Minggu, 07 Oktober 2018

REAL CHAPTER TUJUH PART 1

Kami sedang terbang ke Denver sekarang.

Pete dan riley berada di kursi depan dengan Diane dan Lupe, dan aku di bagian belakang pesawat dengan Remington. Dia dengan musiknya, tapi aku tidak, dan aku malahan mencoba untuk mendengarkan percakapan panas Pete dan riley. Remy sudah tidak berlatih selama empat hari, walaupun riley membangunkan kami di pagi hari, aku pergi berganti pakaian dan turun ke lantai bawah , tapi Remy tak pernah muncul. Dia tidak keluar dari kamarnya sehari pun.
Kecuali untukku.

Ada sesuatu yang terjadi diantara kami, dan aku takut untuk menyebutnya. Selama empat malam terakhir, dia mendatangi kamarku dan membawaku kembali ke kamarnya, dan di satu hari terakhir, aku bahkan disana sepanjang hari.

Kami saling berciuman seakan kami sudah lama menunggu sepanjang hari, yang mana dalam kasus ku itu adalah benar. Melanie sudah mengirimi SMS setelah SMS ku saat mabuk tentang berhubungan sex dengan Remy. Dia ingin Tau apakah aku akan memunculkan sedikit Remy segera. Dan aku cuma tak Tau apa yang sedang kami lakukan, tapi cara Remy menciumku terasa seperti aku adalah ketidakberdayaanya dan dia kecanduan akan diriku. Segera setelah Kami menghantam tempat tidur , mulutnya menyatu dengan mulutku dan tak melepaskan nya. Lengannya memegangi ku menekanku ke tubuhnya seakan aku menahan dia. Aku merasa seperti jangkar, dan dia terasa sekuat dan semenyenangkan jatuh bebas.

"Pandangannya tak bisa membuat dia tetap di tempat pertama selamanya". Riley bergumam sekarang, dan tak salah lagi ada nada jengkel di suaranya.n "dia sudah jatuh ke tempat kedua, menuju ke tempat ke tiga. Dia tak boleh melewatkan satu malam pun dan dia tak boleh melewatkan satu pertandingan pun lagi".

Aku melepaskan sabuk pengamanku, aku berjalan menuju mereka dengan cemberut. "Ada yang tak beres?" Aku tetap berdiri di lorong dan menompang bAhuku di belakang kursi Dianne.
"Remy tak boleh melewatkan satu pertandingan pun lagi. Ini semua tentang poin dan kejuaraan ini, kita harus jadi yang pertama, jadi kita tak boleh melewatkan satu pertandingan pun dan dia pasti tak mampu untuk kalah".

"Dia tidak makan". Kata Dianne dengan sedih.

"Dia tidak berlatih". Coach menambahkan dengan getir.

"Dan matanya masih hitam"

Aku cemberut akan perkataan terakhir dari Pete, dan aku menyadari, bahwa ya....untuk hari yang terakhir, mata Remy terlihat sangat sangat gelap. Tapi kami juga belum tidur. Kami hanya berciuman seperti maniak sepanjang malam dan tubuh kami lemas, dan kami hanya memesan layanan kamar karena aku tak berhasil membujuknya untuk bertemu satu pun anggota tim nya ke kamar. Aku memandang ke wajah suram mereka, dan riley menggeleng.

"Jika dia bertarung dengan mata hitam setan nya , salah satu bagian kecil dari dirinya tak akan mendengarkan apa yang di katakan wasit, dan mungkin dia akan menendang bajingan sialan itu keluar"

Aku cemberut. "Jangan konyol. Dia Tau aturan. Dia bukan mesin yang harus berlatih 24/7. Biarkan dia Sembuh. Dia sudah berlatih bahkan pada hari minggu, dia nyaris sudah terlalu di Porsir. Setiap atlet membutuhkan waktu hiatus"

"Rem bukan sembarang atlet, jika dia tidak berlatih dia kan menggila". Pete memberitahu ku.

Aku memutar mata, merasa sakit akan peraturan ini. "Sesuatu yang tak membuat dia menggila?"

"Sebenarnya , ya. Damai dan tenang. Tapi dia tak akan segera jadi biksu , bukan?"

Sesungguhnya aku tak mengerti apa yang salah dengan dia mengambil waktu istirahat. Beberapa teman atlet ku merasa benar benar depresi dan tak berdaya setelah kompetisi. Apa yang muncul yang membuatmu begitu bersemangat hilang dan itu terasa sedikit aneh. "Perhatikan. Tubuhmu hanya terdorong sejauh ini, khususnya cara dia mendorong, jadi dia melewatkan pertandingan ? Masalah besar. Kekuatannya akan meningkat dengan beberapa hari istirahat dan dia akan menghancurkan Denver".

Mereka gagal untuk menanggapi dan mempelajari ku dalam diam, dan aku Tau mereka bertanya-tanya apa Sich yang sebenarnya terjadi antara kami sejak Remington bertingkah sangat posesif padaku, memelototi Pete ketika dia berbicara padaku, bahkan ke riley ketika dia menawarkan untuk membawa barang barang ku beberapa jam yang lalu. Malahan Remy cuma meraih barang barangku dan membawanya dan bertanya pada riley apakah ada yang bisa dia lakukan selain memandang ke arahku?

Ya, mereka frustrasi untuk Tau apa yang sedang terjadi antara Remington dan aku. Tapi karena aku juga tak Tau, kurasa kami akan tetap bertanya-tanya.

Mendesah di keheningan, aku berbalik untuk kembali, dan ketika sampai, kesadaran tumbuh dalam diriku ketika aku melihat dia mengamati ku.

Ada sesuatu yang sangat lelaki ketika dia mengawasi ku berjalan kembali, ini adalah gelap, posesif , dan itu memunculkan riak kecil di sepanjang saraf ku. Aku berkelebat kembali ke empat malam sebelumnya saat kami menghabiskan malam di presidensial Suite, dimana kami terkunci dari dunia. Aku merasa seperti beauty and The Beast , kecuali aku rela mengunci diri dengan si binatang buas hingga dia bisa menciumku sampai kehilangan akal dan dia adalah Mahkluk indah yang menyiksaku dengan menginginkan dia.

Aku hampir mengerang seperti yang aku ingat. Tangan Remy bergerak ke tenggorokan. Matanya setengah terpejam saat dia menatap di dibawah ku. Napas kami terengah -engah . Mulutnya panas dan lembab dan tanpa malu-Malu menciumku. Dia hanya mencium mulutku, tenggorokan ku, dan telingaku.n. Dia menjilati dengan mencicipi, dan memicu segala macam sensasi dalam tubuhku.
Aku ingat erangan. Ingat cara dia tersenyum di bibirku dengan suara yang berlarut larut, dan cara dia berubah menjadi sangat serius dan intens saat dia kembali mencicipi ku dan menghisap bibir bawahku dan kemudian menggigit, dan kemudian menghisap tenggorokan ku. Aku ingat cara tubuhnya menekan tubuhku dan vaginaku berdenyut dengan kedekatan ereksinya. Lidah kami. Panas dan frustrasi, menjentik, dan menyelidik. Aku sangan amat menginginkan dia sepanjang yang mampu aku pikirkan. Kurasa Aku memohon padanya semalam. "Please......" Tapi aku begitu dibius oleh nafsu. Aku bahkan tak yakin . Aku hanya Tau bahwa dia terkadang berhenti, ketika napasnya menggila dengan cepat , dan lalu mandi air dingin.

Tapi kemudian kembali, memakai celana serut ataupun boxer seksi yang ketat dan sekali lagi menyelimuti tubuhku dengan ukuran dan perisai protektif nya , hanya kepala gelap yang menunduk terus menyiksaku . Dia menjilati telingaku dengan lambat, tusukan yang dalam dari lidahnya. Dia melakukan hal yang sama dengan mulutku. Menjilat dan mencicipi tenggorokan ku. Tulang selangka ku. Dia membuatku begitu panas , aku menggertakan gigiku dari cara udara yang terasa begitu dingin di daging ku. Gairah menetes di pahaku, puting ku menjadi sekeras berlian. Dia membuatku seperti busa, ke titik dimana mulutnya yang menyesap ku membuatku mengerang dari dalam, seakan aku baru saja di tembus.

Dia bergerak begitu lambat dengan ku, aku merasa seperti seorang remaja dan perawan, meskipun bukan. Tapi aku merasa di klaim, dan terikat padanya seperti yang binatang lakukan. Aku merasa aku sudah di tangkap dan terperangkap dan dia cuma mencumbuku dan meninggalkan ku mendidih dalam cairan ku, kecemasan menunggu saat momen pertama kalinya dia menggigit ku.

Aku sungguh tak dapat menahannya dan bahkan lebih basah sekarang.

Kami tidak banyak bicara ketika kami "berikatan" di tempat tidurnya. Aku merasakan dia dalam mode "manusia gua" nya hari ini, dan aku memahaminya. Kemarin bahkan dia tak membiarkan ku keluar, dan membuatku tetap menempel di tempat tidur, budak tak berdaya akan ciuman nya.
Ketika kami butuh untuk berhenti, terkadang kami mendengar musik, menghidupkan TV, atau makan, tapi yang yang paling utama, kami berciuman.  Aku terkadang tak mendengar apapun hanya suara decapan saat dia menciumku,  atau suara napas kami yang memburu,  saling berkejaran satu sama lain.  Malam sebelum malam terakhir, aku begitu prima ketika dia datang untuk menjemput ku dari kamar ku,  aku hampir melompat dalam pelukannya.  Pada saat kami tenggelam dalam tempat tidurnya, tanganku sudah ada di rambutnya,  lidahku putus asa mendorong ke dalam mulutnya yang hangat dan lezat, dan ketika dia merespons dengan suara geraman hewan  dan ciuman kuat yang menghisap  lidahku dengan tergesa-gema, aku merasa tiap-tiap hisapan di lidahku menghantamkan sedikit kenikmatan di klitoris ku.  Klitoris ku  membengkak dan berdenyut saat kami berciuman, dan aku mengigau tanpa adar.  Sekarang bahkan hanya gambaran paling kecil dari dirinya saja membuat ku membengkak.  Ketika dia melirik ke bibirku.  Dia meraih rambut yang terlepas menaruhnya ke belakang telingaku.  Aku Tau kami hanya sedang mengirimkan adrenalin kami ke neraka. Dengan melakukan ini.   Menjaga nafsu ini tidak lah sehat, tetapi aku tak bisa menghentikannya.  Sebenarnya aku ingin lebih.  Aku ingin dia berhenti karena kami menderita dan aku ingin dia terus hidup sampai aku terbaring mati di pelukannya, terbakar menjadi abu karena keinginannya akan diriku.

Aku menginginkan dia.  Setiap jam, menit, detik.

Aku menginginkan dia di malam pertama kami bertemu, ketika aku mencoba menjernihkan otak ku sendiri dan berpura-pura tidak tertarik.   Dan sekarang aku menginginkan dia seperti aku menginginkan untuk bernapas, makan, menjalani hidup yang bahagia, melihat adikku lagi, dan puas akan Pekerjaanku.  Aku menginginkan dia seperti aku ingin hidup saat ini Tanpa rasa takut apapun akan apa yang mungkin terjadi atau tidak mungkin, terjadi besok.

Aku bahkan tidak Takut dia akan menyakiti ku.  Aku Tau ini akan menyakitkan.
Ketika aku pulang ke rumah, ketika ini harus berhenti, itu akan terasa sakit.  Tidak ada yang abadi dan aku Tau lebih baik dari siapapun.

Tapi rasa takut tak pernah menjadi temanku.

Ketika aku memutuskan untuk berkompetisi di track, itu bukan dengan rasa takut aku akan kalah, atau bahwa aku akan mematahkan lututku dan telah menyia-nyiakan satu dekade pelatihan hidupku tanpa hasil. Kau mengejar sesuatu karena kau amat sangat menginginkannya hingga mengeluarkan setiap upaya mu untuk mendapatkannya  dan bahkan akan mempertaruhkan beberapa kegagalan  saat kau mengejarnya.  Sekarang, tampaknya semua upaya di tubuhku tampaknya berteriak sampai kejiwa akan kebutuhan fisik untuk berdekatan dengan dia.  Terkadang  begitu luar biasa ketika aku meregangkann dia, kebutuhan untuk merasakan dia tertanam jauh didalam diriku dimana  dia membuat rasa nyeri itu menjadi begitu memabukkan hingga membuatku tak Tau akan apa yang harus kulakukan dengan itu dan aku butuh untuk berhenti.

Bahkan sekarang,  aku sadar aku sudah duduk di sampingnya sedekat mungkin tanpa Harus duduk di pangkuannya, sepanjang pahaku yang berjeans pink menekan pahanya yang berjeans, dan dia tersenyum, dengan senyuman berlesung pipi, yang membuat jariku mengepal, karena kurasa dia juga suka dengan kedekatan ku.  Dia melepas headphone nya , kemudian menunduk ke arahku, seolah -olah memintaku menceritakan apa yang terjadi.

"Mereka mengkhawatirkan mu"

Dia berbalik untuk Menahan pandanganku .  "Aku atau uangku?"

Pertanyaannya yang tenang  terasa sama intim nya bagiku  seperti saat bisikan-bisikan yang dia ceritakan padaku ketika dia menciumku di kamarnya semalam, ketika dia berbisik menciumku kembali dan Memanggilku cantik, dan terus  mengatakan bahwa aku beraroma sangat nikmat.

"Kamu.  Dan uang mu". Kataku padanya.

Lesung pipi itu datang lagi tetapi hanya sebentar, muncul seolah-olah  dua malaikat hanya meremas pipinya yang ramping.  "Aku akan menang.  Aku selalu menang".
Aku tersenyum, ketika tatapannya turun ke senyumanku, dan kesadaran ku akan mulutku  mengoyak ku .

Bibirku terasa bengkak dan merah hari ini, lecet karena dirinya.  Matanya semakin Menggelap saat dia mengamati ku , dan  rasa menggigil menerpa ku.  Aku mencoba menahannya dan pada saat yang sama  aku bertarung untuk tidak memandangi mulutnya yang indah juga, yang memang terlihat nikmat juga , bengkak yang ke uh berwarna merah muda  dan lebih tebal karena ciuman ku hari ini.

"Apakah kau mau lari hari ini? Untuk persiapan besok?"  Aku bertanya padanya , dan itu mengambil semua upaya ku untuk fokus pada apapun  selain api yang berkecamuk dalam diriku.
Dia menggelengkan kepalanya.

"kau lelah?" Sergah ku.

Dia mengangguk dengan mata sendu, suaranya rendah, tapi tak ada suara penyesalan.  "Amat sangat lengah aku hampir tak bisa bangkit dari tempat tidur".

Aku mengangguk paham, karena aku juga merasakan itu.  Aku tak ingin bangun.  Terutama dengan adanya pria berotot ini di ranjang yang sama, dimana aku ingin menyoiksa diri lagi dengan keinginanku.

Aku bersandar, merasakan bahunya menempel di sandaran, dan aku ingin meringkuk seperti yang aku lakukan tadi malam ketika kami terus berciuman dan melewatkan beberapa jam waktu tidur.  Kurasa dia merasakan bahwa aku juga lelah, lalu dia bergeser sedikit sehingga aku  bisa merebahkan kepalaku di dadanya.

Dia memutarkan sebuah lagu.

Aku terlalu malas untuk memilih laguku, jadi aku hanya mendengarkannya.  Norah Jones yang merdu, dan cantik "Come away With me" mulai dimainkan, dengan sensual membujuk  untuk melakukan hal yang sama persis dengan judulnya.

Nadanya sangat seksi, dan mengingatkanku pada malam-malam kami bersama, saat -saat kami berciuman, itu membuatku menghangat.   Tiba-tiba dia membungkuk  untuk mencoba mendengarkan melalui earphone ku dan ketika aku mencium aroma lelaki yang bersih di dekatku, otot-otot ku berdenyut sangat kencang.  Aku langsung memutar musik ku, dan memilih lagu modern yang telah di putar di radio akhir-akhir ini  tentang seorang petinju yang kuat dan bertarung dengan sangat keras.  Aku ingin memainkan "iris" untuknya.  Aku ingin memainkan sesuatu untuk memohon agar dia bercinta denganku.  Tetapi tim nya khawatir, dan aku Tau apapun yang kami lakukan di malam hari tidak lah baik untuk performa atletik.  Walaupun Semendambanya aku akan moment tersebut dan mendambakan Kemana hal itu akan membawaku, Aku tak bisa menyabotasenya seperti itu.  Dia terlalu berharga.

Aku mengamati profilnya saat dia mendengarkan.  Ekspresinya tak bisa di baca pada awalnya.  Ketika dia akhirnya mengangkat kepalanya, tatapannya gelap dan kacau.  "Kau memainkan lagu tentang petarung untukku?"

Aku mengangguk.

Dia melemparkan iPod ku kesamping dengan cemberut.  Kemudian dia meraih ke sekeliling, dan meraih pinggulku.  Dia mengangkatku ke pangkuannya, dan napas ku menguap ketika aku merasakan seberapa besar, betapa tak tergambarkan ya dirinya menginginkanku.  " putarkan lagu yang lain" tuntut nya.

Tampilan jantan di matanya membuatku bergidik.

Aku menggelengkan kepala.  " kita tak bisa terus melakukan yang kita lakukan Remy,  Kau butuh tidur" aku berbisik.

"Beri aku lagu lain, Brooke".

Dia terdengar begitu keras kepala hingga membuat ku ingin cemberut, tetapi juga membuatku bersemangat.  Dia menginginkan lagu-laguku sebesar dia menginginkan ciuman ku, dan itu membuatku bergairah.   Baiklah kalau begitu,  jika dia menginginkannya ,maka kami akan bersenang-senang malam ini dan bercinta,  bukan hanya memuaskan diri sendiri.  Jadi aku memutar "Iris". Dan memperdengarkan lagu itu padanya.    Aku tegak dan menatap tampilannya  ketika dia mendengarkan.  Dia tak bisa di baca lagi, tetapi ketika dia mengangkat kepalanya kali ini, matanya adalah torpedo panas.   Ereksinya ganas di pangkuanku , dan aku merasa jantungku berdenyut-denyut berirama di sana.  Dalam kekerasan nya.

"Tepat". Ujarnya.

"Apanya?"

Matanya beralih ke arah lain sebelum  meraih rambutku. Dan menundukkan kepalaku sehingga dia bisa menjilat bibirku sisi demi sisi  dengan lidahnya.  "Setiap liriknya".

Aku bergidik dan mundur.  "Remy,,, aku belum pernah memiliki affair sebelumnya.  Aku tak ingin membagi mu.  Kau tak bisa bersama orang lain ketika kau bersamaku".

Dia mengusapkan ibu jari di bibir bawahku yang basah,  tatapannya intens.  "Kita tidak akan memiliki affair".

Aku menatap dengan linglung, aku yakin baru saja mendengar organ ku retak di dadaku.
Tangannya menjepit ku dan dia meremukkan ku ke tubuhnya saat dia menyelipkan hidungnya di b sepanjang kulit telingaku.   " ketika aku bercinta denganmu, Kamu akan jadi milikku".  Katanya , janji lembut di telingaku.  "Kamu Harus yakin".  Matanya begitu panas sehingga aku terbakar nafsu  di dalamnya , dan kata "milikku"  membuat tempat kosong di antara kakiku membengkak penuh kerinduan.  "Aku ingin kau mengenalku dulu, dan kemudian , aku ingin kamu memberitahu ku jika kamu masih ingin aku bercinta dengan mu"

Kata "bercinta" juga memiliki efek .  Aku hanya membutuhkan banyak sekali keinginan.  " tapi aku sudah Tau aku menginginkanmu". Protes ku.

Dia menatap bibirku dengan intensitas yang kuat, lalu ke mataku, tatapannya begitu sedih  dan tersiksa.  "Brooke, aku ingin kau Tau siapa aku.  Apakah diriku ini".

"Kau memiliki banyak wanita tanpa persyaratan ini" aku memohon.

Tangannya yang besar menelan pantatku saat dia menyeret ku lebih dekat lagi, matanya penuh dengan kebutuhan, melahap raut wajahku, dan menenenggelamkanku di kedalaman matanya.

"Ini syarat ku denganmu".

Suatu kilatan dari kebutuhan yang liar merobek diriku  ketika aku menyadari akan apa yang dia katakan padaku.

Dia belum akan bercinta denganku.

Bahkan ketika hanya itu yang aku pikirkan.  Hanya itu yang aku butuhkan.

Hari ini, siang hari,  dan masih tinggal di ranjang terakhir tempat aku berada, bersamanya, dengan mulut melahap mulutku.

Dia ingin aku mengenalnya, dan aku ingin mengenalnya , tetapi jika aku mengenalnya, dan menyukainya sedikit lebih banyak  daripada saat ini, hubungan emosional  kami akan terlalu kuat  bagiku untuk kembali ke cara ku sebelumnya.

Dia kuat, secara fisik, tetapi secara emosional dia menghancurkan ku.

Aku tak bisa menahan lebih banyak dari ini.  Dan dia pun tidak seharusnya.

Rasa berat di dadaku, aku membungkuk ke telinganya dan berbisik.  "Kita tidak bisa terus seperti ini , Remy.  Tidak, ketika gelar juaramu di pertaruhkan .   Jadi kau sebaiknya bercinta dengan ku malam ini atau kau meninggalkan ku sendiri sehingga kita berdua bisa beristirahat".

Aku berharap ancaman ini memberikan lebih banyak reaksi.  Dia adalah laki-laki.  Dan ini adalah undangan terbuka untuk seks tanpa komplikasi,  hanya apa yang pria inginkan.  Aku membuatnya mudah baginya, pada dasarnya menerima dia "apa adanya"  tidak ada pertanyaan lagi.  Dia akan bercinta di tempat tidur denganku dan dapat berlatih besok, atau dia akan tidur nyenyak tanpa ku.  Dan aku benci ketika dia tampaknya tidak beranjak ke opsi bercinta denganku yang sejujurnya aku harapkan akan dia lakukan.  Sebaliknya, dia malah mempelajari wajahku dengan mata yang aku perhatikan dengan pasti, tidak biru hari ini.

"Baiklah". Katanya, dengan senyum  yang tidak mencapai matanya.  Dia menempatkanku ke samping, mengambil ipodnya , mengklik musiknya sendiri, dan  tidak memberiku lagu yang lain.
Jadi sekarang aku tak akan tidur dengannya juga.

Wow.

Kurasa aku baru saja menghancurkan hatiku sendiri.


****

THANKS BUAT YANG MASIH NUNGGU CERITA INI.  DI TUNGGU KOMEN NYA YANG BANYAAAAAK YAAAPS 


4 komentar:

  1. Suka bangt sama Real.aku malah sring2 cek blog siapa tau ada lanjutannya.Ttp smngat yah mbak yuli.aku psti ttp sabar menunggu.

    BalasHapus
  2. Setelah nunggu updatetannya.. terima kasih ya

    BalasHapus
  3. Akhirnya ....aku nungguin bgt

    BalasHapus
  4. Asiikk bolak balik lihat updatenan di blog.makasih yaa

    BalasHapus

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...