"What The hell?" Pintu
Suite terbanting menutup , dan Pete meringsek masuk ke tempat tidur
utama, semarah yang pernah aku lihat dari seorang pria lembut itu.
Fitur cowok paduan suara-nya tampak lebih tajam dan tidak terlalu mistik
hari ini. "What.the. Hell?" Dia mengulangi.
Tubuh Remington menjadi dinding bata di bawah Sentuhanku.
"Coach dalam mode murka". Riley menambahkan saat dia mengikuti ke dalam, bahkan orang yang biasanya santai , cemberut hari ini. " apa yang ingin kami semua ketahui adalah : kenapa kau membiarkan bokongmu di tendang?"
Sebuah getaran ganjil yang aneh menggenggam ruangan , dan tanganku langsung berhenti bergerak di belakang bahunya.
"Ya atau tidak, kau membiarkannya mengenai mu dengan sengaja?" Riley menembaknya dengan tatapan sinis.
Remington tidak menjawab. Tapi tubuhnya sepenuhnya tegang sekarang, dan setiap ototnya bertautan.
"Apakah kau butuh bersetubuh?" Pete menuntut, memberi isyarat padanya, "kau butuh bersetubuh?"
Kepalaku mengepal, dan
aku Tau, aku tak benar-benar ingin tinggal disini dan mendengarkan
orang-orang ini membuat pengaturan seksual untuk Remington , jadi aku
bergumam, terutama untuk diriku sendiri karena tak ada yang
memperhatikan ku, sesuatu tentang pergi membantu Diane di dapur, lalu
aku keluar kamar.
Ketika aku menyusuri
lorong, aku mendengar Pete lagi. " Bung kau tak bisa membiarkan mereka
melakukan ini hanya untuk membuat tangannya berada di seluruh tubuhmu.
Dengar, kita bisa mengatur beberapa orang gadis. Apapun yang kau
lakukan, kau tak bisa memainkan game terkutuk itu layaknya orang
normal. Kau hanya menyiksa dirimu sendiri Rem, ini adalah hal berbahaya
yang kau lakukan untuknya".
Aku melambat hampir terhenti, dan kurasa paru-paruku akan berubah menjadi batu. Apakah orang-orang ini membicarakan tentang ku?
"Kau mempertaruhkan kan
seluruh uangmu untuk dirimu sendiri tahun ini, ingat episode itu?" Pete
menambahkan. "Kau harus mengalahkan Scorpion di final tidak peduli
apapun. Dan ini termasuk dia, kawan".
Timbre Remington lebih
rendah dibanding dengan yang lain, tapi entah mengapa, geraman lembut
itu lebih mengancam. " scorpion sialan itu akan mati, jadi
Menyingkirlah"
"Kau membayar kami untuk mencegah omong kosong ini, Remy,". Kata Pete, tapi hanya membuat Remington lebih rendah suaranya.
"Aku mengerti. Semua. Dalam. Kendali.
Keheningan yang diikuti
dengan bisikan mematikan yang membuat aku bergerak, dan aku menuju dapur
dan menemukan Diane sedang mengangkat kalkun organik kecil dari oven.
Aroma rosemary dan lemon membuat mulutku berair , tetapi tidak ada
apa-apanya dengan jantungku yang berdebar-Debar.
"Apa yang dibicarakan
orang-orang itu?" Diane bertanya sambil mengatur presentasi
hidangannya, mencebik manis kepada bayi kalkun nya yang menolak untuk
terlihat cantik di piring yang telah dia pilih.
"Remy kena Hajar malam ini" kataku. Karena itulah yang terjadi. Iya kan?
"Aku bersumpah bahwa pria itu memiliki tombol penghancur diri yang paling merah yang pernah aku lihat..."
Dia berjalan keluar
ketika pintu mengayun terbuka di belakangku, dan genggaman tangan
besar di sekitar siku ku dan memutar ku. "Apakah kamu ingin berlari
dengan ku?"
Mata biru es Remington
menyala dengan tajam padaku, dan aku bisa merasakan rasa frustrasinya
sampai ke tempat aku berdiri. Rasa frustrasinya berputar di sekitar
dirinya seperti angin puyuh , dan tiba-tiba dia nampak gelisah, dan
terlihat sedikit mengancam.
"Kau harus makan , Remy" kata Diane dengan ramah dari sudut.
Menyeringai, dia
mengambil satu galon susu organik di country dan mulai menegak ya sampai
hampir semua masuk ke perutnya, lalu dia membanting bungkusnya ke bawah
dan menyeka bibirnya dengan punggung lengannya, berkata " terima kasih
untuk makan malamnya" memiringkan alisnya dan menunggu ku menjawab.
"Brooke?" Dia mengomel .
Rasa menggigil mengalir ke tubuhku.
Aku tak suka bahwa namaku di bibirnya menyentuh nada yang tepat.
Seperti film romantis.
Merengut melihat
reaksinya, aku melirik dadanya dan bertanya-tanya apakah ada sesuatu
selain memasukkan dia ke dalam bak es adalah ide yang bagus. Tapi
entah bagaimana aku merasa menguji batasannya lebih dari hari ini
bukanlah pilihan. "Bagaimana keadaan u?" Aku bertanya dan sedikit
mencermatinya.
"Aku merasa ingin berlari" matanya menyipit dengan sangat dalam padaku. "Kamu?"
Permintaannya membuatku
ragu. Hanya Saja tidak ada seorang pun kecuali pelari yang benar-benar
Tau bahwa berlari dengan seseorang bisa menjadi masalah besar.
Sebuah masalah besar. Sangat besar.
Terutama saat kau
terbiasa berolahraga sendiri. Seperti Remington. Dan, selain Melanie ,
aku pun tak pernah berlari dengan siapapun. Lari ku adalah me time
ku. Waktu berpikir ku. Pusat waktumu. Tetapi aku mengangguk. Kurasa
dia sangat membutuhkan itu. Dan aku telah membutuhkan ini selama
beberapa jam. "Ijinkan aku mengambil sneaker ku dan memakai baju
olahragaku".
Sepuluh menit kemudian,
kami menyusuri rute lari terdekat dari hotel kami, yang mana itu adalah
jalan berliku yang di penuhi beberapa pohon dan untungnya cukup terang
di malam hari. Remington menggunakan hoody dan sweatshirtnya, dan dia
mendorong udara dengan gaya petinju sejati, sementara aku hanya
menikmati angin dingin di kulitku saat aku mencoba untuk mengikutinya.
Aku memutuskan untuk mengenakan celana lari pendek dan atasan atletik
tanpa lenganku dipadukan dengan sepasang sepatu Asics favoritku,
sementara Remington mengenakan mengenakan sepasang Reebok untuk berlari
yang berbeda dengan sepatu yang dia kenakan untuk tinju.
"Jadi apa yang terjadi dengan Pete dan Riley?"
"Keluar mencari pelacur".
"Untukmu?"
Dia mengayunkan satu tinjunya ke udara, lalu satunya lagi. "Mungkin. Aku tak peduli".
Aku benar-benar kecewa
aku telah kehilangan stamina, selama setengah jam menuju langkah yang
telah kami atur, paru-paruku menjadi tegang dan aku benar-benar
berkeringat meskipun dengan angin malam yang sejuk. Aku berhenti dan
meletakkan tanganku di lutut, melambai padanya untuk melanjutkan.
"Teruslah, aku hanya sedang menarik napas, aku kram".
Dia berhenti di
sampingku dan memantul mantel di betis ya sehingga tubuhnya tidak
mendingin , lalu dia menarik satu paket cairan elektrolit dan saku
tengah sweeternya. Dia mengulurkan nya. padaku , dan menjadi sangat
dekat. Sehingga aku bisa menciumnya. Sabun , keringat dan Remington
Tate. Kepalaku sedikit mengambang. Mungkin kram yang kurasa yang masuk
ke indung telurku bukan kram sama sekali, tetapi hanya perutku yang
hampir bergetar setiap kali bahunya menyentuh tanpa sengaja.
Dia mundur dan tetap mengamati saat dia melihatku membuka gel pack ke sudut bibirku dan menumpahkan nya ke lidahku.
Darah terpompa dengan
liarnya di nadiku, dan ada sesuatu yang sangat amat intim tentang cara
mata birunya mengamati ku menjilat cairan elektrolit yang seharusnya
untuknya.
Dia berhenti memantul-Mantul. Bernapas dengan keras. "Adakah yang tersisa?" Tanyanya.
Aku dengan segera
menarik nya dari mulutku dan menyerahkannya, dan ketika dia mengatupkan
bibirnya di sekitar kalengnya seperti cara yang sama yang aku lakukan,
puting ku mengeras seperti berlian , dan aku tak bisa mengingat apapun
kecuali fakta bahwa dia menjilat hal yang sama dengan apa yang baru
saja aku jilat. Aku ngeri dengan dorongan untuk menyusurkan lidahku di
bibirnya, mengambil kaleng cairan elektrolit itu dari mulutnya dan
menekan bibir ku ke bibirnya, sehingga satu satunya a yang akan dia
jilat adalah aku.
"Apakah mereka benar? Apa kata Pete? Apakah kau sengaja melakukannya?"
Ketika dia tidak menjawab, aku ingat tentang "tombol" yang DIane sebutkan, dan khawariranku menjadi double.
"Remy, terkadang kamu
memecahkan sesuatu dan tak akan pernah mendapatkannya kembali. Kamu
tidak akan pernah mendapatkan kembali" aku menekankan, lalu melirik ke
kejauhan dan ke arah mobil yang melintas sejenak, karena aku takut dia
menangkap emosi dari suaraku. Dia hanya membuatku jengkel, dan aku
harus menguasai diriku sendiri.
"Aku minta maaf tentang
lututmu" katanya dengan lembut, lalu dia membanting kaleng minuman tadi
ke tempat sampah , dan mengayunkan tinju ke kanan dan ke kiri, dan kami
mulai berlari lagi.
"Ini bukan tentang lutut
ku. Ini tentang dirimu yang tak menghargai tubuhmu. Jangan biarkan
seorang pun melukai mu, jangan pernah biarkan itu, Remy".
Dia menggelengkan
kepalanya , alisnya tertarik ke bawah matanya dia mencuri pandang ke
arahku. " tidak akan, Brooke. Aku hanya membiarkan mereka cukup dekat,
sehingga aku bisa menghabisi mereka. Pengorbanan kecil untuk mencari
kemenangan. Itu memberi mereka kepercayaan diri untuk mendapatkan
beberapa pukulan, lalu mulai mengisi kepala mereka, bahwa aku
mudah--bahwa aku tak seperti yang mereka dengar-- dan ketika mereka
mabuk dengan pikiran betapa mudahnya mereka memukul Remington Tate , aku
masuk".
"Baiklah. Aku suka itu jauh lebih baik".
Kami berlari lebih dari
setengah jam lagi, dan itu mencapai lima mile, aku terengah -engah
seperti anjing yang baru melahirkan. Lebih dari dua belas anak anjing
atau semacamnya. Harga diriku tersakiti dan begitu juga lututku.
"Kurasa aku berhenti. Aku akan sangat pegal besok. Aku lebih suka
menghajar sack tinju dari pada mengharuskan mu untuk memapahku ke hotel ,
nanti".
"Aku tak keberatan"
katanya dengan tawa kecil yang lezat, lalu dia melakukan gerakan seakan
mematahkan lehernya ke kiri dan ke kanan, lalu berlari kembali ke
arahku.
Di lift hotel, beberapa
orang menemani kami, dan Remington menarik hoody nya. Ke rambutnya dan
menunduk, postur tubuhnya tersamarkan. Aku sadar dia melakukan ini agar
tidak di kenali, dan ini membuatku tersenyum geli.
Pasangan muda berteriak
dari lobi adar kami "Tahan liftnya!" Dan aku menekan tombol "pintu
terbuka". Sampai mereka masuk. Jantungku melompat ketika Remington
mencengkram pinggulku dan menarikku ke dekatnya begitu mereka naik.
Kemudian aku serasa mati karena dia menundukkan kepalanya, dan tetap
menjaga Angle nya ke arahku, aku bisa mendengar tarikan napas berat
yang dia hirup. Oh Tuhan dia membuatku takut. Otot-otot seks ku
mengepal. Kebutuhan untuk berbalik dan mengubur hidungku di lehernya
dan menjilati kelembapan kulitnya membakar diriku.
"Kamu merasa lebih baik?" Aku bertanya , menoleh sedikit ke arahnya.
"Ya" dia menunduk lebih dekat dan Pelipisku dimandikan oleh nafasnya yang hangat. "Kamu?"
Feromon seperti obat
bagiku, dan tenggorokan ku serasa begitu tebal, dan aku hanya mengangguk
padanya. Tangannya mencengkram pinggulku , dan rahimku mengatup karena
itu, itu terasa begitu menyakitkan dan aku hampir merintih.
Aku sesegera mungkin
mandi setelah aku sampai di kamarku, dan membuat airnya sedingin mungkin
yang bisa aku tahan, gigiku beregeletuk, tapi sisa tubuhku masih tetap
mendambakan, diatas dia. Dia. Dia.
Ketika aku berbaring di
tempat tidur, Diane menggumam kan 'halo' kemudian melanjutkan membaca
buku resep, sementara aku hanya mengatakan 'selamat malam' dan menutup
mataku, dan mencoba untuk berpura-pura aku tidak terpanggang di dalam
kulitku.
Tapi aku begitu nyeri
sampai-sampai aku menggeliat di bawah selimut, dihantui tentang apa yang
di katakan Pete pada Remington. Dihantui oleh mulutnya yang penuh dan
seksi dengan luka baru di bawah bibirnya, menyesap cairan elektrolit
saat lidahnya menekan cairan terakhir. Aku berpikir bagaimana rasanya
menjadi kaleng elektrolit itu, dan merasakan bibirnya di atas lidahku,
dengan lembut menyusu, dan pikiran itu menarik segumpal air segar yang
berkumpul di Antara pahaku.
Aku putus asa untuk
memberikan diri ku sedikit pelepasan dari rangsangan yang terus menerus
ini, hormon melelahkan yang ingin dipaparkan padanya. Seperti radiasi,
ada sesuatu yang harusnya bisa aku lindungi untuk diriku sendiri, tapi
aku tak bisa mengenalinya. Dia adalah klien ku, tapi dia
juga....seperti teman. Dan aku hanya ingin menyentuhnya. Aku Tau aku
tak bisa mencium mulut seksinya itu, tapi setidaknya aku bisa
meregangkannya.
Dia pasti masih hangat
efek lari kami dan kelelahan akibat pertarungan , dan aku mendambakan
kontak dengan kulitnya seperti pecandu narkoba. Sebelum aku Tau apa
yang aku lakukan, aku memakai celana panjang ku, menuju kamarnya, dan
mengetuk pintunya.
Aku tak Tau apa yang
akan aku katakan. Aku tidak Tau apa-apa kecuali aku tak akan bisa tidur
sekejap pun sampai aku melihatnya atau setidaknya menawarkan es di
cedera dada bagian atasnya, atau hanya menggosok dengan anti radang,
atau aku tak Tau.
Kenapa dia memintaku untuk pergi bersamanya?
Mengapa Pete mengira dia sengaja terluka, sehingga aku akan menyentuhnya?
Apakah dia sangat menginginkan Sentuhanku?
Riley mengayunkan pintu
terbuka. Dan lewat bahunya aku bisa melihat wanita dalam lingerie
tembus pandang menari dengan seksama di tengah meja kopi ruang tamu, dan
seorang wanita di belakang berbicara "....Birdie bilang kalau kau ingin
bermain dengan kami,Remy..."
"Ya?" Riley bertanya
padaku, aku hanya terpaku seperti idiot, perutku mencelos, tentu saja,
ini adalah pelacur yang..... aku membungkuk kan kepalaku dan memikirkan
sesuatu untuk di katakan. "Apakah aku meninggalkan Ponselku...oh sial,
aku mengerti". Aku melirik ponsel di tanganku dan memutar mataku,
seakan aku sangat bodoh.
Yang mana memang begitu.
Shit. Aku sungguh, sungguh, tolol.
"Tak perlu di pikirkan riley, selamat malam".
Aku mendengar suara Remington dari dalam. "Siapa itu?"
Dan aku berlari ke
kamarku. Menutup pintu, merasa mati rasa dari dalam. Ketika aku melihat
kembali ke tempat tidur, aku sangat yakin setiap inci dari gairah ku
telah melarikan diri dari sistem ku, tetapi aku kasih tidak bisa
tidur. Karena sekarang wanita Remington sedang berciuman dalam
pikiranku dengan begitu lapar dengan mulutnya yang penuh dan indah itu,
wanita yang akan menjilati bekas luka Sobek di bibirnya yang aku oleskan
salep, yang sayangnya, bukan aku wanitanya.
****
Remy melakukan latih tanding hari ini dengan cara yang menurut pelatih harusnya dia lakukan saat bertanding kemarin.
Meskipun Remy telah mengalahkan dua lawan tandingnya , dan sekarang pelatih marah lagi.
"Ini
sparring Partner, Tate . Jika kau hanya akan berhenti mengalahkan
mereka dan cuma bersenang senang dan tanpa berusaha dengan gerakan mu,
kau masih harus mempunyai seseorang untuk berlatih hari ini.....sekarang
kita sudah kehabisan dan kau tak memiliki satupun untuk bertanding
lagi".
"Kalau begitu berhenti mengirimkan para pecundang , Coach" dia meludah dari ring. "Kirim Riley kesini".
"Ha. Walaupun dia bunuh diri. Aku tetap butuh dia tetap sadar besok".
"Hei, aku Tau caranya berlatih tanding". Aku memberitahu Riley dari tempat kami menonton di salah satu sudut ring.
Kepalanya
yang pirang mengayun ke arahku dan tiba -tiba tampak terkesan. "Kau
tidak hanya menawarkan untuk bertanding dengan pria ini kan?"
"Tentu
saja. Aku bisa menunjukkan gerakan pria yang tak pernah dia lihat".
Aku berkoar, tapi terus terang, aku hanya ingin memiliki kesempatan
untuk menendang segala omong kosong akan Remington yang menjadi bedebah
yang membuatku berfantasi siang dan malam. Dan karena menjilati paket
elektrolit yang telah ku minum. Dasar bajingan penggoda.
"Baiklah
, Rem, aku punya sesuatu untuk mu" Riley memanggil, bertepuk tangan
untuk mendapatkan perhatiannya. "Aku Tau dia pasti tak akan melumpuhkan
yang satu ini, Coach ". Dia memanggil Lupe yang berada di sudut
lainnya. Dan dia memberikan sinyal tawa padaku.
Remington
melihatku, dan melemparkan pelindung kepala ke lantai saat dia
melihatku melompat ke ring , dengan baju olahraga one Piece ketatku.
Matanya menyapu ku, seperti yang selalu dia lakukan. Dia adalah pria
semacam itu, dia tak pernah berhenti mengamati ku, tiap kali aku Lewat
di depannya. Tapi saat aku mendekat, matanya berkilat geli, dan
perlahan lahan, senyumnya muncul dan itu hanya membuatku iritasi.
Dia
sudah murung hari ini. Terlihat dari apa yang aku - dan dua Partner
yang telah dia kalahkan- bisa katakan. Tapi tingkat rasa kesal ku telah
memadat hingga ke angka sepuluh juga. Bahkan kopi tak bisa
mengembalikan semangatku pagi ini, dan sekarang Aku Tau kalau ini akan
bisa. Bahkan jika aku kalah, aku hanya ingin bertanding dengan
seseorang
"Jangan tersenyum seperti itu,aku bisa mengalahkan mu dengan kaki ku". Aku memperingatkan dia.
"Ini bukan kickboxing. Apa kau akan menggigit ku juga?"
Aku mengayunkan kaki ku tinggi dalam gerakan kickboxing, yang membuat dia menghindar, sangat lembut, dan mengerutkan alis.
Aku
mencoba sekali lagi, dia mengelak, dan kemudian aku menyadari dia
berada di tengah tengah ring sementara aku pada dasarnya berputar putar
di sekitar dia. Aku Tau aku tak bisa mengalahkan dia dalam kekuatan,
tapi Rencanaku adalah membuat dia pusing dan kemudian mencoba
merobohkan dia dalam kesombongan. Riley menyebut apa yang akan ku
lakukan sebagai "menenun". Yang cuma berputar putar di sekitar lawan
sampai dia lengah. Jadi aku sedikit menenun, dia jelas sangat terhibur
dengan ku, jadi aku mencoba mengetes pukulan. Dia dengan mudah
menangkap tinju ku , lalu menurunkan lenganku.
"Tidak".
Dia mencerca lembut, dan meremas tangannya di tanganku untuk mengajari
ku bagaimana menggenggam jariku membentuk tinju dengan benar. "Ketika
kau memukul, kau perlu menyelaraskan dua tulang terbawah lenganmu
-tulang ulna dan radius mu- sejajar dengan pergelangan tanganmu.
Pergelangan tanganmu tak boleh mengendur, sehingga tahan dengan lurus
sempurna. Sekarang mulai dengan lipat lengan mu ke depan wajahmu,
kencang kan buku buku jarimu, dan ketika kau mulai memukul, putar
lenganmu sehingga tulang ulna mu, jari -jarimu, dan pergelangan
tanganmu terasa seperti satu tulang atau menjadi bagian dari tulang
ketika kau menekan".
Aku mencobanya dan dia mengangguk . "Sekarang gunakan lenganmu yang satunya untuk menjaga"
Aku
tetap dengan satu lengan terlipat untuk menutupi wajahku, dan kemudian
menyerang lagi, dan lagi, melihat dia hanya mengelak, tapi tidak balas
menyerang.
Adrenalin
bergegas membuat mabuk tubuh ku, dan aku tak Tau apakah ini pertempuran
pura-pura atau hanya membuat mata biru itu tetap menatapku, tapi aku
merasa bermuatan listrik tiba -tiba. "Tunjukkan gerakan yang aku tidak
Tau". Kataku terengah engah , menyukai ini lebih dari yang aku
perkirakan.
Dia
meraih kedua lenganku, dan menekuk lenganku untuk tetap terjaga di
wajahku dengan tinju ku.
"Baiklah, mari kita lakukan satu, dua
pukulan. Selalu tutupi wajahmu dengan tanganmu, dan tubuhmu dengan
lenganmu, bahkan ketika kau sedang meninju, ayunan pertama dengan lengan
kirimu". Dia menarik lenganku ke arah rahangnya. ". Lalu kau berganti
keseimbangan pada kakimu sehingga kau bisa melanjutkannya dengan
pukulan kuat dengan lengan kananmu. Kau perlu kerja kaki yang bagus
disini. Menghunjam kan pukulan yang kuat dari bawah sini". Dia menekan
ujung jarinya di inti ku, dan kemudian menyeret tangannya di sepanjang
jalan menuju lengan telanjang ku hingga ke tinjuku . "-- dan kirimkan
kekuatan itu sampai ke buku -buku jarimu".
Dia
memperagakan pukulan double Blow yang mengalir dan sempurna yang
membuat manik-manik kecil keringat muncul di belahan dadaku dan kemudian
aku mencobanya. Memukul ke kiri, jongkok, menghindar dan memukul lebih
keras dengan tepat.
Matanya
bersinar gembira. "Coba lagi. Pukul aku di tempat yang berbeda pada
pukulan kedua". Dia memantapkan posisi, tangannya terbuka untuk
menangkap pukulan ku.
Mengikuti
perintahnya, aku menggunakan lengan pertama untuk memberikan pukulan
cepat ke tangan kirinya , dan dengan mudah menangkap pukulan ku,
kemudian aku melakukan pukulan sekuat tenaga ke tangan satunya dengan
tangan kananku. Tinjuku benar -benar akurat, tapi ku rasa aku butuh
memberi sedikit tenaga lagi ke tinjuku.
"Dua kali tinju dengan tangan kirimu". Katanya, lalu dia mengangkat tangannya ke atas untuk menangkap ayunan ku.
"Sebelah
kananmu". Katanya dan di pukulan pertamaku, aku menghantam tangannya
yang terbuka dengan tinju ku - mental. Kemudian aku memutuskan untuk
mengejutkan dia dan mendaratkan pukulan kuat ke abs nya,yang
berkontraksi otomatis saat aku memukul dan mengirimkan rasa nyeri
mengejutkan ke buku -buku jariku . Tapi walaupun dia terkejut tapi aku
yang terakhir terkejut.
"Aku sangat bagus". Aku mengejek dia dan mundur, memantul di betis ku seperti dia dan menjulurkan lidahku dengan main -main.
Dia
benar benar merindukan itu, menonton payudaraku bergoyang.
"Benar-benar bagus". Katanya, kembali ke tempat posisinya. Matanya
Menggelap dengan cara yang membuat perut ku mulas dan panas dan aku
tepat pada saat ini aku memutuskan saat dia terpedaya dengan trik ala
gadis ku adalah kesempatan yang paling bagus yang pernah ada.
Aku
mengayunkan kaki ku seperti saat aku belajar bela diri. Kaki ku adalah
bagian tubuh terkuat dari tubuh wanita, dan tentu saja untuk mantan
pelari. Tujuanku adalah menyerang tendon achiless nya dengan lutut ku,
menjatuhkan tubuh besarnya dan egonya ke tanah.
Tapi
dia bergerak begitu aku mengayunkan kakiku,dan aku memukul sepatu
tenisnya sebagai gantinya. Rasa nyeri menjerit di pergelangan kaki ku.
Dia menangkap lenganku dan membuatku berdiri, alisnya menyentak
cemberut. "Apa-apaan tadi itu?"
Aku cemberut . "Kau seharusnya jatuh"
Dia hanya menatapku, wajahnya tampak kosong sejenak. "Kau bercanda , kan?"
"Aku sudah pernah menjatuhkan pria yang lebih berat dari pada kamu!"
"Sebuah batang pohon yang lebih cepat dari pada Remy , Brooke". Teriak riley.
"Ya aku bisa melihat itu". Aku menggerutu, dan aku menangkup mulutku lalu berteriak. "Terima kasih untuk ini, riley".
Mengutuk
pelan, Remy memegang lenganku saat dia membimbingku, melompat, ke
sudut, dimana dia duduk di kursi dan karena hanya ada satu, dia
mengangkat ku ke atas tubuhnya sehingga dia bisa memeriksa pergelangan
kakiku. "Kau mengacaukan pergelangan kaki mu, bukan?" Dia bertanya dan
itu adalah pertama kalinya aku mendengar dia begitu.....kesal padaku.
"Aku tampaknya hanya salah menumpu kan semua berat badanku ke pergelangan kaki ku". Aku enggan mengakui.
"Kenapa kau memukulku? Kau kesal padaku?"
Aku mendengus. "Kenapa aku kesal Padamu?"
Matanya menyipit ke arahku. Dia tampak sangat menakutkan dan pastinya sangat kesal. "Beritahu aku".
Aku menundukkan kepalaku. Aku menatap pergelangan kaki ku dan menolak untuk bercerita pada siapapun, kecuali Melanie.
"Hei,
bisa kah bawakan air kesini? ". Dia memanggil, terlihat ada rasa
frustrasi dalam kata-katanya. Riley membawakan lebih dari satu
gatorade dan botol polos air dan meletakkan itu semua di lantai ring
dekat kaki ku.
"Kita akan membalutnya". Dia berkata, dan kemudian, terdengar khawatir, saat bertanya. "Kau baik-baik saja, B?"
"Dandy, hubungi aku besok. Aku sudah tak sabar untuk kembali ke ring dengan cowok ini".
Riley tertawa, tapi Remington tak tertawa sekilas pun.
Dadanya
penuh keringat dan kepala gelapnya menunduk rendah sambil memeriksa
pergelangan kaki ku, ibu jarinya menekan di sekitar tulangku. "Itu
menyakitkan, Brooke?"
Kurasa
dia khawatir . Kelembutan tiba-tiba saat dia berbicara padaku membuat
tenggorokan ku sakit, aku tak Tau mengapa. Seperti saat kau jatuh,
dan tidak sakit, tapi kau menangis karena merasa terhina. Tapi aku
sudah jatuh dengan cara yang terburuk di depan dunia, ku harapa
keinginanku untuk tak menangis sama kuatnya dengan harapanku agar tidak
runtuh di depan pria terkuat di dunia.
Aku
malahan cemberut, aku meraih pergelangan kakiku untuk memeriksanya,
tapi dia tak memindahkan tangannya, tiba tiba beberapa jari kami
mengelilingi pergelangan kakiku, aku bisa merasakan ibu jarinya di
kulitku.
"Kau
seberat satu ton". Aku mengeluh, seperti salah satu idiot. "Jika
beratmu kurang dari itu pasti aku sudah menjatuhkanmu. Aku bahkan
menjatuhkan instruktur ku"
Dia mendongak, cemberut, "apa yang bisa ku katakan?"
"Kau menyesal? Demi harga diriku?"
Dia
menggelengkan kepalanya, tampak jelas masih kesal, dan aku tersenyum
pongah dan meraih sebotol gatorade , dan membuka tutupnya.
Matanya
jatuh ke bibirku saat aku menyesap dan aku bisa merasakan, tiba-tiba,
sesuatu yang tak terhindarkan di pangkuannya di bawah bokongku. Saat
cairan dingin mengalir ke tenggorokan ku , itu membuatku menyadari
bahwa seluruh tubuhku terasa demam dan semakin panas.
"Bisakah aku minta sedikit?" Suaranya serak -serak aneh saat dia menunjuk minuman ku.
Ketika
aku mengangguk, dia meraih botol dengan satu tangannya yang besar dan
menenggak nya ke mulutnya dan hormon ku terisi penuh pada saat pertama
kalinya bayangan Bibirnya menekan bagian pinggir botol. Tepat di titik
bekas mulutku.
Tenggorokannya
bergerak saat dia menelan, kemudian dia menurunkan botol, bibirnya
sekarang lembab, dan ketika dia menyerahkan gatorade kembali padaku,
jari kami bersentuhan. Aliran listrik menyengat nadiku. Dan aku
terpesona dari cara pupilnya Menggelap dan cara dia menatap mataku tanpa
tawa di matanya. Ketika aku otomatis berusaha menutupi kegugupan ku
dan meneguk sekali lagi, dia mengamati Caraku dengan intens, bibirnya
tak tersenyum. Merah muda cantik. Luka di bibirnya sudah mulai
membaik. Satu -satunya yang ingin aku jilat. Sebuah simpul kerinduan
terlepas dalam diriku. Dan itu menyakitkan. Aku di pangkuannya, dan
aku menyadari salah satu lengan kuatnya di pinggangku, dam aku tak
pernah sedekat ini. Cukup dekat untuk menyentuhnya, menciumnya,
merangkumkan tubuhku ke tubuhnya. Aku tiba-tiba mati dan melayang. Aku
tak bisa lagi berpura pura bahwa ini bukan masalah besar. Aku
menginginkan dia. Aku amat sangat menginginkan dia hingga tak bisa
berpikir jernih. Ini adalah kesempatan. Kesempatan besar.
Aku tak pernah merasa seperti ini
Aku
Tau ini gila, dan ini tak kan pernah terjadi, tapi aku hanya tak bisa
menahannya. Dia seperti Olimpiade ku, sesuatu yang tak akan pernah ku
miliki, tapi membuatku selalu kelaparan. Dan aku benar -benar benci
akan pikiran bahwa tangannya telah menyentuh satu, mungkin dua , wanita
kurang dari dua puluh empat jam lalu, ketika aku ingin itu adalah
diriku.
Kegelisahan
membalut ingatan itu, aku mencoba berdiri, dengan hati -hati, dan dia
mengambil gatorade ku dan menaruh nya di tepi saat dia mengambil dua
handuk dari keranjang dan mengalungkan di lehernya, kemudian
kepadaku,dia memapahku dengan bahunya. "Aku akan membantu mu naik
sehingga kau bisa mendinginkan kakimu".
Dia
menurunkan ku dari ring seakan aku seringan awan, dan aku harus
bersandar pada dia, lenganku di bahunya yang bidang saat kamu berjalan
keluar.
"Aku baik baik saja". Aku terus berbicara.
"Berhenti mendekat". Kata nya.
Di
elevator, dia menjaganya tetap dekat di sisinya dan kepalanya menunduk
padaku, dan aku bisa merasakan napas nya di kening ku. Aku sangat
menyadari seberapa besar dia, dibandingkan dengan ku,lima jari -jarinya
terentang di pinggangku, dan pada saat yang tepat dia menggeser
hidungnya dan menurunkannya ke belakang telingaku. Terasa geli saat dia
menghembuskan napas. Dan dia begitu dekat, bibirnya menggesek bagian
belakang telingaku ketika dia berbicara. Aku mendengar dia menghirup
napas dalam-dalam dengan tiba-tiba,dan organ seks ku berdenyut keras,
aku sangat ingin berbalik dan membenamkan hidungku di kulitnya dan
menghirup semua udara yang bisa ku raih ke dalam paru paru ku. Tapi
tentu saja aku tak melakukan hal ini.
Dia
berjalan ke kamarku dan tubuhku seperti patung, otakku bahkan tak bisa
mengolah topik pembicaraan untuk menyingkirkan. Keheningan yang
mencekam di sekitar kami.
"Hai
man, siap untuk bertanding?" Seorang berseragam staf hotel, yang
tampaknya merupakan penggemar, bertanya dari seorang lorong.
Remington
memberikan acungan jempol dengan senyum berkemungkinan pipit sebelum
berbalik ke arahku, menekan rahangnya di rambut di belakang telingaku.
"Kunci". Katanya dalam bisikan parau yang memunculkan rasa merinding.
Dia menggesek kunci dan membawaku masuk.
Dianne
tidak disini , dan aku Tau dia mungkin sedang mempersiapkan makan malam
mewah sekarang. Dia me duduk kanku di tepi tempat tidur Queen size
kedua, dan kurasa ini adalah milikku karena Dianne mempunyai foto dua
orang anak di tempat tidur yang pertama dan dia meraih ember es. "Aku
akan mendinginkanmu"
"Aku baik baik saja, Remy. Aku akan melakukannya nanti...."
Pintu
menutup sebelum aku bisa menyelesaikan omongan ku, aku membuang napas
saat aku membungkuk untuk meraba pergelangan kakiku untuk menilai
kerusakan yang ku sebabkan.
Dia
meninggalkan kunci di luar sehingga dia tak perlu mengetuk dan aku
menegang saat dia kembali dan membanting pintu hingga tertutup. Dia
menyalakan air di kamar mandi dan kemudian dia kembali, terlihat besar
dan berwibawa dalam kamar hotel, sambil meletakkan ember di karpet.
Dia
berlutut di kakiku dan saat aku melihat tubuhnya yang kuat dan kepala
gelap menunduk cenderung ke arahku, rasa ingin bergegas merasuk ku
dengan serangan kuat, aku menatap ke bawah ke arah es dan ingin
menenggelamkan kepalaku ke ember.
Dia
menyentak lepas sepatu tenisku dan kemudian kaus kaki ku, kemudian
memegang kaki ku dengan lembut saat dia meluruskan kakiku. "Ketika ini
sudah sembuh aku akan mengajari mu cara menjatuhkan ku" bisiknya .
Ketika aku tak bisa menjawab dan aku benar -benar terpengaruh
sentuhannya, dia mendongak dan kedua matanya hangat dan intim.
"Dingin?"
Kurasa seluruh tubuhku merasakan segalanya selain dingin, tapi kaki ku mulai membeku saat air mencelupka kaki ku. "Yeah"
Dia
menenggelamkan kakiku lebih dalam, seluruh tubuhku menegang dalam
kedinginan, dan dia berhenti di tengah -tengah . "Lebih banyak air?"
Aku
menggeleng, dan mencelupkan sisanya ke dalam. Berpikir. Tak ada sakit
maka tak ada keberhasilan . Paru paruku mengkerut saat tubuhku
menyerap rasa dingin. "Oh, sialan".
Dia
melihat ku meringis dan menarik kakiku keluar , dan dia mengejutkan ku,
meratakan kaki ku yang dingin di perutnya untuk menghangatkan ku. Abs
mengepal di bawah kaki ku, matanya menatap mataku dengan tatapan yang
sangat kuat, aku tenggelam.
Tegangan
Melonjak di tubuhku . Hangat, besar, tangan nya melengkung di sekitar
punggung kaki ku, memang kaki ku di perutnya begitu tegas hampir terasa
seakan seperti dia menginginkan ku disana. Aku berharap itu tanganku
bukan kakiku ,yang merasakan abs nya yang seperti papan cucian di bawah
jari jariku. Setiap lekuk yang sempurna menekan lekukan kakiku dan
jariku, dan meninggalkan ku benar benar mati rasa.
"Aku tak Tau kau memberiku Pedicure, Remy". Kataku, dan Aku tak bisa mengerti mengapa aku begitu terengah -engah"
"Itu adalah Fetish ku**"
Dia
melemparkan senyum malas yang jelas memberitahu ku akan semua omong
kosong nya, kemudian dia meraih ember dengan tangan nya yang bebas, dan
menarik satu bongkah es batu. Dia meletakkan nya dengan ringan di
pergelangan kakiku, dan menyeretnya di atas daging yang lembut, hati
hati sambil mengamati apa yang dia lakukan. Reaksi ku adalah cepat dan
kesakitan, mencabik cabik tubuhku dengan kesadaran yang lengkap dan
total akan dia.
Detak
jantungku tiba tiba mengaum di telingaku. Tuhan, pria ini lebih perasa
dibandingkan aku. Kemudian, seolah olah mengkonfirmasi pikiranku,
tangannya yang memegang kaki ku di perutnya sedikit bergeser. Dan dia
menggosok ibu jarinya di sepanjang lekukan kaki ku sementara es batu
dingin terus di gosok ke kulitku. Rasa kesemutan tumbuh di pusat
perutku. Dan aku takut, dalam beberapa menit itu akan mengambil alih
tubuhku.
Suaraku gemetar seperti sisa seluruh tubuhku"apa kau melakukan menikure juga"
Dia melirik ku lagi dan jantungku mencelos karena efek mata birunya pada diriku.
"Biarkan aku menangani kaki mu dulu, kemudian aku akan menangani seluruh tubuhmu".
Perutku
mengepal saat dia selesai mengucapkan kalimat itu dengan senyum yang
lain, yang satu ini cukup lambat. Setiap otot sex ku mulai kacau saat
es perlahan terus membelai lembut menumbuhkan api dalam tubuhku.
Aku
terpesona saat dia mengamati es di atas kulit putih krem ku, kesunyian
diisi dengan listrik. Tanpa daya aku menyeret kaki ku sedikit ke atas
perutnya , merasakan bagian punggung abs nya di bawah kakiku. Dia
mendongak, dan intensitas yang menusuk di matanya membuatku terengah
engah dan tenggelam.
"Merasa
lebih baik?" Bisiknya, menaikkan alisnya yang gelap dan aku tak bisa
percaya bagaimana suaranya mempengaruhi ku, bagaimana sentuhannya
mempengaruhi ku, aroma tubuhnya, bagaimana manusia lain bisa memiliki
kekuatan atas diriku. Aku tak bisa membiarkan itu.
Aku
Tidak boleh
Membiarkan itu.
Aku
mengingatkan diriku bahwa ketika kau memang inginkan seorang pria, kau
mengendalikan apa yang akan kau berikan pada dia. Dalam kendali untuk
apa yang kau biarkan dia ambil. Tapi aku tak bisa menghalangi bayangan
akan dia, menghancurkan ku di bawah tubuhnya. Bayangan akan bibirnya di
Bibirku, tentang kami yang jatuh terengah di tempat tidur bersama sama,
berdenyut dalam tubuhku. Dia membuatku seperti berumur delapan belas.
Perawan dan nakal. Hanya memikirkan anak laki laki......kecuali hanya
untuk memikirkan satu hal. Dan dia sangat lelaki. Amat sangat. Tapi
sedikit lucu, seperti bocah lelaki.
Bad Boy paling terkenal yang bersenang senang dengan pelacurnya di atas meja kopi semalam.
Tiba-tiba,
ingatan dingin dan brutal membuatku lemas seperti berenang di air
dingin Alaska "rasanya sempurna sekarang. Terima kasih". Kataku,suaraku
sedingin es yang mencairk. Karena aku berusaha menggeliat kan kaki ku
agar lepas dari genggamannya
Aku
akan berhasil menarik lepas kakiku ketika pintu di buka dengan suara
kunci terbuka dan Dianne masuk. "Ada kau. Aku harus memberimu makan
sekarang. Sehingga kau bisa bertenaga untuk besok!"
Menatapku
seolah olah bingung akan perubahan ku, Remington mengernyit sedikit
ketika dia melemparkan es ke dalam ember dan meletakkan kakiku kembali
ke atas karpet sambil berdiri. "Aku minta maaf, atas pergelangan
kakimu". Katanya padaku, lembut sambil berdiri tegak, ekspresinya
bingung dan hampir rentan. "Jangan khawatir jika kau tak bisa ikut
pertandingan"
"Tidak, itu bukan kesalahan mu. Aku akan baik baik saja". Aku buru buru menyela.
"Aku akan meminta Pete memberimu kruk"
"Aku akan baik baik saja. Perlakukan aku dengan baik seakan akan kau bermain main dengan pohon"
Dia berhenti di pintu masuk kemudian berbalik menatapku di ujung tempat tidur, wajahnya tak terbaca.
"Semoga beruntung, Remy". Kataku
Dia menatapku, kemudian Dianne , menyisirkan tangan ke rambut , dan menggaruk, mencari cari sesuatu.... Entah apa.
Dianne menatapku dengan kebingungan lengkap. "Apa aku datang pada saat yang buruk?"
"Tidak" aku menggeleng. "Kau datang tepat waktu sebelum aku membuat diriku benar benar bodoh".
Tak lagi mencoba untuk menjatuhkan pria seperti dia.
*****
Noted; gatorade semacam minuman elektrolit kayak pocari sweat
Fetish
; adalah sesuatu yang membuat seseorang menjadi horni. Contohnya
misalnya orang jadi bergairah karena ngelihat kaki. Maka Fetish nya
adalah kaki. Kira -kira gitu lah ya... Kurang jelas tanya mbah Google
aja ya. πππ
OH Ya, FYI aja yang di Wattpad hilang lagi....AGain and again. lelah aku tuch , ilang mulu. so aku ga bakal update di sana lagi, akan aku tamatin di sini aja.
Please leave comment, biar aku tau tanggepan nya kalian akan cerita ini. thank you.
jangan lupa follow blog ku biar tau kapan uodate selanjutnya.
Lanjut diblog sja mbak biar jangan kehapus lg.Masa diwttpad hlang trus.Aku slalu tnggu crta ini.πππ
BalasHapusYeayyy
BalasHapusAkhirnya ypdateππ
BalasHapus