Kami terbang ke Miami hari ini.
bagian tempat duduk
depan pesawat sedang membicarakan tentang scorpion dan "pertarungan-luar
ring". Yang hampir terjadi semalam. Aku duduk di bangku belakang
bersama dia, yang tampaknya menjadi biasa, dan kami baru saja
mengeluarkan headphone kami. Dia memegang iPod di tangannya dan sudah
mencari lagu-lagunya, dan aku mencari lagu ku, tak yakin apakah lagu
yang ku pilih akan di dengarkan oleh ku atau oleh dia.
Di dalam mobil , di perjalanan keluar, dia merentangkan lengannya dan berbisik. "Perbaiki pergelangan tanganku untuk ku"
Dia memiliki pergelangan
tangan yang tebal, dan paling padat yang pernah aku lihat, dan segera
setelah aku mulai memijat, aku baru Tau bahwa itu hanyalah alasan untuk
membuatku menyentuhnya, pergelangan tangannya dapat digerakkan dengan
sempurna, yang membuat vaginaku mengepal seperti yang ku ingat. Apakah
keinginan dia untuk menyentuhku sama banyaknya dengan keinginan ku
menyentuh dia.
"Mainkan lagu untukku". Bisiknya sekarang. Menakjubkan, bagaimana satu tatapan darinya bisa membuat jantungku jungkir balik.
Aku menangguk, tetapi kemudian aku bimbang akan apa yang akan aku putar. Dia mencari cari juga dan aku melihat dia juga ragu.
Tak satu pun dari kami
tersenyum lagi. Tak satupun dari kami tersenyum sejak kemarin. Ketika
kami hampir melakukan sesuatu yang gila dan.....indah.
Aku masih mencari lagu
saat dia mengulurkan iPod nya dan aku memasang headphone ku untuk
mendengarkan dan lagu yang dipilih adalah. Survivor "high on You". Ini
mengingatkan ku kembali ke pertarungan pertamanya saat aku memperhatikan
lirik nya.
Lagu berputar di
telingaku, terdengar menyenangkan , upbeat, dan penuh kegembiraan.
Mengingatkan ku bagaimana aku berdiri menonton dia bertarung, dan
kemudian, riuh kerumunan disekitar kami dan bagaimana tangannya
menyentuhku, dan bagaimana kami berdua serasa tersengat listrik....
Aku merasa begitu nakal
dan frustrasi, aku hanya ingin melihat apa yang akan di lakukan nya jika
aku melakukan sesuatu yang gila, jadi aku mencari lagu lama yang benar
benar menyenangkan yang baru baru ini di Tenarkan kembali di salah satu
episode glee, berjudul "anyway You want It" By journey , dan aku
menyerahkan ke dia.
Dia mulai mendengarkan
dengan tersenyum, dan ketika dia menyadari bagian Chourus pada dasar
nya mengatakan bahwa dia bisa melakukan "itu" dengan cara apapun yang
dia mau, dia mengangkat matanya ke arahku. Ada sebuah pertanyaan di
matanya, dan tatapannya melompat gelisah antara mata dan bibir, mata dan
bibir, sampi jatuh dan menempel di bibirku. Aku menjilat bibirku dan
aku melihat matanya menjadi berat, matanya tampak penuh pertimbangan.
"Rem". Pete memanggil dari bagian depan.
"Dia memakai headphone , dia tak bisa mendengar mu". Aku merespons. aku bisa mendengar , karena laguku baru saja selesai.
"Tuhan, berhenti membuat dia terangsang, Brooke , khususnya ketika kau tak akan...."
Suara tawa lolos dariku,
dan Remy, penasaran akan apa yang baru saja Pete katakan, tampak begitu
dalam terserap oleh ku dan musik, aku tak Tau arti tatapannya, tapi dia
menundukkan kepalanya mendekat, dan mata birunya yang berkabut
menatapku dengan intens.
Aku meragu sesaat, tapi
di dalam , aku meluap -Luap dengan birahi dan kerapuhan. Jadi Aku
mencari lagu lama yang lain lagi yang tampaknya sesuai dan mumutarnya.
"All i wanna do is make Love tO You" By hearth.
Pada saat Chorus di
mulai, aku menyadari bahwa pupilnya liar dan melebar. Napas ku
terperangkap, dan aku menyadari bahwa dengan memperdengarkan lagu itu,
aku pada dasarnya memohon pada dia untuk bercinta denganku, mengatakan
bahwa dia akan......
Kecemasan akan tatapan
rakus di wajahnya membuatku bergeser mundur ke sofa saat dia merunduk
ke depan, tatapan nya menangkap tatapan aku, karena dia menundukkan
kepalanya lebih rendah , tatapannya begitu panas, membangkitkan ku.
Dia menggeser lengannya
di pinggangku, dan menarikku sedikit lebih dekat kepadanya, kemudian dia
menelengkan kepalanya dan menekan bibirnya di telingaku. Kurasa dia
baru saja mencium telingaku. Ujung saraf ku bernyanyi ketika dia meraih
iPod dan memperdengarkan musik padaku.
Dia memainkan "iris" lagi,
mengawasi ku setiap desah napas yang ku raih, dan lirik nya membuatku
ingin menangis.
Dibanjiri kerinduan, aku
memerangkap tatapannya saat lagu di mainkan, dan matanya sama bergairah
dan menghanyutkan dengan kata-kata yang aku dengar. Ketika lagu
berakhir, dia menyingkirkan headphone dan melepasnya. Napasnya
tersengal dan tak beraturan dan sambil bersandar padaku dan mencium
telingaku lagi. "Apakah kau menginginkan aku?" Dia bertanya dengan
suara parau yang mengirimkan peringatan ke rambut di tubuhku.
Aku mengangguk dengan
kuat dari atas kepalanya, dan tangannya mengepal di sekitar pinggulku.
Dia menundukkan lehernya dan menghirup ku. Sebuah rasa bergidik
menyebur di diriku. Dan aku dibanjiri dengan kepastian mendadak akan
malam ini, malam setelah pertarungan pertama di Miami, Remington akan
bercinta dengan ku
Sisa waktu selama
penerbangan dia tetap merangkulkan lengannya di bAhuku dan menekanku ke
sisi tubuhnya yang keras, dan dia tetap membuat pemanasan seksual di
telingaku, satu satunya tempat dimana yang lain tidak akan melihat
dengan jelas akan apa yang sedang dia lakukan padaku. Dia menarik daun
telingaku dengan giginya, menjilati kulit telingaku, dan telah
melupakan semua tentang memainkan musik untukku. Sementara aku bergidik
dengan keinginan, basah, dan menggeliat aku terus melirik celana Jeans
nya, yang menggembung dengan ereksinya. Volume denim yang meregang itu
begitu mengejutkanku hingga membuat tanganku gatal, lidahku ingin
mencicipinya, menjilat dia, membuat vaginaku mengepal dengan putus asa.
Kami tiba di hotel
bintang lima, rasa antisipasi dobel yang memabukkan dan gairah yang
telah tumbuh hingga ke puncak saat aku menyadari Remy telah mebookingkan
aku Suite presiden dengan dua tempat tidur dengan dia. Saat kunci
telah di serahkan , setiap orang tampaknya menyadari juga.
"Aku sangat berharap kau Tau apa yang kau hadapi". Pete mengatakan dalam bisikan, aslinya berkerut cemas.
Mata Diane hampir di penuhi air mata ketika dia menarikku ke samping. "Oh Brooke, ku mohon kembali sekamar dengan Ku lagi?"
Riley datang dan
menatapku dengan segala keterbukaan, menepuk bAhuku seperti Aku akan
berperang. "Dia berusaha paling keras yang pernah aku lihat untuk
mendapatkan mu, B"
Sikap mereka sungguh tidak terlalu mempermalukan ku
Aku Tau mereka khawatir
ini akan berakhir dengan buruk. Aku pegawai Remington dan hanya
sementara untukku, dan dia punya reputasi buruk dengan banyak sekali
bukti di balik itu. Dia jelas memiliki sedikit sifat pemarah dan
terkadang terlalu sulit untuk di kemdalikan. Tapi walaupun da kuat, aku
Tau secara naluriah dia tak akan pernah menyakitiku, dan dia tak pernah
melakukan apa-apa untuk menunjukkan sebaliknya. Sisanya tak penting
sekarang. Hanya saja sama sekali tak masalah bagiku. Aku menginginkan
dia. Dengan kekuatan yang belum pernah kurasakan sedalam ini selama
enam tahun. Dan aku akan menjalani nya.
Mungkin aku memiliki tombol merah penghancur juga?
Kegugupan tentang apa
yang akan terjadi membuatku rapuh Saat kami berjalan ke kamar kami dan
bersiap siap untuk pertarungan, dan tiba-tiba aku amat sangat
membutuhkan Melanie , aku menarik Ponselku dari tas dan dengan segera
meng SMS dia , karena ini sudah beberapa hari sejak terakhir aku meng
SMS dia.
Brooke : apa kabar sobbbbbbbatttt ku!
Melanie : kangen. !! Tapi akan aku maafin kalau lo udah dapetin si pria sexi!
Brooke ; oh, sial
Melanie ; apa? Udah ?????
Brooke: mel
Melanie: apa? Apa?
Brooke; kurasa aku jatuh cinta dengan nya.
Melanie : kangen. !! Tapi akan aku maafin kalau lo udah dapetin si pria sexi!
Brooke ; oh, sial
Melanie ; apa? Udah ?????
Brooke: mel
Melanie: apa? Apa?
Brooke; kurasa aku jatuh cinta dengan nya.
***
Dia mengalahkan Miami seperti longsoran salju.
Kami
pulang dari pertarungan pertama, dan aku masih terengah -engah dengan
kegembiraan. Remy nyaris diserempet oleh lawan -lawannya. Dia telah
diisi daya super, tubuhnya kuat dan begitu bertenaga dan juga dia tak
perlu menghantarkan banyak pukulan untuk mengalahkan lawannya. Dia
menyingkirkan setiap orang seakan dia sedang dalam masa liburan, dan di
akhir malam, orang orang berteriak dengan kerasnya bahkan si pemberi
pengumuman sampai terengah engah. "Biarkan si pria Malang ini
beristirahat dalam damai , pria ini bisa memukul! Kalau begitu
RIP!!!!! Putuskan kepalanya, kau bajingan gila! Riiiiiiiptide, ladies N
gentlemen! Riiiiiiptide!"
Bahkan
riley begitu bersemangat dari tempatnya menonton dia sudut yang lebih
tinggi di belakang pelatih dan mengacungkan tinjunya ke udara,
berteriak dengan sangat keras. Sementara Pete tampaknya telah
meninggalkan semua tanggung jawabnya di Atlanta, dan sebelum kami
meninggalkan underground , dia menyatakan. "Sialan kita harus merayakan
ini!"
Sebelum
Remington bahkan Tau akan apa yang terjadi, sudah ada kerumunan yang
menuju ke hotel dengan kami dengan selusin mobil yang berbeda. Jadi
sekarang kami berada di Suite presidensial dengan apa yang terasa
seperti seribu orang asing , tapi tentu saja, tak mungkin sebanyak itu
kenyataan nya. Dan sebenarnya, Pete berkata sebagian besar orang orang
ini sebelumnya sudah pernah berpesta dengan Remington , sehingga mereka
hanya asing bagiku.
Kerumunan
begitu ramai, orang orang bahkan berserakan di lorong,membuat begitu
banyak kebisingan yang membuatku tak bisa berpikir betapa bersyukur nya
dua Suite di lantai atas kosong atau mungkin kita akan mencari tempat
lain untuk tidur malam ini.
Aku
kecewa. Aku bahkan tak bisa melihat dia karena dia mandi dan berganti
pakaian. Dia sudah di kerumuni penggemar nya dan di bawa ke Miami oleh
sekelompok teman lamanya, yang mengizinkan dia mengendarai salah satu
Ferrari yang mereka bawa.
Sekarang,
saat aku menelusup melewati semua orang yang berkerumun di Suite yang
seharusnya menjadi milikku dan Remy, aku bertanya tanya , apakah aku
harus bergabung dalam kegembiraandan menikmati lalu mabuk, saat suara
tepuk tangan membahana dari pintu masuk, diikuti dengan sorak sorai dari
pria satu satunya yang tak salah lagi sebagai yang aku Tau bisa menjadi
penyebab. Dia masuk ke ruangan dengan di bopong diatas bahu empat
pria. Jantungku menggelepar. Dia mempunyai senyum lebar di
wajahnya,Remy yang sombong dengan menara kekuatan, mabuk akan
kemenangannya, dan para wanita berteriak, mabuk untuk dia. "Remy!
Remyyyyy!"
"Benar
, siapa pria ini?" Dia berteriak, dan menghantamkan kepalan tangannya
di dadanya. Aku tertawa, sepenuhnya terbawa suasana, terpesona dan di
pesona oleh dia. Aura yang berasal dari dia membuat nya bercahaya
seperti matahari malam ini. Jika sekarang dia bilang dia bisa terbang,
kurasa semua orang akan percaya. Semua orang yang hadir tampaknya di
magnet oleh dia, dalam gravitasi tanpa daya ke tempat nya. Dia
melihatku, senyumnya melembut dan matanya menyala dengan tatapan aneh,
lapar, dan entah bagaimana bercahaya. "Brooke"
Dia
melompat dan mengundang ku ke depan, dan kerumunan membelah membiarkan
ku lewat. Dia tersenyum padaku dan mata biru nya menari-mari di mataku
saat dia perlahan lahan berjalan ke depan dan menemui ku di tengah
jalan. Dia mengangkatku dengan lengan nya yang kuat dan mengayun ku
berputar, dan kemudian dia menciumku.
Begitu dia meraih bibirku, kembang api meledak dari dalam tubuhku.
Semua
keinginan terpendam dari hari ke hari dan minggu ke minggu bertambah di
satu momen ini ketika segalanya adalah aku, dan segala yg aku inginkan,
aku mendongak untuk ini. Untukku, menarik kepala gelap Remington
mendekat padaku saat aku membuka mulut dan membiarkan dia memberiku
apapun dan segalanya yang dia inginkan.
Ciumanya
memelintir perutku menjadi putaran liar. Dia memegang ku erat -erat di
pinggul, dan menggerakan bibirnya dengan cekatan saat dia menggesekkan
lidahnya ke lidahku. Sebuah gemuruh bergetar jauh di dalam intinya.
Saat dia merengkuh ku lebih dekat dan memaksaku untuk merasakan
ereksinya, sambil dia menelengkan kepalanya dan menyetubuhi mulutku
seakan tak ada hari esok.
Orang
-orang bersiul keras di dekatnya, dan ketika mereka meneriakkan dia
untuk "pergilah setubuhi cewek itu!" Remy melepaskan diri. Dia
bernapas dengan kasar melalui hidung menyeret mulutnya ke telingaku,
dimana dia berbisik , panas dan kasar. "Malam ini kau milikku".
Erangan
panas keluar dariku. Dia menangkup wajahku dengan tangan besarnya yang
membuatku rentan dan kecil, dan dia dengan laparnya menguasai mulutku.
Dia melakukan dengan perlahan lahan kali ini, seolah -olah aku berharga
dan bernilai. "Malam ini kau milikku".
Dia
melihat ke wajahku lagi, matanya mendidih dengan keinginan. Kurasa aku
hanya mengangguk setuju, tapi aku terlalu rapuh untuk mengetahui
pasti. Rasa demam yang menyengat terlepas. Kaki ku tak bisa berhenti
gemetar karena tiap sel ku berteriak dalam nafsu karena Aku
menginginkan dia sekarang. Aku ingin dia sekarang.
"Remy,
aku ingin kau, membawa diriku!" Seorang wanita berteriak, tapi dia
mengabaikan wanita itu, mengabaikan segala sesuatu. Selain diriku.
Matanya
gelap dan penuh niat, dia menggosok sisi wajahku dengan telapaknya yang
besar, ibu jarinya kapalan, lalu merentangkan jarinya lebar ke kulit
kepalaku saat dia menciumku lagi, mulut kami panas dan basah karena
mereka berbaur, haus dan cemas. Aku menarik kaos abu -abu lembutnya di
genggamanku, mati dengan sensasi ini. Aku bahkan tak peduli siapa yang
menonton kami , aku menyadari mereka bersiul siul keras. Aku tak
menyadari betapa aku menginginkan ini, butuh ini, sampai gelombang rasa
menggigil merasuki Ku dan aku sedang mengalir di bawah mulut sexi nya
yang ngotot, pandangan matanya membuatku merasa seperti aku satu satunya
wanita untuk dia.
"Bawa
dia ke kamar mu, Tate!" Seseorang berteriak. Dia menyisir rambutku
kebelakang saat bibirnya menderu di sepanjang lekukan antara leher dan
tulang selangka ku, jari jarinya meluncur naik ke leherku saat dia
sekali lagi, seperti nyanyian, meringsek ke telingaku, dan berbisik .
"Milikku. Malam ini"
"Begitupun
kau". Aku menangkup rahangnya dan mencari tatapannya yang Menggelap
ketika,tiba-Tiba, dia di tarik oleh empat orang pria dan di ayun ke
udara sekali lagi.
"Remy,
Remy..." Mereka berteriak teriak, memantulkan dia dengan serempak.
Tawa mengisi ku dan gelembung kebahagiaan mencuat di dalam dadaku. Aku
bahagia untuk diriku. Untuk dia. Untuk malam ini.
Tak
jauh,, Pete dan riley melihat adegan itu dengan wajah yang begitu
suram dan tertekan, itu terasa seakan mereka baru saja mengubur mayat
malam ini.
"Bersenang-senanglah,
guys!" Kataku sambil tertawa saat aku mendekat. Sangat mungkin kakek
ku akan berpesta lebih baik ketimbang mereka berdua. Tapi mereka hanya
menggelengkan kepala mereka dan tetap menonton dengan murung.
"Dia semakin menggila". Pete bergumam, sebagian besar kepada riley.
"Aku Tau, man. Sialan".
"Ya". Pete menyisir rambut ikalnya. " benarkah aku yang menghasut keseluruhan pesta ini?"
"Persiapan
untuk pendaratan yang kasar ". Hanya itu lah jawaban riley, kemudian
dia menuju lorong, melemparkan kepalanya ke samping.
Kebingungan menghantamku. "Apa yang salah?" Tanyaku ke Pete.
"Tak
ada. Belum". Dia melirik jam tangannya, kemudian ke Remy, saat dia
dibawa kembali ke bar.
"Tapi apapun itu berlangsung dengan cara yang
yang tak dia suka, maka kita semua berada dalam masalah. Masalah besar"
Melirik
ke sekitar, aku melihat hanya ada senyum dan tawa sementara musik rock
menyembur keluar dari iPod Remy di speaker Suite. Aku benar benar tak
Tau apa yang dua orang ini khawatirkan. Semua orang bersenang -senang,
dan Remington bekerja sama kerasnya dengan orang orang yang aku kenal.
Dia berhak untuk menggila. Ya, dia sedikit terlalu hiper, tapi untuk
ku itu kemungkinan karena dia dalam eforia pertandingan dan juga di
tambah dengan hal sama yang kami berdua lakukan, Remington dan aku,
terasa membelit seperti ular kobra yang lapar, selama berminggu-minggu.
Sepanjang
hari ini, ketika kami sampai untuk meletakkan tas kami di Suite, dan
kemudian turun untuk makan siang dengan tim. Dan dia bersiap-siap
sebelum pertandingan- disetiap titik di momen ini, mata kami telah
mencari -cari satu sama lain dengan liarnya, dan sesegera mungkin ketika
mata kami terkunci, percikan memendar di antara kami dengan lengkungan
yang begitu bertenaga akan kebutuhan untuk bersama dia yang memotongku
seperti patah leher. Bahkan di pertandingan, ketika dia berbalik untuk
memandangku sebelum pertarungan di mulai, mata birunya memendam dengan
percikan nafsu untuk memiliki ku. Aku Tau dia merasakan rasa lapar yang
sama seperti diriku sekarang, sambil aku menunggu, demam akan
antisipasi malam ini. Tubuhku bersenandung dalam rasa nyeri, dan
setelah pertandingan yang luar biasa, aku Tau Remington berdengung
seperti gila. Dia begitu rentan. Terisi dan jantan.
Dia
sangat bertenaga malam ini, itu tampaknya menarik setiap sel dan atom
di tubuhku, memandikan Ku dalam kewaspadaan wanita murni akan
maskulinitas yang panas.
Sekarang
aku melihat dia menuangkan tequila dan melakukan beberapa kali
tenggakan tequila di belakang bar. Dan si pirang mencolok di sisinya
meremas sari lemon di belahan dadanya dan menambahkan setetes garam,
kemudian dia meremas gelas yang tepat di antara dua payudaranya dengan
perasan erat. Dia menyenggol pergelangan tangan Remy dan memberi sinyal
ke dia untuk datang dan mengambilnya. Rasa cemburu mengepal di semua
ototku, hanya menghindar ketika Remy meraih pria terdekat di sekitar nya
dan mendorong wajah si pria ke buah dada nya. Tertawa, keras, dan
jantan, saat dia menenggak dua Sloki lagi dan bersiap kembali kepadaku.
Matanya
terkunci ke mataku , matanya menjadi gelap dan liar. Segelap dan
seliar saat dia membuat diriku menggelepar. Dia tampaknya tak ingin
berpesta dengan siapapun kecuali aku, dan kenyataan itu membuat lutut ku
meleleh. Diantara pahaku, aku menjadi sangat sensitif , basah, dan
bengkak.
Dia
membawa pengocok garam dan lemon di telapak tangannya. "Kemarilah".
Kata nya, kasar tapi lembut saat dia meletakkan dua Sloki gelas di meja
atas consol. Dia menyesap lemon diantara dua bibirnya, dan dia
memiringkan kepalanya untuk mengoper ya padaku, aku membuka mulutku, dan
sari lemon mengalir di mulutku, dari mulutnya, dan kemudian dia
menyingkirkan lemon itu, dan menjulurkan lidahnya ke mulutku. Dia
menggeram, kami berdua menggeram, saat kami saling bertaut dan
berciuman, saling menjilat satu sama lain, sampai dia menggeram sekali
lagi dan dia melangkah mundur untuk menyerahkan satu Sloki gelas.
Aku
tak pernah mabuk-mabukan dengan seseorang, tapi tiba -tiba Aku menjadi
senang, karena itu dengan dia. Kesenangan yang rapuh merasuk ke Aliran
darahku. Aku merasa nakal dan impulsif, melakukan apapun yang tak
pernah Aku lakukan. Meraih gelas itu diantara jari-jariku, aku menenggak
cairan itu dan merasakan cairan membakar sepanjang tenggorokan ku , dan
ketika dia memberiku jeruk nipis lagi, aku sepenuhnya gila dengan
kesenangan.
Mengulangi
hal yang sama yang dia lakukan, aku memastikan irisan jeruk nipis ke
mulutku, dan dia menunduk dan menghisap air jeruk nipis dari ku.
Erangan lolos dariku ketika dia menarik irisan jeruk nipis itu keluar
dan menggantikannya dengan lidahnya. Rasa mendambakan merobek ku, dan
lenganku mendarat di lehernya.
Gelas
Sloki yang kosong jatuh ke lantai dan dia meraup pantatku, mengangkatku
ke meja consol,meluncur diantara kaki ku, dan menusukkan lidahnya ke
mulutku.
Dia
mendorong pinggulnya dan ereksinya menekan ku, rasa putus asa dalam
gerakannya menebarkan aliran listrik ke seluruh tubuhku. "Aroma mu
sangat enak..." Dia berbisik telingaku. Tangannya mengepal di pahaku
sambil menggesek gesekan ereksinya pada ku. Mulutnya menyusuri
sepanjang jalan munurun dari keningku, pipiku, dan bibirnya, getaran ku,
cepat dan panas di bibirku. "Aku menginginkan kau sekarang. Aku tak
bisa menunggu untuk menyingkirkan orang-orang ini. Kau suka yang
bagaimana Brooke? Keras? Cepat?"
"Apapun
yang kau inginkan". Aku berbisik, mabuk akan nuansa lengannya,
mulutnya, gesekan pakaian kami di kelamin nya dan di kelaminku. Kurasa
kata -kataku membuat dia mengingat lagu yang kumainkan, karena dia
merintih dan menelengkan kepalanya dengan ringan untuk menggigit bibir
bawahku.
"Tunggu disini, liltle firecracker". Katanya, dan dia berjalan kembali ke bar.
Kami
menenggak satu set tenggakan kedua, dan kemudian dia berlanjut untuk
putaran ketiga, dan keempat, dan aku pasti pusing karena yang keempat.
Aku tak pernah benar-benar mabuk sebelumnya, dan kurasa sistem ku tak
akan mampu menanganinya. Kepalaku berputar saat aku melihat dia pergi
untuk yang kelima dengan senyum tolol. Beberapa pria sekali lagi
menangkapnya dan melontarkannya ke udara , berteriak. "Siapa pria itu?
Siapa pria itu?"
" dasar sialan tentu saja itu aku, motherfucker!"
Mereka
member dirikan dia kembali di bar dan kemudian mulai berteriak karena
mereka mendentingkan gelas besar bir untuk dia dan mereka berteriak pada
dia. Dengan irama tiga kali hentakan saat kepalan tangan mereka
menghantam granit. "Re- ming-ton!"Re- ming-ton!"Re- ming-ton!"
"Santai , guys". Pete mengatakan itu saat dia mendekat, mencoba untuk menenangkan sesuatu.
"Siapa
Sich kutu buku ini? ". Kata seorang pria berjenggot, dan Remy menarik
dia dan mendorong dia ke dinding dengan sangat mudah seakan beratnya tak
lebih dari bayi prematur.
"Dia sobat saya, dasar kodok. Tunjukkan sedikit hormat sialan"
"Tenang, dude, aku hanya bertanya"
Remy menjatuhkan dia ke lantai dan kembali untuk menyelesaikan tequila kami.
Aku
Tau dia akan kembali padaku untuk beberapa tenggakan, tapi orang -orang
tetap menahannya, dan perutku membuat suara-suara. Aku tak bisa
merasakan lidahku, aku cukup yakin aku akan muntah.
Lima
menit kemudian aku masih mual, terengah engah saat aku memulai pesta
konyol pribadi untuk diriku sendiri. Tepat di kamar mandi
Tuhan.
Perutku. Hatiku yang Malang. Malangnya aku. Aku amat sangat senang
aku memiliki lintasan di masa-masa remaja ku bukannya te-kill-ya! Aku
bahkan tak bisa percaya Melanie menyukai ini. Aku mengerang dalam mual
yang menyengsarakan yang datang kembali ke tenggorokan ku. Aku
menggantung kepalaku di toilet sekali lagi dan mengejang saat semburan
muntahan keluar dari ku.
Ketika
aku berpikir aku sudah selesai, semuanya kabur, dan aku masih pusing.
Aku mencuci mulutku dan mencari vitamin ku pada barang -barang yang ku
tinggalkan di kamar mandi ruangan ini untuk berjaga jaga aku sebaiknya
tak berbagi kamar mandi dengan Remington, yang tampaknya sebagai rencana
yang sempurna saat ini yang kemungkinan aku akan menghabiskan waktu
sepanjang Malam dengan muntah. Aku meraih vitamin B Kompleks berwarna
merah dan vitamin C dan menenggak ya menjadi satu dan aku menyadari aku
seharusnya mulai mengisi diriku dengan air, tapi aku merasa malas untuk
mengambil air, jadi aku malahan menyiram toilet untuk ketiga kalinya,
menutup bagian atasnya, dan menyandarkan dariku untuk berjaga jaga
ketika aku merasa mual lagi.
Aku mengambil ponsel ku dan mengirim pesan
ke mel
Merasa seperti sampah! @ mabuk seperti keleda* konyol! Tapi aku akan meniduri Remy jika aku bertahan dari tequila!"
Maka ku rasa aku bahkan tertidur.
Ketika
aku kembali, kepalaku berdenyut, dan kebisingan di luar presidensial
Suite memekakkan telinga. Aku merasa enakan setelah mencuci mulutku dan
merapikan rambutku yang mencuat, dan mencuci tanganku, lalu mengintip
ke ruangan dan sang pecinta telah pergi, jadi aku melangkah ke ruang
tamu menuju ke kebisingan. Bukan. Tak ada kebisingan. Kekacauan.
Berkedip,
aku menyerap adegan di depanku dengan mata tak percaya. Aku tak Tau
apa yang terjadinya, tapi pastinya sesuatu. Pastinya ada sesuatu.
Bulu-bulu dari bantal yang robek Kemana-mana. Pecahan gelas di bawah
kaki ku saat aku berjalan. Orang orang saling mendorong satu sama lain,
entah kenapa mabuk dan panik ketika mereka ingin menyelamatkan diri
dari sesuatu. Lalu aku melihat dia.
Remington
"Riptide " Tate , pria terseksi yang pernah ada, sedang melemparkan
segala benda di jalannya dan berteriak -teriak gila. "Apa yang telah
kau katakan pada dia tentang ku, sialan? Sialan dimana dia?" Ketika
Pete tanpa berjaket dan tanpa dasi , dan Pete putus asa untuk
menenangkannya. Remy melemparkan botol kristal ke dinding dengan
hantaman yang fantastis, dan orang -orang berteriak baik dengan
ketakutan maupun tawa, sementara riley sibuk menggiring mereka keluar ke
pintu Suite yang terbuka.
Rasa
mabuk ku langsung memudar, atau setidaknya menurun hingga lima puluh
persen, dan aku hampir sepenuhnya sadar dari shock. Aku langsung
bertindak dan mulai mendorong semua tubuh-tubuh yang bisa ku sentuh
keluar dari pintu. "Keluar, keluar, keluar!" Aku berteriak seperti
setan.
Remy
mendengar suaraku, dan berputar dan melihatku. Matanya berkilat dengan
sesuatu yang liar saat dia melemparkan lampu di tangannya dan
membuatnya menabrak dengan ledakan besar dari kaca di belakangnya,
kemudian dia mendekat ke arahku. Tapi Pete memegangi punggungnya,
menarik lengannya dengan putus asa. "Lihatlah, dude? Dia telah
menandatangani kontrak, ingat? Kau tak perlu menghancurkan hotel, man".
Saat Remington menatap mataku dengan ekspresi yang murni rapuh, Pete
membenturkan sesuatu ke lehernya dan kelopak matanya menyipit.
Kepalanya
terjerembab ke depan dan aku membeku dengan kengerian total. Awan
kebingungan menghambat setiap pikiran rasional ku karena aku mencoba
untuk memproses fakta bahwa Pete, si lembut Pete, telah menyuntikkan
sesuatu di pembuluh darah Remy.
Riley
terus mendorong orang orang keluar dari ruangan saat Remy merosot ke
bawah dan Pete mencoba untuk menompang dia ke di dong terdekat. Ketika
kita berhasil mendorong orang terakhir keluar, riley mengalungkan
lengannya ke leher Remy,sementara yang lain berada di sekitar Pete.
Kakinya terseret di bawah tubuhnya saat mereka mulai mengangkut dia ke
kamar tidur utama, dan ketika aku mendengar suara pria nya yang indah
berbicara, dia terdengar tak hanya mabuk sekarang. Tapi juga terbius,
Timbre nya rendah dan hampir tak bisa di mengerti.
"Jangan biarkan dia melihat"
"Kami tak akan, Rem"
Kepalanya menggantung seolah olah dia tak punya kekuatan untuk menompangnya. "Jangan biarkan dia melihat"
"Ya, Man. Kami mengerti"
Ketakutan
dingin menyebar sepanjang bagian dalam Ku karena aku bergerak dengan
bingung , seperti orang yang tidur berjalan, dan mengikuti mereka ke
pintu. Aku berhenti di ambang pintu, dan OCD ku hanya memohon untuk
membersihkan semua kekacauan sialan ini dan juga tequila yang masih
membuatku seperti keledai. "Apa yang salah dengan dia?" Tanyaku pada
Pete saat keduanya keluar. Riley menuju ke Telpon ruang tamu.
"Dia baik-baik saja hanya sedikit lemah". Pete meraih Handel pintu dan menutup pintu.
Dan
tiba-tiba rasa khawatir menyeruak keluar dari pikiranku dan memegang
lengan Pete seperti tali penyelamat ku. "Jangan katakan omong kosong
itu padaku. Apa yang dia tak inginkan untuk aku lihat?"
Suaraku
bergetar, tapi aku begitu takut, dan mabuk dan frustrasi secara
seksual, jika mereka tak memberi ku jawaban, kurasa aku akan pergi dan
sisa -sisa apa yang Remington biarkan utuh.
Pete
ragu, kemudian membebaskan lengannya dari Cengkraman mematikan ku yang
tampaknya kulakukan padanya. "Dia tak ingin kau melihat dia"
Aku
mematung tak bisa berkata-kata, tapi kebutuhanku untuk memastikan
Remington baik-baik saja begitu menguasai sehingga Aki masih mencoba
untuk masuk. Pete dengan tegas menyentak ku kesamping.
"Lihatlah,
dia begitu menggila sejak kau disini, dan beberapa hal terjadi setelah
dia menjadi menggila. Semua yang dia butuhkan adalah kontak fisik yang
membuat dia merasa baik , mengeluarkan dia dari ketakutan itu, itu hanya
hitungan hari. Selalu begitu ketika dia tak dapat memudar di atas
ring. Dan fakta bahwa dia telah terengah engah setelah kau seperti
anjing yang tak membantu, Brooke"
"Dan
, sialan siapa yang memberimu hak untuk menyuntikkan obat ke aliran
darahnya, Pete?" Aku menuntut, terhuyung-huyung di kemarahan atas nama
Remington.
"Dia.
Ribuan kekacauan di kamar hotel. Aku telah bersama dia selama satu
dekade dan begitu juga riley. Dia adalah pria yang paling sulit di
tangani yang pernah kau temui"
Riley berjalan kembali ke arah kami dengan ekspresi suram. "Mereka sedang dalam perjalanan"
"Kau punya dua?" Pete bertanya.
"Tiga. Satu baru. Lihat saja apakah itu akan memuaskan selera keras kepalanya"
Ketika aku menyadari apa yang mereka bicarakan, aku tiba tiba ingin menghajar mereka. "Tiga baru apa? Pelacur?"
Dengan
secercah perhatian yang segar, Pete menepuk bAhuku dengan mode menuntut
yang harus terpenuhi. "Ini adalah protokol standar, bukan? Mereka
adalah wanita yang bersih dan yang paling mahal. Dia tak akan peduli
siapa mereka. Kita seharusnya membiarkan dia pergi begitu lama tanpa
berkerja khususnya dengan dirimu di sekitar dia. Maaf atas menjadi
begitu kasar, tapi ini adalah masalah yang harus kita selesaikan
sekarang dan dia tak akan melawan seperti ini besok. Sialan, ini akan
menjadi keajaiban jika kita mengeluarkan dia dari tempat tidur.
Sesuatu
yang suram dan hijau dalam diriku, mengikat dengan kejam di dadaku.
"Aku tak ingin wanita-wanita itu disini". Aku memberitahu mereka dengan
ketenangan yang menipu.
Mungkin
, aku tak memiliki kata-kata dalam hal ini, tapi aku mengingat ciuman
Remy malam ini, tangannya yang menangkup lembut, kata -katanya. Kau milikku malam ini...
Tetapi
gambaran hidup dari tubuhnya terjalin dengan wanita lain, membuatku
ingin buru-buru ke toilet lagi dan muntah. Aku sedikit mabuk, atau
mungkin sudah benar -benar mabuk. Aku tak Tau. Tapi hatiku sakit dan
perutku kacau akan dengan pikiran ada wanita lain yang menyentuhnya.
Dan tiba-tiba aku harus menutup mulutku dan buru-buru ke toilet secara
nyata.
Aku
menghabiskan sepuluh menit kemudian disana, kemudian mencuci mulutku
lagi, membersihkan segala nya, dan kembali ke ruang tamu saat para
pelacur datang. Riley tampaknya turun ke lobi untuk membawa mereka ke
atas- sebagai hotel yang punya reputasi mereka tak akan membiarkan
sembarang wanita naik ke atas sendiri- dan ketika Pete membuka pintu
dan membiarkan mereka masuk, dengan Parfum mereka yang tajam dan
pernak-pernik yang berkilauan, aku ternganga dan merasa hijau dan mual.
Mereka
begitu cantik, aku menyadari dengan ketakutan aku mungkin saja jenis
orang yang mabuk dengan berteriak teriak dan kemudian menangis, karena
aku merasa aku melakukan keduanya. Aku begitu marah dan menghentikan
wanita -wanita itu yang hanya tinggal dua langkah ke ruang tamu , mereka
bertiga berhenti ketika melihat rambutku yang kacau dan kilauan
kemarahan ku.
"Kami tak membutuhkan jasa kalian lagi, ladies. Maaf untuk waktu mu, ini adalah bayaran untuk kedatangan kalian"
Aku
meraih seratus dolar dari dompet riley, yang mana paling dekat dan juga
si bajingan yang memanggil mereka, aku mendorong para wanita itu keluar
dari lorong dan membanting pintu di depan wajah mereka.b lalu aku
berputar, dan cemberut menggigit wajahku.
"Ini
adalah terakhir kalinya kau memanggil semacam gelandangan ketika dia
seperti ini". Aku menunjuk-Nunjukkan jariku dengan mengancam, jantungku
berdebar dengan kemarahan dan protektif. "Aku menyadari aku tidak dalam
kondisi membuat keputusan disini, tapi dia pun juga. Dia tidak
menginginkan mereka!" Aku menjerit.
Para
lelaki, keduanya benar-benar mabuk dan selalu tampak mengerikan dalam
bentuk "tampang Bodyguard" nya dengan setelan dan jas, kecuali Pete yang
tampaknya sudah acak -adakan untuk malam ini, mereka hanya memandangku
dalam kebingungan, membuat ku merasa seakan aku sudah gila.
Well?
Mungkinkah aku?
Aku
tak yakin. Tapi dadaku nyeri karena pria yang berada di kamar tidur
utama dan payudaraku berat karena napas ku yang cepat seakan aku
bertarung di groundku sendiri, aku Tau apa yang pria -pria ini sedang
pikirkan. Mereka pikir aku ingin meniduri Remington, dan bahwa aku
berpikir kalau dia benar menginginkan aku. Dan mungkin aku juga
begitu. Aku menginginkan nya dengan putus asa.n aku tak hanya ingin
tidur dengan dia, aku mungkin akan sepenuh hati dan memiliki perasaan
yang rumit dengan dia.
Tapi
pikiran akan seseorang menyentuh nya membuatku ingin menghembuskan
api. Aku tak peduli dia bukan milikku. Aku peduli itu sekarang, Pete
hanya menyuntikkan sesuatu ke aliran darahnya, tubuhnya yang indah
standby, dan otaknya mati. Jika saja aku bisa mencegah mimpi buruk ini
terjadi, aku akan melakukannya dan aku baru saja melakukannya.
"Aku tak sedang mabuk, sekarang". Aku menyatakan pada orang-orang ketika mereka hanya terus menatapku.
Keduanya mendesah. "Aku akan tidur untuk berjaga-jaga dia terbangun dan dia menggila". Kata riley , dan dia mengintai ke pintu.
"Jangan
masuk kesana"! Pete memperingatkan ku, memberi sinyal ke tempat tidur
utama. "Tidur di ruangan lain. Dia mungkin tak akan ingat apa yang kau
katakan sekarang, jika apa yang kita beri padanya habis terlalu cepat,
dia bisa menjadi lebih sulit dari yang di bayangkan".
"Baiklah".
Aku berbohong, dan pergi ke ruangan lain untuk mengenakan kaos tidur
ku, tapi aku tak bisa membiarkan semuanya begitu saja. Hanya aku dan
Remy yang tidur di Suite ini, dan ketika pintu menutup setelah Pete
keluar. Aku Tau kami sendirian.
Aku
berjingkat-jingkat melewati ladang ranjau kaca dimana mana, lalu
menyapunya kesamping untuk membersihkan nya, aku pergi ke kamar tidur
utama. Detak jantungku berderu seperti suara drum kepanikannya saat
aku masuk. Tirai sedikit terbuka, dan aku merasakan rasa posesif yang
amat sangat dan lonjakan rasa protektif dalam diriku karena aku melihat
kegelapan di tempat tidur, hanya diterangi lampu -lampu kota. Baku
berkata pada diriku sendiri aku hanya ingin memastikan dia baik-baik
saja. Tapi aku sangat tegang dan khawatir , aku takut melihat dia saja
tak akan cukup, dan aku akan butuh untuk mencari detak jantung atau
apapun itu.
Aku masuk diam-diam ke dalam, napas ku terperangkap di tenggorokan dan tanpa suara menutup pintu di belakangku.
Diam
-diam aku melepas sepatu ku, kemudian mendekat dengan langkah ringan di
karpet saat mataku menyesuaikan diri dalam kegelapan. Dia telungkup di
tempat tidur, dan ketika dia mengerang, hatiku menggila dengan rasa
sakit. Sprei yang bergemerisik dan kasur yang berderit saat dia
bergeser, dan aku sangat tergila-gila dengan pria ini, aku hanya ingin
memakan dia dengan sendok dan melakukan banyak hal lain yang tak pernah
ingin ku lakukan dengan pria lain.
Lebah
menderu di seluruh tubuhku saat aku teringat akan apa yang dia katakan
pada Pete dan riley agar aku tak melihat nya.n apakah dia khawatir akan
apa yang akan aku pikirkan tentang dia? Aku sungguh ingin memberitahu
dia bahwa dia masih "segalanya" untukku. Aku ingin memberitahunya nya
berbagai hal baik. Bagaimana bagusnya dia bertarung. Dan bahwa aku
berpikir bahwa dia adalah pria paling hot yang pernah aku temui. Bahwa
dia telah membuatku seakan berjalan dalam sembilan awan sepanjang malam
hanya dengan ciuman nya. Aku Tau aku juga butuh itu, aku butuh
mendengar itu ketika dunia ku runtuh , tubuhku hancur, dan semangat ku
terbelenggu, mel menggenggam tanganku dan memberitahu ku bahwa aku masih
tetap nomor satu untuk dia. aku ingin Remy untuk Tau aku akan selalu
bangga mengangkat posternya yang bertuliskan aku adalah #1 fan. Tapi
aku cuma tidak bisa bisa berbicara dengan gumpalan emosi di tenggorokan
ku. Aku begitu khawatir melihat dia seperti ini dan itu memakan ku.
Dan hatiku tidak mengatasi dengan baik saat mengalami seribu emosi ku
yang bahkan aku tak Tau bagaimana menangani nya sekarang. Kurasa aku
hanya ingin membelai nya dan berpelukan, tapi aku takut dia akan
menendang ku keluar jika dia Tau aku disini.
Gugup
saat aku merunduk, aku meletakkan tanganku dia bahunya yang telanjang.
Kehangatan merambat dari kulit halusnya ke diriku saat aku membungkuk
ke daun telinganya dan dengan lembut mengeratkan bibirku di sepanjang
lubang telinganya seperti yang dia lakukan padaku saat di pesawat.
Aroma
samponya dan bau alami yang berasal dari dia membuatku gila karena
nafsu yang merembes ke dalam diriku. Dan aku tak bisa tidak
menggerakan jariku ke punggungnya, kelengkungan bongkahan pantatnya. Dia
begitu indah, dan tubuhku menangis dengan kerinduan untuk
mengetahuinya.
Aku
mengerti protokol tentang "memanfaatkan " beberapa energi ekstra.
Atlet akan lebih baik dengan sex terlebih dahulu dimana dalam beberapa
kasus itu terbukti.b. Minggu ini telah begitu intens bagiku juga, dan
tiap hari aku merasa semakin putus asa dan tak seimbang dari rasa sakit
karena sex belaka.
Jelas,
penuh dengan kekecewaan akan malam kami yang hilang, aku menyentuh
lengkungan punggungnya dan menggigil akan kontak dengan kulit
hangatnya, halus dan lembut, menggelincir dibawah jariku. Vaginaku
mengepal dengan. Kerinduan alami , dan bagian diriku yang egois sangat
ingin dia membuka matanya, melihatku, dan menarikku ke lengannya hingga
kami berdua kehabisan napas dan kelelahan akan apa yang sedang kami
bangun.
Tapi bagian diriku yang lain ketakutan dia akan mengusir ku.
Dan
ada semacam kemungkinan besar bahwa dia akan melakukan itu. Aku tak Tau
mengapa aku masih disini ketika aku dengan jelas diperingatkan untuk
menjauh. Mungkin aku lebih lemah dibandingkan Remy. Mungkin aku lebih
gila. Aku hanya ingin di sampingnya. Dia dibius, besar, dan tak berdaya
sekarang, dan aku Tau dia tak akan menyakitiku sekarang.
Sedekat
mungkin, aku beringsut ke sisi tempat tidurnya , dan berbaring di
sampingnya. Tiba-tiba aku mengerang lembut dan berguling sepenuhnya ke
punggungnya dan Aku menahan napas saat hamparan sempurna dari tubuhnya
yang berotot yang indah mengenai ku. Napasku menghilang.
Ke
telanjangnya di bawah cahaya bulan membuat ku basah di mulut , dan
diantara kedua kakiku, kaki yang saat ini terasa seperti kapas
sekarang. Aku bisa melihat tiap otot di tubuhnya, aku bisa melihat
tiap setiap simpul ke simpul berikutnya, dan bagaimana kulitnya
menyelimuti dengan sangat erat di tiap inci nya. Aku bisa menggambar
tiap ototnya dengan pensil. Dia begitu sempurna, kuat, aku merasa panas
dan kuyup di antara kedua kakiku dan aku sangat putus asa ingin
merasakan bibirnya di bawah bibirku, lidahnya menyerempet lidahku.
Dengan
singkat, aku membiarkan mataku untuk membelai dia, panjang kaki nya
yang berotot , pinggul sempit, penis nya yang indah, tebal dan panjang
dan seperti beludru......ke atas tato bintang terseksi yang pernah aku
lihat, lebih ke atas ke arah abs nya yang seperti papan cucian, dadanya
yang keras, tebal, leher yang kuat, dan wajah yang luar biasa tampan.
"Kau begitu indah ,Remy"
Dia
menggeram dan mendekatkan wajahnya ke sentuhan, dan aku membungkuskan
lenganku di pinggangnya dan menutupi diri kami, mendengarkan napasnya,
dadanya yang besar naik turun seakan menekan ke tubuhku untuk
kehangatan.
Akhirnya,
aku pasti jatuh tertidur dengan lelap. Pada saat alarm ponselnya
berbunyi pada pukul 05.00 tak satupun dari kami mendengarnya, dan sudah
pukul 10.00 ketika riley membangunkan kami, bertepuk tangan dan tertawa
untuk membuat bokong malas kami keluar dari tempat tidur karena Remy
harus pergi ke Gym hari ini.
Riley
tampaknya senang karena aku telah "tidur" dengan Remy. Dia mungkin
menginginkan Remy untuk berkerja apapun "itu" , baik dengan para pelacur
ataupun dengan ku.
Pria
itu sepenuhnya melewatkan bagaimana kami berdua melompat ke posisi
duduk ketika dia meninggalkan kami. Remington tampak grogi saat dia
melihatku di sisi berlawanan dari tempat tidur. Kurasa rambutku kusut ,
setiap inci ku tampaknya sama kusutnya dengan yang aku rasakan, tapi
Aku tak tertolong saat tubuh indahnya sepenuhnya telanjang dan merupakan
yang paling menakjubkan yang pernah ku lihat pada siang hari.
Kami saling menghela beberapa detak jantung.
Detak jantung dimana di setiap ciuman yang dia berikan padaku membengkak dalam memori semalam dalam daging bibirku.
Sinar
matahari menyorot dalam ruangan, dan tempat tidur yang belum
dirapihkan, kami berdua di dalamnya, dan mata kami dengan liarnya
bergerak ke atas ke bawah.
Rasa
frustrasi untuk melompat ke gundukan sexy nya merasuki ku, dan aku
mengenali kesigapan primitif yang mengendap di matanya saat dia
diam-diam, mengamati ku, dari atas ke bawah , saat tubuhku bergetar
dengan hawa nafsu di balik kaos Disney world yang diberikan oleh Melanie
saat trip "stay young"
Matanya
terlihat begitu gelap pagi ini dan aku bersumpah pada Tuhan tak ada
sedikitpun bercak biru dalam tatapan iblis-panas nya.
*****
Sebelum
Remy bisa bertanya apa yang sedang ku lakukan di tempat tidurnya, aku
berdiri dan dengan cepat mengganti pakaian, dan dengan gilanya menyadari
matanya yang melacak setiap gerakanku dari seberang ruangan.
Tapi dia tak pernah datang menghampiriku.
"Ini
normal, ketika hal ini terjadi" Pete mengangkat bahu di Gym ketika Remy
tidak muncul setelah dua jam. Tapi aku hanya mengangguk, dan berjalan
sedikit dari Miami, mencoba menyerap campuran budaya Latin yang luar
biasa dan banyak lagi, tapi aku cuma tak punya cukup banyak energi untuk
itu.
Aku tak pernah teler selama hidupku.
Ini pasti pengalamanku yang tak pernah ingin aku ulangi.
Aku
kehausan tak peduli berapa pun air yang telah aku minum, dan aku juga
mual dan kepalaku berkabut, lemah, dan tak sehat, dan aku hampir tak
bisa membuka mata dengan cukup lebar untuk melihat Kemana aku akan
pergi.
Tapi
aku masih berusaha, dan memutuskan untuk menelpon orang tua ku dari
Ponselku saat aku menuju ke toko-toko di tengah kota Miami.
"Dimana
kamu sekarang ?" Tuntut ibuku. "Ayahmu ingin tau apa kau pergi ke
restoran terkenal. Apa itu namanya , yang banyak artis terkenal datangi
?"
"Mom,
Aku sedang berkerja" aku memberitahu dia. "Ini bukan jalan-jalan
buatku, dan jika kau memberitahu ku nama sebenarnya dari apa itu-namanya
, aku mungkin bisa mendapat clue tentang apa yang kau bicarakan".
"Oh,
tak masalah! Tapi kami mendapat postcard baru dari Nora . Dia ada di
Australia. Dia mengirim dengan sepenuh cinta. Kau harus lihat pantai di
gambarnya, Tuhan! Itu adalah surga. Aku bertanya tanya apakah dia
melihat aligator, atau mungkin buaya yang hidup disana? Buaya atau
aligator?"
"Buaya
, Mom. Dan kurasa disekitar an Florida juga ada. Hey, Aku tak ingin
menghabiskan baterai , aku akan menelpon mu lagi minggu depan, oke? Aku
hanya ingin mengetahui kabarmu". Aku menutup panggilan karena sungguh
bukan ide yang bagus menelpon orang tua ku hari ini. Mereka luar biasa
dan aku mencintai mereka, tapi mereka orang tua ku.
Mereka usil dan berpendirian dan mereka secara alami mampu membuat ku gugup.
Aku
terutama benci fakta bahwa mimpi mereka untuk menjadikan ku seorang
bintang di seluruh dunia hancur hari itu bersamaan dengan lutut ku, dan
aku Tau mereka belum sepenuh nya percaya bahwa aku akan mampu menjalani
Hidup "sepenuh nya" sekarang.
Itu
akan terasa lebih mudah berurusan dengan mereka jika saja Nora akan
melakukan lebih daripada sekedar mengirimi postcard tiap bulan.
Jalan kembali ke hotel, aku melihat Dianne di toko oleh -oleh , dan kami berbagi makan siang singkat.
"Pete memberi Tahuku bahwa teman-teman kita tidak terlalu sehat hari ini" katanya, nadanya baik penuh tanya dan kesedihan.
Aku
mengambil salad ku dan tetap minum dengan beberapa sari buah alami,
hanya karena keningku berdenyut sepanjang hari. Aku cuma Tau bahwa
liverku tidak bisa di gunakan untuk beberapa kenakalan yang aku terima
kemarin. Aku selalu memperlakukan tubuhku dengan baik. Hari ini hanya
ada kemarahan dalam tubuhku karena alkohol yang berlebihan, pilihan
makanan yang buruk, dan hawa nafsu yang tak tersalurkan. "Apakah ini
sering terjadi?" Aku bertanya, melihat dari atas selada ku .
Dia mengangguk
"Aku
mengerti" kataku, lemah, dan mengatur garpu ku ke bawah, "apakah karena
dia tak bisa menangani alkohol dengan baik atau semacam masalah tak
bisa mengendalikan amarah?"
"Aku
akan mengatakan itu sebagai tak bisa mengendalikan amarah tapi aku tak
Tau pasti" mengangkat teh nya. Dianne bersandar dan mengangkat bahu.
"Aku adalah segelintir orang yang Tau tentang itu. Yang aku Tau Remy
adalah penanganan". Dia mengangguk dengan penuh arti.
"Sebuah
penanganan. Itulah mengapa aku sungguh, amat sungguh, ingin kau
mempertimbangkan sebelum kau.....well, tentu saja, kecuali kau
sudah.....?"
"Tak ada yang telah terjadi Dianne" aku memijat keningku dan meminta cek.
Kami
menandatangani dan dia mengajak ku ke kamarnya untuk memeriksa resep,
tapi aku malahan pergi ke Suite, yang aku sadari bahwa Pete dan riley
tetap menutupnya dengan tanda "jangan di ganggu" yang menggantung di
pegangan pintu. Aku menggesekkan kunci ku dan masuk ke dalam dengan
hening dan mulai membersihkan kekacauan yang terburuk.
Dibutuhkan
waktu satu jam untuk membuat ruangan kembali teratur dan aku menumpuk
semua pecahan kaca di dekat pintu, aku memanggil bagian rumah tangga dan
meminta belasan kantong plastik untuk mengangkut semuanya. Setelah
itu selesai, Aku masuk ke kamar mandi.
Aku
masih tidur di presidensial Suite, tak peduli bahwa Dianne menawarkan
ku untuk tidur di ruangannya malam ini.b. Aku hanya...tak bisa pergi ke
tempat lain. Aku ingin tidur dengan Remy, dan sekarang kami berbagi
ruangan untuk pertama kalinya , aku tak akan pindah dan meninggalkan dia
sendirian disini.
Terutama saat dia sedang tak baik.
Tapi
saat malam, Suite ini terasa begitu sunyi , tapi pintu kamar membuka
ketika aku masih menatap kosong ke arah dinding. Aku gugup, tapi aku
bangun dan melihat siluet nya. Dia sepertinya sudah mandi. Celana
piyamanya menggantung rendah di pinggulnya yang sempit. Torso nya yang
kecoklatan berkilau, dan rambutnya basah dan tegak, tak sehelai pun
jatuh di dahinya yang tegas.
Jantungku
bergetar. Kurasa pengaruh obat penenang sudah memudar, karena dia
berdiri dengan tegak sempurna, dan hanya satu tangan bersandar ringan di
kusen pintu , mungkin hanya untuk menyangga. Aku menegak lebih tinggal
dengan lenganku. "Apa kau baik-baik saja?" Tanya ku, suaraku prihatin
dan lembut.
Suaranya kasar dan terjal. "Aku ingin tidur dengan mu. Hanya tidur"
Perutku merosot.
Dia
menungguku untuk menjawab, tapi aku tak bisa. Aku ingin menangis dan
aku tak Tau mengapa, tapi aku mengasumsikan itu sebagai efek dari teler
dan mendekati rasa jatuh cinta yang berbahaya dengan pria yang bahkan
tak ku kenal.
Dia
mendekat, mengangkat ku, dan membawaku ke lorong , kembali ke kamar
tidur utama, ke yang terluas, dan tempat tidur King size yang
berantakan.
Dia
menurunkan ku, dan ketika menyelinap ke bawah selimut, dan menarikku
mendekat hingga wajahku di dadanya dan hidungnya terkubur di atas
kepalaku, aku tak mengerti berapa jumlah hormon oksitosin yang ada di
buat tubuhku, tapi ini....dia... Berada di tempat tidur dengan
dia......membuatku merasa terlalu baik. Terlalu aman, terlalu senang.
Aku
sangat ingin dia mengatakan padaku apa yang salah. Apa yang terjadi?
Bisakah dia mengontrol dirinya sendiri? Kenapa dia bereaksi seperti ini?
Apakah dia memiliki masalah dengan kekerasan atau isu pengendalian
amarah yang tak terselesaikan ? Siapa yang berani -beraninya menyakiti
dia? Kurasa itulah mengapa dia dikeluarkan dari tinju, cara dia marah
denhan scorpion waktu di club, hampir membahayakan untuk menyabotase
kariernya lagi. Tapi kurasa dia tak ingin membicarakan itu sekarang.
Dia tampak malas dan lembut, dan kegelapan, keheningan, terasa seperti
berkah. Dan aku tak mau merusaknya.
Malahan,
aku berbaring di sampingnya ketika setiap pori-pori di tubuhku menjerit
agar kami untuk terhubung secara fisik. Aku mencoba untuk tidak
menginginkan nya, karena Aku Tau bahwa ini bukanlah saat nya. Aku tak
Tau jenis obat penenang apa yang diberikan, atau berapa lama itu
berlangsung, tapi aku tau bahwa selanjutnya dia bahkan tidak mungkin
ingat bahwa dia ada disini bersamaku. Bahwa mungkin aku tidak ingat.
Aku sangat lelah dan mabuk aku tak percaya akan pikiranku pada poin ini.
"Cuma
tidur, Okay?" Aku berbisik di tenggorokannya, walaupun, aku bersumpah
aku nyeri akan pria ini di satu tempat di tubuhku, diluar bahkan di
hatiku.
"Cuma
tidur". Dia menarikku lebih dekat dengan dia, dan aku bisa merasakan
ereksinya diantara kami, amat sangat keras dan berdenyut dengan
kehidupan, membuatku menggigil di dalam "dan ini" gumamnya.
Dia
menangkup rahang ku dan menempatkan bibirnya di bibirku dengan lemah
lembut seakan tampaknya semua sel tubuhku menyatu dengannya.aku
mengerang dan membuka bibirku , meluncurkan tanganku ke rambutnya,
merasa sedikit gila saat aku menekan payudaraku ke atas ke
bahunya.ketika dia membelai nya, licin dan panas, diatas payudaraku, aku
merasa seakan mengalahkan ketidakmungkinan. Gemetar , aku menekan
wajahnya, menciumnya lebih kuat.
Dia
memperlambat ku dengan lidahnya, jari jarinya bertaut di rambutku,
membimbing kepalaku untuk bergerak lambat, mengikuti ritme mulutnya.
Tuhan, aku ingin dia menyentuhku di tempat dimana dia akan cocok.
Disetiap tempat. Dimana pun. Aku begitu bengkak dan dilumasi, aku
tegang, dan dia begitu keras diantara perut kami, aku Tau betapa dia
menginginkan ku juga. Tapi aku mengatakan hanya "tidur"... Dan
"ini"...dan sekarang aku tak ingin "ini" untuk dihentikan .
Dia
menciumku dengan begitu lambat dan begitu dalam sehingga Aku. Kehabisan
napas. Dia hanya melepaskan mulutku hanya untuk mengizinkan ku
mengambil napas dan kemudian, dia menggosokan lidahnya kembali padaku,
membelai bibirku, langit-langit mulutku, gigiku. Dia menghisap,
menarik, menuruni, dan memutar.bbaku jatuh cinta dengan ciumanya dengan
begitu cepat, dan segera aku tak Tau dimana tanganku, dimana aku
berbaring.
Seluruh
tubuhku terbuai akan cara mulutnya menyetubuhi tubuhku sampai bibirku
lecet dan bengkak dan itu nyeri untuk membalas ciumannya kembali
walaupun tubuhku meronta -ronta menuntut lebih. Ketika aku yakin aku
mencicipi darah baik dari bibirnya ataupun bibirku atau keduanya, aku
menarik diri untuk bernapas dan aku melihat jahitan bibirnya telah
terbuka kembali. Dia adalah orang yang berdarah saat menciumku. Aku
mengerang pelan dan menjilat dengan lembut , dan dia mengerang dengan
mata tertutup. Dia menyesurkan jarinya menuruni rambutku dan menekan
wajahku ke ceruk lehernya, memelukku, dadanya kembang kempis dengan
keras di bawah dadaku .
Dan
selimut berada di suatu tempat di bawah kaki kami tapi dia begitu panas
dan hangat kemudia aku menekan sekuat mungkin ke tubuhnya dan jatuh
tertidur. Ketika aku bergesr pada malam hari, aku terbangun karena
keanehan, semsasi novel dari lengan yang begitu bertenaga yang mengetat
di seputar tubuhku dan menempatkan ku kembali ke titik dimana aku telah
di hangat kan oleh dia. Kekuatan di luar batasku tergelitik ketika aku
mengintip ke wajahnya yang gelap dan Aku menyadari aku di tempat tidur
dengan dia. Dia tidur atau setidaknya kelihatannya. Lalu dia memutar
kepalanya, kelopak matanya perlahan membuka, dan ketika dia melihatku,
dia mencium bibirku lagi, menjilat dengan lembut sebelum dia menarik
kembali dan menekan hidungnya kembali ke rambutku, menarikku kembali ke
dia.
Remiiii...akuh sukaa..asik nih panjaaang dan lamaaaa ๐๐คฃ
BalasHapuskunjungi bestoffnovel.blogspot.com
Hapusyuk.dsna ada novel REMY REAL BUKU KE 3.dr sdut pndng Remy sama Brooke.
Baca novel ini bikin aku jg panas dingin.Hot banget,pdhal nggak ada adgan sexnya.Tpi Remy dan Broke ampun deh daya triknya.
BalasHapusPanjang banget bab ini.suka bisa baca smpai puas.๐๐๐
Suka sama mereka๐๐
BalasHapus
BalasHapusNungguin bgt lanjutanya ....penasaran๐
Knp ya remi..pgn tau ad apa?
BalasHapusKapan up mbak..
BalasHapus