Minggu, 01 Juli 2018

LiCK Chapter 21 Part 1





Orang tuaku tidak menyukai dia. Sepanjang makan malam dia mengabaikan kehadiran David. Setiap kali dengan terang-terangan mereka mengabaikannya, aku membuka mulut untuk melawan dan kaki David akan menyikutku dari bawah meja. Dia memberiku sedikit gelengan kepala. Aku akan duduk dan mendidih, kemarahan ku tumbuh saat ini. Segala sesuatu telah bergerak melampaui canggung, meskipun Lauren telah me;lakukan yang terbaik untuk menutupi keheningan.
David untuk bagiannya dia melakukan dengan totalitas, mengenakan kemeja berkancing sampai ke bawah berwarna abu-abu dengan bagian lengan terkancing. Itu menutupi tatonya. Jeans hitam dan boots hitam polos menyempurnakan pakaian -bertemu- orang tua. Mengingat dia menolak untuk berdandan untuk sebuah pesta ballroom penuh dengan bintang Hollywood, aku terkesan. Dia bahkan menata rambutnya yang sekilas tampak seperti James Dean. Pada kebanyakan pria, aku tak menyukainya. David bukan kebanyakan pria. Terus terang, dia tampak sangat luar biasa, bahkan dengan memar yang mulai memudar di bawah matanya. Dan sikap ramah yang dia tunjukan dalam menghadapi prilaku buruk orang tuaku hanya memperkuat keyakinanku padanya. Kebanggaan untukku karena dia memilih bersamaku. Tapi kembali lagi ke percakapan makan malam.
Lauren telah memberi detail sinopsis rencana kelas nya untuk semester mendatang. Ayahku mengangguk dan mendengarkan dengan seksama, menanyakan semua pertanyaan wajar. Nate yang jatuh cinta pada Lauren sungguh di luar mimpi liar orang tuaku. Lauren telah menjadi bagian dari keluarga secara de facto untuk waktu yang lama sekarang. Mereka tidak mungkin lebih bahagia. Tapi lebih dari itu, tampaknya Lauren membuat mereka melihat putra mereka lagi, memperhatikan perubahan dalam diri Nate. Ketika Lauren berbicara tentang pekerjaan Nate dan tanggung jawabnya, mereka mendengarkan.
Sementara itu, David hanya berdiam di sisi lain meja, tetapi aku merindukannya. Ada begitu banyak yang ingin ku bicarakan yang aku bahkan tak tau harus mulai dari mana. Dan bukankah kami sudah membicarakan sebagian besar dari itu semua? Aku memiliki sensasi aneh bahwa ada sesuatu yang salah, sesuatu yang menjauh dariku. David telah pindah ke Portland. Semuanya akan baik-baik saja. Tapi ternyata tidak. Kelas akan segera di mulai kembali. Ancaman dari rencana itu masih menggantung di atas kepalaku.
Ev? Apa ada sesuatu yang salah?” Ayah duduk di salah satu kursi di ujung meja, wajahnya tertarik karena kekhawatiran.
Tidak, Dad” kataku, senyumku lebar dengan gigi terkatup. Belum ada bahasan tentang kegelisahanku padanya. Aku menduga itu telah menorehkan kemarahan gadis yang patah hati atau sesuatu semacamnya.
Ayah mengerutkan kening, mula-mula kepadaku dan kemudian kepada David. “anak perempuanku akan kembali kuliah minggu depan”.
ah, ya”, kata David. “dia telah mengatakan itu, Mr Thomas”.
Ayahku mempelajari David dari atas kacamatanya. “studynya sangat lah penting”.
Sebuah kepanikan yang dingin mencengkramku saat kengerian menggelinding tepat di depan mataku. “ayah. Berhenti”.
Ya, Mr Thomas”, kata David. “aku tak punya niat untuk mengusiknya”.
bagus” ayah menelengkan tangannya di depan David, bersiap-siap untuk memberi kuliah. “tetapi kenyataannya, wanita muda yang membayangkan dirinya di dalam cinta memiliki kecenderungan buruk untuk tidak berpikir”.
Dad-”.
Ayahku mengangkat tangan untuk menghentikan ku. “sejak masih kecil, dia bercita-cita untuk menjadi arsitek”.
Okay”.
bagaiamna saat kau pergi tour, David?” ayahku bertanya , melanjutkan dibalik protesku. “seperti yang pasti kau lakukan. Apakah kau mengharapkan dia meninggalkan semuannya dan hanya mengikutimu?”
itu tergantung pada putrimu, tuan. Tetapi aku tidak berencana melakukan apapun yang mengharuskan dia memilih antara aku dan kuliahnya. Apapun yang ingin dia lakukan, dia mendapat dukunganku”.
dia ingin menjadi arsitek”,ujar ayahku, nada suaranya absolut. “hubungan ini telah banyak merugikannya. Dia mempunyai magang yang di batalkan ketika segala hal tak masuk akal ii terjadi. Ini membuatnya mundur”.
Aku mundur, bangkit dari kursiku. “cukup”.
Ayah memberiku tatapan yang sama bahwa pertama-tama dia akan menangani David, menentang dan tidak menyukai. Dia menatapku seakan dia tidak lagi mengenalku.
aku tak akan membiarkanmu membuang masa depan mu untuk dia”.
Dia?” tanyaku, ngeri mendengar nada suaranya. Kemarahan telah menggenang dalam diriku sepanjang malam, memenuhi diriku. Tak heran aku hampir tak menyentuh makan malam ku. “orang yang anda kasari selama satu jam terakhir? David adalah orang terakhir yang mengharapkanku membuang apapun yang penting bagiku”.
Jika dia peduli padamu, dia akan pergi. Lihatlah kerusakan yang telah dia buat”. Sebuah urat menonjol di sisi dahi ayahku saat dia berdiri juga. Semua orang menyaksikan terdiam. Bisa di katakan aku menghabiskan sepanjang hidupku dengan mengalah. Tapi itu semua tentang hal-hal yang tak penting, tidak juga. Ini berbeda.
Kau salah”.
kamu tidak terkendali”, ayahku menggeram, sambil menunjuk ke arahku.
tidak” kataku pada ayahku. Kemudian aku berbalik dan mengatakan apa yang seharusnya aku katakan sejak lama pada suamiku. “Tidak, bukan. Aku adalah gadis paling beruntung di seluruh dunia”.
Senyum mencerahkan mata David. Dia menghisap bibir bawahnya, mencoba untuk menjaga kebahagian tetap berlangsung di depan wajah marah orang tuaku.
ya aku”, kataku, mengungkapkan semuanya dan bahkan tak memikirkan nya sekali pun.
David mendorong kursinya dan bangkit , menghadapku di seberang meja. janji mencintai dan dukungan tanpa syarat di matanya adalah semua jawaban yang aku butuhkan. Dan dalam satu momen yang sempurna itu, aku tau segalanya akan baik-baik saja. Kami baik -baik saja. Kami akan selalu seperti itu jika kami bersatu. Tak ada satu keraguanpun dalam diriku. Dalam kesunyian, dia berjalan mengitari meja dan berdiri di sisiku.
Raut wajah orang tuaku.... whoa. Mereka selalu mengatakan bahwa yang terbaik adalah merobek semua perban sekaligus, selesaikan dan selesaikan. Jadi aku melakukannya.
aku tak ingin menjadi arsitek”, kelegaan karena akhirnya mengatakannya begitu memuaskan. Aku hampir yakin lututku di pukul. Tak ada jalam mundur, bagaimanapun. David meraih tanganku, meremasnya.
Ayahku hanya berkedip padaku. “kau tidak bermaksud begitu”.
aku takut memang itu maksudku. Itu impianmu, Dad. Bukan aku. Aku seharunya tidak menjalani sejauh ini dengan ini semua. Ini adalah kesalahanku dan aku minta maaf”.
apa yang akan kau lakukan?” tanya ibuku, suaranya meninggi. “membuat kopi?”
ya”.
itu mengerikan. Semua uang yang kami habiskan---” mata ibuku memancarkan kemarahan.
aku akan membayarnya kembali”.
ini gila”, ujar ayahku, wajahnya memucat. “ini tentang dia”.
tidak. Ini tentang diriku, sebenarnya. David hanya membuatku mulai mempertanyakan apa yang sesungguhnya aku inginkan. Dia membuatku ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Berbohong tentang ini, mencoba cocok dalam segala rencana mu sekian lama....aku salah melakukan itu”.
Ayahku memelototiku. “kurasa kau harus pergi sekarang, Evelyn. Pikirkan semuanya baik-baik. Kita akan membicarakan ini lagi nanti”.
Kurasa kami akan melakukannya, tapi aku tak akan merubah apapun. Status gadis – baik ku sudah tenggelam.
Kau lupa memberitahunya bahwa apapun keputusannya kau masih akan tetap menyayanginya”. Nathan berdiri, menarik kursi Lauren. Dia menghadap ayahku dengan rahang terkatup. “kami sebaiknya pergi juga”.
dia tau itu”. Wajahnya kacau, ayah berdiri di depan meja.
Nate menggerutu. “tidak. Dia tidak tau. Mengapa menurutmu dia jatuh ke keadaan yang sama sampai sekian lama”.
Mata ayah menjadi lebih dingin. “jadi orang dewasa bukan berarti membalikan punggung dari tanggung jawabmu”.
mengikuti jalan hidupmu bukanlah tanggung jawabku”, ujarku, menolak untuk mundur. Hari-hari ku menurut sudah berakhir. “aku tidak bisa jadi dirimu. Maafkan aku menghabiskan banyak tahun dan begitu banyak uang untuk menyadari ini”.
kami hanya ingin yang terbaik bagimu”, kata Mom, suaranya berat penuh emosi.
aku tau maksudmu. Tapi ini adalah saatnya aku yang memutuskan sekarang”, aku menuju ke suamiku, menggenggam erat tangannya. “dan suamiku tak akan pergi kemanapun. Kalian harus menerimannya”.
Nate berjalan memutari meja, memberi Mom kecupan. “terima kasih untuk makan malamnya”.
suatu hari”, ujarnya, melihat ke arah kami berdua. “ketika kau memiliki anakmu sendiri, kemudian kau akan mengerti betapa sulitnya itu”.
Kata-katanya cukup banyak menyimpulkan segalanya. Ayahku terus menggelengkan kepalanya dan menarik napas. Aku merasa bersalah karena mengecewakan mereka. Tapi tidak cukup buruk untuk membuatku kembali ke jalanku yang sebelumnya. Aku akhirnya mencapai usia dimana aku mengerti bahwa orang tua ku adalah orang biasa juga. Mereka tidaklah sempurna atau maha kuasa. Mereka sama-sama tak sempurna sepertiku. Itu adalah tugasku untuk menilai mana yang benar.
Aku mengambil tas tanganku. Sudah waktunya untuk pergi.
David mengangguk ke arah orang tuaku dan membimbingku keluar. Sebuah Lexus hybrid baru yang mulus dan ramping terparkir menunggu di tepi jalan. Ini bukanlah SUV besar seperti Sam dan pegawai lain gunakan. Yang ini ukurannya lebih user-friendly. Dibelakang kami, Nate dan Lauren naik ke mobil mereka. Mom dan Dad berdiri di pintu rumah yang terbuka, siluet gelap menutupi cahaya di belakang mereka. David membukakan pintu untukku dan aku naik ke kursi penumpang.
aku minta maaf untuk ayahku. Apakah kamu kesal?” tanyaku.
Tidak”. Dia menutup pintuku dan berjalan ke sisi pengemudi.
Dia mengangkat bahu. “dia adalah ayahmu. Tentu saja dia akan khawatir”.
kupikir kau mungkin telah lari ke perbukitan sekarang dengan semua drama”.
Dia menyalakan mesin dan berjalan keluar ke jalanan. “apakah kau sungguh berpikir begitu?'
tidak. Maaf, itu adalah hal tolol untuk dikatakan”. Aku menatap lingkungan lama ku yang terlewat, taman tempatku bermain dan jalur yang ku lalui ke sekolah. “Jadi aku adalah mahasiswa DO”.
Dia memberiku tatapan penasaran. “bagaimana rasanya?”
Tuhan, aku tak tau”.aku mengaitkan tanganku, menggosok keduanya bersamaan. Menggelikan. Jari-jari kaki dan tanganku terasa geli. Aku tak tau apa yang aku lakukan”.
apakah kau tau apa yang ingin kau lakukan?”
tidak. Tidak juga”.
tapi kau tau apa yang tidak ingin kau lakukan?”
Ya”, jawabku dengan pasti.
jadi itu adalah titik awalmu”.
Bulan purnama menggantung berat di langit. Bintang-bintang bersinar. Dan aku baru saja membalikkan seluruh eksistensiku. Lagi. “kau sekarang resmi menikah dengan seorang mahasiswa putus kuliah yang membuat kopi untuk mencari nafkah. Apakah itu mengganggumu?'
sambil menghela napas, David menyalakan sen dan menepi di depan deretan rumah pinggiran kota yang rapi. Dia mengambil salah satu tanganku, menekannya dengan lebut di kedua tangannya. “jika aku ingin keluar dari band, apakah itu mengganggumu?”
tentu saja tidak. Itu adalah keputusanmu”.
jika aku ingin menyumbangkan seluruh uangku, apa yang akan kau katakan?”
aku mengangkat bahu. “kau yang menghasilkan uang, itu pilihanmu. Kurasa kau harus ikut tinggal denganku. Dan akan kuberitahu padamu sekarang, apartemen yang akan kita miliki hanya dengan gajiku akan sangat kecil, amat sangat kecil. Hanya untuk kau tau saja”.
tetapi kau akan tetap mengajakku?”
tak perlu ditanya”, aku menutupi satu tangannya dengan tanganku, butuh untuk meminjam sedikit kekuatannya. “terima kasih karena berada disana malam ini”.
Kerutan kecil berjajar di mata birunya yang sempurna. “aku bahkan tak mengatakan apapun”.
kau tak harus melakukannya”.
kau memanggilku, suamimu”.
Aku mengangguk, jantungku tercekat di tenggorokanku.
aku tidak menciummu di studio hari ini karena rasanya masih ada terlalu banyak yang harus diselesaikan antara kita. Itu tidak terasa benar. Tapi aku ingin menciummu sekarang”.
please”, kataku.
Dia membungkuk ke arahku dan bertemu dengannya di tengah-tengah. Mulutnya menutupi bibirku, bibirnya hangat, kuat , dan familier. Satu-satunya yang aku inginkan atau butuhkan. Tangannta menangkup wajahku, memelukku. Ciuman itu manis dan sempurna. Itu adalah janji, yang tak akan rusak saat ini. Kami berdua belajar dari kesalahan kami, terus belajar sepanjang hidup kami. Itulah pernikahan.
Jari-jarinya bergeser ke rambutku dan aku mengelus lidahnya. Rasa dia sama pentingnya seperti udara bagiku. Rasa tangannya di diriku adalah sebuah janji akan segala sesuatu yang akan datang. Apa yang dimulai sebagai penegasan berubah menjadi lebih cepat. Rintihan yang keluar dari dirinya. Persetan. Aku ingin mendengar suara itu sepanjang hidupku. Tanganku meringsek ke kemejanya, mencoba untuk menariknya lebih dekat. Kami memiliki waktu serius untuk menebusnya.
kita harus berhenti”, dia berbisik.
harus?” aku bertanya, di sela napas terengah-engah.
sayangnya”, dia tertawa kecil, menyenggolkan ujung hidungnya dengan hidungku. “segera, my luckiest fucking girl in the world. Segera. Apakah kau sungguh harus melemparkan kata “fucking” disana?'
aku sungguh melakukannya”.
orang tuamu sungguh siap untuk memiliki anak kucing”.
aku minta maaf atas cara mereka memperlakukanmu”. Aku mengusapkan jemariku di atas rambut pendek di sisi kepalanya, merasakan rambutnya.
aku bisa ,menanganinya”.
kau tidak harus melakukannya. Kau tak perlu melakukannya. Aku tak akan diam saja dan---”.
Dia menutup ocehanku dengan menciumku. Tentu saja berhasil. Lidahnya memainkan gigiku, menggodaku. Aku membuka sabuk pengamanku dan merangkak ke pangkuannya, butuh lebih dekat. Tidak ada yang mencium seperti David. Tangannya turun ke bagian bawah atasanku, membentuk lengkungan di dadaku. Ibu jarinya membelai putingku. Hal-hal buruk itu begitu berat dan menyakitkan. Ngomong-ngomong aku bisa merasakan ereksi David, menekan pinggulku. Kami terus mengunci bibir kami sampai sebuah mobil penuh anak-anak lewat, klakson meraung. Rupanya sesi bercumbu kami agak terlihat dari jalan meskipun ada jendela berkabut.
Segera”, janjinya, napasnya yang kasar di leherku. “Fuck, menyenangkan berduan denganmu. Ini intense. Tapi aku bangga padamu karena telah berjuang untuk dirimu. Kau melakukan dengan baik”.
Terima kasih. Kau pikir apakah kita akan mengerti ketika kita memiliki anak seperti apa yang dikatakan Mom?”
dia menatap ke arahku, wajahnya yang indah dan matanya yang serius luarbiasa familiar hingga aku bisa menangis.
kita tidak pernah membicarakan tentang anak-anak”, ujarnya. “apakah kau menginginkan mereka?”
suatu saat nanti. Kamu?”
suatu saat nanti, yeah. Setelah kita memiliki waktu beberapa tahun untuk kita berdua”.
terdengar bagus”, ujarku. “kau akan menunjukam kondo milikmu?”
milik kita. Tentu saja".


Bisakah tinggalkan jejak kalian di Comment, so I know who you are.  thank you

6 komentar:

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...