Pete menginginkanku untuk pergi dari backstage. Begitu juga pelatih dan riley.
"Dia perlu ruang,
pergilah ke kursi mu,kau amat sangat mengganggu konsentrasinya" Pete
memberitahu ku . Walaupun menurutku dia adalah pria yang paling gentle
di antara para pria yang ada di tim, dia terdengar sungguh frustrasi
hari ini. Mungkin karena hari ini dia berulang tahun ke tiga puluh dua
dan dia seharusnya berada di tempat lain. "Kemarilah, ambil tiket ini
dan pergi temui lah dua gadis yang ada duduk di sampingmu. Mereka gadis
yang baik, dan mereka kesini bersama kami. Kami akan berpesta nanti"
Semenit kemudian. Aku
menemui dua gadis yang keduanya terlihat seperti peserta Miss universe
dan juga seperti wanita yang berjalan Berkeliling hanya dengan bikini
dalam acara -acara tertentu. Tapi senyum mereka saat aku berjalan
menuju mereka begitu tulus. Dan aku tak tahan untuk mengamati bagaimana
dua pandangan mereka mengarah ke rok mini Hitamku dan atasan dengan
belahan dada rendah yang mengkilat dengan senyum persetujuan. "Hi, aku
friday, dan ini Debbie ". Si gadis berambut merah yang menari di atas
meja kopi Remington baru baru ini, kemudian menunjukak ke si pirang yang
bernama Debbie.
"Hi, aku Brooke"
"Oh, kau adalah si gadis yang datang ke Suite semalam". Kata friday.
"Aku tak pergi kemanapun
". Kataku, dengan rasa tersinggung karena mereka Tau apa yang
kulakukan. Jadi riley telah memberitahu mereka bahwa itu aku yang
berada pintu?
Betapa memalukan ya.
Friday membungkuk dan berbisik di telingaku. "Kurasa Remy ingin menyetubuhimu"
Serasa angin menghantam
ku, aku menyesuaikan diri di kursi dan kemudian si gadis lain, Debbie,
bersandar ke arah ku juga. "Remy benar-benar ingin menidurimu. Dia
menjadi begitu keras ketika kau datang ke kamar dan berbicara pada
riley. Aku merasakan itu ketika berada di pangkuannya dan dia hanya
dengan mendengar suaramu dan 'wham'. Dia bangkit dengan kekuatan penuh.
"TMI! Sungguh!" Aku
meringis, menggelengkan kepala sambil tertawa gugup. Aku benar benar
memerah sekarang, berjuang dengan seribu satu emosi sekaligus.
"Aku bahkan menawarkan
diri kepada dia untuk mengurus itu" Debbie menambahkan, "tapi dia
seperti, lupakan, aku baik-baik saja, dan pergilah, dan memberitahu kami
untuk mengurus temannya dan kemudian dia pergi ke kamarnya dan mengunci
diri di dalam. Pete ingin memastikan bahwa itu tak akan terjadi lagi
malam ini".
Aku menatap ke bawah ke
pangkuanku dan rasa posesif yang luar biasa yang tak pernah aku Tau bisa
aku rasakan mengisi diriku. "Kenapa dia harus berhubungan sex setiap
malam?" Aku bertanya pada mereka, tak bisa menyembunyikan rasa kesalku.
"Apa kau bercanda? Dia Remy, dia tampaknya, harus mendapatkan banyak hal itu. Rutin"
Mendengus, aku
melambaikan tangan, dan berbalik untuk menatap ring yang kosong, tidak
benar -benar ingin berpikir tentang berapa banyak "itu" yang Remington
harus dapatkan. Tapi bayangan tubuhnya yang indah terjalin dengan tubuh
wanita lain membuat perutku mengencang dengan sangat tidak nyaman. Jika
aku sudah makan sesuatu barusan ini, aku kemungkinan besar akan
memuntahkannya.
Sepuluh menit kemudian,
aku mendengar namanya di Kumandangkan di pengeras suara "dan
sekaaaaarang, ladies N gentleman , katakan halo untuk satu sATU nya
Remington Tate , RIPPPPPPTIDEEEEEE"
Aliran sensasi tumbuh
dalam diriku saat dia berlari keluar, dan aku langsung merasakan cairan
panas tercurah di celana dalam ku. Tuhan, aku benci seberapa banyak
sepanjang hari ini aku menatap dia dan menginginkan dia menjadi
milikku. Aku ingin menyentuh dia, mengenal dia.
Dia naik ke atas ring,
dengan jubah mengkilap yang sangat kontras sekali dengan kelelakianya,
dan dengan cepat dia melepas jubahnya di depan kerumunan, dan semua
orang berteriak. Sama seperti yang jantungku lakukan saat aku meraih
dia seperti yang kubutuhkan untuk memenuhi ku. Rambut hitamnya di tata
berantakan dengan sempurna hari ini, otot -otot kecoklatan meregang saat
dia membentangkan lengannya, dan melakukan gerakan kecil. Dan di
sinilah aku, napas ku terjebak di antara paru-paru dan bibirku saat dia
berputar dan mengamati kerumunan. Segera setelah dia menemukanmu ,
matanya menjadi hidup, Sehidup yang aku rasakan ketika dia tersenyum
padaku.
Dia menggenggam tatapanku dengan Kilasan lesung pipinya, dan
aku bersumpah dia menatap ku dengan cara yang membuatku merasa bahwa aku
satu satunya wanita disini. Setiap kali dia ada di ring, dia
sepenuhnya berkarakter. Dan matanya hanya....menawan ku. aku Tau itu
tidak benar. Aku Tau aku hanya melihat apa yang ingin Aku lihat.
Tapi untuk sesaat, aku
hanya ingin duduk di kursi tolol ini, dan mempercayai ada semacam sihir
antara dua orang,dan aku bisa menjadi hadiah untuk pria, seksi, kasar,
dan primitif ini yang begitu kuat , misterius, dan menggoda untukku.
Dia mendorongku seperti tak ada satupun yang pernah ku alami dalam
hidup.
Aku tak dapat berhenti
memikirkan bahwa dia tak berhubungan sex dengan gadis -gadis yang Pete
dan riley bawa, dan hanya itu semua yang bisa ku pikirkan, saat aku
melihat dia bertarung dengan lawan pertamanya. Memuaskan bukan hanya
untukku, tapi juga untuk ratusan wanita lain dengan kekuatan dan
anugerah dari tubuhnya yang terlatih sempurna.
Kehilangan napas, aku
menonton dia melawan lawan kedua nya dan ketiga dan aku merasakan
semacam kebanggaan tiap kali kata 'pemenang' di Sematkan ke dia. Dia
berusaha dengan sangat keras, berlatih dengan sangat keras, dan sekarang
aku Tau aturan dalam bertinju, dan dapat melihat dengan benar apa yang
dia lakukan. Aku melihat satu-dua pukulannya. Pukulan jabs nya. Hooks
nya. Dan tiba-tiba dia menghadang pukulan kanan yang sangat kuat
dengan lengan kirinya, kemudia melangkah masuk, dan menghujam kan hook
kirinya ke rusuk lawannya dan diikuti dengan hantaman ke rahang yang
memukul jatuh pria itu sepenuhnya. Lawannya berusaha bangkit, tapi
terjatuh kembali, berdarah darah dan kelelahan.
Penonton berseru saat namanya di umumkan di seluruh ruangan.
"RRRRRRRIIIIIIIPTIDEEEEEEEE"
Oh Tuhan . Dia
bertarung seperti pemenang sejati, dan dia berhak menjadi pemenangan di
akhir semua ini. Jantungku berdentam dengan liarnya di dalam tubuhku.
Aku menyaksikan saat ketua ring master mengangkat tangannya, dan aku
menunggu dalam campuran aneh rasa was-was dan antisipasi untuk moment
saat dia di deklarasikan sebagai pemenang , untuk sesaat aku Tau bahwa
tatapannya akan mengayun ke padaku, seperti yang telah dia lakukan di
setiap pertarungan sejak kali pertamaku.
"Pemenang kita, ladies N gentleman . Riptiiiiiiiide!!"
Untuk sesaat mata biru
elektrik itu mencariku di tribun. Jantungku berdenyut keras di
Pelipisku dan gelembung emosi terbentuk dalam diriku saat dia
menemukanmu. Dia menatap lurus ke mataku, dan matanya hanya milikku dan
senyumnya hanya milikku dan untuk kepingan sesaat ini, tak ada yang
lain selain kami.
Malam ini aku benar
-benar merindukan Melanie. Melanie yang akan berteriak dari sampingku,
dan mengatakan segala sesuatu yang ingin aku katakan tapi aku terlalu
pengecut untuk mengatakannya secara lantang. Tapi dalam pikiranku, aku
mendengar melanie dan aku berharap dia akan mengunjungi ku sehingga aku
bisa berteriak ke Remy seperti yang dia lakukan , dan memberitahu
Remington Tate dia amat sangat hot hingga aku tak tahan.
***
Kami menaiki mobil lebih
dari sejam kemudian, dan baik riley maupun Pete tampaknya Berpergian
dengan mobil terpisah bersama friday dan Debbie, ketika sopir hotel
mengemudikan aku dan Remington di Lincoln hitam. Aku tak Tau siapa yang
mengatur Ini sedemikian rupa, tapi aku memang diberitahu untuk
menunggu di mobil hitam dan tiba -tiba dia menyelinap duduk di
sampingku di kursi belakang , dan dadaku dicengkeram kegugupan dan
kesenangan karena dia telah mandi setelah pertarungan, dan telah
berganti pakaian dengan menggunakan. Denim Hitam yang menggiurkan dan
kemeja hitam bertanding yang lengannya di gulung hingga siku dan aroma
sabunnya langsung membuat paru-paruku menjadi pegal.
Kursi nya luas , tapi
entah bagaimana saat kami di perjalanan, aku menyadari bahwa Remington
duduk dekat dengan ku, terlalu dekat. Aku bisa merasakan bagian
belakang tangannya di bagian belakang tanganku. Aku seharusnya
menyingkirkan tanganku tapi aku malah menatap ke jendela mengamati lampu
yang berkelas kerlip di kota saat kami mendekati club, tapi aku
sungguh tak melihat apapun. Tubuhku meraung tepat pada bagian dimana
tubuh kami bersentuhan.
Mengapa dia menyentuhku?
Kurasa dia mengamati ku, mengukur reaksi ku, ketika dia menggerakkan ibu jarinya dan menimbulkan jejak di bagian atas tanganku.
Aku ingin bergidik .
Memejamkan mataku. Hanya menyerap dirinya, aku tak bisa melupakan apa
yang para gadis itu katakan padaku, dan setitik lilin harapan yang
sedikit menerangi ku sekarang menjadi obor dalam diriku. Aku butuh
Tau. Jika dia menginginkanku. Apakah dia menginginkanku?
Dia terlihat amat sangat tampan hingga perutku bergetar dengan intensitas baru.
"Apakah kau menyukai
pertarungan nya?" Dia bertanya padaku, suaranya rendah dan kasar saat
dia mempelajari profil ku dalam bayang -bayang dari mobil, matanya
bersinar penuh perhatian.
Dia selalu menanyakan pertanyaan ini setiap kau acara underground . Seolah olah jawabanku penting untuknya.
"Tidak, aku tak
menyukainya" kataku, Aku menghadap dia , kemudian aku tersenyum saat
dia cemberut. "Kau menakjubkan! Aku amat sangat menyukainya!"
Dia tertawa. Suaranya
kaya dan amat sangat lelaki, sehingga dia mengejutkanku ketika dia
meraih tanganku dalam genggaman hangat dan mengangkatnya. Napas ku
membeku ketika perlahan lahan dia menggosokan bibirnya di buku-buku
jariku , dan aku bisa merasakan kelembutan tebal dari mulutnya yang
turun ke bekas luka lezat di bibir bawahnya, yang kini hampir sepenuhnya
sembuh. Sebuah gebrakan kecil menerobos aliran darahku saat matanya
terus memerangkap ku selama dia membelaiku. Cara dia menatap dari bulu
mata hitamnya membuat puting ku menegang,
"Bagus" dia berbisik
dengan panas dan basah di atas kulitku, dan ketika dia menurunkan
tanganku kembali ke tempat duduk dan perlahan lahan melepaskan kaitan
jarinya dari jariku, aku harus membawa tanganku kembali ke pangkuanku
dan menahannya degan tangan satunya, hanya karena tiba -tiba itu terasa
kosong.
Club yang mereka pilih
malam ini di kemas dan di penuhi dengan barusa. Orang orang , tapi
sesaat setelah Remington melangkah keluar dari mobil, dia menggiring ku
ke arah tukang pukul, yang segera mengizinkan kami masuk ke dalam,dimana
riley dan Pete menunggu kami di sebuah kamar pribadi di belakang.
"Pete sedang mendapat
lap dance" riley memberitahu Remington . "Kau tak keberatan mentraktir
dia kan sebagai hadiah ulang tahun?"
Melalui pintu yang
terbuka, kami melihat seorang wanita dengan bikini perak mengkilap
sedang mendekati Pete, yang duduk di bangku pojoka, tersenyum saat Dia
melihat wanita itu, aku begitu tak nyaman kurasa aku akan mual, saat
tiba tiba riley melihat kami , dan alis matanya terangkat hingga ke
garis rambutnya.
"Kau malu melihat ini, brooke?" Dia bertanya dengan geli.
Jantungku berhenti saat
menyadari bahwa Remington menatap ku juga. Dia menyipitkan Matanya
dengan intens ke mataku, kemudian tatapannya berkilat ke mulutku,
kemudian kembali ke mataku. Tangannya tiba-tiba melingkupi tanganku,
dan dia berbisik. "Apa kau ingin menonton?"
Aku mengelengkan
kepalaku, dan dia menggiring ku keluar ke bar dan area lantai dansa.
Ada banyak kebisingan yang tak nyata, dan seluruhnya berdenyut di lantai
dansa dengan musik dan kehangatan api dari tubuh yang menari,
"Oh, aku menyukai lagu
ini!" Aku berteriak Saat aku melihat Debbie melompat ke tengah tengah
panggung dan dia melihat ku dan datang untuk menarikku ke lantai dansa.
"Remy!"
Friday mendorong Remy ke kerumunan pada saat yang bersamaan ketika
Debbie menjerit dan menarikku erat ke tubuhnya dan kemudian meraih
pinggulku dan menggesek gesekannya ala gadis seksi bergerak. Aku
tertawa dan berbalik, lenganku di udara saat lagu usher "scream" mengisi
ruangan dengan musik dan kemudian aku melihat Remington hanya beberapa
langkah jauhnya , menjulang diantara kerumunan.
Dia tak menari.
Bahkan, dia tak bergerak.
Dia
menonton ku, tersenyum dari tempatnya, mata berkilau, dan tiba tiba dia
meraih dan menabrakkan ku ke tubuhnya, merunduk di leherku, dia
menyisir rambutku ke samping dan menekan tubuhnya ke tulang belakangku,
bernapas dengan begitu keras, -aku bisa merasakan dia menghirup
dalam-dalam. Dan perutku mengepal sebagai tanggapan, dan aku merasakan
mulutnya terbuka di tengkuk ku. Dia mencumbu kulitku dengan giginya,
kemudian lidahnya menjilat ku.
Tubuhku
beraliran listrik. Mengangkat ke atas dan di belakangku, aku meraih
kepalanya dan dan menekannya saat aku mengikuti gerakan pinggulnya,
orang orang menari di sekitar kami, rasa panas terbangun di ruangan.
Tangannya menangkap pinggulku, meremasku saat dia menarikku lebih keras
ke bagian depannya. Dan pantatku merasakan betapa kerasnya dia. Dia
ingin aku merasakan betapa dia menginginkan ku. Lidahnya membuat jejak
dari leher hingga ke belakang telingaku. Rasa menggigil menjalari
tubuhku saat dia merentangkan tangannya di di perutku dan memutar ku
untuk menghadap dia.
Mata
kami bertemu. Terikat. Musik berdebar dalam diriku, gairah untuknya
mengikat dan memutar di intiku, dan aku membungkuskan lenganku ke
tubuhnya dan menekan tubuhku ke tubuhnya, menelengkan kepalaku untuk
mulutnya.
Aku
butuh Tau rasanya. untuk merasakan dia. Dia tidak tidur dengan
pelacur -pelacur itu. Ereksinya hari itu untukku. Dia tidak melihat
wanita lain sepanjang malam. Tidak saat di pertarungan, tak disini, dia
tak melihat seorang pun, kecuali aku.
Dan
aku tak menginginkan siapapun, tak ada, tapi pria menakjubkan ini
menjatuhkan rahangnya di depanku, yang memutarkan Ku lagu, yang berlari
dan berlatih tanding denganku, dan meletakkan es di cedera ku. Mata
biru berkilat dengan nafsu, bulu mata gelap terlihat berat. Saat dia
menatap mataku, ke mulutku, dan dia meraih wajahku dengan satu tangan,
saling bertatapan, dan nafasnya di diriku lagi, matanya perlahan menutup
saat dia mendekatkan wajahku ke wajahnya. "Apakah kau sadar akan apa
yang kau minta?" Dia bertanya dengan suara serak, bernapas keras dan
cepat.
"Tahukah kamu, Brooke?"
Aku
tak bisa menjawab, dan dia meraih bokongku dan mengangkatku,
menempatkan mulutnya hampir, hampir, di mulutku. dia membuatku gila.
Gila. Aku ingin memiliki dia. Aku ingin membiarkan diriku memiliki
dia. Aku menggerakan jariku hingga ke dadanya, rambutnya, begitu halus
dibawah jari -jariku.
"Ya".
Jantungku berdentum di telingaku saat aku berjinjit , menarik kepalanya
turun, saat seseorang menabrak ku dari belakang. Aku terjerembab ke
depan. Remington menangkapku dengan satu lengan dan menekanku dengan
protektif di sisinya.
"Bukankah ini Riptide dan pelacur barunya"
Kepalaku
menoleh ke sekeliling dan aku menyadari siapapun yang menabrak ku itu
bukanlah kecelakaan. Empat orang kawanan di sekitar kami, dan mereka
semua sangat besar. Salah satu dari mereka memiliki tato kalajengking
besar di tulang pipi kanannya , dan bahkan dia lebih besar dari yang
lain.
Remington
melirik mereka seakan mereka adalah sekumpulan Lalat, kemudian dia
meletakkan lengan di sekitar tubuhku dan membawaku keluar dari lantai
dansa.
"Siapa nama pacarmu? Nama apa yang dia serukan Padamu ketika kau menidurinya , hah?"
Remy
hanya diam saat dia membimbingku ke arah bar, tapi jari jarinya sudah
tergenggam menjadi kepalan kemarahan di punggung ku saat dia mendorongku
ke depan. Kemudian para pria berseru di belakang kami, tapi Remington
terus berjalan dan mengabaikan mereka. Dia memutar ku dan menghalangi
pandanganku ke arah mereka dengan dinding dadanya. "Kembali ke riley
dan mintalah dia untuk membawamu ke hotel" dia berbisik.
Alarm
berteriak di dalam kepalaku saat aku menyadari bahwa ini sejenis
provokasi kotor untuk menempatkan Remington dalam masalah. Aku sudah
cukup lama bersama team untuk Tau bahwa pertarungan di luar ring akan
mendaratkan Remy di penjara dan keluar dari kompetisi. "Kau tak boleh
terlibat perkelahian , Remy". Aku mengingatkan ketika tiba -tiba yang
paling besar dari empat orang pria itu berbicara, meninggikan suaranya
untuk cukup di dengar dengan sempurna di antara musik.
"Kami sedang berbicara dengan mu, douche -nozzle"
"Aku mendengar mu, kampret, aku cuma tak peduli dengan apa yang kau katakan". Remy balas berteriak.
Teman
nya berusaha mendaratkan pukulan ke Remy, dan Remy dengan cepat
menghindar dan mendorong mereka ke belakang hingga terjatuh. Aku
tiba-tiba menyadari taktiknya. Teman teman dari si kalajengking akan
berusaha menghajar Remy, sehingga dia tak memiliki. Pilihan lain selain
melawan, dan menendang mereka keluar, dan ditendang pula dari liga dan
kemungkinan di jebloskan ke penjara, sementara si pria dengan tato
kalajengking tak melakukan "apapun".
Dan
jika pria ini adalah pria yang Harus Remy kalahkan di final, maka dia
cenderung akan senang jika ini diselesaikan sebelum pertandingan. Dasar
bajingan pecundang.
Remy
semakin dipenuhi kemarahan di sampingku, meraih salah satu kaos, dan
mendesis.
"Menyingkirlah atau aku akan memotong bola sialan mu dan
menjejakkanya ke ibumu!" Di mendorong pria itu ke belakang, kemudian
meraih dua lainnya dan menyodorkan mereka pada satu sama lain, satu di
setiap lengannya. Dia terlihat benar-benar marah dari yang aku amati.
Nadinya mencuat dia tangan, lengan, dan lehernya, ketika tiga orang
pria mendekatinya dari belakang dan dengan sempurna menghajar wajah
pria Malang itu. "Maaf, dude, aku tak sengaja". Dia meminta maaf, dan
pria itu mengutuk pelan, dan menutupi hidungnya yang berdarah.
Sementara itu, aku melihat pria dengan tato kalajengking sangat senang menyaksikan sambil menyeringai.
Oh tidak, jangan, sialan.
Rasa
menggelegak- atau- respon perkelahian dalam serangan penuh di tubuhku
sekarang. Otak ku menderu saat darah menembak panas dan mendesak
melalui sistem ku. Aku sudah merasakan itu memberi makan otot otot ku,
jantungku memompa dengan sangat liar. Aku berjalan ke bar,meraih dua
botol, dan kembali untuk mengayunkan botol itu ke kepala dua bajingan
itu. Mereka langsung jatuh ketika pecahan kaca berhamburan Kemana mana.
Aku
pergi untuk mengambil botol lain dan berlari kembali kesana, menuju ke
ketiga pria lainnya, ketika aku melihat bagaimana Remy menatapku dengan
tatapan ngeri dan wajahnya semakin memerah. Dia mengambil botol itu
dari tanganku, melemparkannya kembali ke bar, kemudian memanggulku ke
punggungnya seperti sekarung kentang dan meringsek ke kerumunan menuju
Pete.
"Remington".
Aku mengeluh, memukuli punggungnya dengan tinju ku, dan aku menggeliat,
hormon ku meroket saat aku menyadari salah satu tangannya ada di
bokongku . Aku mendengar dia membisikkan sesuatu ke Pete, dan akhirnya
aliran darahku kembali ke tempat yang benar ketika dia mendorong ku
masuk ke mobil. Adrenalin terpompa dalam diriku. Aku belum pernah
berkelahi sebelumnya. Rasanya menakjubkan. Menakjubkan .
Sopir
hotel kami meluncur di belakang kemudi dan masuk ke dalam lalu lintas
kota, dan aku melihat Remington bernapas keras dan cepat di kursi
belakang.
Sepertiku.
Tatapan
kami bertemu dalam bayang -bayang mobil, dan matanya gelap menakutkan,
wajahnya terukir dengan kemarahan yang merah-panas. "Apa Sich yang kau
pikir sedang kau lakukan?" Dia meledak.
Tangannya
mengepal di atas pahanya, dan untuk sesaat aku berpikir dia akan
menghantam bagian belakang kursi . Tatapannya matanya begitu tajam dan
aneh. Hampir seperti binatang. Semacam.....posesif. Dan itu
mengakibatkan sensasi yang sedikit aneh yang meroket dalam diriku.
Aku sudah siap untuk menciumnya. Tanganku terkepal di pangkuanku dan aku mencoba agar mereka tetap disana.
Tapi
Tuhan, aku menjadi nyeri, aku dikuasai oleh kebutuhan saat aku
memandang dia. Tak bisa berpikir dan hancur di dalam dari kerinduan
yang menyakitkan akan keinginan bersama dia. Jari -jarinya gelisah dan
aku hanya ingin meraih tangannya dan membuat tangannya meringkuk di
payudara ku dan memohon pada dia untuk menyentuhku.
"Aku baru saja menyelamatkan bokongmu dan rasanya luar biasa" kataku dan adrenalin bergegas merasuki ku sebagai pengingat.
Remy
tampaknya seperti bergantung di seutas tali sambil menggosok wajahnya
dan menempatkan sikunya di lututnya, berlutut ke depan, memijat bagian
belakang kepalanya dengan tangan yang ku sadari sedang gemetar. Dia pun
juga tak bernapas dengan benar. "Demi Tuhan yang maha Agung, jangan
pernah, pernah , melakukan itu lagi. JANGAN LAGI. jika salah satu dari
mereka meletakkan tangan mereka Padamu. Aku akan membunuh mereka dan
aku tak peduli pada tikus manapun yang melihatku".
Rasa
bergidik akan kegembiraan tumbuh dalam diriku saat dia bersandar dan
menatapku dengan nafsu yang tak terkendali. Dia menangkap pergelangan
tanganku dan meremas nya dengan sangat kuat, aku terkesiap, dan dia
melirik ke bawah dan melepaskan ku. "Aku sungguh-sungguh. Jangan
pernah melakukan nya lagi".
"Tentu saja aku tak akan melakukannya lagi. Aku tak akan membiarkanmu mendapat masalah".
"Tuhan,
apakah kau nyata?" Sesengit yang pernah aku lihat, dia menggosok
wajahnya dan kemudian menatap muram keluar jendela, tubuhnya gemetar
marah. "Kau seperti pelatuk dinamit, kau Tau itu?"
Aku mengangkat bahu, dan kemudian mengangguk sedikit, merasa sedikit kesal seperti dia.
Ketika kami menaiki elevator, kami sendirian, tapi berdiri berlawanan dari sisiku.
Dia tegang. Amat sangat. Matanya menatap kemanapun kecuali ke diriku. Dia menggertakan buku -buku jarinya, kemudian lehernya.
"Tak
apa-apa" Kataku, menyentuh bahunya dengan lembut, dan dia menegang
seolah olah Aku menyambar nya, melirik tanganku di bahunya. Aku
melangkah kembali ke sudut ku , kami saling menatap. Udara diantara
kami hampir bergemuruh, seperti Guntur. Dia tampaknya ingin menarikku
dan menjauhi ku, sekaligus. Dia melentur kan tangannya di sisi tubuhnya
dan melembutkan suaranya saat kami berjalan menyusuri lorong kamar
kami, tapi suaranya masih terdengar kasar akan emosi.
"Maaf, kau harus
bertemu dengan bajingan -bajingan itu" bisiknya . Dia tampaknya sedang
berusaha menenangkan diri saat dia menyusurkan. Tangannya ke rambut
spiky nya. "Aku akan mematahkan seluruh tulang si scorpion sialan itu
dan menarik matanya keluar saat aku mendapat kesempatan"
Aku
mengangguk untuk menenangkan dia, karena kurasa dia haus untuk
melakukan kekerasan kepada mereka. Tapi aku sangat bingung, aku cuma
tak Tau apa yang akan aku lakukan sendirian di dalam kamar . Aku tak
Tau dimana meletakkan tanganku, pikiranku, dan semua ketergesaan yang
berputar putar dalam diriku dan tak mengarah kemanapun. "Bisakah aku
tinggal di kamarku sampai mereka semua pulang?" Aku bertanya.
Dia
berjengit, kemudian mengangguk dan aku mengikuti dia ke pintunya.
Kami duduk di sofa ruang tamu dan dia menyalakan TV dan saluran pertama
terlihat. "Apa kau ingin sesuatu untuk di minum?"
"Tidak" kataku. "Aku tak pernah minum-minum sehari sebelum penerbangan atau aku akan mendapatkan dehidrasi dobel".
Dia mengangguk dan membawa dua botol air dari bar.
Dia menjatuhkan diri di sampingku.
Pahanya
berakhir sangat dekat, rahangnya bergerak dan aku melihat dengan tak
tertolong ke arah cahaya yang bermain dan bayangan yang melintas di
wajahnya, mengaguminya.
Dia
merentangkan lengan kanannya di sofa dibelakangku dengan ketenangan
yang menipu, tapi aku bisa merasakan ketegangan yang berasal dari
tubuhnya. Dan tiba tiba aku merasakan jantungku dipercepat dengan
antisipasi kegembiraan , suara suara aneh di TV tersaring di pikiranku,
dan kemudian aku menyadari bahwa pasangan di TV sedang berciuman.
Perutku mengepal, aku belum pernah melihat film ini sebelumnya , tapi
saat musik latar belakang bergaung, aku Tau adegan sex akan mengalun
selanjutnya.
Sebuah
kilatan siksaan melewati tatapannya saat dia meraih remote dan
mematikan nya, lalu dia melempar kan remote ke samping dan menjatuhkan
lengannya ke tengkuk ku. Dia melengkung kan jari-jarinya dengan lembut
di belakang leherku, hangat, sangat kuat, empat jarinya ke salah satu
sisiku dan ibu jarinya ke sisi yang lain dan kemudian gerakan yang
lembut dari ibu jarinya di atas kulitku saat dia menoleh padaku .
Sentuhannya dapat membangkitkan ku sejauh itu dan membuatku mabuk dan melayang dan gemetar.
"Kenapa kau melakukan itu untuk ku?" Suaranya sarat akan keintiman saat dia menatapku dalam bayang-bayang.
"Karena"
Kami
berdua saling berpandangan dengan intens seintens yang pernah kami
Lakukan. aku amat sangat menyadari di tiap titik yang bersentuhan di
tubuh kami. Pahanya di pahaku, tangannya di tengkuk ku, meremas dengan
lembut. "Mengapa? Apakah seseorang memberitahu mu kalau aku tak bisa
menjaga diriku sendiri?"
"Bukan"
Dia
menatap bibirku, kemudian mataku, lalu dia perlahan -lahan menutup
matanya dan menempelkan dahinya di dariku, dan semua yang bisa ku
lakukan hanyalah bernapas , dia seperti candu, perutku mabuk akan
aromanya. Tak ada di dalam hidupku yang beraroma sewangi dia. Dia yang
baru mandi. Dia yang berkeringat. Hanya dia.
Tarikan
napasnya yang dalam terdengar di telingaku dan aku mendapati diriku
menyentuh mulutnya dengan ujung jari telunjuk ku. Bibirnya begitu tebal
dan kokoh, tapi pada saat yang sama , halus dan lembut. Aku merasakan
sentilan yang cepat dan basah saat lidahnya menjulur menjilat ku, dan
rasa meremang tumbuh mengalir di tulang belakangku. Dia mengerang dan
menarik seluruh jariku ke dalam mulutnya dan menutup mulutnya saat dia
menghisap jariku.
"Remington..."aku terengah.
"Sayang, aku pulang!"
Kami langsung memisah ketika terdengar suara pintu terbanting dan suara sarkastis Pete.
"Hanya
ingin memastikan kalian sampai disini dengan selamat, scorpion tampak
nya memiliki ambisi yang besar untuk menjebloskanmu kembali ke penjara"
Lampu
menyala,dan Remington menjatuhkan jariku seakan itu adalah pistol yang
terisi penuh dan bangun dan pergi ke jendela dan dia bernapas dengan
keras, terdengar dengan keras. Sekeras diriku.
Aku dengan cepat berdiri. "Aku sebaiknya pergi"
Pete
melihat adegan itu dengan wajah tanpa ekspresi, dan dia tak mengatakan
apapun saat aku terburu buru keluar dari ruangan untuk pergi. "Aku
akan menunggu disini , Rem, " Pete berkata dengan tenang.
Remy tak merespons tapi mengikuti ku ke kamarku.
Aku
merasakan tubuhhangat nya di punggungku saat aku menyelipkan kunci ke
lubang kunci. Aku mendengar dia bernapas di belakang ku, masih sedikit
tak teratur, diatas rambutku. Aku menginginkan dia, tapi sekarang aku
bisa melihat melewati pintu yang terbuka sebuah tempat tidur Queen size ,
dan kaki Diane berada di dalamnya.
Puting
ku membentuk dua titik yang mengeras di bra ku,celana dalamku basah
akan semua malam-malam aku menginginkan dia dengan putus asa. Aku
menginginkan dia, amat sangat ingin. Aku merasa simpul dari kebutuhan
dan frustrasi meningkat dua kali lipat di tenggorokan ku, karena aku tak
bisa memiliki dia. Bagaimana hal -hal akan berubah jika Kami melakukan
sesuatu? Ini tak akan berhasil. Hal ini tak bisa. Aku hanyalah
pekerja dan ini hanya sementara dan one night stand dengan dia bukan
lagi pilihan. Begitukah? Aku terlalu menyukai nya. Oh Tuhan, aku
menyukai nya. Terlalu menyukai nya.
"Selamat malam" aku berbisik, memaksa diriku untuk menatap wajah tampannya.
Kelembutan
yang menyakitkan di matanya merembes di setiap pori -pori tubuhku, dan
dia meraih ku, menanamkan ciuman di bibirku, cepat dan kering, tapi itu
membuka semburan kerinduan dalam diriku, seperti saat kali pertama dia
menciumku di Seattle dan dia berbisik. "Kau terlihat cantik". Dia
menyusurkan ibu jarinya dengan keputus asaan di sepanjang rahang ku,
dan mengangkat daguku, mencium bibirku lagi, kering dan cepat. "Begitu
cantik sehingga aku tak bisa mengalihakan mataku darimu sepanjang malam"
Kemudian
dia pergi , dan sekali lagi aku dalam kamarku, mendengar dia
Memanggilku cantik, aku merasa begitu cantik, dan aku gemetar seakan
akan aku telanjang dan sendirian di tengah tengah badai.
Aku
menyelimuti diriku dengan selimut di ranjang ku dan meletakkan
genggaman tanganku ke bibirku seakan itu akan bisa mengunci ciuman nya
disana, dan sepanjang keabadian kemudian, aku benci aku masih terjaga
dan masih gemetar.
Dan
Aku tak Tau apa yang akan ku lakukan tapi aku menginginkan dia menjadi
milikku lebih dari yang pernah aku rasakan saat menginginkan sesuatu.
Bahkan Olimpiade.
Wow...makin penasaran.di tunggu kelanjutanya sis,semangat.....
BalasHapusmau bava novrl Real buku ke3 dr pov Remy.kunjungi sja.Bestoffnovel.blogspot.com
Hapusyah.
Aku sukaaa...gregetan juga..hwbat kendali diri remington
BalasHapusSuka banget sama Remy.Laki bangt bikin grgetan.
BalasHapusRemington kamu bener* ya bikin lope lope😍😍😍
BalasHapusEh blm ada yg baru ? Please..pleasee
BalasHapus