Senin, 20 Agustus 2018

REAL CHAPTER LIMA

Pete menginginkanku untuk pergi dari backstage.  Begitu juga pelatih dan riley. 
"Dia perlu ruang, pergilah ke kursi mu,kau amat sangat mengganggu konsentrasinya" Pete memberitahu ku . Walaupun menurutku dia adalah pria yang paling gentle di antara para pria yang ada di tim, dia terdengar sungguh frustrasi hari ini.   Mungkin karena hari ini dia berulang tahun ke tiga puluh dua dan dia seharusnya berada di tempat lain.  "Kemarilah, ambil tiket ini dan pergi temui lah dua gadis yang ada duduk di sampingmu.  Mereka gadis yang baik, dan mereka kesini bersama kami.  Kami akan berpesta nanti"

Semenit kemudian.  Aku menemui dua gadis yang keduanya terlihat seperti peserta Miss universe dan juga seperti wanita yang berjalan Berkeliling  hanya dengan bikini dalam acara -acara tertentu.  Tapi senyum mereka saat aku berjalan menuju mereka begitu tulus.  Dan aku tak tahan untuk mengamati bagaimana dua pandangan mereka mengarah ke rok mini Hitamku dan atasan dengan belahan dada rendah yang mengkilat dengan senyum persetujuan.  "Hi, aku friday, dan ini Debbie ". Si gadis berambut merah yang menari di atas meja kopi Remington baru baru ini, kemudian menunjukak ke si pirang yang bernama Debbie.

"Hi, aku Brooke"

"Oh, kau adalah si gadis yang datang ke Suite semalam". Kata friday.

"Aku tak pergi kemanapun ". Kataku, dengan rasa tersinggung karena mereka Tau apa yang kulakukan.  Jadi riley telah memberitahu mereka bahwa itu aku yang berada pintu?

Betapa memalukan ya.

Friday membungkuk dan berbisik di telingaku.  "Kurasa Remy ingin menyetubuhimu"

Serasa angin menghantam ku, aku menyesuaikan diri di kursi dan kemudian si gadis lain, Debbie, bersandar ke arah ku juga.  "Remy benar-benar ingin menidurimu.  Dia menjadi begitu keras ketika kau datang ke kamar  dan berbicara pada riley.  Aku merasakan itu ketika berada di pangkuannya dan dia hanya dengan mendengar suaramu dan 'wham'.  Dia bangkit dengan kekuatan penuh.

"TMI! Sungguh!"  Aku meringis, menggelengkan kepala sambil tertawa gugup.  Aku benar benar memerah sekarang, berjuang dengan seribu satu emosi sekaligus.

"Aku bahkan menawarkan diri kepada dia untuk mengurus itu" Debbie menambahkan, "tapi dia seperti, lupakan, aku baik-baik saja, dan pergilah, dan memberitahu kami untuk mengurus temannya dan kemudian dia pergi ke kamarnya dan mengunci diri di dalam.   Pete ingin memastikan bahwa itu tak akan terjadi lagi malam ini".

Aku menatap ke bawah ke pangkuanku dan rasa posesif yang luar biasa yang tak pernah aku Tau bisa aku rasakan mengisi diriku.   "Kenapa dia harus berhubungan sex setiap malam?"  Aku bertanya pada mereka, tak bisa menyembunyikan rasa kesalku.

"Apa kau bercanda?  Dia Remy, dia tampaknya, harus mendapatkan banyak hal itu.  Rutin"
Mendengus, aku melambaikan tangan, dan berbalik untuk menatap ring yang kosong, tidak benar -benar ingin berpikir tentang berapa banyak "itu" yang Remington harus dapatkan.  Tapi bayangan tubuhnya yang indah terjalin dengan tubuh wanita lain membuat perutku mengencang dengan sangat tidak nyaman. Jika aku sudah makan sesuatu barusan ini, aku kemungkinan besar akan memuntahkannya.

Sepuluh menit kemudian, aku mendengar namanya di Kumandangkan di pengeras suara "dan sekaaaaarang, ladies N gentleman , katakan halo untuk satu sATU nya Remington Tate , RIPPPPPPTIDEEEEEE"

Aliran sensasi tumbuh dalam diriku saat dia berlari keluar, dan aku langsung merasakan cairan panas tercurah di celana dalam ku.  Tuhan, aku benci seberapa banyak sepanjang hari ini  aku menatap dia dan menginginkan dia menjadi milikku.  Aku ingin menyentuh dia, mengenal dia.

Dia naik ke atas ring, dengan jubah mengkilap yang sangat kontras sekali dengan kelelakianya, dan dengan cepat dia melepas jubahnya di depan kerumunan, dan semua orang berteriak.  Sama seperti yang jantungku lakukan saat aku meraih dia seperti yang kubutuhkan untuk memenuhi ku.  Rambut hitamnya di tata berantakan dengan sempurna hari ini, otot -otot kecoklatan meregang saat dia membentangkan lengannya, dan melakukan gerakan kecil.   Dan di sinilah aku, napas ku terjebak di antara paru-paru dan bibirku  saat dia berputar  dan mengamati kerumunan. Segera setelah dia menemukanmu , matanya menjadi hidup, Sehidup yang aku rasakan ketika dia tersenyum padaku.  

Dia menggenggam tatapanku dengan Kilasan lesung pipinya, dan aku bersumpah dia menatap ku dengan cara yang membuatku merasa bahwa aku satu satunya wanita disini.  Setiap kali dia ada di ring, dia sepenuhnya berkarakter. Dan matanya hanya....menawan ku.  aku Tau itu tidak benar.  Aku Tau aku hanya melihat apa yang ingin Aku lihat.

Tapi untuk sesaat, aku hanya ingin duduk di kursi tolol ini,  dan mempercayai ada semacam sihir antara dua orang,dan aku bisa menjadi hadiah untuk pria, seksi, kasar, dan primitif ini yang begitu kuat , misterius, dan menggoda untukku.  Dia mendorongku seperti tak ada satupun yang pernah ku alami dalam hidup.

Aku tak dapat berhenti memikirkan bahwa dia tak berhubungan sex dengan gadis -gadis yang Pete dan riley bawa, dan hanya itu semua yang bisa ku pikirkan, saat aku melihat dia bertarung dengan lawan pertamanya.  Memuaskan bukan hanya untukku, tapi juga untuk ratusan wanita lain dengan kekuatan dan anugerah dari tubuhnya yang terlatih sempurna.

Kehilangan napas, aku menonton dia melawan lawan kedua nya dan ketiga dan aku merasakan semacam kebanggaan tiap kali kata 'pemenang' di Sematkan ke dia.  Dia berusaha dengan sangat keras, berlatih dengan sangat keras, dan sekarang aku Tau aturan dalam bertinju, dan dapat melihat dengan benar apa yang dia lakukan.  Aku melihat satu-dua pukulannya.  Pukulan jabs nya.  Hooks nya.  Dan tiba-tiba dia menghadang pukulan kanan yang sangat kuat dengan lengan kirinya, kemudia melangkah masuk, dan menghujam kan hook kirinya ke rusuk lawannya dan diikuti dengan hantaman ke rahang yang memukul jatuh pria itu sepenuhnya.  Lawannya berusaha bangkit, tapi terjatuh kembali, berdarah darah dan kelelahan.

Penonton berseru saat namanya di umumkan di seluruh ruangan.

"RRRRRRRIIIIIIIPTIDEEEEEEEE"

Oh Tuhan .  Dia bertarung seperti pemenang sejati, dan dia berhak menjadi pemenangan di akhir semua ini.   Jantungku berdentam dengan liarnya di dalam tubuhku.  Aku menyaksikan saat ketua ring master mengangkat tangannya, dan aku menunggu dalam campuran aneh rasa was-was dan antisipasi untuk moment saat dia di deklarasikan sebagai pemenang , untuk sesaat aku Tau bahwa tatapannya akan mengayun ke padaku, seperti yang telah dia lakukan di setiap pertarungan sejak kali pertamaku.

"Pemenang kita, ladies N gentleman . Riptiiiiiiiide!!"

Untuk sesaat mata biru elektrik itu mencariku di tribun.  Jantungku berdenyut keras di Pelipisku dan gelembung emosi terbentuk dalam diriku saat dia menemukanmu.  Dia menatap lurus ke mataku, dan matanya hanya milikku dan senyumnya hanya milikku dan untuk kepingan sesaat ini, tak ada yang lain selain kami.

Malam ini aku benar -benar merindukan Melanie.  Melanie yang akan berteriak dari sampingku, dan mengatakan segala sesuatu yang ingin aku katakan  tapi aku terlalu pengecut untuk mengatakannya secara lantang.  Tapi dalam pikiranku, aku mendengar melanie dan aku berharap dia akan mengunjungi ku sehingga aku bisa berteriak  ke Remy seperti yang dia lakukan , dan memberitahu Remington Tate dia amat sangat hot hingga aku tak tahan.

***
Kami menaiki mobil lebih dari sejam kemudian, dan baik riley maupun Pete tampaknya Berpergian dengan mobil terpisah bersama friday dan Debbie, ketika sopir hotel mengemudikan aku dan Remington di Lincoln hitam.  Aku tak Tau siapa yang mengatur   Ini sedemikian rupa, tapi aku memang diberitahu untuk menunggu di mobil hitam  dan tiba -tiba dia menyelinap duduk  di sampingku di kursi belakang , dan dadaku dicengkeram kegugupan dan kesenangan karena dia telah mandi setelah pertarungan, dan telah berganti pakaian dengan menggunakan. Denim Hitam yang menggiurkan dan kemeja hitam bertanding yang lengannya di gulung hingga siku  dan aroma sabunnya langsung membuat paru-paruku menjadi pegal.

Kursi nya luas , tapi entah bagaimana saat kami di perjalanan, aku menyadari bahwa Remington duduk dekat dengan ku, terlalu dekat.  Aku bisa merasakan bagian belakang tangannya di bagian belakang tanganku.  Aku seharusnya menyingkirkan tanganku tapi aku malah menatap ke jendela mengamati lampu yang berkelas kerlip di kota  saat kami mendekati club, tapi aku sungguh tak melihat apapun.  Tubuhku meraung tepat pada bagian dimana tubuh kami bersentuhan.

Mengapa dia menyentuhku?

Kurasa dia mengamati ku, mengukur reaksi ku, ketika dia menggerakkan ibu jarinya dan menimbulkan jejak di bagian atas tanganku.

Aku ingin bergidik .  Memejamkan mataku.  Hanya menyerap dirinya,  aku tak bisa melupakan apa yang para gadis itu katakan padaku, dan setitik lilin harapan yang sedikit menerangi ku sekarang menjadi obor dalam diriku.  Aku butuh Tau.  Jika dia menginginkanku.  Apakah dia menginginkanku?

Dia terlihat amat sangat tampan hingga perutku bergetar dengan intensitas baru.

"Apakah kau menyukai pertarungan nya?"  Dia bertanya padaku, suaranya rendah dan kasar saat dia mempelajari profil ku dalam bayang -bayang dari mobil, matanya bersinar penuh perhatian.

Dia selalu menanyakan pertanyaan ini setiap kau acara underground .  Seolah olah jawabanku penting untuknya.

"Tidak, aku tak menyukainya" kataku, Aku menghadap dia , kemudian  aku tersenyum saat dia cemberut.  "Kau menakjubkan! Aku amat sangat menyukainya!"

Dia tertawa.  Suaranya kaya dan amat sangat lelaki, sehingga dia mengejutkanku ketika dia meraih tanganku dalam genggaman hangat dan mengangkatnya.  Napas ku membeku ketika perlahan lahan dia menggosokan bibirnya di buku-buku jariku , dan aku bisa merasakan kelembutan tebal dari mulutnya yang turun ke bekas luka lezat di bibir bawahnya, yang kini hampir sepenuhnya sembuh.   Sebuah gebrakan kecil menerobos aliran darahku saat matanya terus memerangkap ku selama dia membelaiku.  Cara dia menatap dari bulu mata hitamnya membuat puting ku menegang,

"Bagus" dia berbisik dengan panas dan basah di atas kulitku, dan ketika dia menurunkan tanganku kembali ke tempat duduk dan perlahan lahan melepaskan kaitan jarinya dari jariku, aku harus membawa tanganku kembali ke pangkuanku dan menahannya degan tangan satunya, hanya karena tiba -tiba itu terasa kosong.

Club yang mereka pilih malam ini di kemas dan di penuhi dengan barusa. Orang orang , tapi  sesaat setelah Remington melangkah keluar dari mobil, dia menggiring ku ke arah tukang pukul, yang segera mengizinkan kami masuk ke dalam,dimana riley dan Pete menunggu kami di sebuah kamar pribadi di belakang.

"Pete sedang mendapat lap dance" riley memberitahu Remington .  "Kau tak keberatan mentraktir dia kan sebagai hadiah ulang tahun?"

Melalui pintu yang terbuka, kami melihat seorang wanita dengan bikini perak mengkilap sedang mendekati Pete, yang duduk di bangku pojoka, tersenyum saat Dia melihat wanita itu,  aku begitu tak nyaman kurasa aku akan mual, saat tiba tiba riley melihat kami , dan alis matanya terangkat hingga ke garis rambutnya.

"Kau malu melihat ini, brooke?"  Dia bertanya dengan geli.

Jantungku berhenti saat menyadari bahwa Remington menatap ku juga.  Dia menyipitkan Matanya dengan intens  ke mataku, kemudian tatapannya berkilat ke mulutku, kemudian kembali ke mataku.  Tangannya tiba-tiba melingkupi tanganku, dan dia berbisik.  "Apa kau ingin menonton?"

Aku mengelengkan kepalaku, dan dia menggiring ku keluar ke bar dan area lantai dansa.  Ada banyak kebisingan yang tak nyata, dan seluruhnya berdenyut di lantai dansa dengan musik dan kehangatan api dari tubuh yang menari,

"Oh, aku menyukai lagu ini!" Aku berteriak Saat aku melihat Debbie melompat ke tengah tengah panggung dan dia melihat  ku dan datang untuk menarikku ke lantai dansa.

"Remy!"  Friday mendorong Remy ke kerumunan pada saat yang bersamaan ketika Debbie menjerit dan menarikku erat ke tubuhnya dan kemudian meraih pinggulku dan menggesek gesekannya ala gadis seksi  bergerak.  Aku tertawa dan berbalik, lenganku di udara saat lagu usher "scream" mengisi ruangan dengan musik dan kemudian aku melihat Remington hanya  beberapa langkah jauhnya , menjulang diantara kerumunan.

Dia tak menari.

Bahkan, dia tak bergerak.

Dia menonton ku, tersenyum dari tempatnya, mata berkilau, dan tiba tiba dia meraih dan menabrakkan ku ke tubuhnya, merunduk di leherku,  dia menyisir rambutku ke samping dan menekan tubuhnya ke tulang belakangku, bernapas dengan begitu keras, -aku bisa merasakan dia menghirup dalam-dalam. Dan perutku  mengepal sebagai tanggapan, dan aku merasakan mulutnya terbuka di tengkuk ku.  Dia mencumbu kulitku dengan giginya, kemudian lidahnya menjilat ku.
Tubuhku beraliran listrik.   Mengangkat ke atas dan di belakangku, aku meraih kepalanya dan dan menekannya saat aku mengikuti gerakan pinggulnya, orang orang menari di sekitar kami, rasa panas terbangun di ruangan.   Tangannya menangkap pinggulku, meremasku saat dia menarikku lebih keras  ke bagian depannya.   Dan pantatku merasakan betapa kerasnya dia.  Dia ingin aku merasakan betapa dia menginginkan ku.  Lidahnya membuat jejak dari leher hingga ke belakang telingaku.  Rasa menggigil menjalari tubuhku saat dia merentangkan tangannya di di perutku dan  memutar ku untuk menghadap dia.

Mata kami bertemu.  Terikat.  Musik berdebar dalam diriku, gairah untuknya mengikat dan memutar di intiku, dan aku membungkuskan lenganku ke tubuhnya dan menekan tubuhku ke tubuhnya, menelengkan kepalaku untuk mulutnya.

Aku butuh Tau rasanya.  untuk merasakan dia.  Dia tidak tidur dengan pelacur -pelacur itu.  Ereksinya hari itu untukku.  Dia tidak melihat wanita lain sepanjang malam.  Tidak saat di pertarungan, tak disini, dia tak melihat seorang pun, kecuali aku.

Dan aku tak menginginkan siapapun, tak ada, tapi pria menakjubkan ini menjatuhkan rahangnya di depanku, yang memutarkan Ku lagu, yang berlari dan berlatih tanding denganku, dan meletakkan es di cedera ku.  Mata biru berkilat dengan nafsu, bulu mata gelap terlihat berat. Saat dia menatap mataku, ke mulutku, dan dia meraih wajahku dengan satu tangan, saling bertatapan, dan nafasnya di diriku lagi, matanya perlahan menutup saat dia mendekatkan wajahku ke wajahnya.  "Apakah kau sadar akan apa yang kau minta?"  Dia bertanya dengan suara serak, bernapas keras dan cepat.  

"Tahukah kamu, Brooke?"

Aku tak bisa menjawab, dan dia meraih bokongku dan mengangkatku, menempatkan mulutnya hampir, hampir, di mulutku.  dia membuatku gila.  Gila.   Aku ingin memiliki dia. Aku ingin membiarkan diriku memiliki dia. Aku menggerakan jariku hingga ke dadanya,  rambutnya, begitu halus dibawah jari -jariku.

"Ya". Jantungku berdentum di telingaku saat aku berjinjit , menarik kepalanya turun, saat seseorang menabrak ku dari belakang.  Aku terjerembab ke depan.  Remington menangkapku dengan satu lengan dan menekanku dengan protektif di sisinya.

"Bukankah ini Riptide dan pelacur barunya"

Kepalaku menoleh ke sekeliling dan aku menyadari siapapun yang menabrak ku itu bukanlah kecelakaan.  Empat orang kawanan di sekitar kami, dan mereka semua sangat besar.  Salah satu dari mereka memiliki tato kalajengking besar di tulang pipi kanannya , dan bahkan dia lebih besar dari yang lain.

Remington melirik mereka seakan mereka adalah sekumpulan Lalat, kemudian dia meletakkan lengan di sekitar tubuhku dan membawaku keluar dari lantai dansa.

"Siapa nama pacarmu? Nama apa yang dia serukan Padamu ketika kau menidurinya , hah?"
Remy hanya diam saat dia membimbingku ke arah bar, tapi jari jarinya sudah tergenggam menjadi kepalan kemarahan di punggung ku saat dia mendorongku ke depan.   Kemudian para pria berseru di belakang kami, tapi Remington terus berjalan dan mengabaikan mereka.   Dia memutar ku dan menghalangi pandanganku ke arah mereka dengan dinding dadanya.  "Kembali ke riley dan mintalah dia untuk membawamu ke hotel" dia berbisik.

Alarm berteriak di dalam kepalaku saat aku menyadari bahwa ini sejenis provokasi kotor untuk menempatkan Remington dalam masalah.  Aku sudah cukup lama bersama team untuk Tau bahwa pertarungan di luar ring akan mendaratkan Remy di penjara dan keluar dari kompetisi.  "Kau tak boleh terlibat perkelahian , Remy". Aku mengingatkan ketika tiba -tiba yang paling besar dari empat orang pria itu  berbicara, meninggikan suaranya untuk cukup di dengar dengan sempurna di antara musik.

"Kami sedang berbicara dengan mu, douche -nozzle"

"Aku mendengar mu, kampret, aku cuma tak peduli dengan apa yang kau katakan". Remy balas berteriak.

Teman nya berusaha mendaratkan pukulan ke Remy, dan Remy dengan cepat menghindar dan mendorong mereka ke belakang hingga terjatuh.  Aku tiba-tiba menyadari taktiknya.  Teman teman dari si kalajengking akan berusaha menghajar Remy, sehingga dia tak memiliki. Pilihan lain selain melawan, dan menendang mereka keluar, dan ditendang pula dari liga dan kemungkinan di jebloskan ke penjara, sementara si pria dengan tato kalajengking tak melakukan "apapun".

Dan jika pria ini adalah pria yang Harus Remy kalahkan di final, maka dia cenderung akan senang jika ini diselesaikan sebelum pertandingan.  Dasar bajingan pecundang.
Remy semakin dipenuhi kemarahan di sampingku, meraih salah satu kaos, dan mendesis.  

"Menyingkirlah atau aku akan memotong bola sialan mu dan menjejakkanya  ke ibumu!"  Di mendorong pria itu ke belakang, kemudian meraih dua lainnya dan menyodorkan mereka pada satu sama lain, satu di setiap lengannya.  Dia terlihat benar-benar marah dari yang aku amati.   Nadinya mencuat dia tangan, lengan, dan lehernya, ketika tiga orang pria mendekatinya dari belakang dan dengan sempurna  menghajar wajah pria Malang itu.  "Maaf, dude, aku tak sengaja". Dia meminta maaf, dan pria itu mengutuk pelan, dan menutupi hidungnya yang berdarah.

Sementara itu, aku melihat pria dengan tato kalajengking sangat senang menyaksikan sambil menyeringai.

Oh tidak,  jangan, sialan.

Rasa menggelegak- atau- respon perkelahian dalam serangan penuh di tubuhku sekarang.  Otak ku menderu saat darah menembak panas dan mendesak melalui sistem ku.  Aku sudah merasakan itu memberi makan otot otot ku, jantungku memompa dengan sangat liar.  Aku berjalan ke bar,meraih dua botol, dan kembali untuk mengayunkan botol itu ke kepala dua bajingan itu.  Mereka langsung jatuh ketika pecahan kaca berhamburan Kemana mana.

Aku pergi untuk mengambil botol lain dan berlari kembali kesana, menuju ke ketiga pria lainnya, ketika aku melihat bagaimana Remy menatapku  dengan tatapan ngeri dan wajahnya semakin memerah.  Dia mengambil botol itu dari tanganku, melemparkannya kembali ke bar, kemudian memanggulku ke punggungnya seperti sekarung kentang dan meringsek ke kerumunan menuju Pete.
"Remington". Aku mengeluh, memukuli punggungnya dengan tinju ku, dan aku menggeliat, hormon ku meroket saat aku menyadari salah satu tangannya ada di bokongku .  Aku mendengar dia membisikkan sesuatu ke Pete, dan akhirnya aliran darahku kembali ke tempat yang benar ketika dia mendorong ku masuk ke mobil.  Adrenalin terpompa dalam diriku.  Aku belum pernah berkelahi sebelumnya.  Rasanya menakjubkan.  Menakjubkan .

Sopir hotel kami meluncur di belakang kemudi dan masuk ke dalam lalu lintas kota, dan aku melihat Remington bernapas keras dan cepat di kursi belakang.

Sepertiku.

Tatapan kami bertemu dalam bayang -bayang mobil, dan matanya gelap menakutkan, wajahnya terukir dengan kemarahan yang merah-panas.  "Apa Sich yang kau pikir sedang kau lakukan?"  Dia meledak.

Tangannya mengepal di atas pahanya, dan untuk sesaat aku berpikir dia akan menghantam bagian belakang kursi .  Tatapannya matanya begitu tajam dan aneh.  Hampir seperti binatang.   Semacam.....posesif.  Dan itu mengakibatkan sensasi yang sedikit aneh yang meroket dalam diriku.
Aku sudah siap untuk menciumnya.  Tanganku terkepal di pangkuanku dan aku mencoba agar mereka tetap disana.

Tapi Tuhan, aku menjadi nyeri, aku dikuasai oleh kebutuhan saat aku memandang dia.  Tak bisa berpikir dan hancur di dalam dari kerinduan yang menyakitkan akan keinginan bersama dia.  Jari -jarinya gelisah dan aku hanya ingin meraih tangannya dan membuat tangannya meringkuk di payudara ku dan memohon pada dia untuk menyentuhku.

"Aku baru saja menyelamatkan bokongmu dan rasanya luar biasa" kataku dan adrenalin bergegas  merasuki ku sebagai pengingat.

Remy tampaknya seperti bergantung di seutas tali sambil menggosok wajahnya dan menempatkan sikunya di lututnya, berlutut ke depan, memijat bagian belakang kepalanya dengan tangan yang ku sadari sedang gemetar.  Dia pun juga tak bernapas dengan benar.  "Demi Tuhan yang maha Agung, jangan pernah, pernah , melakukan itu lagi.  JANGAN LAGI.  jika salah satu dari mereka meletakkan tangan mereka Padamu.  Aku akan membunuh mereka dan aku tak peduli pada tikus manapun yang melihatku".

Rasa bergidik akan kegembiraan tumbuh dalam diriku saat dia bersandar dan menatapku dengan nafsu yang tak terkendali.  Dia menangkap pergelangan tanganku dan meremas nya dengan sangat kuat, aku terkesiap, dan dia melirik ke bawah dan melepaskan ku.  "Aku sungguh-sungguh.  Jangan pernah melakukan nya lagi".
"Tentu saja aku tak  akan melakukannya lagi.  Aku tak akan membiarkanmu mendapat masalah".

"Tuhan, apakah kau nyata?"  Sesengit yang pernah aku lihat, dia menggosok wajahnya dan kemudian menatap muram keluar jendela, tubuhnya gemetar marah.  "Kau seperti pelatuk dinamit, kau Tau itu?"

Aku mengangkat bahu, dan kemudian mengangguk sedikit, merasa sedikit kesal seperti dia.

Ketika kami menaiki elevator, kami sendirian, tapi berdiri berlawanan dari sisiku.
Dia tegang.  Amat sangat.  Matanya menatap kemanapun kecuali ke diriku. Dia menggertakan buku -buku jarinya, kemudian lehernya.

"Tak apa-apa" Kataku, menyentuh bahunya dengan lembut, dan dia menegang seolah olah Aku menyambar nya, melirik tanganku di bahunya. Aku melangkah kembali ke sudut ku , kami saling menatap.  Udara diantara kami hampir bergemuruh, seperti Guntur.  Dia tampaknya ingin menarikku dan menjauhi ku, sekaligus.  Dia melentur kan tangannya di sisi tubuhnya dan melembutkan suaranya saat kami berjalan menyusuri lorong kamar kami, tapi suaranya masih terdengar kasar akan emosi.  

"Maaf, kau harus bertemu dengan bajingan -bajingan itu" bisiknya .  Dia tampaknya sedang berusaha menenangkan diri  saat dia menyusurkan. Tangannya ke rambut spiky nya.  "Aku akan mematahkan seluruh tulang si scorpion sialan itu dan menarik matanya keluar saat aku mendapat kesempatan"
Aku mengangguk  untuk menenangkan dia, karena kurasa dia haus untuk melakukan kekerasan kepada mereka.  Tapi aku sangat bingung, aku cuma tak Tau apa yang akan aku lakukan sendirian di dalam kamar .  Aku tak Tau dimana meletakkan tanganku, pikiranku, dan semua ketergesaan yang berputar putar dalam diriku  dan tak mengarah kemanapun.  "Bisakah aku tinggal di kamarku sampai mereka semua pulang?"  Aku bertanya.

Dia berjengit,  kemudian mengangguk dan aku mengikuti dia ke pintunya.  Kami duduk di sofa ruang tamu dan dia menyalakan TV dan saluran pertama terlihat.  "Apa kau ingin sesuatu untuk di minum?"
"Tidak" kataku.  "Aku tak pernah minum-minum sehari sebelum penerbangan atau aku akan mendapatkan dehidrasi dobel".

Dia mengangguk dan membawa dua botol air dari bar.

Dia menjatuhkan diri di sampingku.

Pahanya berakhir sangat dekat, rahangnya bergerak dan aku melihat dengan tak tertolong ke arah cahaya yang bermain dan bayangan yang melintas di wajahnya, mengaguminya.
Dia merentangkan lengan kanannya di sofa dibelakangku dengan ketenangan yang menipu, tapi aku bisa merasakan ketegangan yang berasal dari tubuhnya.  Dan tiba tiba aku merasakan jantungku dipercepat dengan antisipasi kegembiraan , suara suara aneh di TV tersaring di pikiranku,  dan kemudian aku menyadari bahwa pasangan di TV sedang berciuman.  Perutku mengepal, aku belum pernah melihat film ini sebelumnya , tapi saat musik latar belakang bergaung, aku Tau adegan sex akan mengalun selanjutnya.

Sebuah kilatan siksaan melewati tatapannya saat dia meraih remote dan mematikan nya, lalu dia melempar kan remote ke samping dan menjatuhkan lengannya ke tengkuk ku.  Dia melengkung kan jari-jarinya dengan lembut  di belakang leherku, hangat, sangat kuat, empat jarinya ke salah satu sisiku dan ibu jarinya ke sisi yang lain dan kemudian gerakan yang lembut dari ibu jarinya di atas kulitku saat dia menoleh padaku .
Sentuhannya dapat membangkitkan ku  sejauh itu dan membuatku mabuk dan  melayang dan gemetar.

"Kenapa kau melakukan itu untuk ku?"  Suaranya sarat akan keintiman saat dia menatapku dalam bayang-bayang.

"Karena"

Kami berdua saling berpandangan dengan intens  seintens yang pernah kami  Lakukan.  aku amat sangat menyadari di tiap titik yang bersentuhan di tubuh kami.  Pahanya di pahaku, tangannya di tengkuk ku, meremas dengan lembut.  "Mengapa?  Apakah seseorang memberitahu mu kalau aku tak bisa menjaga diriku sendiri?"

"Bukan"

Dia menatap bibirku, kemudian mataku, lalu dia perlahan -lahan menutup matanya dan menempelkan dahinya di dariku, dan semua yang bisa ku lakukan hanyalah bernapas , dia seperti candu, perutku mabuk akan aromanya.  Tak ada di dalam hidupku yang beraroma sewangi dia.  Dia yang baru mandi.  Dia yang berkeringat.  Hanya dia.

Tarikan napasnya yang dalam terdengar di telingaku dan aku mendapati diriku menyentuh mulutnya dengan ujung jari telunjuk ku.  Bibirnya begitu tebal dan kokoh, tapi pada saat yang sama , halus dan lembut.  Aku merasakan sentilan yang cepat dan basah saat lidahnya menjulur menjilat ku, dan rasa meremang tumbuh mengalir di tulang belakangku.  Dia mengerang dan menarik seluruh jariku ke dalam mulutnya dan menutup mulutnya saat dia menghisap jariku.

"Remington..."aku terengah.

"Sayang, aku pulang!"

Kami langsung memisah ketika terdengar suara pintu terbanting dan suara sarkastis Pete.
"Hanya ingin memastikan kalian sampai disini dengan selamat,  scorpion tampak nya memiliki ambisi yang besar untuk menjebloskanmu kembali ke penjara"

Lampu menyala,dan Remington menjatuhkan jariku seakan itu adalah pistol yang terisi penuh  dan bangun dan pergi ke jendela  dan dia bernapas dengan keras, terdengar dengan keras.  Sekeras diriku.

Aku dengan cepat berdiri.  "Aku sebaiknya pergi"

Pete melihat adegan itu dengan wajah tanpa ekspresi, dan dia tak mengatakan apapun saat aku terburu buru keluar dari ruangan  untuk pergi.  "Aku akan menunggu disini , Rem, " Pete berkata dengan tenang.

Remy tak merespons tapi mengikuti ku ke kamarku.

Aku merasakan tubuhhangat nya di punggungku saat aku menyelipkan kunci ke lubang kunci.  Aku mendengar dia bernapas di belakang ku, masih sedikit tak teratur, diatas rambutku.  Aku menginginkan dia, tapi sekarang aku bisa melihat melewati pintu yang terbuka sebuah tempat tidur Queen size , dan kaki Diane berada di dalamnya.

Puting ku membentuk dua titik yang mengeras di bra ku,celana dalamku basah akan semua malam-malam aku menginginkan dia dengan putus asa.  Aku menginginkan dia, amat sangat ingin.  Aku merasa simpul dari kebutuhan dan frustrasi meningkat dua kali lipat di tenggorokan ku, karena aku tak bisa memiliki dia.  Bagaimana hal -hal akan berubah jika Kami melakukan sesuatu? Ini tak akan berhasil.  Hal ini tak bisa.  Aku hanyalah pekerja dan ini hanya sementara dan one night stand dengan dia bukan lagi pilihan.  Begitukah? Aku terlalu menyukai nya.  Oh Tuhan, aku menyukai nya.  Terlalu menyukai nya.

"Selamat malam" aku berbisik, memaksa diriku untuk menatap wajah tampannya.

Kelembutan yang menyakitkan di matanya merembes di setiap pori -pori tubuhku, dan dia meraih ku, menanamkan ciuman di bibirku, cepat dan kering, tapi itu membuka semburan kerinduan dalam diriku, seperti saat kali pertama dia menciumku di Seattle  dan dia berbisik.  "Kau terlihat cantik". Dia menyusurkan ibu jarinya  dengan keputus asaan di sepanjang rahang ku, dan mengangkat daguku, mencium bibirku lagi, kering dan cepat.  "Begitu cantik sehingga aku tak bisa mengalihakan mataku darimu sepanjang malam"

Kemudian dia pergi , dan sekali lagi aku dalam kamarku, mendengar dia Memanggilku cantik, aku merasa begitu cantik, dan aku gemetar seakan akan aku telanjang dan sendirian di tengah tengah badai.

Aku menyelimuti diriku dengan selimut di ranjang ku dan meletakkan genggaman tanganku ke bibirku seakan itu akan bisa mengunci ciuman nya disana, dan sepanjang keabadian kemudian, aku benci aku masih terjaga dan masih gemetar.

Dan Aku tak Tau apa yang akan ku lakukan tapi aku menginginkan dia menjadi milikku lebih dari yang pernah aku rasakan saat menginginkan sesuatu.

Bahkan Olimpiade.




6 komentar:

  1. Wow...makin penasaran.di tunggu kelanjutanya sis,semangat.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. mau bava novrl Real buku ke3 dr pov Remy.kunjungi sja.Bestoffnovel.blogspot.com
      yah.

      Hapus
  2. Aku sukaaa...gregetan juga..hwbat kendali diri remington

    BalasHapus
  3. Suka banget sama Remy.Laki bangt bikin grgetan.

    BalasHapus
  4. Remington kamu bener* ya bikin lope lope😍😍😍

    BalasHapus
  5. Eh blm ada yg baru ? Please..pleasee

    BalasHapus

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...