Sabtu, 11 Agustus 2018

Real Chapter Empat part 1

Remy! Teriakan Remy! REMINGTOOON!”
sekelompok wanita yang duduk di belakangku menjerit sekuat tenaga.
Jadi kau bisa mengerti bagaimana sungguh, sungguh sulit untuk menghalau pria itu ketika semua orang mengelu-elukan dia, khususnya ketika tubuhku hidup dengan adrenalin akan pertandingan yang akan di mulai.
Ini adalah perasaan familiar yang nikmat, sebenarnya, salah satu yang berkilau di dalam diriku saat aku duduk diantara para penonto di Atlanta Underground, menunggu Remington untuk menuju ke ring. Aku merasa seakan akulah yang bertanding, dan tubuhku sangatlah siap. Darahku mengalir panas dan mencair di dalam diriku, adrenalinku di pompa penuh ke arah hormon yang tepat , dan pikiranku seterang kristal yang digosok. Kakiku sedikit bergerak-gerak di bawah kursiku begitu juga tanganku, tapi ini kemungkinan sebuah persiapan. Keteguhan persiapan.
Dimana di luaran, terlihat kalem, tapi di dalam , ada api yang berkobar-kobar. Ini adalah satu menit dimana segalanya mulai hening dan merasuk ke dalam, itu akan menjadi konsentrasi yang presisi akan energimu yang tidak dilepaskan dalam ledakan sempurna yang direncanakan.
Bahkan sekarang, aku mengingat posisi crouching sempurnaku di starting block , cara seluruh inderaku tampaknya menjerit dalam satu suara dalam tembakan pertanda dimulai, dimana segalanya, - maksudku seluruhnya- tersentak bangun dalam suara itu, dan kau berubah dari mematung kemudian melarikan hantungmu keluar dari ritmenya selama sedetik.
Sekarang tampaknya apa yang aku tungu-tunggu untuk mendengar namanya diumumkan, dan ketika aku akhirnya mendengar “REMINGTON TATE, RIIIIIPTIE!” ada sebuah ombak baru menghempas dalam diriku, dan sekarang tak ada tempat untukku lari, tak ada kelegaan yang menerpa tubuhku, hanya sebuah rasa nyeri yang sangat lah kuat yang diberi makan oleh hormon yang sama yang tubuhku keluarkan, yang mana aku tak memiliki kekuatan untuk menghentikan.
Aku bangun dari kursiku sama seperti yang dilakukan oleh orang-orang di seluruh ruangan, hanya itulah yang bisa aku lakukan saat aku melihatnya memasuki panggung dengan cara yang hanya dia yang tau cara melakukannya. Para kerumunan dengan cepat antusias akan dia dan aku juga bersemangat juga. Disanalah dia, yang di idamkan wanita, fantasi berjalan, melakukan gerakan lambat, sombong, rambut hitam spiky, dada tanned yang gelap, senyum berlesung pipi – killer smile- semua dalam satu paket Remington Tate. Dia adalah kesempurnaan itu sendiri, dan desakan hormon baru menghantamku saat aku melakukan apa yang seluruh kerumunan lakukan dan meraih penampilannya, begitu luar biasa dalam celana riding boxing dan amat sangat sexy, dia menjadi pusat perhatianku.
Pusat. Duniaku.
Bahkan , sejak aku berhenti bertanding, aku mengalami kenaikan masa lemak dan sekarang aku dalam tingkat kesehatan delapan puluh persen. Aku lebih berlekuk dari yang seharusnya, dengan sedikit gundukan di bokongku, dan sedikit bongkahan di payudaraku. Tapi aku tak pernah sebegitu menyadari tentang tubuhku dan seluruh bagian luar dan dalam lebih dari ketika aku berinteraksi dengan pria ini. Aku hanya tak tau jika aku bisa begitu. Tak dapat membuat dia berhenti melakukan itu padaku. Tak bisa membiarkan diriku “memiliki” kenyataan bahwa-- ya, pria ini membuat tubuhku lepas kendali.
Dan sekarang, Yang terkenal dan tersohor , Owen Wilkes, the Irish Grasshopper!”
sementara lawannya yang berambut merah memasuki ring, tatapan mata biru Remington menyapu kerumunan sampai dia menemukanku. Mata kami terkunci, dan aku langsung kehabisan napas. Lesung pipinya muncul untuk membentuk senyuman yang sempurna, senyumannya merambat ke seluruh tubuhku , menggetarkan ujung sarafku.
Aku masih tersenyum seperti terbius ketika bel berbunyi, dan aku tak bermaksud menahan napas saat aku menonton, tetapi aku melakukannya. Remington hampir terlihat seperti rottwiller yang bosan karena lawannya si “Grasshoper” tampaknya melompat -lompat keseluruh ring dan berkeliling seperti bayi kanguru.
Remi menjatuhkannya dengan cepat , dan karena dia terus menang, dia melawan barisan lawan baru, satu demi satu.a dari apa yang Pete katakan padaku, hanya delapan finalis terakhir di masing-masing kota yang akan bertanding di kota yang di tentukan selanjutnya, dan itu semua akan turun di pertandingan besar di akhir tur, di New York, dimana hanya dua teratas yang akan terlibat dalam pertarungan 16 putaran yang panjang ,bukannya pertarungan 3 putaran yang mudah.
Sekarang Remington melawan pria yang lebih mirip pegulat dibandingkan petinju. Perutnya lembek dan tebal, dan dia kira-kira dua kali lebih besar dibandingkan dengan Remington. Sesuatu yang ganas dan cepat mencengkram intiku , dan aku berdiri kaku “Tidak!” saat pria yang mereka sebut sebagai “penjagal” menabrak tulang rusuk Remy. Remy terhempas begitu keras, aku bisa mendengar napas terlepas dari dirinya.
Perutku terus bergolak walaupun dia bangkit dengan mudahnya, dan jantungku tidak berhenti berdentam di dadaku. Aku menggigit bibirku saat aku melihatnya mendaratkan pukulan sempurna di perut “penjagal”. Dia bergerak begitu mulusnya, setiap bagian tubuhnya fleksibel dan kuat, terkadang aku lupa kalau dia sedang bertanding dengan orang lain hanya karena cara dia menghipnotisku dengan gerakannya.
Aku suka mengamati kaki yang kuat, dengan otot yang tebal, dan bagaimana mereka menyeimbangkan dan bergerak dengan kekuatan dan kelincahan. Aku suka tiap flex di paha depannya, bahunya, bisepnya, cara tato sulur anggur melingkari lengannya hanya memaparkan betapa halusnya membentuk bahu dan bisepnya di antara mereka .
Boo! Boo-hoo!” kerumunan mulai berteriak-teriak, dan itu setelah Remy melanjutkan serangan lainnya diatas tubuh bagian atasnya. Aku meringis ketika si penjagal mengikuti dengan pukulan lurus ke bibir Remy. Kepalanya berayun , dan aku melihat tetesan darah memercik di kakinya, dan mendengar diriku berkata “tidak” lagi, dengan lembut. Dia bangkit sekali lagi dan mendapatkan kembali posisinya, menjilati darah dari bibirnya yang terkoyak. Tetapi aku tak mengerti kenapa dia menurunkan kewaspadaannya.
Dia seperti tidak melindungi diri, dan bahkan Coach dan Riley cemberut bingung di sudut ring saat mereka menonton pertandingan berlanjut, Remington mendaratkan pukulannya dengan selalu luar biasa, tetapi diikuti keanehan. Si Tukang daging mendapat akses yang terlalu banyak ke area toraknya. Aku bingung dan cemas untuk melihat akhir pertandingan ini, dan yang aku tau adalah bahwa setiap pukulan yang di daratkan si pria aneh itu padanya aku benar-benar dapat merasakan dalam diri ku seperti pisau yang mengiris-iris ususku.
Ketika 'THE BUTCHER' membanting sisi tubuhnya sekali lagi dan Remy jatuh bertumpu di satu lutut, aku ingin mati.
Tidak!” jeritan itu keluar dariku.
Dan ketika wanita disampingku mendengarku, dia memegangi sisi mulutnya dan berteriak, “Bangun , Remy! Bangung ! Kalahkan si begundal itu”.
Perasaan lega yang membusuk keluar dariku ketika dia melompat bangkit dan mengelap darah dari bibirnya, tapi matanya melirik ke arahku, dan dia menghantamkan pukulam lain yang melemparkan si butcher ke tali pembatas ring.
Sarafku carut marut sehingga aku harus menundukkan kepala dan berhenti menonton sebentar. Ada, secara harfiah, bola api di tenggorokanku, dan aku bahkan tak bisa menelan ludahku. Ada sesuatu tentang dia yang terkena pukulan yang membuatku setakberdaya seperti saat aku mematahkan lututku, dan aku tak bisa berbuat apa-apa lagi. Kepasifan ini bukanlah diriku. Aku sedang di makan oleh kebutuhan semata-mata untuk naik kesana dan memukul lelaki gemuk itu juga, atau melarikan diri dari sini saja. Bertarung – atau- kabur. Tapi aku sebaliknya hanya duduk disini, dan itu mengerikan.
Tiba-tiba paduan suara yang biasa dimulai, “REMY....REMY....REMY”.
Dan sesuatu terjadi ketika aku tak menontonnya, karena gemuruh pecah di Underground , dan orang-orang mulai berteriak. “Ya, REMY, REMY,REMY!”
suara sang MC terdengar melalui speaker. “pemenang kita, Ladies and Gentleman! RIPTIDE! Ripppptiiiiiiide!”.
Aku tersadar, dan kepalaku kembali terangkat kaget saat mataku kembali ke ring. Si pria gemuk sedang diangkat keluar dari ring oleh petugas medis, dan itu mengejutkanku dengan fakta bahwa tampaknya Remington telah mematahkan tulang rusuknya.
Tetapi pria ku tak lagi ada di ring juga.
Dan dia mungkin mengalami patah rusuk juga.
Oh Tuhan, apa yang baru saja terjadi?
Secepat yang aku bisa melewati kerumunan, aku menuju backstage, jantungku masih menggila dan tubuhku masih sakit untuk sebuah kejutan. Aku menemukan Lupe yang berdebat panas dengan Riley tentang bagaimana “bajingan ini bermain dengan api”, dan ketika mereka berdua melihat ku , Coach berpaling dariku dan Riley mengacungkan jarinya, memberi isyarat “ke atas” kemudian dia mengeluarkan kunci suite Remy dari saku belakang jeansnya menyerahkan padaku, yang untungnya hanya ada di sekitar pojokan.
Aku menemukan Remington sedang duduk di bangku di kaki tempat tidur nya, rambut hitamnya yang runcing sama indahnya seperti biasanya, napasnya masih sedikit tidak teratur, dan gelombang rasa lega menyapu diriku ketika dia mengangkat kepalanya dan senyuman malasnya, yang hanya menunjukan satu lesung pipi,
menyukai pertarungannya?” tanyanya, suaranya kasar karena dehidrasi.
Aku tak bisa mengatakan tidak, tapi aku pun tak bisa mengatakan 'ya', aku tak tau mengapa ini menjadi pengalaman yang rumit bagiku. Jadi aku berkata “kau mematahkan setidaknya satu tulang rusuk”.
Satu alis hitam yang lebat terangkat ke atas, lalu dia menghabiskan gatorade terakhir dan melemparkan botolnya berputar di lantai. “apa kau mengkhawatirkan dia atau aku?”
Dia, karena dia satu -satunya yang tak akan bisa berdiri besok”. Aku bermaksud menggodanya , tapi meskipun dia mendengus , dia tidak tersenyum.
Kami sendirian.
Dan tiba-tiba setiap pori di tubuhku sadar akan itu.
Tanganku terasa agak goyah dan aku meraih beberapa salep dan berlutut diantara kedua kakinya untuk mengoleskan nya di bagian bibirnya yang robek. Bibirnya tak lagi berdarah, tapi sobek di bagian tengah bibirnya membengkak. Waktu memudar ketika aku menekan jariku disana, matanya sendu saat menatapku.
Kamu”, aku berbisik. “aku mengkhawatirkanmu”.
Kesadaran tiba-tiba dari ritme yang tepat dari napasnya mengalahkanku. Aku begitu dekat , kurasa aku hanya bisa menghirup udara yang sama yang di hembuskannya, dan tanpa peringatan aroma tubuhnya ada di dalam ku. Dia beraroma sangat ebak, asin dan bersih seperto samudra, dan aku tak berdaya untuk menghentikan reaksiku padanya. Kepalaku berputar di dalam tengkorakku. Aku membayangkan menekuk kepalaku ke lehernya yang lembab dan menjulurkan lidah ke setiap keringat yang ku lihat di kulitnya.
Kesal akan pikiranku sendiri, aku menutup kaleng salep, tetapi tetap berlutut, berdebat apakah aku akan mulai mengurusi kakinya sekarang karena aku sudah disini.
aku mengacaukan bahu kananku, Brooke”.
Namaku yang diucapkan dengan suara kasar membangkitkan kepala bagian atasku, dan cara dia mengatakannya mempengaruhi ku, tapi aku menutupinya dengan desahan lelah yang mengejek. “dengan Buldozer seperti dirimu, aku tau terlalu berlebihan untuk berharap bahwa kau akan bertahan malam ini hanya dengan bibir robek”.
apa kau akan memperbaikinya?”
tentu saja. Seseorang harus melakukannya” , berdiri, kemudian aku berluitut di ujung tempat tidurnya dan meraih bahunya. Aku tak lagi terkejut dengan cara setiap sel tubuhku memusatkan perhatian terhadap perasaan saat tubuh pria itu terhubung, melalui tanganku, dengan tanganku. Aku hanya memejamkan mata dan membiarkan diriku menikmati sejenak saat aku mencoba melonggarkan otot-ototnya, tapi ketegangan di tubuhku lebih hebat dari sebelum-sebelumnya. Aku menekan lebih dalam ke bahu kanannya dan berbisik. “Bajingan jelek itu mendaratkan pukulan cukup keras disini. Dia mendaratkan banyak pukulan keras. Apakah itu menyakitkan?”
Tidak”.
Kurasa aku mendengat sedikit rasa geli di suaranya, tetapi aku tak yakin. Fokusku melayang ke ototnya, melenguh dan ,mendorong kembali jari-jariku dan aku tau pasti itu sakit. Seharusnya. “aku akan memijatmu dengan Arnica, dan kami akan melakukan terapi dingin”.
Dia duduk diam ketika dia membiarkanku berkerja dengan beberapa minyak di kulitnya, dan ketika aku mengintip profil gelapnya, aku melihat matanya tertutup rapat. “apakah itu sakit?” aku menggerutu.
Tidak”.
kau selalu bilang tidak, tapi aku bisa bilang iya kali ini”.
ada bagian lain dari diriku yang lebih sakit”.


2 komentar:

  1. Kok yg diwattpad hlng lg yah mbak yuli.untung ktmu yg diblog ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya di hapus lagi ama pihak wattpadnya , jadi untuk next nya akan tetep aku publish ampe selesai di sini

      Hapus

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...