sendirian untuk malam pengantin kami.
Chapter lima ; bound By honor
Pada siang hari sebelum hari pernikahan , keluargaku pindah dari Mandarin oriental dan menuju ke vittielo Mansion di Hamptons. Mansionnya adalah sebuah gedung sangat besar yang terinspirasi dari italian palazzo. Yang dikelilingi oleh taman seluas tiga ekar. Perjalanan begitu jauh dan berangin, dan melewati empat garasi dobel dan dua ruang tamu sampai itu berakhir di depan Mansion dengan bagian depan putih dan atap merah . Patung Keramik putih berdiri di dasar dari tangga dobel yang mengarah ke pintu depan.
Didalam, langit langit berornamen, keramik putih kotak kotak dan lantai, dan pemandangan teluk serta kolam renang panjang di jendela , menyesakkan napasku. Ayah dan ibu tiri Luca memimpin kami menuju lantai dua sayap kiri dimana kamar tidur kami berada.
Gianna dan aku bersikeras untuk berbagi kamar. Aku tak peduli jika itu membuat kami terlihat tidak dewasa. Aku butuh dia di sisiku. Dari jendela kami dapat melihat bagaimana para pekerja mulai menyiapkan paviliun besar yang berfungsi sebagai gereja besok. Di luar itu laut bergejolak. Luca tak akan tiba sampai hari berikutnya sehingga kami tak akan berpapasan secara tidak sengaja sebelum pernikahan, yang akan merupakan nasib buruk. Aku sejujurnya tak Tau bagaimana aku bisa mendapat nasib buruk lebih lagi dari yang sudah aku miliki.
***
" hari ini adalah harinya" ibu berkata dengan sorakan palsu.
Aku menyeret diriku keluar dari tempat tidur. Gianna menarik selimut ke atas kepalanya, menggerutu tentang bahwa hal itu masih terlalu dini.
Ibu mendesah. " aku tak percaya kalian berbagi kamar seperti anak usia Lima tahun"
" seseorang harus memastikan Luca tidak menyelinap masuk" kata Gianna dari bawah selimut.
" Umberto berpatroli di koridor"
" seakan -akan dia akan melindungi Aria dari Luca " gumam Gianna, akhirnya duduk. Rambut merahnya berantakan.
Ibu mengerutkan bibirnya. "Kakakmu tak membutuhkan perlindungan dari suaminya"
Gianna mendengus, tapi ibu mengabaikannya, dan mengantarku ke kamar mandi. " kita harus membuatmu siap. Perias akan berada di sini setiap saat. Mandilah cepat"
Saat air hangat membasuh tubuhku, kenyataan telah di atur. Ini adalah hari yang sudah aku takutkan begitu lama. Malam ini aku akan menjadi Aria vittielo, istri Capo dei Capi masa depan, dan mantan perawan. Aku bersandar di kabin mandi. Aku berharap seperti pengantin lainnya. Aku berharap aku bisa menikmati hari ini. Aku berharap tidak memikirkan malam pernikahan ku dengan penuh keraguan, tapi aku belajar amat lama bahwa berharap tidak akan mengubah apapun.
Ketika aku melangkah keluar dari kamar mandi, aku merasa dingin. Bahkan bulu kuduk ku tak berhenti menggigil. Seseorang mengetuk dan Gianna masuk dengan cangkir dan mangkuk di tangannya. " kopi dan salad buah. Tampaknya kau tak diizinkan untuk sebuah pancake karena bisa menyebabkan kembung. Omong kosong macam apa itu".
Aku mengambil kopi tapi menggeleng untuk makanan."aku tidak lapar"
" kau tak bisa menjalani sepanjang hari tanpa makan atau akan pingsan ketika kau menyusuri
lorong". Dia berhenti. " padahal, aku sepakat dengan pemikiran kedua, aku ingin melihat wajah
Luca ketika kau melakukan itu".
Aku meneguk kopi lalu mengambil mangkuk dari Gianna dan makan beberapa potong pisang. Aku benar benar tak ingin pingsan.ayah akan marah, Luca juga mungkin tak akan senang dengan hal itu.
" Para perias telah tiba dengan rombongannya. Kau bisa mengira mereka butuh merias sebuah pasukan istri ikan"
Aku tersenyum lemah. "Ayo jangan biarkan mereka menunggu lama"
Tatapan khawatir Gianna mengikutiku saat aku berjalan menuju kamar tidur. Dimana Lily serta ibuku sudah menunggu dengan tiga orang perias. Mereka memulai pekerjaan mereka sekaligus, mewaxing kaki serta ketiak kami. Ketika Aku berpikir bahwa penyiksaan telah berakhir , si perias bertanya. " zona bikini? Apakah kau Tau apa yang suami mu lebih sukai?"
Pipiku meledak panas. Ibuku sebenarnya memperhatikan jawabanku. Hanya jika aku Tau satu hal saja tentang Luca dan kesukaannya, khususnya mengenai rambut di tubuhku.
" mungkin kita bisa menelepon salah satu pelacur-pelacurnya". Gianna menyarankan.
Ibu tersentak. "Gianna!"
Lily tampak tak mengerti tentang keseluruhan situasi ini. Dia mungkin telah menjadi ratu penggoda, tapi bukan tentang ini semua.
" aku akan menghapus semuanya kecuali untuk bagian segitiga kecil, oke?"kata perias itu dengan suAra lembut dan aku mengangguk, memberi senyum bersyukur. Butuh satu jam untuk membuat kami siap. Ketika make up sudah selesai dan rambutku di jepit dengan jepitan rumit yang nantinya
akan memegang kerudung dan mahkota berlian, bibi ku Livia dan Ornatella datang membawa gaun pengantin serta gaun pengiring pengantin untuk Lily dan Gianna. Hanya tinggal satu jam lagi sampai upacara pernikahan.
Aku menatap bayanganku di cermin. Gaunnya begitu indah, kereta kapel berjajar di belakangku, dan bordir platinum bersinar di manapun sinar matahari mengenai , dan sabuk kerajaan di ikatan dengan pita satin putih.
" aku suka garis leher berbentuk hati. Ini memberimu belahan dada yang menakjubkan". Seru bibi Livia. Dia adalah ibu Valentina.
"Luca pasti akan menghargai itu". Kata bibi Ornatella.
Sesuatu di wajahku membuat ibuku menyadari bahwa aku hampir mengalami gangguan saraf , jadi dia mengantar bibi bibiku keluar. " biarkan tiga gadis ini menghabiskan waktu"
Gianna melangkah ke sampingku. Rambut merahnya kontras dengan gaun mint. Dia membuka kotak berisi kalung. Berlian dan mutiara mengelilingi benang emas putih yang rumit. "Luca tidak menghabiskan terlalu banyak biaya , bukan? Kalung serta Mahkotamu kemungkinan melebihi biaya yang sebagian orang bayarkan untuk membeli rumah mereka"
Percakapan dan tawa para tamu yang berkumpul di bawah naik dari kebun melalui jendela terbuka ke dalam ruangan. Sesekali suara bising yang terdengar.
" suara apa itu?" Tanyaku, mencoba untuk mengalihkan diri. Gianna berjalan ke jendela dan mengintip keluar. " seorang pria mengambil senjata mereka, dan menempatkannya di kotak kotak plastik".
"Berapa banyak?"
Gianna mengangkat alisnya.
" berapa banyak senjata yang lelaki itu ambil?"
"Satu". Dia mengerutkan kening, kemudian sadar, dan aku mengangguk muram. " hanya orang bodoh yang meninggalkan rumah dengan kurang dari dua senjata"
"Kemudian mengapa di pertunjukan?"
"Itu simbolik" kataku. Seperti pernikahan menakutkan ini.
"Tapi jika mereka semua ingin kedamaian, mengapa tidak datang tanpa bersenjata ? Lagian ini adalah pesta pernikahan"
"Ada pernikahan berdarah sebelumnya. Aku melihat gambar pernikahan dimana kau tak bisa mengatakan warna gaun pengantin itu lagi. Itu terendam dalam darah"
Lily bergidik. " itu takkan terjadi hari ini , kan?
Apapun itu mungkin. "Tidak, Chicago dan New York terlalu sangat membutuhkan. Mereka tak bisa mengambil risiko menumpahkan darah antara satu sama lain selama Bravta dan Taiwan menjadi ancaman".
Gianna mendengus. "Oh bagus, itu menghibur".
"Hal ini"kataku tegas. " setidaknya kita Tau tidak ada yang datang untuk menyakiti kita hari ini". Perutku diplintir menjadi simpul. Terkecuali bagiku, mungkin, mungkin.
Gianna memelukmu dari belakang dan mengistirahatkan dagunya di bAhuku yang telanjang " kita masih tetap bisa lari. Kita bisa mengeluarkan mu dengan gaun mu dan kabur. Mereka semua sibuk. Tak akan ada seorangpun yang sadar"
Lily menganggukkan kepalanya penuh semangat dan bangkit dari tempatnya duduk di tempat tidur.
Luca akan sadar. Aku memaksakan senyum berani. "Tidak. Ini sudah telat"
"Belum" Gianna mendesis. "Jangan menyerah"
"Akan ada darah di tanganku jika aku menghancurkan perjanjian ini. Dia akan saling bunuh sebagai gantinya"
"Mereka semua memiliki darah di tangan mereka. Setiap orang orang sialan di taman itu"
"Jangan mengumpat"
" sungguh? Seorang lady tidak mengumpat". Gianna menirukan suara ayahku. ". Dari mana kau dapatkan perilaku seperti wanita kecil penurut itu?"
Aku membuang muka. Dia benar. Dan itu telah membawaku kedalam pelukan orang paling mematikan di negara ini.
" maafkan aku". Bisik Gianna "aku tak bermaksud seperti itu".
Aku mengaitkan jari jari kami. "Aku Tau . Dan kau benar. Sebagian besar orang di taman memiliki darah di tangan mereka dan layak mati, tetapi mereka adalah keluarga kita, satu satunya yang kita punya. Dan orang yang tak bersalah seperti Fabiano".
"Fabiano akan memiliki darah di tangannya segera", kata Gianna pahit. " dia akan menjadi seorang pembunuh".
Aku tak menyangkal itu. Fabiano akan memulai proses inisiasi pada usia dua puluh tahun. Dan jika apa yang Umberto katakan itu benar, Luca telah membunuh manusia pertamanya pada usia sebelas. " tapi dia tak bersalah sekarang, dan ada anak anak di luar sana, dan juga wanita".
Gianna menatapku dengan tatapan tajam di cermin. "Apakah kau benar -benar percaya bahwa salah satu dari kami tidak bersalah?"
Dilahirkan di dunia ini, berarti dilahirkan dengan darah di tanganmu. Dengan setiap napas yang kita ambil, dosa terukir lebih dalam ke kulit kita. Lahir dalam darah. Dan di lantik dengan darah seperti moto dari New York Cosa Nostra. "Tidak"
Gianna tersenyum muram. Lily berjalan ke tempat tidur dan mengambil kerudung ku yang melekat di mahkota. Aku menunduk sehingga dia bisa memasangkannya diatas kepalaku. Dia merapikannya dengan lembut.
" aku berharap kau menikah karena cinta. Aku berharap kita bisa tertawa tentang malam pernikahan mu. Dan aku berharap kau tidak terlalu terlihat sedih " kata Gianna sengit.
Keheningan di antara kami membentang. Lily akhirnya mengangguk ke arah tempat tidur. " apakah ini adalah tempat kau akan tidur malam ini?"
Tenggorokannya mengetat. " tidak, Luca dan aku akan menghabiskan malam di kamar tidur utama". Aku tak berpikir aku bisa menghabiskan banyak waktu untuk tidur , jika ada tidur.
Ketukan terdengar dan aku menegakkan bAhuku, dan meluruskan wajahku. Valentina danBibiana masuk.
"Wow, Aria kau sangat cantik. Rambutmu terlihat seperti sendok emas" kata Valentina. Dia sudah mengenakan gaun pengiring pengantin dan warna mint tampak cantik dengan rambut hitamnya. Secara teknis hanya perempuan yang belum menikah yang diizinkan jadi pengiring pengantin tetapi paman bersikeras kita membuat pengecualian untuk Valentina. Paman benar benar tertarik untuk mencarikan suami yang baru untuknya. Bibiana mengenakan gaun merah marun yang panjangnya hingga ke lantai serta lengan panjang, meskipun musim panas. Itu mungkin untuk menyembunyikan bagaimana kurusnya dia.
Aku memaksakan senyum. Ibu meraih lengan Lily " ayo Liliana, sepupu mu butuh bicara dengan kakak mu" dia membimbing Lily keluar dari ruangan, kemudian melihat Gianna yang menyilangkan kaki di sofa "Gianna?"
Gianna mengabaikan. "Aku tinggal. Aku tak akan meninggalkan Aria sendiri".
Ibu Tau lebih baik tidak berdebat dengan adikku ketika dia sedang marah jadi dia menutup pintu.
" apa yang seharusnya kau bicarakan padaku?"
"Malam pernikahan mu". Kata Valentina dengan senyum minta maaf. Bibiana menampakkan wajah, yang mengingatkan ku akan betapa mudanya dia. Baru dua puluh satu. Dia semakin kurus. Aku tak percaya mereka mengirimkan mereka berdua untuk mberbicara padaku tentang malam pernikahan. Wajah bibiana menampakkan ketidakbahagiaannya. Sejak pernikahannya dengan seseorang yang berusia tiga puluh tahun diatas usianya, dia telah memudar. Apakah itu berarti untuk menenangkan Ketakutanku? Dan Valentina telah kehilangan suaminya enam bulan lalu, dalam sebuah perkelahian dengan Rusia. Bagaimana merek bisa mengharapkan dia berbicara tentang pernikahan bahagia?
Aku merapikan bau ku dengan gugup.
Gianna mengangkat kepalanya. " siapa yang mengirimu ngomong ngomong? Luca?"
"Ibumu". Kata bibiana. " dia ingin untuk memastikan kau Tau apa yang diharapkan darimu"
"Diharapkan dari dia?" Gianna mendesis. " lalu bagaiman dengan yang Aria inginkan?"
" inilah yang sebenarnya ". Bibiana berkata dengan pahit " malam ini Luca akan mengklaim hak nya. Setidaknya dia muda dan tampan"
Sayangnya apa yang dikatakannya benar, tapi pada saat yang sama kecemasan ku sendiri membuatku sulit untuk merasa terhibur. Dia benar. Luca itu tampan. Aku tak menyangkalnya, tapi itu tak mengubah fakta bahwa aku takut menjadi intim dengannya. Dia tidak menyerang ku sebagai pria yang lembut di tempat tidur. Perutku mencelos lagi.
Valentina berdeham. "Luca akan Tau apa yang dia lakukan".
" kau hanya perlu terlentang dan memberikan apa yang dia inginkan". Tambah Bibiana "jangan coba untuk melawan dia ; yang justru akan membuat semuanya lebih buruk"
Kita semua menatapnya dan dia memalingkan muka.
Valentina menyentuh bAhuku. "Kami tak melakukan tugas dengan baik untuk menghiburnya. Maaf. Aku yakin itu semua akan baik baik saja nanti"
Gianna mendengus. " mungkin ibu seharusnya mengundang salah satu wanita yang luca setujui ke pesta pernikahan. Dia bisa memberitahu Padamu apa yang mesti di harapkan"
"Grace disini". Kata Bibiana, kemudian dia berubah memerah dan tergagap. ". Maksudku itu hanya rumor. Aku- "dia melihat ke arah Valentina untuk meminta bantuan.
"Salah satu pacar lama Luca ada disini?" Bisik ku.
Bibiana meringis. " kupikir kau sudah Tau. Dia bukan benar -benar pacarnya, dia hanya mainan. Luca melakukan itu dengan banyak wanita". Dia menyentakkan mulutnya menutup. Aku berjuan untuk tetap tenang, aku tak bisa Membuat orang melihat betapa lemahnya aku. Mengapa juga aku harus peduli jika salah satu pelacur Luca datang ke pesta pernikahan?
"Oke". Kata Gianna bangkit. "Siapa itu Grace dan kenapa dia diundang ke pernikahan ini?"
" Grace parkir adalah putri salah satu Senator New York. Yang di gaji oleh mafia" Valentina menjelaskan. "Mereka harus mengundang keluarganya".
Air mata mengaburkan pandanganku dan Gianna bergegas menghampiriku. "Oh, jangan menangis , Aria. Itu tidak layak. Luca adalah seorang bajingan. Kau Tau itu. Kau tidak boleh membiarkan tindakannya mempengaruhi mu"
Valentina menyodorkan tisu. " kau akan merusak make up mu"
Aku mengerjap beberapa kali sampai aku bisa mengendalikan emosi ku. "Maafkan aku. Aku hanya sedikit emosional"
"Kurasa yang terbaik, kau pergi sekarang" Kata Gianna tajam, bahkan tanpa melihat bibiana dan Valentina. Ada gemerisik dan kemudian pintu dibuka lalu di tutup. Gianna melingkarkan lengannya di tubuhku. " jika dia menyakitimu, aku akan membunuh dia. Aku bersumpah. Aku akan mengambil salah satu senjata sialan itu. Dan melubangi kepalanya"
Aku bersandar padanya. " Luca bertahan dari The Bravta dan The Triad, dan dia salah petarung paling di takuti di New York familia, Gianna. Dia akan membunuhmu duluan"
Gianna mengakar bahunya. " aku akan melakukan itu untuk mu"
Aku menarik diri. " kau masih tetap adikku. Aku harus melindungi mu"
"Kita akan saling melindungi satu sama lain" bisiknya. " ikatan kita lebih kuat daripada sumpah bodoh mereka dan omerta dan sumpah darah mereka"
"Aku tak ingin meninggalkan mu. Aku benci harus pindah ke New York"
Gianna menelan ludah. " aku akan sering mengunjungi mu. Ayah akan senang menyingkirkan ku"
Ada ketukan dan ibuku masuk. " ini waktunya". Dia mengamati wajah kami tapi tidak berkomentar. Gianna melangkah mundur, matanya memerah. Kemudian dia berbalik dan pergi. Mata ibuku mengarah ke Gartner putih lambang kebanggaan ku. " apakah kau perlu bantuan untuk memasangnya?"
Aku menggelengkan kepalaku lalu memasangkannya hingga tepat berada di atas pahaku. Nanti malam Luca akan melepaskannya dengan mulutnya dan melemparkannya ke gerombolan bujangan. Aku merapikan bau ku.
" ayo" Kata ibuku. ". Orang orang sudah menunggu ". Dia menyerahkan buket bunga ku, rangkaian indah mawar putih, mawar mutiara dan mawar merah muda"
Kami berjalan dalam keheningan dalam rumah kosong, heelsku bergema di lantai keramik. Jantungku berdegup keras di dadaku saat kami melangkah di pintu putar kaca menuju ke balkon yang menampakkan halaman belakang dan pantai. Bagian depan kebun telah dihiasi dengan paviliun putih yang sangat besar dimana upacara pernikahan akan di selenggarakan. Tapi di belakang paviliun lusinan meja Meja telah diatur untuk pesta selanjutnya. Suara suara terdengar oleh ku dari dalam paviliun dimana para tamu menunggu kedatangan ku. Aku mengikuti ibuku ke ruangan kecil antara bagian luar dan bagian utama paviliun. Ayahku sudah menunggu dan bangkit ketika kami masuk. Ibu memberinya anggukan singkat sebelum dia masuk kedalam kapel. Senyum ayahku begitu tulus ketika dia menawarkan lengannya. " kauterlihat sangat cantik". Dia berkata dengan pelan. " Luca tak akan menyangka akan apa yang akan menimpanya"
Aku menundukkan kepalaku. " Terimakasih, ayah"
"Jadilah istri yang baik , Aria. Luca adalah pria yang kuat dan saat dia mengambil posisi ayahnya , perkataannya adalah hukum. Buatlah aku bangga , bualan Outfit bangga".
Aku mengangguk, tenggorokan ku terlalu sesak untuk kata kata. Musik mulai bermain ; gesekan kuartet dan piano. Ayahku menurunkan cadar ku. Aku suka dengan lapisan pelindung tambahan ini, tak peduli seberapa tipisnya ini. Mungkin akan menyembunyikan ekspresi ku dari jauh.
Ayahku membawaku ke arah pintu masuk dan memgumamkan perintah. Kain di tarik hingga memisah, mengungkapkan sebuah lorong panjang dan bersatus tamu di kedua sisi itu. Mataku tertuju pada ujung lorong dimana Luca berdiri. Tinggi dan angkuh dalam setelan berwarna arang dan rompi dengan dasi perak serta kemeja putih. Pengiring pria mengenakan rompi dan baju serta celana abu abu yang lebih ringan dan tidak mengenakan jaket dan dasi. Fabiano adalah salah satu dari mereka,dengan tinggi yang lebih pendek dari para pria.
Ayahku menarik ku bersamanya dan kakiku tampaknya membawaku dengan kemauannya sendiri saat tubuhku bergetar karena gugup. Aku berusaha untuk tidak melihat Luca dan alih -alih melihat Gianna dan Liliana dengan ujung mataku. Mereka adalah dua pengiring wanita dan melihat mereka memberiku kekuatan untuk menegakkan kepalaku tinggi Tinggi dan tidak berusaha untuk keluar.
Kelopak mawar putih menutupi Jalanku dan tergencet dibawah kakiku. Sebuah simbolik untuk diriku sendiri, walaupun sebenarnya itu tak dimaksudkan.
Perjalanan ini terasa selamanya dan sekarang berakhir terlalu singkat. Luca mengulurkan tangannya dan telapak tangannya . Ayahku memegang ujung cadar ku dan membukanya, dan dia menyerahkan tanganku ke Luca, yang tampaknya mata abu abunya terbakar dengan emosi yang yang tak bisa ku tentukan. Dapatkah dia merasakan aku gemetar? Aku tak melihat tatapannya.
Pendeta dengan jubah putih menyambut kami, kemudian para tamu, sebelum dia memulai pemberkatan. Aku berusaha untuk tidak pingsan. Genggaman Luca salah satu satunya yang membuatku tetap fokus. Aku harus kuat. Ketika pendeta akhirnya menutup upacara dengan Injil, kakiku hampir tak bisa menahan tubuhku. Dia mengumumkan ritual pernikahan dan para tamu semua bangkit dari kursi mereka.
"Luca dan Aria ". Pendeta mengalamatkan ke kami. " apakah kau datang ke sini dengan bebas dan tanpa syarat, untuk mengikatkan diri satu sama lain dalam ikatan pernikahan? Kau akan menghormati satu sama lain sebagai suami istri untuk sisa hidup mu?"
Berbohong adalah dosa begitu juga membunuh. Ruangan ini bernapaskan dosa. " ya" Luca berkata dengan suaranya yang dalam dan beberapa saat kemudian diikuti dengan kata "ya " dari ku. Datang dengan penegasan.
" karena ini adalah niat kalian untuk masuk dalam pernikahan , gandengkan tangan kanan kalian dan nyatakan persetujuan kalian di depan Tuhan dan gerejanya". Luca menggenggam tanganku . Kulitnya yang panas dan kulitku yang dingin. Kami saling menghadap dan aku tak punya pilihan lain selain menatap nya. Luca berbicara lebih dahulu, " aku, Luca vittielo , mengambil mu, Aria scuderi , menjadi istriku. Aku berjanji bersungguh-sungguh Padamu dalam keadaan baik ataupun buruk, dalam sakit dan juga sehat. Aku akan mencintaimu dan menghormati mu sepanjang hidupku" begitu manisnya kebohongan yang terdengar dari mulutnya.
Aku merapalkan apa yang diharapkan padaku dan pendeta memberkati kami dengan cincin.
Luca mengambil cincin ku dari bantalan merah. Jemari ku bergetar seperti daun ya g tertiup angin saat aku mengangkat tanganku, detak jantungku berdetak cepat seperti kicauan burung kolibri. Tangan Luca dengan kuat dan tegas saat dia meraih tanganku. ". Aria, aku persembahkan cincin ini sebagai tanda cinta dan Kesetiaanku. Dalam nama Bapa, dan anak , serta roh kudus"
Dia menyelipkan cincin ke jariku . Emas putih dengan dua puluh berlian kecil. Apa yang dimaksudkan sebagai tanda cinta dan pengabdian bagi pasangan lain, tapi bagiku itu adalah bukti kepemilikan dia atas diriku. Sebuah pengingat hari hari di dalam sangkar emas yang akan menjebak ku seumur hidup. Sampai kematian memisahkan kita bukanlah janji omong kosong seperti yang begitu banyak pasangan lain ucapkan saat masuk dalam ikatan suci pernikahan. Tak ada jalan keluar dalam ikatan ini bagiku. Aku adalah milik Luca sampai akhir yang pahit. Beberapa kata terakhir dalam sumpah yang para pria ucapkan saat mereka di lantik menjadi mafia, bisa menjadi sumpah pernikahan ku:
Aku masuk dalam keadaan hidup dan akan keluar hanya dengan mati
Tiba giliranku untuk mengucapkan kata -kata dan memasangkan cincin ke jari Luca. Untuk sesaat , aku tak yakin apakah bisa melakukan itu. Getaran tubuhku sangat kuat sehingga Luca harus menstabilkan tanganku dan membantuku. Aku berharap tak ada yang memperhatikan, tapi mata tajam Matteo mengarah ke jariku. Dia dan Luca begitu dekat; mereka mungkin akan menertawakan Ketakutanku dalam waktu yang lama.
Aku seharusnya lari saat aku masih punya kesempatan. Sekarang ratusan wajah dari Chicago dan New York familia menatap balik ke arah ku, pesawat tidak lagi jadi pilihan. Begitu pula perceraian. Kematian adalah satu satunya yang di terima sebagai akhir dari pernikahan di dunia kami. Bahkan jika aku berhasil melarikan diri dari mata waspada Luca dan para kaki tangannya, pelanggaran ku atas kesepakatan kami akan berarti perang. Tak ada yang bisa ayahku katakan untuk mencegah keluarga Luca membalas dendam karena membuat nya kehilangan muka.
Perasaanmu tidaklah penting, tak pernah. Aku tumbuh di dunia dimana tak ada pilihan yang diberikan, khususnya untuk wanita.
Pernikahan ini bukanlah tentang cinta, atau kepercayaan ataupun pilihan. Ini tentang tugas dan kehormatan, tentang melakukan apa yang diharapkan. Ikatan untuk memastikan kedamaian.
Aku bukanlah idiot. Aku Juga Tau ini juga tentang ; uang, dan kekuasaan. Keduanya berkurang sejak ada The Bravta, Triad dan organisasi kejahatan kecil lainnya yang tengah berusaha memperluas wilayah mereka ke wilayah kami. Para italia familia diharapkan untuk meletakkan permusuhan mereka dan berkerja sama untuk mengalahkan musuh musuh mereka. Aku di di kehormatan untuk menikah dengan putra tertua New York familia. Itulah apa yang ayahku dan para saudara laki kakiku coba beritahukan sejak pesta pertunangan ku dengan Luca. Aku Tau itu, dan itu bukan seolah olah aku tak punya waktu untuk mempersiapkan saat yang tepat ini, tapi saat ini ketakutan menyelimuti tubuhku dalam pegangan yang lemah.
" kau boleh mencium mempelai mu ". Kata pendeta.
Aku mengangkat kepalaku. Tiap pasang mata di paviliun meneliti ku, menunggu secercah kelemahan. Ayah akan memarahi ku jika aku memperlihatkan ketakutan, dan Luca familia akan menggunakan itu untuk melawan kami. Tapi aku dibesarkan di dunia dimana topeng sempurna adalah satu satunya perlindungan yang diberikan pada perempuan dan aku tak kesulitan untuk mengubah wajahku menjadi ekspresi tenang. Tak seorang pun akan Tau betapa inginnya aku melarikan diri. Tidak ada kecuali Luca. Aku tak bisa menyembunyikan diri dari dia, tak peduli sekuat apapun aku mencoba. Tubuhku tak akan berhenti gemetar dan genggaman nya di tanganku semakin kuat. Tatapan ku bertemu dengan mata abu abu dingin Luca, aku bisa mengatakan bahwa dia Tau. Seberapa sering dia harus menanamkan rasa takut pada orang lain? Menyadari itu mungkin itu adalah bakat alami kedua nya.
Dia membungkuk untuk menjembatani sepuluh inci dia menjulang tinggi di atasku. Tak ada tanda keraguan, ketakutan atau keraguan di wajahnya. Bibir ku bergetar di bibirnya. Ciuman pertamaku, jika itu memang bisa disebut ciuman. Matanya tampak bosan, saat dia menarik diri. Pesannya jelas ; kau adalah milikku.
Tak terlalu mendekati. Tapi akan begitu saat malam tiba. Aku bergidik dan mata Luca menyipit sebentar sebelum wajahnya berubah menjadi senyum saat kita menghadap ke arah tamu yang bertepuk tangan. Dia bisa mengubah ekspresinya dalam sekejap. Aku harus belajar juga jika aku ingin bertahan dalam pernikahan ini.
Luca dan aku berjalan turun melewati lorong melewati para tamu yang berdiri dan bertepuk tangan, dan meninggalkan paviliun. Di luar, lusinan pelayan menunggu dengan gelas gelas sampanye dan sepiring kecil canape. Ini adalah saat bagi kami menerima doa doa dan ucapan selamat dari tiap tamu kemudian duduk untuk makan malam. Luca mengambil dua buah sampanye dan menyerahkan satu untukku . Lalu dia meraih tanganku lagi seakan akan dia memiliki perhatian yang tak akan dia lepaskan dalam waktu dekat. Dia membungkuk, bibirnya menggesek telingaku dan berbisik" senyum lah, kau pengantin yang bahagia, ingat?"
Aku menegang, dan memaksakan senyum kepada tamu pertama yang berbaris ke paviliun untuk berbicara pada kami.
Kakiku mulai sakit saat kami berhasil melewati setengah dari tamu. Kata kata yang di tujukan pada kami selalu sama. Pujian atas kecantikan ku dan ucapan selamat pada Luca karena memiliki istri secantik aku -seolah olah itu sebuah prestasi- selalu diikuti petunjuk tersembunyi akan malam pernikahan. Aku tak yakin apakah aku masih menampakkan wajah cerah saat melewati mereka. Luca terus melirik ku seakan tetap memastikan aku tetap bersandiwara.
Bibiana dan suaminya yang berikutnya. Dia kecil, penuh lemak, dan botak. Ketika dia mencium tangga ku, aku menahan diri agar tidak bergidik, Setelah kata wajib berupa selamat, bibiana mencengkram lenganku dan menarik tubuhku ke arahnya dan berbisik di telingaku. " buatlah dia baik Padamu . Buatlah dia mencintaimu jika kau bisa. Ini satu satunya cara kau bisa melalui ini semua"
Dia melepaskan ku dan suaminya merangkumkan lengannya di pinggang bibiana, tambang berlemak di pinggul bibiana, kemudian mereka pergi.
"Apa yang dia katakan?" Luca bertanya.
"Bukan apa apa" kataku cepat, bersyukur akan tamu selanjutnya yang mencegah Luca untuk bertanya lebih jauh. Aku mengangguk dan tersenyum, tapi pikiranku Berdesir akan apa yang di katakan bibiana. Aku tak yakin apakah aku bisa membuat Luca melakukan apapun yang tak ingin dia lakukan. Bisakah aku membuatnya menjadi baik padaku ? Bisa kah aku membuat dia ingin mencintaiku ? Apakah dia mampu akan e,LSI seperti itu?
Aku melirik sekilas ke arahnya saat dia berbicara pada salah seorang prajurit New York . Dia tersenyum. Merasa aku memperhatikan dia, dia berbalik dan tatapan kami terkunci. Ada kegelapan dan aura posesif yang membakar di matanya yang membuatku menggigil ketakutan di punggungku. Aku meragukan ada secercah kelembutan ataupun cinta di hatinya yang kelam.
"Selamat Luca" kata suara seorang wanita. Luca dan aku berbalik ke arah suara itu dan sikapnya sedikit berubah.
"Grace" kata Luca dengan anggukan.
Mataku membeku pada wanita itu, walaupun ayahnya senator. Parker mulai berbicara padaku. Dia cantik secara artifisial dengan hidung yang terlalu sempit, bibir penuh, dan belahan dada yang terlihat seperti mainan anak -anak. Dan kurasa itu semua tidak alami. Atau mungkin kecemburuan ku yang sedang berbicara. Aku menghentikan pikiran itu secepat pikiran itu datang.
Dengan tatapan mengarah padaku, dia membungkuk dan mengatakan sesuatu pada Luca. Wajah Luca tetap pasif. Akhirnya , dia menoleh padaku, dan menarik ku kedalam pelukan nya. Aku mencoba memaksakan diriku untuk tidak kaku. " aku harus memperingatkan mu. Luca adalah binatang buas di tempat tidur dan menggantung seperti itu juga. Itu akan terasa menyakitkan ketika dia memasuki mu dan dia tak akan peduli. Dia tak akan peduli Padamu ataupun emosi konyol mu. Dia akan menyetubuhimu seperti binatang. Dia akan menyetubuhimu hingga berdarah darah". Gumamnya, lalu dia melangkah mundur dan diikuti orang tuanya setelahnya.
Aku bisa merasakan warna terkuras dari wajahku. Luca meraih tanganku dan aku tersentak, tapi ia tetap menggenggamnya. Aku menguatkan diri dan mengabaikannya. Aku tak bisa menghadapi dia sekarang, tidak setelah apa yang baru saja wanita itu katakan.aku tak peduli dia di undang karena orang tuanya. Luca seharusnya membuat mereka menjauh.
Aku Tau Luca frustrasi dengan penolakanku untuk menatap nya saat kami berbicara dengan beberapa orang tamu. Saat kami melangkah menuju ke meja yang telah diatur dibawah atap atap karangan bunga yang melekat di balok kayu, dia berkata " kau tak bisa mengabaikan ku selamanya, Aria. Kita sudah menikah sekarang".
Aku mengabaikan itu juga. Aku berpegangan pada ketenangan ku yang dengan putus asa mulai meninggalkan ku dan aku bisa merasakan itu menggelincirkan di jari jariku seperti pasir. Aku tak bisa, aku tak bisa mengeluarkan air mata di pernikahan ku sendiri, khususnya ketika semua orang akan menganggap itu sebagai air mata kebahagiaan.
Sebelum kami duduk di kursi kami, paduan suara 'bacio''bacio' pecah diantara para tamu kami. Aku sudah lupa tentang tradisi itu. Setiap para tamu meneriakkan kata kata itu kami harus berciuman sampai puas. Luca menarik ku ke dadanya yang sekeras batu dan mengecup bibiku lagi. Aku mencoba untuk tidak sekali boneka porselen, tak berhasil. Luca melepaskan ku dan akhirnya kami di izinkan duduk.
Gianna mengambil tempat duduk di sampingku, kemudian membungkuk untuk berbisik di telingaku " aku senang dia tidak memasukkan lidahnya ke tenggorokan mu. Kurasa aku bisa muntah melihat itu ". Aku senang juga. Aku sudah cukup tegang karena itu. Jika Luca berusaha memperdalam ciuman ya di depan para tamu , aku mungkin bisa memuntahkan semuanya.
Matteo duduk di samping Luca dan mengatakan sesuatu padanya yang membuat mereka berdua tertawa. Aku bahkan tak ingin Tau jenis lelucon cabul yang mereka bagi. Sisa kursi di meja kami milik orang tua ku, Fabiano, dan Lily, ayah Luca, ibu tirinya, serta Fiore cavalaro dan istri serta anak mereka Dante. Aku Tau aku seharusnya kelaparan. Satu satunya makanan yang aku makan sepanjang haria adalah sepotong pisang di pagi hari, tapi perutku tampak puas dengan Ketakutanku.
Matteo bangkit dari kursinya setelah semua orang duduk dan mendentingkan pisau di gelas sampanye untuk membungkam orang banyak. Dengan anggukan ke arah Luca dan aku, dia memulai pidatonya. " ladies and gentleman , teman lama dan teman baru, kita datang ke sini hari ini untuk merayakan pernikahan Kakakku Luca dan istrinya yang cantik Aria...."
Gianna meraih tanganku di bawah meja. Aku benci melihat perhatian semua orang ke arahku, tapi aku mengumpulkan senyum cerah. Matteo segera membuat lelucon tidak pantas yang membuat hampir semua orang menderu dan bahkan Luca bersandar di kursinya dengan seringai, yang tampaknya sejenis senyum yang yang menjadi satu satunya yang dia biarkan sepanjang waktu. Setelah Matteo, giliran ayahku; dia memuji kolaborasi besar massa New York dan Chicago outfit, membuat ini semua seperti penggabungan usaha dan bukan pesta pernikahan. Dan tentu saja dia menggabungkan dengan beberapa petunjuk bahwa seorang istri harus selalu taat dan menyenangkan suami.
Gianna mencengkram tanganku dengan begitu erat saat itu yang membuatku khawatir tanganku akan putus. Yang terakhir,adalah ayah Luca yang bersulang untuk kami. Salvatore vittielo tidak terlalu mengesankan. Tapi tiap kali matanya mengarah padaku , dia membuatku menggigil. Satu satunya hal baik dengan mendengarkan pidato ini adalah, tak ada orang yang mengucapkan 'bacio' bacio' dan perhatian Luca di fokuskan ke tempat lain. Penangguhan hukuman yang berumur pendek.
Para pelayan mulai memenuhi meja dengan antipasto; segala sesuatu dengan veal carpacio; vittielo tonnato, mozarella di buffala, dan dan parma HAM, berbagai salad keju Italia, salad gurita, cumi cumi berbumbu, serta salad hijau dan ciabiatta. Gianna meraih sepotong roti dan merobeknya, kemudian berkata " aku ingin mengatakan pidato sebagai pengiring pengantin, tapi ayah melarangnya. Dia tampak khawatir aku akan mengatakan sesuatu untuk mempermalukan keluarga kita"
Luca dan Matteo melirik kami. Gianna tak terganggu dan tidak mengecilkan suaranya dan tetap mengabaikan tatapan tajam ayah yang menyilaukan. Aku menarik naik lengannya. Aku tak ingin dia mendapat masalah. Dengan gusar dia mengisi. Piring nya dengan antipasto dan memakannya. Piring itu masih kosong. Seorang pelayan mengisi gelas dengan anggur putih dan aku menyesap seteguk. Aku sudah meminum segelas sampanye; yang dikombinasikan dengan fakta bahwa Aki belum makan banyak sepanjang hari membuatku sedikit berkabut.
Luca meletakkan tangannya di tanganku, mencegahku menyesap seteguk lagi. " kau harus makan". Jika aku tak merasakan mata semua orang di meja ku, aku akan mengabaikan peringatannya dan tetap dengan anggur ku. Aku meraih sepotong roti , menggigitnya, dan kemudian menempatkan sisanya di piring. Bibir Luca menegang tapi dia tak mencoba untuk membujuk ku untuk makan lebih banyak, bahkan ketika sup disajikan, aku tetap membiarkan tak tersentuh. Mereka menyajikan domba panggang sbagai sajian utama. Melihat seluruh domba itu membuat perutku mencelos, tapi itu tradisi. Dimasak dengan di panggang di depan kami, karena kami yang akan di sajikan pertam kali. Luca sebagai suami mendapatkan potongan pertama, sebelum aku dapat menolak Luca mengatakan pada juru masak untuk memberiku potongan selanjutnya. Di tengah tengah meja penuh dengan potongan kentang rosemary, truffle kentang tumbuk, asparagus panggang dan banyak lagi.
Aku dipaksa untuk menggigit kentang dan daging domba di dalam mulutku sebelum aku meletakkan sendok garpu ku. Tenggorokan ku terlalu ketat untuk makanan. Aku membuatnya turun dengan anggur. Untungnya Luca sedang sibuk berbicara tentang kelompok Rusia yang telah di serang New York. Bahkan Dante cavalaro masa depan Boss dari outfit tampak hampir mengesankan saat berbicara tentang bisnis.
Sebuah band mulai bermain ketika malam hampir usai, sinyal untuk sudah waktunya tarian wajib. Luca berdiri , ,memegang tangannya. Aku membiarkan dia menarik ku berdiri dan sekaligus 'bacio'bacio' terdengar. Gianna menyipitkan mata dan dan mencari para tamu seolah olah dia berpikir untuk menyerang orang yang menyanyikan itu.
Didalam, langit langit berornamen, keramik putih kotak kotak dan lantai, dan pemandangan teluk serta kolam renang panjang di jendela , menyesakkan napasku. Ayah dan ibu tiri Luca memimpin kami menuju lantai dua sayap kiri dimana kamar tidur kami berada.
Gianna dan aku bersikeras untuk berbagi kamar. Aku tak peduli jika itu membuat kami terlihat tidak dewasa. Aku butuh dia di sisiku. Dari jendela kami dapat melihat bagaimana para pekerja mulai menyiapkan paviliun besar yang berfungsi sebagai gereja besok. Di luar itu laut bergejolak. Luca tak akan tiba sampai hari berikutnya sehingga kami tak akan berpapasan secara tidak sengaja sebelum pernikahan, yang akan merupakan nasib buruk. Aku sejujurnya tak Tau bagaimana aku bisa mendapat nasib buruk lebih lagi dari yang sudah aku miliki.
***
" hari ini adalah harinya" ibu berkata dengan sorakan palsu.
Aku menyeret diriku keluar dari tempat tidur. Gianna menarik selimut ke atas kepalanya, menggerutu tentang bahwa hal itu masih terlalu dini.
Ibu mendesah. " aku tak percaya kalian berbagi kamar seperti anak usia Lima tahun"
" seseorang harus memastikan Luca tidak menyelinap masuk" kata Gianna dari bawah selimut.
" Umberto berpatroli di koridor"
" seakan -akan dia akan melindungi Aria dari Luca " gumam Gianna, akhirnya duduk. Rambut merahnya berantakan.
Ibu mengerutkan bibirnya. "Kakakmu tak membutuhkan perlindungan dari suaminya"
Gianna mendengus, tapi ibu mengabaikannya, dan mengantarku ke kamar mandi. " kita harus membuatmu siap. Perias akan berada di sini setiap saat. Mandilah cepat"
Saat air hangat membasuh tubuhku, kenyataan telah di atur. Ini adalah hari yang sudah aku takutkan begitu lama. Malam ini aku akan menjadi Aria vittielo, istri Capo dei Capi masa depan, dan mantan perawan. Aku bersandar di kabin mandi. Aku berharap seperti pengantin lainnya. Aku berharap aku bisa menikmati hari ini. Aku berharap tidak memikirkan malam pernikahan ku dengan penuh keraguan, tapi aku belajar amat lama bahwa berharap tidak akan mengubah apapun.
Ketika aku melangkah keluar dari kamar mandi, aku merasa dingin. Bahkan bulu kuduk ku tak berhenti menggigil. Seseorang mengetuk dan Gianna masuk dengan cangkir dan mangkuk di tangannya. " kopi dan salad buah. Tampaknya kau tak diizinkan untuk sebuah pancake karena bisa menyebabkan kembung. Omong kosong macam apa itu".
Aku mengambil kopi tapi menggeleng untuk makanan."aku tidak lapar"
" kau tak bisa menjalani sepanjang hari tanpa makan atau akan pingsan ketika kau menyusuri
lorong". Dia berhenti. " padahal, aku sepakat dengan pemikiran kedua, aku ingin melihat wajah
Luca ketika kau melakukan itu".
Aku meneguk kopi lalu mengambil mangkuk dari Gianna dan makan beberapa potong pisang. Aku benar benar tak ingin pingsan.ayah akan marah, Luca juga mungkin tak akan senang dengan hal itu.
" Para perias telah tiba dengan rombongannya. Kau bisa mengira mereka butuh merias sebuah pasukan istri ikan"
Aku tersenyum lemah. "Ayo jangan biarkan mereka menunggu lama"
Tatapan khawatir Gianna mengikutiku saat aku berjalan menuju kamar tidur. Dimana Lily serta ibuku sudah menunggu dengan tiga orang perias. Mereka memulai pekerjaan mereka sekaligus, mewaxing kaki serta ketiak kami. Ketika Aku berpikir bahwa penyiksaan telah berakhir , si perias bertanya. " zona bikini? Apakah kau Tau apa yang suami mu lebih sukai?"
Pipiku meledak panas. Ibuku sebenarnya memperhatikan jawabanku. Hanya jika aku Tau satu hal saja tentang Luca dan kesukaannya, khususnya mengenai rambut di tubuhku.
" mungkin kita bisa menelepon salah satu pelacur-pelacurnya". Gianna menyarankan.
Ibu tersentak. "Gianna!"
Lily tampak tak mengerti tentang keseluruhan situasi ini. Dia mungkin telah menjadi ratu penggoda, tapi bukan tentang ini semua.
" aku akan menghapus semuanya kecuali untuk bagian segitiga kecil, oke?"kata perias itu dengan suAra lembut dan aku mengangguk, memberi senyum bersyukur. Butuh satu jam untuk membuat kami siap. Ketika make up sudah selesai dan rambutku di jepit dengan jepitan rumit yang nantinya
akan memegang kerudung dan mahkota berlian, bibi ku Livia dan Ornatella datang membawa gaun pengantin serta gaun pengiring pengantin untuk Lily dan Gianna. Hanya tinggal satu jam lagi sampai upacara pernikahan.
Aku menatap bayanganku di cermin. Gaunnya begitu indah, kereta kapel berjajar di belakangku, dan bordir platinum bersinar di manapun sinar matahari mengenai , dan sabuk kerajaan di ikatan dengan pita satin putih.
" aku suka garis leher berbentuk hati. Ini memberimu belahan dada yang menakjubkan". Seru bibi Livia. Dia adalah ibu Valentina.
"Luca pasti akan menghargai itu". Kata bibi Ornatella.
Sesuatu di wajahku membuat ibuku menyadari bahwa aku hampir mengalami gangguan saraf , jadi dia mengantar bibi bibiku keluar. " biarkan tiga gadis ini menghabiskan waktu"
Gianna melangkah ke sampingku. Rambut merahnya kontras dengan gaun mint. Dia membuka kotak berisi kalung. Berlian dan mutiara mengelilingi benang emas putih yang rumit. "Luca tidak menghabiskan terlalu banyak biaya , bukan? Kalung serta Mahkotamu kemungkinan melebihi biaya yang sebagian orang bayarkan untuk membeli rumah mereka"
Percakapan dan tawa para tamu yang berkumpul di bawah naik dari kebun melalui jendela terbuka ke dalam ruangan. Sesekali suara bising yang terdengar.
" suara apa itu?" Tanyaku, mencoba untuk mengalihkan diri. Gianna berjalan ke jendela dan mengintip keluar. " seorang pria mengambil senjata mereka, dan menempatkannya di kotak kotak plastik".
"Berapa banyak?"
Gianna mengangkat alisnya.
" berapa banyak senjata yang lelaki itu ambil?"
"Satu". Dia mengerutkan kening, kemudian sadar, dan aku mengangguk muram. " hanya orang bodoh yang meninggalkan rumah dengan kurang dari dua senjata"
"Kemudian mengapa di pertunjukan?"
"Itu simbolik" kataku. Seperti pernikahan menakutkan ini.
"Tapi jika mereka semua ingin kedamaian, mengapa tidak datang tanpa bersenjata ? Lagian ini adalah pesta pernikahan"
"Ada pernikahan berdarah sebelumnya. Aku melihat gambar pernikahan dimana kau tak bisa mengatakan warna gaun pengantin itu lagi. Itu terendam dalam darah"
Lily bergidik. " itu takkan terjadi hari ini , kan?
Apapun itu mungkin. "Tidak, Chicago dan New York terlalu sangat membutuhkan. Mereka tak bisa mengambil risiko menumpahkan darah antara satu sama lain selama Bravta dan Taiwan menjadi ancaman".
Gianna mendengus. "Oh bagus, itu menghibur".
"Hal ini"kataku tegas. " setidaknya kita Tau tidak ada yang datang untuk menyakiti kita hari ini". Perutku diplintir menjadi simpul. Terkecuali bagiku, mungkin, mungkin.
Gianna memelukmu dari belakang dan mengistirahatkan dagunya di bAhuku yang telanjang " kita masih tetap bisa lari. Kita bisa mengeluarkan mu dengan gaun mu dan kabur. Mereka semua sibuk. Tak akan ada seorangpun yang sadar"
Lily menganggukkan kepalanya penuh semangat dan bangkit dari tempatnya duduk di tempat tidur.
Luca akan sadar. Aku memaksakan senyum berani. "Tidak. Ini sudah telat"
"Belum" Gianna mendesis. "Jangan menyerah"
"Akan ada darah di tanganku jika aku menghancurkan perjanjian ini. Dia akan saling bunuh sebagai gantinya"
"Mereka semua memiliki darah di tangan mereka. Setiap orang orang sialan di taman itu"
"Jangan mengumpat"
" sungguh? Seorang lady tidak mengumpat". Gianna menirukan suara ayahku. ". Dari mana kau dapatkan perilaku seperti wanita kecil penurut itu?"
Aku membuang muka. Dia benar. Dan itu telah membawaku kedalam pelukan orang paling mematikan di negara ini.
" maafkan aku". Bisik Gianna "aku tak bermaksud seperti itu".
Aku mengaitkan jari jari kami. "Aku Tau . Dan kau benar. Sebagian besar orang di taman memiliki darah di tangan mereka dan layak mati, tetapi mereka adalah keluarga kita, satu satunya yang kita punya. Dan orang yang tak bersalah seperti Fabiano".
"Fabiano akan memiliki darah di tangannya segera", kata Gianna pahit. " dia akan menjadi seorang pembunuh".
Aku tak menyangkal itu. Fabiano akan memulai proses inisiasi pada usia dua puluh tahun. Dan jika apa yang Umberto katakan itu benar, Luca telah membunuh manusia pertamanya pada usia sebelas. " tapi dia tak bersalah sekarang, dan ada anak anak di luar sana, dan juga wanita".
Gianna menatapku dengan tatapan tajam di cermin. "Apakah kau benar -benar percaya bahwa salah satu dari kami tidak bersalah?"
Dilahirkan di dunia ini, berarti dilahirkan dengan darah di tanganmu. Dengan setiap napas yang kita ambil, dosa terukir lebih dalam ke kulit kita. Lahir dalam darah. Dan di lantik dengan darah seperti moto dari New York Cosa Nostra. "Tidak"
Gianna tersenyum muram. Lily berjalan ke tempat tidur dan mengambil kerudung ku yang melekat di mahkota. Aku menunduk sehingga dia bisa memasangkannya diatas kepalaku. Dia merapikannya dengan lembut.
" aku berharap kau menikah karena cinta. Aku berharap kita bisa tertawa tentang malam pernikahan mu. Dan aku berharap kau tidak terlalu terlihat sedih " kata Gianna sengit.
Keheningan di antara kami membentang. Lily akhirnya mengangguk ke arah tempat tidur. " apakah ini adalah tempat kau akan tidur malam ini?"
Tenggorokannya mengetat. " tidak, Luca dan aku akan menghabiskan malam di kamar tidur utama". Aku tak berpikir aku bisa menghabiskan banyak waktu untuk tidur , jika ada tidur.
Ketukan terdengar dan aku menegakkan bAhuku, dan meluruskan wajahku. Valentina danBibiana masuk.
"Wow, Aria kau sangat cantik. Rambutmu terlihat seperti sendok emas" kata Valentina. Dia sudah mengenakan gaun pengiring pengantin dan warna mint tampak cantik dengan rambut hitamnya. Secara teknis hanya perempuan yang belum menikah yang diizinkan jadi pengiring pengantin tetapi paman bersikeras kita membuat pengecualian untuk Valentina. Paman benar benar tertarik untuk mencarikan suami yang baru untuknya. Bibiana mengenakan gaun merah marun yang panjangnya hingga ke lantai serta lengan panjang, meskipun musim panas. Itu mungkin untuk menyembunyikan bagaimana kurusnya dia.
Aku memaksakan senyum. Ibu meraih lengan Lily " ayo Liliana, sepupu mu butuh bicara dengan kakak mu" dia membimbing Lily keluar dari ruangan, kemudian melihat Gianna yang menyilangkan kaki di sofa "Gianna?"
Gianna mengabaikan. "Aku tinggal. Aku tak akan meninggalkan Aria sendiri".
Ibu Tau lebih baik tidak berdebat dengan adikku ketika dia sedang marah jadi dia menutup pintu.
" apa yang seharusnya kau bicarakan padaku?"
"Malam pernikahan mu". Kata Valentina dengan senyum minta maaf. Bibiana menampakkan wajah, yang mengingatkan ku akan betapa mudanya dia. Baru dua puluh satu. Dia semakin kurus. Aku tak percaya mereka mengirimkan mereka berdua untuk mberbicara padaku tentang malam pernikahan. Wajah bibiana menampakkan ketidakbahagiaannya. Sejak pernikahannya dengan seseorang yang berusia tiga puluh tahun diatas usianya, dia telah memudar. Apakah itu berarti untuk menenangkan Ketakutanku? Dan Valentina telah kehilangan suaminya enam bulan lalu, dalam sebuah perkelahian dengan Rusia. Bagaimana merek bisa mengharapkan dia berbicara tentang pernikahan bahagia?
Aku merapikan bau ku dengan gugup.
Gianna mengangkat kepalanya. " siapa yang mengirimu ngomong ngomong? Luca?"
"Ibumu". Kata bibiana. " dia ingin untuk memastikan kau Tau apa yang diharapkan darimu"
"Diharapkan dari dia?" Gianna mendesis. " lalu bagaiman dengan yang Aria inginkan?"
" inilah yang sebenarnya ". Bibiana berkata dengan pahit " malam ini Luca akan mengklaim hak nya. Setidaknya dia muda dan tampan"
Sayangnya apa yang dikatakannya benar, tapi pada saat yang sama kecemasan ku sendiri membuatku sulit untuk merasa terhibur. Dia benar. Luca itu tampan. Aku tak menyangkalnya, tapi itu tak mengubah fakta bahwa aku takut menjadi intim dengannya. Dia tidak menyerang ku sebagai pria yang lembut di tempat tidur. Perutku mencelos lagi.
Valentina berdeham. "Luca akan Tau apa yang dia lakukan".
" kau hanya perlu terlentang dan memberikan apa yang dia inginkan". Tambah Bibiana "jangan coba untuk melawan dia ; yang justru akan membuat semuanya lebih buruk"
Kita semua menatapnya dan dia memalingkan muka.
Valentina menyentuh bAhuku. "Kami tak melakukan tugas dengan baik untuk menghiburnya. Maaf. Aku yakin itu semua akan baik baik saja nanti"
Gianna mendengus. " mungkin ibu seharusnya mengundang salah satu wanita yang luca setujui ke pesta pernikahan. Dia bisa memberitahu Padamu apa yang mesti di harapkan"
"Grace disini". Kata Bibiana, kemudian dia berubah memerah dan tergagap. ". Maksudku itu hanya rumor. Aku- "dia melihat ke arah Valentina untuk meminta bantuan.
"Salah satu pacar lama Luca ada disini?" Bisik ku.
Bibiana meringis. " kupikir kau sudah Tau. Dia bukan benar -benar pacarnya, dia hanya mainan. Luca melakukan itu dengan banyak wanita". Dia menyentakkan mulutnya menutup. Aku berjuan untuk tetap tenang, aku tak bisa Membuat orang melihat betapa lemahnya aku. Mengapa juga aku harus peduli jika salah satu pelacur Luca datang ke pesta pernikahan?
"Oke". Kata Gianna bangkit. "Siapa itu Grace dan kenapa dia diundang ke pernikahan ini?"
" Grace parkir adalah putri salah satu Senator New York. Yang di gaji oleh mafia" Valentina menjelaskan. "Mereka harus mengundang keluarganya".
Air mata mengaburkan pandanganku dan Gianna bergegas menghampiriku. "Oh, jangan menangis , Aria. Itu tidak layak. Luca adalah seorang bajingan. Kau Tau itu. Kau tidak boleh membiarkan tindakannya mempengaruhi mu"
Valentina menyodorkan tisu. " kau akan merusak make up mu"
Aku mengerjap beberapa kali sampai aku bisa mengendalikan emosi ku. "Maafkan aku. Aku hanya sedikit emosional"
"Kurasa yang terbaik, kau pergi sekarang" Kata Gianna tajam, bahkan tanpa melihat bibiana dan Valentina. Ada gemerisik dan kemudian pintu dibuka lalu di tutup. Gianna melingkarkan lengannya di tubuhku. " jika dia menyakitimu, aku akan membunuh dia. Aku bersumpah. Aku akan mengambil salah satu senjata sialan itu. Dan melubangi kepalanya"
Aku bersandar padanya. " Luca bertahan dari The Bravta dan The Triad, dan dia salah petarung paling di takuti di New York familia, Gianna. Dia akan membunuhmu duluan"
Gianna mengakar bahunya. " aku akan melakukan itu untuk mu"
Aku menarik diri. " kau masih tetap adikku. Aku harus melindungi mu"
"Kita akan saling melindungi satu sama lain" bisiknya. " ikatan kita lebih kuat daripada sumpah bodoh mereka dan omerta dan sumpah darah mereka"
"Aku tak ingin meninggalkan mu. Aku benci harus pindah ke New York"
Gianna menelan ludah. " aku akan sering mengunjungi mu. Ayah akan senang menyingkirkan ku"
Ada ketukan dan ibuku masuk. " ini waktunya". Dia mengamati wajah kami tapi tidak berkomentar. Gianna melangkah mundur, matanya memerah. Kemudian dia berbalik dan pergi. Mata ibuku mengarah ke Gartner putih lambang kebanggaan ku. " apakah kau perlu bantuan untuk memasangnya?"
Aku menggelengkan kepalaku lalu memasangkannya hingga tepat berada di atas pahaku. Nanti malam Luca akan melepaskannya dengan mulutnya dan melemparkannya ke gerombolan bujangan. Aku merapikan bau ku.
" ayo" Kata ibuku. ". Orang orang sudah menunggu ". Dia menyerahkan buket bunga ku, rangkaian indah mawar putih, mawar mutiara dan mawar merah muda"
Kami berjalan dalam keheningan dalam rumah kosong, heelsku bergema di lantai keramik. Jantungku berdegup keras di dadaku saat kami melangkah di pintu putar kaca menuju ke balkon yang menampakkan halaman belakang dan pantai. Bagian depan kebun telah dihiasi dengan paviliun putih yang sangat besar dimana upacara pernikahan akan di selenggarakan. Tapi di belakang paviliun lusinan meja Meja telah diatur untuk pesta selanjutnya. Suara suara terdengar oleh ku dari dalam paviliun dimana para tamu menunggu kedatangan ku. Aku mengikuti ibuku ke ruangan kecil antara bagian luar dan bagian utama paviliun. Ayahku sudah menunggu dan bangkit ketika kami masuk. Ibu memberinya anggukan singkat sebelum dia masuk kedalam kapel. Senyum ayahku begitu tulus ketika dia menawarkan lengannya. " kauterlihat sangat cantik". Dia berkata dengan pelan. " Luca tak akan menyangka akan apa yang akan menimpanya"
Aku menundukkan kepalaku. " Terimakasih, ayah"
"Jadilah istri yang baik , Aria. Luca adalah pria yang kuat dan saat dia mengambil posisi ayahnya , perkataannya adalah hukum. Buatlah aku bangga , bualan Outfit bangga".
Aku mengangguk, tenggorokan ku terlalu sesak untuk kata kata. Musik mulai bermain ; gesekan kuartet dan piano. Ayahku menurunkan cadar ku. Aku suka dengan lapisan pelindung tambahan ini, tak peduli seberapa tipisnya ini. Mungkin akan menyembunyikan ekspresi ku dari jauh.
Ayahku membawaku ke arah pintu masuk dan memgumamkan perintah. Kain di tarik hingga memisah, mengungkapkan sebuah lorong panjang dan bersatus tamu di kedua sisi itu. Mataku tertuju pada ujung lorong dimana Luca berdiri. Tinggi dan angkuh dalam setelan berwarna arang dan rompi dengan dasi perak serta kemeja putih. Pengiring pria mengenakan rompi dan baju serta celana abu abu yang lebih ringan dan tidak mengenakan jaket dan dasi. Fabiano adalah salah satu dari mereka,dengan tinggi yang lebih pendek dari para pria.
Ayahku menarik ku bersamanya dan kakiku tampaknya membawaku dengan kemauannya sendiri saat tubuhku bergetar karena gugup. Aku berusaha untuk tidak melihat Luca dan alih -alih melihat Gianna dan Liliana dengan ujung mataku. Mereka adalah dua pengiring wanita dan melihat mereka memberiku kekuatan untuk menegakkan kepalaku tinggi Tinggi dan tidak berusaha untuk keluar.
Kelopak mawar putih menutupi Jalanku dan tergencet dibawah kakiku. Sebuah simbolik untuk diriku sendiri, walaupun sebenarnya itu tak dimaksudkan.
Perjalanan ini terasa selamanya dan sekarang berakhir terlalu singkat. Luca mengulurkan tangannya dan telapak tangannya . Ayahku memegang ujung cadar ku dan membukanya, dan dia menyerahkan tanganku ke Luca, yang tampaknya mata abu abunya terbakar dengan emosi yang yang tak bisa ku tentukan. Dapatkah dia merasakan aku gemetar? Aku tak melihat tatapannya.
Pendeta dengan jubah putih menyambut kami, kemudian para tamu, sebelum dia memulai pemberkatan. Aku berusaha untuk tidak pingsan. Genggaman Luca salah satu satunya yang membuatku tetap fokus. Aku harus kuat. Ketika pendeta akhirnya menutup upacara dengan Injil, kakiku hampir tak bisa menahan tubuhku. Dia mengumumkan ritual pernikahan dan para tamu semua bangkit dari kursi mereka.
"Luca dan Aria ". Pendeta mengalamatkan ke kami. " apakah kau datang ke sini dengan bebas dan tanpa syarat, untuk mengikatkan diri satu sama lain dalam ikatan pernikahan? Kau akan menghormati satu sama lain sebagai suami istri untuk sisa hidup mu?"
Berbohong adalah dosa begitu juga membunuh. Ruangan ini bernapaskan dosa. " ya" Luca berkata dengan suaranya yang dalam dan beberapa saat kemudian diikuti dengan kata "ya " dari ku. Datang dengan penegasan.
" karena ini adalah niat kalian untuk masuk dalam pernikahan , gandengkan tangan kanan kalian dan nyatakan persetujuan kalian di depan Tuhan dan gerejanya". Luca menggenggam tanganku . Kulitnya yang panas dan kulitku yang dingin. Kami saling menghadap dan aku tak punya pilihan lain selain menatap nya. Luca berbicara lebih dahulu, " aku, Luca vittielo , mengambil mu, Aria scuderi , menjadi istriku. Aku berjanji bersungguh-sungguh Padamu dalam keadaan baik ataupun buruk, dalam sakit dan juga sehat. Aku akan mencintaimu dan menghormati mu sepanjang hidupku" begitu manisnya kebohongan yang terdengar dari mulutnya.
Aku merapalkan apa yang diharapkan padaku dan pendeta memberkati kami dengan cincin.
Luca mengambil cincin ku dari bantalan merah. Jemari ku bergetar seperti daun ya g tertiup angin saat aku mengangkat tanganku, detak jantungku berdetak cepat seperti kicauan burung kolibri. Tangan Luca dengan kuat dan tegas saat dia meraih tanganku. ". Aria, aku persembahkan cincin ini sebagai tanda cinta dan Kesetiaanku. Dalam nama Bapa, dan anak , serta roh kudus"
Dia menyelipkan cincin ke jariku . Emas putih dengan dua puluh berlian kecil. Apa yang dimaksudkan sebagai tanda cinta dan pengabdian bagi pasangan lain, tapi bagiku itu adalah bukti kepemilikan dia atas diriku. Sebuah pengingat hari hari di dalam sangkar emas yang akan menjebak ku seumur hidup. Sampai kematian memisahkan kita bukanlah janji omong kosong seperti yang begitu banyak pasangan lain ucapkan saat masuk dalam ikatan suci pernikahan. Tak ada jalan keluar dalam ikatan ini bagiku. Aku adalah milik Luca sampai akhir yang pahit. Beberapa kata terakhir dalam sumpah yang para pria ucapkan saat mereka di lantik menjadi mafia, bisa menjadi sumpah pernikahan ku:
Aku masuk dalam keadaan hidup dan akan keluar hanya dengan mati
Tiba giliranku untuk mengucapkan kata -kata dan memasangkan cincin ke jari Luca. Untuk sesaat , aku tak yakin apakah bisa melakukan itu. Getaran tubuhku sangat kuat sehingga Luca harus menstabilkan tanganku dan membantuku. Aku berharap tak ada yang memperhatikan, tapi mata tajam Matteo mengarah ke jariku. Dia dan Luca begitu dekat; mereka mungkin akan menertawakan Ketakutanku dalam waktu yang lama.
Aku seharusnya lari saat aku masih punya kesempatan. Sekarang ratusan wajah dari Chicago dan New York familia menatap balik ke arah ku, pesawat tidak lagi jadi pilihan. Begitu pula perceraian. Kematian adalah satu satunya yang di terima sebagai akhir dari pernikahan di dunia kami. Bahkan jika aku berhasil melarikan diri dari mata waspada Luca dan para kaki tangannya, pelanggaran ku atas kesepakatan kami akan berarti perang. Tak ada yang bisa ayahku katakan untuk mencegah keluarga Luca membalas dendam karena membuat nya kehilangan muka.
Perasaanmu tidaklah penting, tak pernah. Aku tumbuh di dunia dimana tak ada pilihan yang diberikan, khususnya untuk wanita.
Pernikahan ini bukanlah tentang cinta, atau kepercayaan ataupun pilihan. Ini tentang tugas dan kehormatan, tentang melakukan apa yang diharapkan. Ikatan untuk memastikan kedamaian.
Aku bukanlah idiot. Aku Juga Tau ini juga tentang ; uang, dan kekuasaan. Keduanya berkurang sejak ada The Bravta, Triad dan organisasi kejahatan kecil lainnya yang tengah berusaha memperluas wilayah mereka ke wilayah kami. Para italia familia diharapkan untuk meletakkan permusuhan mereka dan berkerja sama untuk mengalahkan musuh musuh mereka. Aku di di kehormatan untuk menikah dengan putra tertua New York familia. Itulah apa yang ayahku dan para saudara laki kakiku coba beritahukan sejak pesta pertunangan ku dengan Luca. Aku Tau itu, dan itu bukan seolah olah aku tak punya waktu untuk mempersiapkan saat yang tepat ini, tapi saat ini ketakutan menyelimuti tubuhku dalam pegangan yang lemah.
" kau boleh mencium mempelai mu ". Kata pendeta.
Aku mengangkat kepalaku. Tiap pasang mata di paviliun meneliti ku, menunggu secercah kelemahan. Ayah akan memarahi ku jika aku memperlihatkan ketakutan, dan Luca familia akan menggunakan itu untuk melawan kami. Tapi aku dibesarkan di dunia dimana topeng sempurna adalah satu satunya perlindungan yang diberikan pada perempuan dan aku tak kesulitan untuk mengubah wajahku menjadi ekspresi tenang. Tak seorang pun akan Tau betapa inginnya aku melarikan diri. Tidak ada kecuali Luca. Aku tak bisa menyembunyikan diri dari dia, tak peduli sekuat apapun aku mencoba. Tubuhku tak akan berhenti gemetar dan genggaman nya di tanganku semakin kuat. Tatapan ku bertemu dengan mata abu abu dingin Luca, aku bisa mengatakan bahwa dia Tau. Seberapa sering dia harus menanamkan rasa takut pada orang lain? Menyadari itu mungkin itu adalah bakat alami kedua nya.
Dia membungkuk untuk menjembatani sepuluh inci dia menjulang tinggi di atasku. Tak ada tanda keraguan, ketakutan atau keraguan di wajahnya. Bibir ku bergetar di bibirnya. Ciuman pertamaku, jika itu memang bisa disebut ciuman. Matanya tampak bosan, saat dia menarik diri. Pesannya jelas ; kau adalah milikku.
Tak terlalu mendekati. Tapi akan begitu saat malam tiba. Aku bergidik dan mata Luca menyipit sebentar sebelum wajahnya berubah menjadi senyum saat kita menghadap ke arah tamu yang bertepuk tangan. Dia bisa mengubah ekspresinya dalam sekejap. Aku harus belajar juga jika aku ingin bertahan dalam pernikahan ini.
Luca dan aku berjalan turun melewati lorong melewati para tamu yang berdiri dan bertepuk tangan, dan meninggalkan paviliun. Di luar, lusinan pelayan menunggu dengan gelas gelas sampanye dan sepiring kecil canape. Ini adalah saat bagi kami menerima doa doa dan ucapan selamat dari tiap tamu kemudian duduk untuk makan malam. Luca mengambil dua buah sampanye dan menyerahkan satu untukku . Lalu dia meraih tanganku lagi seakan akan dia memiliki perhatian yang tak akan dia lepaskan dalam waktu dekat. Dia membungkuk, bibirnya menggesek telingaku dan berbisik" senyum lah, kau pengantin yang bahagia, ingat?"
Aku menegang, dan memaksakan senyum kepada tamu pertama yang berbaris ke paviliun untuk berbicara pada kami.
Kakiku mulai sakit saat kami berhasil melewati setengah dari tamu. Kata kata yang di tujukan pada kami selalu sama. Pujian atas kecantikan ku dan ucapan selamat pada Luca karena memiliki istri secantik aku -seolah olah itu sebuah prestasi- selalu diikuti petunjuk tersembunyi akan malam pernikahan. Aku tak yakin apakah aku masih menampakkan wajah cerah saat melewati mereka. Luca terus melirik ku seakan tetap memastikan aku tetap bersandiwara.
Bibiana dan suaminya yang berikutnya. Dia kecil, penuh lemak, dan botak. Ketika dia mencium tangga ku, aku menahan diri agar tidak bergidik, Setelah kata wajib berupa selamat, bibiana mencengkram lenganku dan menarik tubuhku ke arahnya dan berbisik di telingaku. " buatlah dia baik Padamu . Buatlah dia mencintaimu jika kau bisa. Ini satu satunya cara kau bisa melalui ini semua"
Dia melepaskan ku dan suaminya merangkumkan lengannya di pinggang bibiana, tambang berlemak di pinggul bibiana, kemudian mereka pergi.
"Apa yang dia katakan?" Luca bertanya.
"Bukan apa apa" kataku cepat, bersyukur akan tamu selanjutnya yang mencegah Luca untuk bertanya lebih jauh. Aku mengangguk dan tersenyum, tapi pikiranku Berdesir akan apa yang di katakan bibiana. Aku tak yakin apakah aku bisa membuat Luca melakukan apapun yang tak ingin dia lakukan. Bisakah aku membuatnya menjadi baik padaku ? Bisa kah aku membuat dia ingin mencintaiku ? Apakah dia mampu akan e,LSI seperti itu?
Aku melirik sekilas ke arahnya saat dia berbicara pada salah seorang prajurit New York . Dia tersenyum. Merasa aku memperhatikan dia, dia berbalik dan tatapan kami terkunci. Ada kegelapan dan aura posesif yang membakar di matanya yang membuatku menggigil ketakutan di punggungku. Aku meragukan ada secercah kelembutan ataupun cinta di hatinya yang kelam.
"Selamat Luca" kata suara seorang wanita. Luca dan aku berbalik ke arah suara itu dan sikapnya sedikit berubah.
"Grace" kata Luca dengan anggukan.
Mataku membeku pada wanita itu, walaupun ayahnya senator. Parker mulai berbicara padaku. Dia cantik secara artifisial dengan hidung yang terlalu sempit, bibir penuh, dan belahan dada yang terlihat seperti mainan anak -anak. Dan kurasa itu semua tidak alami. Atau mungkin kecemburuan ku yang sedang berbicara. Aku menghentikan pikiran itu secepat pikiran itu datang.
Dengan tatapan mengarah padaku, dia membungkuk dan mengatakan sesuatu pada Luca. Wajah Luca tetap pasif. Akhirnya , dia menoleh padaku, dan menarik ku kedalam pelukan nya. Aku mencoba memaksakan diriku untuk tidak kaku. " aku harus memperingatkan mu. Luca adalah binatang buas di tempat tidur dan menggantung seperti itu juga. Itu akan terasa menyakitkan ketika dia memasuki mu dan dia tak akan peduli. Dia tak akan peduli Padamu ataupun emosi konyol mu. Dia akan menyetubuhimu seperti binatang. Dia akan menyetubuhimu hingga berdarah darah". Gumamnya, lalu dia melangkah mundur dan diikuti orang tuanya setelahnya.
Aku bisa merasakan warna terkuras dari wajahku. Luca meraih tanganku dan aku tersentak, tapi ia tetap menggenggamnya. Aku menguatkan diri dan mengabaikannya. Aku tak bisa menghadapi dia sekarang, tidak setelah apa yang baru saja wanita itu katakan.aku tak peduli dia di undang karena orang tuanya. Luca seharusnya membuat mereka menjauh.
Aku Tau Luca frustrasi dengan penolakanku untuk menatap nya saat kami berbicara dengan beberapa orang tamu. Saat kami melangkah menuju ke meja yang telah diatur dibawah atap atap karangan bunga yang melekat di balok kayu, dia berkata " kau tak bisa mengabaikan ku selamanya, Aria. Kita sudah menikah sekarang".
Aku mengabaikan itu juga. Aku berpegangan pada ketenangan ku yang dengan putus asa mulai meninggalkan ku dan aku bisa merasakan itu menggelincirkan di jari jariku seperti pasir. Aku tak bisa, aku tak bisa mengeluarkan air mata di pernikahan ku sendiri, khususnya ketika semua orang akan menganggap itu sebagai air mata kebahagiaan.
Sebelum kami duduk di kursi kami, paduan suara 'bacio''bacio' pecah diantara para tamu kami. Aku sudah lupa tentang tradisi itu. Setiap para tamu meneriakkan kata kata itu kami harus berciuman sampai puas. Luca menarik ku ke dadanya yang sekeras batu dan mengecup bibiku lagi. Aku mencoba untuk tidak sekali boneka porselen, tak berhasil. Luca melepaskan ku dan akhirnya kami di izinkan duduk.
Gianna mengambil tempat duduk di sampingku, kemudian membungkuk untuk berbisik di telingaku " aku senang dia tidak memasukkan lidahnya ke tenggorokan mu. Kurasa aku bisa muntah melihat itu ". Aku senang juga. Aku sudah cukup tegang karena itu. Jika Luca berusaha memperdalam ciuman ya di depan para tamu , aku mungkin bisa memuntahkan semuanya.
Matteo duduk di samping Luca dan mengatakan sesuatu padanya yang membuat mereka berdua tertawa. Aku bahkan tak ingin Tau jenis lelucon cabul yang mereka bagi. Sisa kursi di meja kami milik orang tua ku, Fabiano, dan Lily, ayah Luca, ibu tirinya, serta Fiore cavalaro dan istri serta anak mereka Dante. Aku Tau aku seharusnya kelaparan. Satu satunya makanan yang aku makan sepanjang haria adalah sepotong pisang di pagi hari, tapi perutku tampak puas dengan Ketakutanku.
Matteo bangkit dari kursinya setelah semua orang duduk dan mendentingkan pisau di gelas sampanye untuk membungkam orang banyak. Dengan anggukan ke arah Luca dan aku, dia memulai pidatonya. " ladies and gentleman , teman lama dan teman baru, kita datang ke sini hari ini untuk merayakan pernikahan Kakakku Luca dan istrinya yang cantik Aria...."
Gianna meraih tanganku di bawah meja. Aku benci melihat perhatian semua orang ke arahku, tapi aku mengumpulkan senyum cerah. Matteo segera membuat lelucon tidak pantas yang membuat hampir semua orang menderu dan bahkan Luca bersandar di kursinya dengan seringai, yang tampaknya sejenis senyum yang yang menjadi satu satunya yang dia biarkan sepanjang waktu. Setelah Matteo, giliran ayahku; dia memuji kolaborasi besar massa New York dan Chicago outfit, membuat ini semua seperti penggabungan usaha dan bukan pesta pernikahan. Dan tentu saja dia menggabungkan dengan beberapa petunjuk bahwa seorang istri harus selalu taat dan menyenangkan suami.
Gianna mencengkram tanganku dengan begitu erat saat itu yang membuatku khawatir tanganku akan putus. Yang terakhir,adalah ayah Luca yang bersulang untuk kami. Salvatore vittielo tidak terlalu mengesankan. Tapi tiap kali matanya mengarah padaku , dia membuatku menggigil. Satu satunya hal baik dengan mendengarkan pidato ini adalah, tak ada orang yang mengucapkan 'bacio' bacio' dan perhatian Luca di fokuskan ke tempat lain. Penangguhan hukuman yang berumur pendek.
Para pelayan mulai memenuhi meja dengan antipasto; segala sesuatu dengan veal carpacio; vittielo tonnato, mozarella di buffala, dan dan parma HAM, berbagai salad keju Italia, salad gurita, cumi cumi berbumbu, serta salad hijau dan ciabiatta. Gianna meraih sepotong roti dan merobeknya, kemudian berkata " aku ingin mengatakan pidato sebagai pengiring pengantin, tapi ayah melarangnya. Dia tampak khawatir aku akan mengatakan sesuatu untuk mempermalukan keluarga kita"
Luca dan Matteo melirik kami. Gianna tak terganggu dan tidak mengecilkan suaranya dan tetap mengabaikan tatapan tajam ayah yang menyilaukan. Aku menarik naik lengannya. Aku tak ingin dia mendapat masalah. Dengan gusar dia mengisi. Piring nya dengan antipasto dan memakannya. Piring itu masih kosong. Seorang pelayan mengisi gelas dengan anggur putih dan aku menyesap seteguk. Aku sudah meminum segelas sampanye; yang dikombinasikan dengan fakta bahwa Aki belum makan banyak sepanjang hari membuatku sedikit berkabut.
Luca meletakkan tangannya di tanganku, mencegahku menyesap seteguk lagi. " kau harus makan". Jika aku tak merasakan mata semua orang di meja ku, aku akan mengabaikan peringatannya dan tetap dengan anggur ku. Aku meraih sepotong roti , menggigitnya, dan kemudian menempatkan sisanya di piring. Bibir Luca menegang tapi dia tak mencoba untuk membujuk ku untuk makan lebih banyak, bahkan ketika sup disajikan, aku tetap membiarkan tak tersentuh. Mereka menyajikan domba panggang sbagai sajian utama. Melihat seluruh domba itu membuat perutku mencelos, tapi itu tradisi. Dimasak dengan di panggang di depan kami, karena kami yang akan di sajikan pertam kali. Luca sebagai suami mendapatkan potongan pertama, sebelum aku dapat menolak Luca mengatakan pada juru masak untuk memberiku potongan selanjutnya. Di tengah tengah meja penuh dengan potongan kentang rosemary, truffle kentang tumbuk, asparagus panggang dan banyak lagi.
Aku dipaksa untuk menggigit kentang dan daging domba di dalam mulutku sebelum aku meletakkan sendok garpu ku. Tenggorokan ku terlalu ketat untuk makanan. Aku membuatnya turun dengan anggur. Untungnya Luca sedang sibuk berbicara tentang kelompok Rusia yang telah di serang New York. Bahkan Dante cavalaro masa depan Boss dari outfit tampak hampir mengesankan saat berbicara tentang bisnis.
Sebuah band mulai bermain ketika malam hampir usai, sinyal untuk sudah waktunya tarian wajib. Luca berdiri , ,memegang tangannya. Aku membiarkan dia menarik ku berdiri dan sekaligus 'bacio'bacio' terdengar. Gianna menyipitkan mata dan dan mencari para tamu seolah olah dia berpikir untuk menyerang orang yang menyanyikan itu.
Chapter Empat; bound By honor
Ruang tamu Suite telah dihias untuk acara bridal shower. Aku berharap aku terhindar dari tradisi itu tapi ibuku bersikeras itu akan menjadi penghinaan terhadap perempuan dari keluarga Luca jika mereka tidak bertemu dengan pengantin wanita sebelum pernikahan.
Aku merapikan gaun coctail hijau ku. Itu adalah warna yang seharusnya membawa keberuntungan. Aku Tau apa yang aku interpretasikan sebagai kebahagiaan berbeda jauh dengan apa yang Luca dan ayah ku interpretasikan.
Lily tak diizinkan untuk mengikuti acara bridal shower karena dia di anggap masih muda, tapi gianna berdebat untuk tetap ikut. Walaupun aku khawatir mungkin ada alasan lain dibalik persetujuan ibuku. Gianna sudah genap berusia tujuh belas tahun beberapa hari yang lalu. Itu berarti dia sudah cukup umur untuk menikah. Aku mengesampingkan pemikiran itu. Aku mendengar Gianna dan ibuku berdebat di kamar tidur tentang apa yang seharusnya Gianna kenakan ketika suara ketukan terdengar di pintu Suite. Ini masih terlalu dini, para tamu seharusnya hadir sepuluh menit lagi.
Aku membuka pintu. Valentina berdiri di depanku, Umberto di belakangnya. Dia adalah sepupu ku, tapi lima tahun lebih tua daripada aku. Ibunya dan ibuku adalah kakak beradik. Dia tersenyum minta maaf. "Aku Tau, aku terlalu cepat"
" tak apa". Kataku, aku melangkah mundur , sehingga dia bisa masuk. Umberto duduk di kursi di depan pintu. Aku sangat menyukai Valentina, jadi aku tak masalah menghabiskan beberapa waktu sendirian bersama dia. Dia tinggi dan anggun, dengan rambut cokelat tua hampir hitam dan mata hijau yang paling gelap. Dia mengenakan gaun hitam dan rok pensil yang sampai ke lututnya. Suaminya Antonio meninggal enam bulan lalu, dan di acara pernikahan ku nanti merupakan pertama kalinya dia mengenakan warna selain hitam. Terkadang para janda, terutama yang lebih tua, diharapkan mengenakan baju berkabung setidaknya selama satu tahun setelah kematian suaminya, tapi Valentina masih berumur dua puluh tiga tahun. Seperti umur Luca. Aku mendapati diriku berharap suaminya meninggal lebih cepat, sehingga dia bisa menikahi Luca dan kemudian aku merasa bersalah. Aku tak seharusnya berpikir seperti itu. Romero Berjaga di depan jendela.
"Bisakah kau menunggu di luar ? Tak ada tempat untuk pria di bridal shower".
Dia menganggukkan kepalanya, kemudian m elangkah keluar tanpa sepatah kata pun.
"Suamimu mengirimkan bodyguardnya sendiri?" Valentina bertanya.
"Dia belum menjadi suamiku"
" bukan, kau benar. Kau terlihat sedih". Dia mengatakan dengan ekspresi pengertian saat dia menenggelamkan diri di sofa. Sampanye, soft drink, dan camilan telah diatur diatas meja.
Aku menelan ludah. "Kau juga". Dan tiba tiba aku menyesali karena mengatakan itu.
" ayahku menginginkanku menikah lagi", dia berkata, sambil memutar mutar cincin pernikahannya.
Mataku melebar. "Secepat itu".
" tidak segera. Tampaknya dia telah berbicara dengan seseorang".
Aku tak bisa percaya. " kau tak bisa menolak? Kau sudah menikah".
"Tapi itu pernikahan tanpa anak. Aku terlalu muda untuk tinggal sendirian. Aku harus pindah kembali dengan keluarga ku. Ayahku bersikeras untuk melindungi ku".
Kami berdua Tau kode itu. Wanita selalu membutuhkan perlindungan dari dunia luar, terutama jika mereka berada di usia menikah. " aku minta maaf". Kataku.
" kau Tau ini apa. Kau Tau sama baiknya denganku"
Aku tertawa pahit. "Yeah"
"Aku melihat suamimu ketika aku mengunjungi Mansion vittielo dengan orang tuaku kemarin " dia.......pemaksa"
"Mengerikan " aku menambahkan dengan tenang. Ekspresi Valentina melunak , tapi percakapan
singkat kami terpotong, ketika ibu dan Gianna keluar dari kamar tidur. Dan setelah itu lebih banyak
tamu yang tiba.
Hadiah - hadiahnya kebanyakan berupa lingerie , perhiasan , dan juga tiket spa mewah di New York. Tapi lingerie lah yang terburuk, dan ketika aku membuka hadiah dari ibu tiri Luca , nina, aku sedikit kesulitan untuk tetap ,menjaga wajahku tetap datar. Aku mengangkat gaun tidur berwarna hampir putih, dan tersenyum ketat. Seluruh bagian tengahnya tembus pandang, dan sangat pendek ,bahkan tak akan menutup banyak di kakiku. Dan di bawahnya di dalam kotak hadiah, adalah sepotong yang bahkan lebih kecil dari pakaian ; celana renda putih yang mengungkapkan sebagian besar pantat ku yang di kuatkan oleh sebuah busur ke belakang. Sebuah paduan suara menggumam kagum datang dari para wanita di sekitar ku.
Aku ternganga dengan lingerie itu. Gianna memijat pelipis nya.
"Ini untuk malam pertama mu" kata Nina dengan kilatan perhitungan di matanya. " aku yakin Luca akan menyukai membuka pembungkus mu. Kita perlu menyenangkan suami kita. Luca tentu akan mengharapkan sesuatu yang berani seperti ini"
Apakah Luca mengatur ibu tirinya untuk memberiku sesuatu seperti ini? Aku tak akan membuatnya senang. Tidak setelah dia memberiku pil KB. Perutku mulas karena khawatir, dan menjadi lebih buruk ketika para wanita membicarakan tentang malam pertama.
" aku dulu sangat malu ketika tiba saatnya untuk presentasi lembaran!" Sepupu Luca Cosima berbisik dengan keras.
" presentasi sprei?" Aku bertanya.
Senyum nina merendahkan ketika dia berkata. " tidakkah ibumu menjelaskan Padamu?"
" ini adalah tradisi sisilia yang The familia dengan bangga adakan di tiap generasi". Nina menjelaskan,matanya terpaku ke wajahku. ". Setelah malam pernikahan, wanita dari pihak mempelai lelaki Datang ke pasangan pengantin untuk mengumpulkan tiap lembaran yang di gunakan saat menghabiskan malam bersama. Dan tiap tiap lembaran itu di tunjukkan ke ayah dari pihak mempelai lelaki dan perempuan, dan pada siapapun yang mau melihat pembuktian bahwa pernikahan ini sudah sah dan pengantin wanita masih suci".
Cosima terkikik. " ini juga di sebut sebagai tradisi sprei berdarah"
Wajahku membeku.
" itu tradisi yang barbar!" Gianna mendengus. "Ibu kau tak boleh membiarkan itu"
"Ini bukan terserah padaku". Kata ibuku.
" itu betul. Kami tidak boleh merusak tradisi kami". Nina beralih padaku. ". Dan dari yang aku Tau kau telah melindungi dirimu dari perhatian para lelaki jadi tak ada satupun yang perlu kau takuti. Lembaran itu akan membuktikan kebanggaan mu"
Bibir Gianna merengut, tapi semua yang bisa aku pikirkan hanyalah bahwa tradisi itu berarti aku sungguh harus tidur dengan Luca".
Aku merapikan gaun coctail hijau ku. Itu adalah warna yang seharusnya membawa keberuntungan. Aku Tau apa yang aku interpretasikan sebagai kebahagiaan berbeda jauh dengan apa yang Luca dan ayah ku interpretasikan.
Lily tak diizinkan untuk mengikuti acara bridal shower karena dia di anggap masih muda, tapi gianna berdebat untuk tetap ikut. Walaupun aku khawatir mungkin ada alasan lain dibalik persetujuan ibuku. Gianna sudah genap berusia tujuh belas tahun beberapa hari yang lalu. Itu berarti dia sudah cukup umur untuk menikah. Aku mengesampingkan pemikiran itu. Aku mendengar Gianna dan ibuku berdebat di kamar tidur tentang apa yang seharusnya Gianna kenakan ketika suara ketukan terdengar di pintu Suite. Ini masih terlalu dini, para tamu seharusnya hadir sepuluh menit lagi.
Aku membuka pintu. Valentina berdiri di depanku, Umberto di belakangnya. Dia adalah sepupu ku, tapi lima tahun lebih tua daripada aku. Ibunya dan ibuku adalah kakak beradik. Dia tersenyum minta maaf. "Aku Tau, aku terlalu cepat"
" tak apa". Kataku, aku melangkah mundur , sehingga dia bisa masuk. Umberto duduk di kursi di depan pintu. Aku sangat menyukai Valentina, jadi aku tak masalah menghabiskan beberapa waktu sendirian bersama dia. Dia tinggi dan anggun, dengan rambut cokelat tua hampir hitam dan mata hijau yang paling gelap. Dia mengenakan gaun hitam dan rok pensil yang sampai ke lututnya. Suaminya Antonio meninggal enam bulan lalu, dan di acara pernikahan ku nanti merupakan pertama kalinya dia mengenakan warna selain hitam. Terkadang para janda, terutama yang lebih tua, diharapkan mengenakan baju berkabung setidaknya selama satu tahun setelah kematian suaminya, tapi Valentina masih berumur dua puluh tiga tahun. Seperti umur Luca. Aku mendapati diriku berharap suaminya meninggal lebih cepat, sehingga dia bisa menikahi Luca dan kemudian aku merasa bersalah. Aku tak seharusnya berpikir seperti itu. Romero Berjaga di depan jendela.
"Bisakah kau menunggu di luar ? Tak ada tempat untuk pria di bridal shower".
Dia menganggukkan kepalanya, kemudian m elangkah keluar tanpa sepatah kata pun.
"Suamimu mengirimkan bodyguardnya sendiri?" Valentina bertanya.
"Dia belum menjadi suamiku"
" bukan, kau benar. Kau terlihat sedih". Dia mengatakan dengan ekspresi pengertian saat dia menenggelamkan diri di sofa. Sampanye, soft drink, dan camilan telah diatur diatas meja.
Aku menelan ludah. "Kau juga". Dan tiba tiba aku menyesali karena mengatakan itu.
" ayahku menginginkanku menikah lagi", dia berkata, sambil memutar mutar cincin pernikahannya.
Mataku melebar. "Secepat itu".
" tidak segera. Tampaknya dia telah berbicara dengan seseorang".
Aku tak bisa percaya. " kau tak bisa menolak? Kau sudah menikah".
"Tapi itu pernikahan tanpa anak. Aku terlalu muda untuk tinggal sendirian. Aku harus pindah kembali dengan keluarga ku. Ayahku bersikeras untuk melindungi ku".
Kami berdua Tau kode itu. Wanita selalu membutuhkan perlindungan dari dunia luar, terutama jika mereka berada di usia menikah. " aku minta maaf". Kataku.
" kau Tau ini apa. Kau Tau sama baiknya denganku"
Aku tertawa pahit. "Yeah"
"Aku melihat suamimu ketika aku mengunjungi Mansion vittielo dengan orang tuaku kemarin " dia.......pemaksa"
"Mengerikan " aku menambahkan dengan tenang. Ekspresi Valentina melunak , tapi percakapan
singkat kami terpotong, ketika ibu dan Gianna keluar dari kamar tidur. Dan setelah itu lebih banyak
tamu yang tiba.
Hadiah - hadiahnya kebanyakan berupa lingerie , perhiasan , dan juga tiket spa mewah di New York. Tapi lingerie lah yang terburuk, dan ketika aku membuka hadiah dari ibu tiri Luca , nina, aku sedikit kesulitan untuk tetap ,menjaga wajahku tetap datar. Aku mengangkat gaun tidur berwarna hampir putih, dan tersenyum ketat. Seluruh bagian tengahnya tembus pandang, dan sangat pendek ,bahkan tak akan menutup banyak di kakiku. Dan di bawahnya di dalam kotak hadiah, adalah sepotong yang bahkan lebih kecil dari pakaian ; celana renda putih yang mengungkapkan sebagian besar pantat ku yang di kuatkan oleh sebuah busur ke belakang. Sebuah paduan suara menggumam kagum datang dari para wanita di sekitar ku.
Aku ternganga dengan lingerie itu. Gianna memijat pelipis nya.
"Ini untuk malam pertama mu" kata Nina dengan kilatan perhitungan di matanya. " aku yakin Luca akan menyukai membuka pembungkus mu. Kita perlu menyenangkan suami kita. Luca tentu akan mengharapkan sesuatu yang berani seperti ini"
Apakah Luca mengatur ibu tirinya untuk memberiku sesuatu seperti ini? Aku tak akan membuatnya senang. Tidak setelah dia memberiku pil KB. Perutku mulas karena khawatir, dan menjadi lebih buruk ketika para wanita membicarakan tentang malam pertama.
" aku dulu sangat malu ketika tiba saatnya untuk presentasi lembaran!" Sepupu Luca Cosima berbisik dengan keras.
" presentasi sprei?" Aku bertanya.
Senyum nina merendahkan ketika dia berkata. " tidakkah ibumu menjelaskan Padamu?"
" ini adalah tradisi sisilia yang The familia dengan bangga adakan di tiap generasi". Nina menjelaskan,matanya terpaku ke wajahku. ". Setelah malam pernikahan, wanita dari pihak mempelai lelaki Datang ke pasangan pengantin untuk mengumpulkan tiap lembaran yang di gunakan saat menghabiskan malam bersama. Dan tiap tiap lembaran itu di tunjukkan ke ayah dari pihak mempelai lelaki dan perempuan, dan pada siapapun yang mau melihat pembuktian bahwa pernikahan ini sudah sah dan pengantin wanita masih suci".
Cosima terkikik. " ini juga di sebut sebagai tradisi sprei berdarah"
Wajahku membeku.
" itu tradisi yang barbar!" Gianna mendengus. "Ibu kau tak boleh membiarkan itu"
"Ini bukan terserah padaku". Kata ibuku.
" itu betul. Kami tidak boleh merusak tradisi kami". Nina beralih padaku. ". Dan dari yang aku Tau kau telah melindungi dirimu dari perhatian para lelaki jadi tak ada satupun yang perlu kau takuti. Lembaran itu akan membuktikan kebanggaan mu"
Bibir Gianna merengut, tapi semua yang bisa aku pikirkan hanyalah bahwa tradisi itu berarti aku sungguh harus tidur dengan Luca".
Chapter tiga ; bound By honor
Napas beruap meninggalkan bibir ku. Bahkan mantel tebal ku tak bisa melindungi ku dari musim dingin Chicago. Salju berderak di bawah sepatuku karena aku mengikuti ibuku menuju ke sebuah bangunan bata , yang merupakan toko untuk pesta pernikahan paling mewah di Midwest. Umberto membuntuti ku dari dekat di belakang, bayangan konstan ku. Dan tentara ayahku yang lain , berdiri di belakang saudaraku.
Pintu Kuningan bergulir menunjukkan tanda mari Kita masuk ke dalam yang terang benderang di dalam toko dan pemilik serta asistennya , segera menyambut kami. "Selamat ulang tahun,MS Schuderi". Katanya dengan suara mendayu - dayu nya.
Aku memperlihatkan senyum terpaksa. Ulang tahun kedelapan belas ku harusnya menjadi hari perayaan. Akan tetapi justru menjadi hari yang berarti aku selangkah lebih dekat untuk menikahi Luca. Aku tidak melihatnya sejak malam dia memotong jari raffaele. Dia mengirimi ku perhiasan mahal untuk ulang tahunku, liburan Natal, dan juga ulang tahun pertunangan kami, dan hanya sebatas itu kontak kami selama tiga bulan terakhir. Aku pernah melihat foto -foto dia dengan wanita lain di internet, tapi itu tak akan menghentikan hari ini ketika hubungan kami bocor ke pers. Setidaknya di depan umum dia tidak akan memamerkan pelacur ya lagi.
Aku bukan anak ingusan yang berpikir bahwa dia tidak tidur dengan mereka. Dan aku tak peduli. Selama dia memiliki wanita lain untuk di tiduri, aku berharap dia tak memikirkan ku dengan cara seperti itu.
" hanya tinggal enam bulan lagi menjelang pernikahan mu kalau aku tidak salah?" Kata si pemilik toko. Dia adalah satu satunya orang yang tampak bersemangat. Sungguh tak mengherankan, dia akan membuat banyak uang hari ini. Pernikahan yang menandai penyatuan akhir antara mafia Chicago dan New York. Uang bukanlah masalah.
Aku menegakkan kepalaku. 166 hari sampai aku harus mengubah sangkar emas ku dengan sangkar emas yang lain. Gianna memberiku tatapan bahwa sudah jelAs sekali ini semua tak penting, tapi dia tetap menjaga mulutnya. Pada usia enam belas setengah tahun akhirnya Gianna mampu mengontrol sifat pembangkang ya, sebagian besar tampaknya.
Si pemilik toko membimbing kami menuju kamar pas. Umberto dan pria lainnya tetap berjaga di luar. Lily dan Gianna meringsek sofa berwarna putih saat ibu mulai memilih gaun pengantin yang ada di pajangan. Aku berdiri di tengah-tengah ruangan. Pemandangan semua tille putih, sutra halus, brokat, yang di jalin dengan tali sampai ke tenggorokan ku. Aku menjadi wanita yang akan segera menikah. Quote tentang cinta yang menghiasi kamar pas, itu semua terasa seerti ejekan mengingat kenyataan pahit hidupku. Bukan cinta tapi mimpi konyol?
Aku bisa merasakan tatapan pemilik toko dan asistennya mengarah padaku, dan aku membusungkan dadaku sebelum bergabung dengan ibuku. Tak akan ada yang akan tau bahwa aku adalah calon pengantin yang tak bahagia tapi hanyalah sebuah pion dalam permainan kekuasaan.
" apa jenis gaun yang calon suami mu sukai?" Tanya nya ramah.
"Jenis yang telAnjang," kata Gianna, dan ibuku memelototinya. Aku memerah, tapi si pemilik toko tertawa seolah olah itu semua terlalu menyenangkan.
"Ada saatnya itu nanti pada malam pernikahan, bukankah begitu?" Dia mengedipkan mata.
Aku meraih gaun paling mahal di koleksi, dipenuhi brokat; kancing nya di sulam dengan dengan mutiara, dan benang perak membentuk pola bunga yang lembut. ". Itu semua adalah benang platinum". Kata pemilik toko. Kemudian menjelaskan harga. " kurasa pria mu akan suka dengan pilihanmu ".
Tampaknya dia kenal Luca lebih baik daripada aku. Luca sangat seperti orang asing bagiku hari ini dibanding dia tiga tahun yang lalu.
*****
Pesta pernikahan akan di adakan di taman di Mansion keluarga vittielo di Hamptons. Setiap orang sudah mulai disibukan dengan segala macam persiapan. Aku belum menjejakkan kaki ku di rumah itu atau bahkan Tau lokasinya.,tapi ibuku tetap membuatku up tO Date, tapi bukan berarti aku meminta ibuku melakukan itu.
Saat saat ketika keluarga ku baru sampai di New York beberapa jam yang lalu, adik -Adik perempuanku dan aku bergelung bersama di Suite kami di Mandarin Oriental Hotel di Manhattan. Salvatore vittielo telah menyarankan agar kami tinggal di salah satu kamar dari banyak kamar di Mansion hingga acara pernikahan lima hari ke depan, tapi ayahku menolak. Tiga tahun upaya perdamaian dan mereka masih tetap tidak mempercayai satu sama lain. Aku senang. Aku tak harus menjejakkan kaki ku di Mansion sampai nanti saatnya tiba.
Ayah setuju membiarkan ku berbagi ruangan dengan Lily dan Gianna, sehingga dia dan ibuku mempunyai Suite untuk mereka sendiri. Tentu saja, seorang Bodyguard telah di tempatkan di ketiga pintu di Suite kami.
"Apakah kita sungguh harus menghadiri bridal shower besok?" Lili bertanya, kaki telanjang ya melintang di sofa. Ibuku selalu berkata bahwa Nobokov tampaknya memikirkan Liliana di pikirannya ketik menulis Lolita. Saat Gianna memprovokasi dengan mulutnya, Lily menggunakan tubuhnya untuk melakukan itu. Dia akan berusia empat belas tahun di bulan April, bocah yang menggunakan lekuk tubuhnya yang menggoda untuk mengalihkan perhatian orang orang di sekitar kami. Dia terlihat seperti model remaja Thylane Blondeau, hanya saja. Rambutnya sedikit lebih cerah. Dan dia tak memiliki celah di antara gigi depannya.
Itu membuatku khawatir. Aku Tau itu adalah cara dia memberontak terhadap sangkar yang mengurung hidup kami, tapi ketika prajurit ayahku menanggapi godaan dia dengan kegembiraan, ada orang orang di luar sana yang akan dengan senang hati untuk salah mengartikan itu.
"Tentu saja, kita harus datang," Gianna bergumam. " Aria adalah pengantin yang bahagia, ingat?"
Lily mendengar. " tentu saja" dia bangun dengan spontan. " aku bosan, ayo kita belanja".
Umberto tidak senang akan saran itu, walaupun bersama dengan pengawal ayahku yang lainnya di sisi dia. Dia mengklaim bahwa hampir tak mungkin. Untuk tetap menjaga kami tetap dalam kontrol. Walaupun dia selalu melakukan itu seperti biasanya.
***
Kami berbelanja di toko yang menjual pakaian Rockers yang seksi- pakaian yang Lily sangat ingin coba ketika aku mendapat pesan dari Luca. Ini adalah pertama kali dia menghubungimu secara langsung dan untuk waktu yang lama aku hanya memandang layar Ponselmu. Gianna mengintip dari balik bAhuku dari ruang ganti. " 'temui aku di hotel jam enam' baik sekali cara dia meminta".
"Apa yang dia inginkan?" Aku berbisik. Aku berharap tak akan bertemu dengan di hingga tanggal sepuluh Agustus, hari dimana pernikahan kami di langsungkan.
" hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," kata Gianna, sambil melihat penampilannya di kaca.
*****
Aku gugup. Aku tidak bertemu Luca dalam jangka waktu yang sangat lama. Aku merapikan rambutku, kemudian meluruskan kaos ku. Gianna meyakinkan ku untuk mengenakan Jeans hitam ketat yang aku beli hari ini. Sekarang aku berharap aku mengenakan sesuatu yang tak terlalu membuat perhatian ke tubuhku. Mungkin akan lebih bAik. Aku masih punya lima belas menit sebelum Luca Ingin bertemu denganku. Aku bahkan tak Tau dia dimana, tapi aku berasumsi dia akan menghubungimu saat dia tiba dan meminta ku untuk turun ke lobby.
" berhenti mondar-mandir" Gianna berkata dari tempat nya di sofa, membaca majalah.
" kurasa pakaian ini sungguh bukan ide yang bagus".
" itu bagus. Pakaian ini mudah untuk memanipulasi lelaki. Lily berumur empat belas tahun dan dia sudah mengerti tentang itu. Ayah selalu berkata bahw kita ada jenis yang lemah Karena kit tak membawa senjata. Kita memiliki senjata kita sendiri, Aria, dan kau akan mulai menggunakannya. Jika kau ingin bertahan dalam pernikahan mu dengan lelaki itu, kau harus menggunakan tubuhmu untuk memanipulasi dia. Pria, meskipun Bajingan berhati dingin seperti mereka, tetap memiliki kelemahan dan itu menggantung di antara kaki mereka".
Kurasa Luca tak bisa dimanipulasi dengan begitu mudanya. Dia tak seperti pria yang mudah hilang kendali, kecuali dia memang menginginkan itu, dan aku sungguh tak yakin aku ingin dia mengenali tubuhku dengan cara seperti itu.
Ketukan membuatku melompat dan mataku terbang ke arah jam. Ini ,asih terlalu dini untuk Luca dan dia tak akan datang ke Suite kami, iya kan?"
Lily menyerbu keluar dari kamar tidur sebelum Gianna ataupun aku bahkan bisa bergerak. Dia mengenakan pakaian gadis rockernya, celana kulit ketat . Dia berpikir dia terlihat dewasa dengan itu. Gianna dan aku berpendapat dia tampak seperti gadis empat belas tahun yang berusaha terlalu keras.
Dia membuka pintu, dan menonjolkan pinggulnya keluar, berusaha terlihat sexy. Gianna menggeram tapi aku tak memperhatikan dia.
"Hi Luca". Lily mencicit. Aku bergerak lebih dekat sehingga Aku bisa melihat Luca. Dia mengamati Lily, tampaknya mencoba untuk mengingat siapa dia, Matteo, Romero, dan Cesare berdiri di belakang Luca. Wow, dia membawa pengawalnya. Dimana Umberto?
" kau Liliana , adik yang paling muda", kata Luca dan mengabaikan ekspresi menggoda Lily.
Lily cemberut. " aku tak semua itu"
"Ya, memang" aku berkata tegas, berjalan ke arah Lily dan meletakkan tanganku di bahunya. Dia hanya beberapa inci lebih kecil daripada aku. ". Pergilah ke Gianna"
Lily memberiku tatapan tak percaya kemudian dia berjalan pergi.
Nadi ku berkejaran saat Aku berbalik menghadap Luca. Matanya terpaku di kakiku, kemudian bergerak hingga ke wajahku. Tatapan itu sebelumnya tak ada di matanya saat terakhir kali aku melihat dia. Dan aku menyadari bahwa itu bisa diartikan sebagai rasa ingin. " aku tak Tau kita akan bertemu di Suite ku,". Kataku, dan aku menyadari harusnya aku menyapanya dulu atau minimal tak terlalu terdengar tak sopan.
" apakah kau akan mengizinkan ku masuk?"
Aku berjengit, dan aku mundur dan membiarkan para pria melewati ku. Hanya Cesare yang tetap di luar. Dia menutup pintu walaupun sebenarnya aku berharaplah untuk tetap membuka pintu. Matteo melenggang ke arah Gianna yang segera duduk dan melemparkan tatapan jijik nya. Lily tentu saja membalas senyumnya. " bisakah aku melihat pistol mu?"
Matteo tersenyum, tapi sebelum Matteo sempat menjawab aku sudah menjawab terlebih dahulu. " tidak, kau tidak bisa ".
Aku bisa merasakan tatapan Luca padaku, berlama lama di kaki dan pantat ku lagi. Gianna memberi ku tatapan yang berarti kubilang juga apa. Dia ingin aku menggunakan tubuhku; masalahnya aku lebih menyukai Luca mengabaikan tubuhku karena sesuatu yang lain yang aku takuti.
" kau tak harus berada disini dengan kami", Gianna bergumam. ". Ini tidak tepat ". Aku mendengus. Seakan Gianna peduli saja dengan kesopanan.
Luca menyipitkan matanya. " dimana Umberto ? Bukankah dia seharusnya menjaga pintu ini?"
"Dia mungkin ke toilet atau sedang merokok untuk istirahat". Kataku , mengangkat bahu.
" apakah ini sering terjadi, dia meninggalkan mu tanpa perlindungan?"
"Oh sepanjang waktu". Kata Gianna mengejek. " kau Tau , Lily, Aria, dan aku menyelinap keluar setiap akhir pekan. Karena kami memiliki taruhan siapa yang lebih banyak mendapatkan pria". Lily terkikikik, dan tawanya terdengar seperti lonceng.
" aku harus membicarakan ini dengan mu Aria". Kata Luca menatapku dengan tatapan dingin.
Gianna bangkit dari sofa dan mendekati kami. "Aku bercanda , demi Tuhan!". Katanya, dia berusaha melangkah di antara aku dan Luca. Tapi Matteo mencengkram pergelangan tangannya dan menariknya kembali. Lily melihat segala sesuatu nya dengan mata melebar dan Romero berdiri di depan pintu , berpura pura tidak peduli.
" lepaskan aku atau aku akan mematahkan jari -jari mu". Gianna geram. Matteo mengangkat tangannya dengan tersenyum lebar.
"Ayo" kata Luca, tangannya menyentuh punggungku lebih rendah. Aku terkesima. Jika dia melihat, dia tak berkomentar. " dimana kamar tidur mu?"
Detak jantungku tergagap saat aku mengangguk ke arah pintu sebelah kiri , Luca membawaku ke arah situ, mengabaikan protes Gianna. " aku akan menelepon ayah kami ! Kau tak bisa melakukan itu".
Kami melangkah ke kamar tidur ku dan Luca menutup pintu. Aku tak bisa apa apa selain takut. Gianna harus nya tidak mengatakan hal hal seperti itu. Saat Luca menghadap ke arahku,aku berkata. " Gianna bercanda, aku bahkan belum pernah mencium siapapun, aku bersumpah". Panas merayap ke wajahku saat aku mengakui itu, tapi aku tak ingin Luca ,arah untuk sesuatu yang bahkan tak ku lakukan.
Mata abu abu Luca mengamati ku dengan sangat intens, " aku Tau".
Bibir ku terbuka. " oh. Lalu mengapa kamu marah?"
" apakah aku terlihat marah?"
Aku memutuskan untuk tidak menjawab.
Dia menyeringai. ". Kau tidak cukup Tau tentang ku".
". Itu bukan salahku". Gumam ku
Dia menyentuh daguku dan aku. Berubah menjadi tiang garam. "Kau seperti domba yang gugup dalam Cengkraman serigala ". Dia tak Tau seberapa mengena omongannya dengan apa yang aku pikirkan. " aku tak akan menganiaya mu".
Aku pasti terlihat ragu karena dia memunculkan tawa kecil, menurunkan kepalanya ke arahku.
" apa yang kau lakukan?" Bisik ku gugup.
"Aku tak akan meniduri mu jika itu yang kau khawatirkan. Aku bisa menunggu beberapa hari lagi. Lagian Aku telah menunggu selama tiga tahun".
Aku tak percaya dia mengatakan itu. Aku Tau apa yang di harapkan di malam pernikahan, tapi aku hampir menyakinkan diriku bahwa Luca tidak tertarik dengan ku dengan cara seperti itu. " kau Memanggilku bocah terakhir kali itu"
" tapi kau bukan bocah lagi", Luca berkata dengan senyum predator. Bibirnya berjarak kurang dari satu inci dari bibir ku. " kau membuat ini menjadi begitu sulit. Aku tak bisa mencium mu,, jika kau menatapku seperti itu".
" lalu, mungkin aku harus memberikan tatapan seperti itu pada malam pernikahan kita", aku menantang.
" lalu mungkin aku akan melakukannya dari belakang sehingga aku tak akan melihatnya".
Wajahku mencelos dan Aki oleng, bertabrakan dengan dinding.
Luca menggeleng. " santai. Aku bercanda". Katanya pelan. "Aku bukan monster".
" iya kah?"
Ekspresinya mengeras dan dia menegakkan diri, kembali ke tinggi seutuhnya dia. Aku menyesali perkataan ku, walaupun itu adalah kebenaran. " aku ingin membicarakan tentang masalah perlindungan dengan mu". Dia berkata tanpa emosi, suara formal. "Saat kau pindah ke penthouse ku setelah pernikahan , Cesare dan Romero akan bertanggung jawab untuk keselamatanmu. Tapi aku ingin Romero di sampingmu sampai saat itu tiba".
"Aku punya Umberto,". Aku protes, dia menggeleng." Tampaknya dia mengambil terlalu banyak istirahat di toilet. Romero tak akan meninggalkan sisi mu dari sekarang"
"Apakah dia akan menonton ku ketika aku mandi "
" jika aku menginginkan dia begitu"
Aku mengangkat daguku, berusaha untuk memuaskan kemarahanku, " kau akan membiarkan pria lain melihatku telanjang? Kau benar benar percaya Romero tak akan mengambil kesempatan dari situasi ini".
Mata Luca menyala. " Romero setia". Dia mendekat. "Jangan khawatir aku adalah satu satunya lelaki yang akan melihatmu telanjang. Aku tak sabar" matanya menelusuri tubuhku.
Aku menyilangkan tangan di depan dada dan mengalihkan mataku. " bagaimana dengan Lily? Dia dan Gianna berbagi Suite denganku. Kau melihat apa yang bisa Lily lakukan. Dia akan main mata dengan Romero. Dia akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian Romero. Dia tak menyadari masalah apa yang bisa dia timbulkan. Aku butuh tau dia aman".
" Romero tak akan menyentuh adikmu. Liliana cuma bermain main. Dia adalah gadis kecil. Romero suka wanita dewasa dan bersedia".
"Dan kau tidak?" Aku hampir bertanya, tapi menelan kembali kata kataku, lalu mengangguk.
Mataku melesat ke tempat tidur. Ini adalah pengingat mengerikan akan apa yang akan terjadi segera.
" ada sesuatu yang lain. Apa kau mengkonsumsi pil?"
Warna terkuras dari wajahku ketika aku menatapnya. " tentu saja tidak"
Luca meneliti ku dengan ketenangan yang mengganggu. " ibumu bisa membuatmu mulai untuk mempersiapkan pernikahan".
Aku cukup yakin aku memiliki gangguan saraf setiap saat " ibuku takkan melakukan itu. Ibuku bahkan tak kan bicara mengenai hal hal ini".
Luca mengangkat satu alis. " tapi kau Tau apa yang akan terjadi antara seorang pria dan wanita di malam pernikahan ?"
Dia mengejek ku, bajingan itu. " aku Tau apa yang akan terjadi pada pasangan normal. Dalam kasus kita, ku pikir kata yang kau cari adalah pemerkosaan".
Mata Luca melintas dengan emosi. " aku ingin kau mulai minum pil". Dia menyerahkan paket kecil. Itu KB.
" bukankah aku butuh bertemu dokter sebelum aku mulai mengkonsumsi pengontrol kehamilan ".
" kami punya dokter yang telah bekerja untuk familia selama beberapa dekade. Ini dari dia. Kau perlu meminum pil itu segera. Butuh 48 jam agar pil itu bekerja".
Aku tak percaya. Dia tampak benar benar semangat untuk meniduri ku. Perutku menegang. " dan bagaimana jika aku tak mau".
Luca mengangkat bahu. " aku akan mengenakan kondom. Bagaimanapun caranya, pAda malam pernikahan kita, kau adalah milikku".
Dia membuka pintu dan memberi isyarat padaku untuk bergerak. Seolah olah tak sadar, aku berjalan ke ruang tamu Suite,aku tak bermaksud untuk membuat dia marah, tapi sekarang sudah terlambat. Ini mungkin bukan yang terakhir kalinya juga.
Umberto berdiri di samping Gianna dan Lily, tampak kesal. " apa yang kau lakukan disini?"
"Kau harus memperhatikan dengan lebih baik di masa mendatang, dan usahakan untuk seminimum mungkin istirahat". Luca memberitahu Umberto.
" aku hanya pergi beberapa menit dan sudah ada penjaga di pintu lainnya"
Gianna menyeringai, mata Matteo terkunci pada dirinya. " apa yang kau lihat !" Bentakknya.
Matteo membungkuk ke depan ". Melihat tubuh mu yang hot"
" kalau begitu lihatlah" dia mengangkat satu bahu, " karena cuma itu yang bisa kau lakukan pada tubuh Panasku".
" hentikan" Umberto memperingatkan.
Aku tak melihat dia, tapi pada Matteo yang memiliki ekspresi mempertimbangkan di wajahnya.
" Romero akan mengambil alih tugas untuk mengawasi hingga acara pernikahan" kata Luca. Umberto membuka mulut, tapi Luca mengangkat tangannya. " sudah diputuskan". Dia berbalik ke arah Romero yang langsung berdiri tegak. Mereka berjalan beberapa langkah menjauh dari kami. Gianna memepet ku. " apa maksud dia?"
" Romero adalah pengawal baru ku".
" dia hanya mau mengontrol mu"
"SH". Aku mengamati Luca dan Romero. Setelah beberapa saat, Romero melirik ke Lily, kemudian mengangguk dan mengatakan sesuatu. Mereka akhirnya kembali ke kami. " Romero akan tinggal bersama mu" kata luca. Dia begitu dingin karena aku mengatai dia monster.
" dan apa yang harus aku lakukan?" Tanya Umberto
" kau bisa menjaga pintu mereka"
" atau kau bisa bergabung dengan pesta kami". Matteo menyarankan.
" aku tak tertarik", kata Umberto.
Luca mengangkat bahu. " terserah. Schuderi bergabung dengan kami"
Ayahku akan pergi dengan mereka? Aku bahkan tak ingin Tau apa yang mereka lakukan.
Luca berpaling padaku. " ingat apa yang aku katakan"
Aku tak mengatakan apapun, hanya mencengkram paket pil di tanganku. Tanpa berkata apa apa lagi, Luca dan Matteo pergi. Romero membuka pintu. " kau bisa pergi juga". Dia berkata pada Umberto yang melotot tapi lalu berjalan keluar setelah beberapa saat. Romero menutup pintu dan menguncinya.
Gianna menganga. " kau pasti tidak serius".
Romero bersandar di pintu, lengannya dilipat , dia tak bereaksi.
" kemarilah. Gianna". Aku menariknya ke sofa dan menjatuhkan diri. Lily sudah berlutut di kursi, mengamati Romero dengan penuh perhatian. Mata Gianna jelalatan ke arahku. " apa ini?"
" pil KB ".
" jangan bilang bajingan itu memberikan Padamu sekarang sehingga dia bisa menggauli mu di malam pernikahan"
"Kau tak akan meminumnya kan?"
"Aku harus, ini tidak akan menghentikan Luca jika Aku tak meminumnya. Dia hanya akan marah".
Gianna menggeleng, tapi aku memberi tatapan memohon. " aku tak ingin berdebat denganmu. Ayo kita menonton film, oke? Aku benar benar butuh pengalihan". Setelah beberapa saat , Gianna mengangguk. Kami menonton film secara acak, tapi sangat sulit untuk fokus ketika Romero menjaga kami.
" apa kau akan berdiri disana sepanjang malam?" Tanyaku akhirnya. " kau membuatku gugup. Tidak bisakah kau setidaknya duduk?"
Dia pindah ke arah kursi kosong dan beringsut ke bawah. Dia melepas jaketnya dan menampakkan kemeja putih dan sarung yang memegang dua senjata dan pisau panjang.
" wow" Lily menarik napas. Dia berdiri dan berjalan ke arah Romero. Romero tetap menjaga perhatiannya ke arah pintu. Lilly melangkah ke arahnya, dan dia tak punya pilihan lain selain melihat Lily. Lily tersenyum. Dia dengan cepat masuk ke pangkuan Romero dan Romero menegang. Aku melompat dari sofa dan menariknya. " lily apa yang kau lakukan.? Kau tak boleh bertingkah seperti itu. Suatu hari seorang pria akan mengambil keuntungan darimu". Banyak pria kesulitan mengatasi godaan. Provokatif dan terkadang tindakan wanita tidak dimaksudkan untuk itu.
Romero menegakkan tubuh di kursinya.
" dia tak kan menyakitiku. Luca melarangnya kan?"
" dia bisa saja mencuri keuntungan darimu lalu menggorok lehermu sesudahnya, jadi kau tak bisa mengatakan apapun kepada orang lain". Kata Gianna kasar. Aku menatapnya tajam.
Mata Lily terbelalak.
" aku tak akan melakukan itu". Kata Romero. Mengagetkan kami dengan suaranya.
" kau seharusnya tak mengatakan itu" Gianna bergumam. " sekarang dia akan terus mengikutimu"
" Lily pergi tidur," aku menyuruhnya dan dia melakukan protes keras.
" maafkan aku" kataku " dia tak Tau apa yang dia lakukan".
Romero mengangguk. " jangan khawatir. Aku memiliki adik perempuan seusianya".
" berapa umur mu?"
"Dua puluh"
" dan sudah berapa lama kau berkerja untuk Luca?" Gianna mematikan TV untuk fokus pada interogasi ya. Aku menetap pada sandaran.
"Empat tahun. Tapi aku sudah jadi Made man (anggota mafia) selama enam tahun".
" kau pasti sangat bagus sampai Luca memilihmu untuk melindungi Aria"
Romero mengangkat bahu. " Tau bagaimana Aku bisa menghendel diri dalam pertarungan bukanlah alasan utama, Luca Tau , aku loyal".
" yang berarti kau tak akan menyerang Aria"
Aku memutar mataku ke Gianna. Romero tampaknya menyesali karena dia meninggalkan tempatnya di depan pintu. " Luca Tau dia bisa mempercayai ku untuk apa yang menjadi milik dia".
Bibir Gianna menipis. Kata kata yang salah untuk diucapkan " jadi jika Aria keluar dalam keadaan telanjang malam ini dan kau terangsang karena apa yang tidak bisa kau tahan, Luca tak akan memotong Bayangmu?"
Romero jelas terkejut. Dia menatapku, seolah olah dia benar benar khawatir aku akan melakukan itu. " abaikan dia. Aku tak kan melakukan itu"
"Dimana Luca dan para pria lain berpesta malam ini?"
Romero tak menjawab.
" mungkin di club striptease dan kemudian di salah satu pelacuran yang familia jalankan" Gianna bergumam. " kenapa para pria bisa bermain wanita saat kita harus menjaga keperawanan kita saat malam pernikahan? Dan kenapa Luca boleh menyetubuhi siapapun dia mau ketika Aria bahkan tak boleh mencium satu lelaki pun?"
" aku tak membuat peraturan itu". Romero berkata dengan singkat.
" tapi kau memastikan bahwa kami tak melanggarnya. Kau bukan pelindung kami, kau sipir kami"
" apakah kau pernah mempertimbangkan bahwa aku melindungi dari orang orang yang tak Tau siapa Aria ? " dia bertanya.
Aku mengerutkan kening.
" Luca akan membunuh siapa saja yang berani menyentuhmu. Tentu saja, kau bisa keluar, bermain mata dengan seorang pria dan Move oN. Karena kau bukan seseorang yang akan Luca buru".
" Luca bukanlah tunangan ku" kata Gianna.
" ayahmu akan membunuh pria mana pun yang mendekati mu, karena dia tak mau seorangpun merusak hartanya yang paling berharga"
Untuk pertama kalinya , aku menyadari bahwa karena aku telah diberikan pada Luca itu bukan berarti Gianna tak akan di paksa untuk menikah dengan orang lain. Aku tiba tiba merasa sangat lelah. " aku akan tidur"
Aku berbaring terjaga sepanjang malam, memikirkan cara untuk keluar dari pernikahan ini, tapi satu satunya pilihan adalah Haris menjalaninya dan sementara Gianna pasti akan mengikuti jejak ku. Lalu bagaimana dengan Liliana ? Aku tak bisa menjaga mereka berdua tetap aman. Dan bagaimana Fabiano? Bagaimana ibuku? Aku tak bisa meninggalkan semuanya. Aku Tak Tau apa apa lagi. Mungkin aku pengecut. Walaupun menikahi pria seperti Luca mungkin diperlukan keberanian lebih dari melarikan diri.
Pintu Kuningan bergulir menunjukkan tanda mari Kita masuk ke dalam yang terang benderang di dalam toko dan pemilik serta asistennya , segera menyambut kami. "Selamat ulang tahun,MS Schuderi". Katanya dengan suara mendayu - dayu nya.
Aku memperlihatkan senyum terpaksa. Ulang tahun kedelapan belas ku harusnya menjadi hari perayaan. Akan tetapi justru menjadi hari yang berarti aku selangkah lebih dekat untuk menikahi Luca. Aku tidak melihatnya sejak malam dia memotong jari raffaele. Dia mengirimi ku perhiasan mahal untuk ulang tahunku, liburan Natal, dan juga ulang tahun pertunangan kami, dan hanya sebatas itu kontak kami selama tiga bulan terakhir. Aku pernah melihat foto -foto dia dengan wanita lain di internet, tapi itu tak akan menghentikan hari ini ketika hubungan kami bocor ke pers. Setidaknya di depan umum dia tidak akan memamerkan pelacur ya lagi.
Aku bukan anak ingusan yang berpikir bahwa dia tidak tidur dengan mereka. Dan aku tak peduli. Selama dia memiliki wanita lain untuk di tiduri, aku berharap dia tak memikirkan ku dengan cara seperti itu.
" hanya tinggal enam bulan lagi menjelang pernikahan mu kalau aku tidak salah?" Kata si pemilik toko. Dia adalah satu satunya orang yang tampak bersemangat. Sungguh tak mengherankan, dia akan membuat banyak uang hari ini. Pernikahan yang menandai penyatuan akhir antara mafia Chicago dan New York. Uang bukanlah masalah.
Aku menegakkan kepalaku. 166 hari sampai aku harus mengubah sangkar emas ku dengan sangkar emas yang lain. Gianna memberiku tatapan bahwa sudah jelAs sekali ini semua tak penting, tapi dia tetap menjaga mulutnya. Pada usia enam belas setengah tahun akhirnya Gianna mampu mengontrol sifat pembangkang ya, sebagian besar tampaknya.
Si pemilik toko membimbing kami menuju kamar pas. Umberto dan pria lainnya tetap berjaga di luar. Lily dan Gianna meringsek sofa berwarna putih saat ibu mulai memilih gaun pengantin yang ada di pajangan. Aku berdiri di tengah-tengah ruangan. Pemandangan semua tille putih, sutra halus, brokat, yang di jalin dengan tali sampai ke tenggorokan ku. Aku menjadi wanita yang akan segera menikah. Quote tentang cinta yang menghiasi kamar pas, itu semua terasa seerti ejekan mengingat kenyataan pahit hidupku. Bukan cinta tapi mimpi konyol?
Aku bisa merasakan tatapan pemilik toko dan asistennya mengarah padaku, dan aku membusungkan dadaku sebelum bergabung dengan ibuku. Tak akan ada yang akan tau bahwa aku adalah calon pengantin yang tak bahagia tapi hanyalah sebuah pion dalam permainan kekuasaan.
" apa jenis gaun yang calon suami mu sukai?" Tanya nya ramah.
"Jenis yang telAnjang," kata Gianna, dan ibuku memelototinya. Aku memerah, tapi si pemilik toko tertawa seolah olah itu semua terlalu menyenangkan.
"Ada saatnya itu nanti pada malam pernikahan, bukankah begitu?" Dia mengedipkan mata.
Aku meraih gaun paling mahal di koleksi, dipenuhi brokat; kancing nya di sulam dengan dengan mutiara, dan benang perak membentuk pola bunga yang lembut. ". Itu semua adalah benang platinum". Kata pemilik toko. Kemudian menjelaskan harga. " kurasa pria mu akan suka dengan pilihanmu ".
Tampaknya dia kenal Luca lebih baik daripada aku. Luca sangat seperti orang asing bagiku hari ini dibanding dia tiga tahun yang lalu.
*****
Pesta pernikahan akan di adakan di taman di Mansion keluarga vittielo di Hamptons. Setiap orang sudah mulai disibukan dengan segala macam persiapan. Aku belum menjejakkan kaki ku di rumah itu atau bahkan Tau lokasinya.,tapi ibuku tetap membuatku up tO Date, tapi bukan berarti aku meminta ibuku melakukan itu.
Saat saat ketika keluarga ku baru sampai di New York beberapa jam yang lalu, adik -Adik perempuanku dan aku bergelung bersama di Suite kami di Mandarin Oriental Hotel di Manhattan. Salvatore vittielo telah menyarankan agar kami tinggal di salah satu kamar dari banyak kamar di Mansion hingga acara pernikahan lima hari ke depan, tapi ayahku menolak. Tiga tahun upaya perdamaian dan mereka masih tetap tidak mempercayai satu sama lain. Aku senang. Aku tak harus menjejakkan kaki ku di Mansion sampai nanti saatnya tiba.
Ayah setuju membiarkan ku berbagi ruangan dengan Lily dan Gianna, sehingga dia dan ibuku mempunyai Suite untuk mereka sendiri. Tentu saja, seorang Bodyguard telah di tempatkan di ketiga pintu di Suite kami.
"Apakah kita sungguh harus menghadiri bridal shower besok?" Lili bertanya, kaki telanjang ya melintang di sofa. Ibuku selalu berkata bahwa Nobokov tampaknya memikirkan Liliana di pikirannya ketik menulis Lolita. Saat Gianna memprovokasi dengan mulutnya, Lily menggunakan tubuhnya untuk melakukan itu. Dia akan berusia empat belas tahun di bulan April, bocah yang menggunakan lekuk tubuhnya yang menggoda untuk mengalihkan perhatian orang orang di sekitar kami. Dia terlihat seperti model remaja Thylane Blondeau, hanya saja. Rambutnya sedikit lebih cerah. Dan dia tak memiliki celah di antara gigi depannya.
Itu membuatku khawatir. Aku Tau itu adalah cara dia memberontak terhadap sangkar yang mengurung hidup kami, tapi ketika prajurit ayahku menanggapi godaan dia dengan kegembiraan, ada orang orang di luar sana yang akan dengan senang hati untuk salah mengartikan itu.
"Tentu saja, kita harus datang," Gianna bergumam. " Aria adalah pengantin yang bahagia, ingat?"
Lily mendengar. " tentu saja" dia bangun dengan spontan. " aku bosan, ayo kita belanja".
Umberto tidak senang akan saran itu, walaupun bersama dengan pengawal ayahku yang lainnya di sisi dia. Dia mengklaim bahwa hampir tak mungkin. Untuk tetap menjaga kami tetap dalam kontrol. Walaupun dia selalu melakukan itu seperti biasanya.
***
Kami berbelanja di toko yang menjual pakaian Rockers yang seksi- pakaian yang Lily sangat ingin coba ketika aku mendapat pesan dari Luca. Ini adalah pertama kali dia menghubungimu secara langsung dan untuk waktu yang lama aku hanya memandang layar Ponselmu. Gianna mengintip dari balik bAhuku dari ruang ganti. " 'temui aku di hotel jam enam' baik sekali cara dia meminta".
"Apa yang dia inginkan?" Aku berbisik. Aku berharap tak akan bertemu dengan di hingga tanggal sepuluh Agustus, hari dimana pernikahan kami di langsungkan.
" hanya ada satu cara untuk mengetahuinya," kata Gianna, sambil melihat penampilannya di kaca.
*****
Aku gugup. Aku tidak bertemu Luca dalam jangka waktu yang sangat lama. Aku merapikan rambutku, kemudian meluruskan kaos ku. Gianna meyakinkan ku untuk mengenakan Jeans hitam ketat yang aku beli hari ini. Sekarang aku berharap aku mengenakan sesuatu yang tak terlalu membuat perhatian ke tubuhku. Mungkin akan lebih bAik. Aku masih punya lima belas menit sebelum Luca Ingin bertemu denganku. Aku bahkan tak Tau dia dimana, tapi aku berasumsi dia akan menghubungimu saat dia tiba dan meminta ku untuk turun ke lobby.
" berhenti mondar-mandir" Gianna berkata dari tempat nya di sofa, membaca majalah.
" kurasa pakaian ini sungguh bukan ide yang bagus".
" itu bagus. Pakaian ini mudah untuk memanipulasi lelaki. Lily berumur empat belas tahun dan dia sudah mengerti tentang itu. Ayah selalu berkata bahw kita ada jenis yang lemah Karena kit tak membawa senjata. Kita memiliki senjata kita sendiri, Aria, dan kau akan mulai menggunakannya. Jika kau ingin bertahan dalam pernikahan mu dengan lelaki itu, kau harus menggunakan tubuhmu untuk memanipulasi dia. Pria, meskipun Bajingan berhati dingin seperti mereka, tetap memiliki kelemahan dan itu menggantung di antara kaki mereka".
Kurasa Luca tak bisa dimanipulasi dengan begitu mudanya. Dia tak seperti pria yang mudah hilang kendali, kecuali dia memang menginginkan itu, dan aku sungguh tak yakin aku ingin dia mengenali tubuhku dengan cara seperti itu.
Ketukan membuatku melompat dan mataku terbang ke arah jam. Ini ,asih terlalu dini untuk Luca dan dia tak akan datang ke Suite kami, iya kan?"
Lily menyerbu keluar dari kamar tidur sebelum Gianna ataupun aku bahkan bisa bergerak. Dia mengenakan pakaian gadis rockernya, celana kulit ketat . Dia berpikir dia terlihat dewasa dengan itu. Gianna dan aku berpendapat dia tampak seperti gadis empat belas tahun yang berusaha terlalu keras.
Dia membuka pintu, dan menonjolkan pinggulnya keluar, berusaha terlihat sexy. Gianna menggeram tapi aku tak memperhatikan dia.
"Hi Luca". Lily mencicit. Aku bergerak lebih dekat sehingga Aku bisa melihat Luca. Dia mengamati Lily, tampaknya mencoba untuk mengingat siapa dia, Matteo, Romero, dan Cesare berdiri di belakang Luca. Wow, dia membawa pengawalnya. Dimana Umberto?
" kau Liliana , adik yang paling muda", kata Luca dan mengabaikan ekspresi menggoda Lily.
Lily cemberut. " aku tak semua itu"
"Ya, memang" aku berkata tegas, berjalan ke arah Lily dan meletakkan tanganku di bahunya. Dia hanya beberapa inci lebih kecil daripada aku. ". Pergilah ke Gianna"
Lily memberiku tatapan tak percaya kemudian dia berjalan pergi.
Nadi ku berkejaran saat Aku berbalik menghadap Luca. Matanya terpaku di kakiku, kemudian bergerak hingga ke wajahku. Tatapan itu sebelumnya tak ada di matanya saat terakhir kali aku melihat dia. Dan aku menyadari bahwa itu bisa diartikan sebagai rasa ingin. " aku tak Tau kita akan bertemu di Suite ku,". Kataku, dan aku menyadari harusnya aku menyapanya dulu atau minimal tak terlalu terdengar tak sopan.
" apakah kau akan mengizinkan ku masuk?"
Aku berjengit, dan aku mundur dan membiarkan para pria melewati ku. Hanya Cesare yang tetap di luar. Dia menutup pintu walaupun sebenarnya aku berharaplah untuk tetap membuka pintu. Matteo melenggang ke arah Gianna yang segera duduk dan melemparkan tatapan jijik nya. Lily tentu saja membalas senyumnya. " bisakah aku melihat pistol mu?"
Matteo tersenyum, tapi sebelum Matteo sempat menjawab aku sudah menjawab terlebih dahulu. " tidak, kau tidak bisa ".
Aku bisa merasakan tatapan Luca padaku, berlama lama di kaki dan pantat ku lagi. Gianna memberi ku tatapan yang berarti kubilang juga apa. Dia ingin aku menggunakan tubuhku; masalahnya aku lebih menyukai Luca mengabaikan tubuhku karena sesuatu yang lain yang aku takuti.
" kau tak harus berada disini dengan kami", Gianna bergumam. ". Ini tidak tepat ". Aku mendengus. Seakan Gianna peduli saja dengan kesopanan.
Luca menyipitkan matanya. " dimana Umberto ? Bukankah dia seharusnya menjaga pintu ini?"
"Dia mungkin ke toilet atau sedang merokok untuk istirahat". Kataku , mengangkat bahu.
" apakah ini sering terjadi, dia meninggalkan mu tanpa perlindungan?"
"Oh sepanjang waktu". Kata Gianna mengejek. " kau Tau , Lily, Aria, dan aku menyelinap keluar setiap akhir pekan. Karena kami memiliki taruhan siapa yang lebih banyak mendapatkan pria". Lily terkikikik, dan tawanya terdengar seperti lonceng.
" aku harus membicarakan ini dengan mu Aria". Kata Luca menatapku dengan tatapan dingin.
Gianna bangkit dari sofa dan mendekati kami. "Aku bercanda , demi Tuhan!". Katanya, dia berusaha melangkah di antara aku dan Luca. Tapi Matteo mencengkram pergelangan tangannya dan menariknya kembali. Lily melihat segala sesuatu nya dengan mata melebar dan Romero berdiri di depan pintu , berpura pura tidak peduli.
" lepaskan aku atau aku akan mematahkan jari -jari mu". Gianna geram. Matteo mengangkat tangannya dengan tersenyum lebar.
"Ayo" kata Luca, tangannya menyentuh punggungku lebih rendah. Aku terkesima. Jika dia melihat, dia tak berkomentar. " dimana kamar tidur mu?"
Detak jantungku tergagap saat aku mengangguk ke arah pintu sebelah kiri , Luca membawaku ke arah situ, mengabaikan protes Gianna. " aku akan menelepon ayah kami ! Kau tak bisa melakukan itu".
Kami melangkah ke kamar tidur ku dan Luca menutup pintu. Aku tak bisa apa apa selain takut. Gianna harus nya tidak mengatakan hal hal seperti itu. Saat Luca menghadap ke arahku,aku berkata. " Gianna bercanda, aku bahkan belum pernah mencium siapapun, aku bersumpah". Panas merayap ke wajahku saat aku mengakui itu, tapi aku tak ingin Luca ,arah untuk sesuatu yang bahkan tak ku lakukan.
Mata abu abu Luca mengamati ku dengan sangat intens, " aku Tau".
Bibir ku terbuka. " oh. Lalu mengapa kamu marah?"
" apakah aku terlihat marah?"
Aku memutuskan untuk tidak menjawab.
Dia menyeringai. ". Kau tidak cukup Tau tentang ku".
". Itu bukan salahku". Gumam ku
Dia menyentuh daguku dan aku. Berubah menjadi tiang garam. "Kau seperti domba yang gugup dalam Cengkraman serigala ". Dia tak Tau seberapa mengena omongannya dengan apa yang aku pikirkan. " aku tak akan menganiaya mu".
Aku pasti terlihat ragu karena dia memunculkan tawa kecil, menurunkan kepalanya ke arahku.
" apa yang kau lakukan?" Bisik ku gugup.
"Aku tak akan meniduri mu jika itu yang kau khawatirkan. Aku bisa menunggu beberapa hari lagi. Lagian Aku telah menunggu selama tiga tahun".
Aku tak percaya dia mengatakan itu. Aku Tau apa yang di harapkan di malam pernikahan, tapi aku hampir menyakinkan diriku bahwa Luca tidak tertarik dengan ku dengan cara seperti itu. " kau Memanggilku bocah terakhir kali itu"
" tapi kau bukan bocah lagi", Luca berkata dengan senyum predator. Bibirnya berjarak kurang dari satu inci dari bibir ku. " kau membuat ini menjadi begitu sulit. Aku tak bisa mencium mu,, jika kau menatapku seperti itu".
" lalu, mungkin aku harus memberikan tatapan seperti itu pada malam pernikahan kita", aku menantang.
" lalu mungkin aku akan melakukannya dari belakang sehingga aku tak akan melihatnya".
Wajahku mencelos dan Aki oleng, bertabrakan dengan dinding.
Luca menggeleng. " santai. Aku bercanda". Katanya pelan. "Aku bukan monster".
" iya kah?"
Ekspresinya mengeras dan dia menegakkan diri, kembali ke tinggi seutuhnya dia. Aku menyesali perkataan ku, walaupun itu adalah kebenaran. " aku ingin membicarakan tentang masalah perlindungan dengan mu". Dia berkata tanpa emosi, suara formal. "Saat kau pindah ke penthouse ku setelah pernikahan , Cesare dan Romero akan bertanggung jawab untuk keselamatanmu. Tapi aku ingin Romero di sampingmu sampai saat itu tiba".
"Aku punya Umberto,". Aku protes, dia menggeleng." Tampaknya dia mengambil terlalu banyak istirahat di toilet. Romero tak akan meninggalkan sisi mu dari sekarang"
"Apakah dia akan menonton ku ketika aku mandi "
" jika aku menginginkan dia begitu"
Aku mengangkat daguku, berusaha untuk memuaskan kemarahanku, " kau akan membiarkan pria lain melihatku telanjang? Kau benar benar percaya Romero tak akan mengambil kesempatan dari situasi ini".
Mata Luca menyala. " Romero setia". Dia mendekat. "Jangan khawatir aku adalah satu satunya lelaki yang akan melihatmu telanjang. Aku tak sabar" matanya menelusuri tubuhku.
Aku menyilangkan tangan di depan dada dan mengalihkan mataku. " bagaimana dengan Lily? Dia dan Gianna berbagi Suite denganku. Kau melihat apa yang bisa Lily lakukan. Dia akan main mata dengan Romero. Dia akan melakukan apa saja untuk menarik perhatian Romero. Dia tak menyadari masalah apa yang bisa dia timbulkan. Aku butuh tau dia aman".
" Romero tak akan menyentuh adikmu. Liliana cuma bermain main. Dia adalah gadis kecil. Romero suka wanita dewasa dan bersedia".
"Dan kau tidak?" Aku hampir bertanya, tapi menelan kembali kata kataku, lalu mengangguk.
Mataku melesat ke tempat tidur. Ini adalah pengingat mengerikan akan apa yang akan terjadi segera.
" ada sesuatu yang lain. Apa kau mengkonsumsi pil?"
Warna terkuras dari wajahku ketika aku menatapnya. " tentu saja tidak"
Luca meneliti ku dengan ketenangan yang mengganggu. " ibumu bisa membuatmu mulai untuk mempersiapkan pernikahan".
Aku cukup yakin aku memiliki gangguan saraf setiap saat " ibuku takkan melakukan itu. Ibuku bahkan tak kan bicara mengenai hal hal ini".
Luca mengangkat satu alis. " tapi kau Tau apa yang akan terjadi antara seorang pria dan wanita di malam pernikahan ?"
Dia mengejek ku, bajingan itu. " aku Tau apa yang akan terjadi pada pasangan normal. Dalam kasus kita, ku pikir kata yang kau cari adalah pemerkosaan".
Mata Luca melintas dengan emosi. " aku ingin kau mulai minum pil". Dia menyerahkan paket kecil. Itu KB.
" bukankah aku butuh bertemu dokter sebelum aku mulai mengkonsumsi pengontrol kehamilan ".
" kami punya dokter yang telah bekerja untuk familia selama beberapa dekade. Ini dari dia. Kau perlu meminum pil itu segera. Butuh 48 jam agar pil itu bekerja".
Aku tak percaya. Dia tampak benar benar semangat untuk meniduri ku. Perutku menegang. " dan bagaimana jika aku tak mau".
Luca mengangkat bahu. " aku akan mengenakan kondom. Bagaimanapun caranya, pAda malam pernikahan kita, kau adalah milikku".
Dia membuka pintu dan memberi isyarat padaku untuk bergerak. Seolah olah tak sadar, aku berjalan ke ruang tamu Suite,aku tak bermaksud untuk membuat dia marah, tapi sekarang sudah terlambat. Ini mungkin bukan yang terakhir kalinya juga.
Umberto berdiri di samping Gianna dan Lily, tampak kesal. " apa yang kau lakukan disini?"
"Kau harus memperhatikan dengan lebih baik di masa mendatang, dan usahakan untuk seminimum mungkin istirahat". Luca memberitahu Umberto.
" aku hanya pergi beberapa menit dan sudah ada penjaga di pintu lainnya"
Gianna menyeringai, mata Matteo terkunci pada dirinya. " apa yang kau lihat !" Bentakknya.
Matteo membungkuk ke depan ". Melihat tubuh mu yang hot"
" kalau begitu lihatlah" dia mengangkat satu bahu, " karena cuma itu yang bisa kau lakukan pada tubuh Panasku".
" hentikan" Umberto memperingatkan.
Aku tak melihat dia, tapi pada Matteo yang memiliki ekspresi mempertimbangkan di wajahnya.
" Romero akan mengambil alih tugas untuk mengawasi hingga acara pernikahan" kata Luca. Umberto membuka mulut, tapi Luca mengangkat tangannya. " sudah diputuskan". Dia berbalik ke arah Romero yang langsung berdiri tegak. Mereka berjalan beberapa langkah menjauh dari kami. Gianna memepet ku. " apa maksud dia?"
" Romero adalah pengawal baru ku".
" dia hanya mau mengontrol mu"
"SH". Aku mengamati Luca dan Romero. Setelah beberapa saat, Romero melirik ke Lily, kemudian mengangguk dan mengatakan sesuatu. Mereka akhirnya kembali ke kami. " Romero akan tinggal bersama mu" kata luca. Dia begitu dingin karena aku mengatai dia monster.
" dan apa yang harus aku lakukan?" Tanya Umberto
" kau bisa menjaga pintu mereka"
" atau kau bisa bergabung dengan pesta kami". Matteo menyarankan.
" aku tak tertarik", kata Umberto.
Luca mengangkat bahu. " terserah. Schuderi bergabung dengan kami"
Ayahku akan pergi dengan mereka? Aku bahkan tak ingin Tau apa yang mereka lakukan.
Luca berpaling padaku. " ingat apa yang aku katakan"
Aku tak mengatakan apapun, hanya mencengkram paket pil di tanganku. Tanpa berkata apa apa lagi, Luca dan Matteo pergi. Romero membuka pintu. " kau bisa pergi juga". Dia berkata pada Umberto yang melotot tapi lalu berjalan keluar setelah beberapa saat. Romero menutup pintu dan menguncinya.
Gianna menganga. " kau pasti tidak serius".
Romero bersandar di pintu, lengannya dilipat , dia tak bereaksi.
" kemarilah. Gianna". Aku menariknya ke sofa dan menjatuhkan diri. Lily sudah berlutut di kursi, mengamati Romero dengan penuh perhatian. Mata Gianna jelalatan ke arahku. " apa ini?"
" pil KB ".
" jangan bilang bajingan itu memberikan Padamu sekarang sehingga dia bisa menggauli mu di malam pernikahan"
"Kau tak akan meminumnya kan?"
"Aku harus, ini tidak akan menghentikan Luca jika Aku tak meminumnya. Dia hanya akan marah".
Gianna menggeleng, tapi aku memberi tatapan memohon. " aku tak ingin berdebat denganmu. Ayo kita menonton film, oke? Aku benar benar butuh pengalihan". Setelah beberapa saat , Gianna mengangguk. Kami menonton film secara acak, tapi sangat sulit untuk fokus ketika Romero menjaga kami.
" apa kau akan berdiri disana sepanjang malam?" Tanyaku akhirnya. " kau membuatku gugup. Tidak bisakah kau setidaknya duduk?"
Dia pindah ke arah kursi kosong dan beringsut ke bawah. Dia melepas jaketnya dan menampakkan kemeja putih dan sarung yang memegang dua senjata dan pisau panjang.
" wow" Lily menarik napas. Dia berdiri dan berjalan ke arah Romero. Romero tetap menjaga perhatiannya ke arah pintu. Lilly melangkah ke arahnya, dan dia tak punya pilihan lain selain melihat Lily. Lily tersenyum. Dia dengan cepat masuk ke pangkuan Romero dan Romero menegang. Aku melompat dari sofa dan menariknya. " lily apa yang kau lakukan.? Kau tak boleh bertingkah seperti itu. Suatu hari seorang pria akan mengambil keuntungan darimu". Banyak pria kesulitan mengatasi godaan. Provokatif dan terkadang tindakan wanita tidak dimaksudkan untuk itu.
Romero menegakkan tubuh di kursinya.
" dia tak kan menyakitiku. Luca melarangnya kan?"
" dia bisa saja mencuri keuntungan darimu lalu menggorok lehermu sesudahnya, jadi kau tak bisa mengatakan apapun kepada orang lain". Kata Gianna kasar. Aku menatapnya tajam.
Mata Lily terbelalak.
" aku tak akan melakukan itu". Kata Romero. Mengagetkan kami dengan suaranya.
" kau seharusnya tak mengatakan itu" Gianna bergumam. " sekarang dia akan terus mengikutimu"
" Lily pergi tidur," aku menyuruhnya dan dia melakukan protes keras.
" maafkan aku" kataku " dia tak Tau apa yang dia lakukan".
Romero mengangguk. " jangan khawatir. Aku memiliki adik perempuan seusianya".
" berapa umur mu?"
"Dua puluh"
" dan sudah berapa lama kau berkerja untuk Luca?" Gianna mematikan TV untuk fokus pada interogasi ya. Aku menetap pada sandaran.
"Empat tahun. Tapi aku sudah jadi Made man (anggota mafia) selama enam tahun".
" kau pasti sangat bagus sampai Luca memilihmu untuk melindungi Aria"
Romero mengangkat bahu. " Tau bagaimana Aku bisa menghendel diri dalam pertarungan bukanlah alasan utama, Luca Tau , aku loyal".
" yang berarti kau tak akan menyerang Aria"
Aku memutar mataku ke Gianna. Romero tampaknya menyesali karena dia meninggalkan tempatnya di depan pintu. " Luca Tau dia bisa mempercayai ku untuk apa yang menjadi milik dia".
Bibir Gianna menipis. Kata kata yang salah untuk diucapkan " jadi jika Aria keluar dalam keadaan telanjang malam ini dan kau terangsang karena apa yang tidak bisa kau tahan, Luca tak akan memotong Bayangmu?"
Romero jelas terkejut. Dia menatapku, seolah olah dia benar benar khawatir aku akan melakukan itu. " abaikan dia. Aku tak kan melakukan itu"
"Dimana Luca dan para pria lain berpesta malam ini?"
Romero tak menjawab.
" mungkin di club striptease dan kemudian di salah satu pelacuran yang familia jalankan" Gianna bergumam. " kenapa para pria bisa bermain wanita saat kita harus menjaga keperawanan kita saat malam pernikahan? Dan kenapa Luca boleh menyetubuhi siapapun dia mau ketika Aria bahkan tak boleh mencium satu lelaki pun?"
" aku tak membuat peraturan itu". Romero berkata dengan singkat.
" tapi kau memastikan bahwa kami tak melanggarnya. Kau bukan pelindung kami, kau sipir kami"
" apakah kau pernah mempertimbangkan bahwa aku melindungi dari orang orang yang tak Tau siapa Aria ? " dia bertanya.
Aku mengerutkan kening.
" Luca akan membunuh siapa saja yang berani menyentuhmu. Tentu saja, kau bisa keluar, bermain mata dengan seorang pria dan Move oN. Karena kau bukan seseorang yang akan Luca buru".
" Luca bukanlah tunangan ku" kata Gianna.
" ayahmu akan membunuh pria mana pun yang mendekati mu, karena dia tak mau seorangpun merusak hartanya yang paling berharga"
Untuk pertama kalinya , aku menyadari bahwa karena aku telah diberikan pada Luca itu bukan berarti Gianna tak akan di paksa untuk menikah dengan orang lain. Aku tiba tiba merasa sangat lelah. " aku akan tidur"
Aku berbaring terjaga sepanjang malam, memikirkan cara untuk keluar dari pernikahan ini, tapi satu satunya pilihan adalah Haris menjalaninya dan sementara Gianna pasti akan mengikuti jejak ku. Lalu bagaimana dengan Liliana ? Aku tak bisa menjaga mereka berdua tetap aman. Dan bagaimana Fabiano? Bagaimana ibuku? Aku tak bisa meninggalkan semuanya. Aku Tak Tau apa apa lagi. Mungkin aku pengecut. Walaupun menikahi pria seperti Luca mungkin diperlukan keberanian lebih dari melarikan diri.
Langganan:
Postingan (Atom)
STUCK UP SUIT Chapter 8
GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...
-
PROLOG Jemariku bergetar seperti daun terkena angin saat aku mengulurkan tanganku, detak jantungku secepat kicauan burung kolibri....
-
ini adalah Novel dari series favorit aku dari karanganya Cora Reyli. novel ini pun di Goodreads punya rating yang tinggi. yang ngebuat...
-
Beberapa bulan selanjutnya berlalu terlalu cepat ntah sebanyak apapun aku meminta agar waktu bisa berjalan lambat, untuk memberiku sedikit w...