Kami di Los Angeles
sekarang, dan cuaca saat ini sangat di berkati oleh Tuhan. Aku hanya
ingin berada di luar sepanjang hari. Dianne dan aku adalah teman
sekamar lagi, dan kami sangat menyukai menikmati sarapan kami di
balkon kecil kami.
Faktanya, sejak
kami tiba di Chilly Denver hampir seminggu lalu, kami kembali
berbagi kamar , setelah ultimatum idiotku pada Remy tentang
bercinta- denganku- atau- mati. Meskipun aku benar-benar
sedih karena aku bukan lagi teman sekamarnya yang dengan nikmatnya
dibawa saat malam hari, Diane
begitu bersemangat ketika kami mendapatkan kamar kami, dia
benar-benar melompat-lompat dan memelukku. “Kamu harus lebih
sering sekamar denganku, Kamu!”.
Ternyata
Remington memesankan kamar presidensial suite seperti miliknya,, dan
masing-masing kami mempunyai kamar sendiri-sendiri, dan berbagi
ruang tamu serta tempat makan. Aku masih tak tau apakah aku harus
mendengus atau menangis, sungguh begitulah efeknya padaku.
Malam
mulai menjelang, aku mengingat tubuhnya di tanganku, kulit
telanjangnya yang berkeringat dibawah jemariku, dan hanya itulah yang
bisa ku lakukan untuk menjaga denyut nadiku tetap dalam kendali saat
aku memutar dan mengusap tengkuk lehernya yang kaku. Aku bergeser
lebih dekat untuk berbisik di telinganya, “Berkenan untuk
memberitahuku Remy, mengapa kau menempatkanku dan Diane di Suite?”
dia
membiarkanku memutar lehernya ke samping, dan ke sisi satunya lagi.
Jemariku dengan ringan bertumpu pada rahangnya yang ditumbuhi
bulu-bulu halus dengan sehelai kumis yang seksi, dan dia tidak
pernah menjawab. “kau tak bisa melakukan ini, Remington”. Aku
menambahkan.
Tetapi
dia memutar kepalanya perlahan, dia menyentuh bibirku, hingga seluruh
tubuhku menginginkan bibirnya di seluruh tubuhku. “Hentikan aku.
Aku menantangmu”, katanya, lalu meraih handuknya dan berjalan
pergi.
Aku
hanya tak mengerti dirinya.
Aku
merindukan Melanie untuk bercerita.
Aku
berharap aku bisa berbicara dengan Nora juga. Dia selalu menjadi
menjadi adik kecilku yang selalu dalam keadaan naksir, bernafsu, atau
bahkan kasmaran kepada seorang pria, dan aku yakin dia akan tau
mengapa di dunia ini ada pria yang amat sangat sexy yang juga
single dan sehat dan dengan jelas tertarik secara fisik denganmu
tidak mau mengambil kesempatan untuk berhubungan sex denganmu.
Jika
saja aku memiliki sedikit kepercayaan diri, aku pasti sudah
berpengalaman dengan berbagai kompleksitas ini.
Aku
bahkan bertanya-tanya apakah tubuhku tidak lagi menarik dengan
sedikit lemak yang aku dapatkan setahun terakhir. Mungkin rambutku
butuh potongan rambut baru ketimbang potongan rambut lurus ku yangs
ekarang. Mungkin aku perlu menggunakan poni. Atau menambahkan
sedikit highlight?
“berhenti
menatap dirimu sendiri, kau terlihat sempurna dalam apapun yang kau
kenakan”, Diane memberitahuku pagi ini ketika dia mendapatiku
mengecek bokongku di depan kaca full body di pintu masuk kamar kami.
Aku
tertawa, tapi ini tidak lah lucu.
Remy
memesankan Presidensial suite lagi di LA.
Aku
tak menginginkan suite. Tapi apa yang aku inginkan tak
mau dia berikan padaku.
Aku
tak akan pernah membiarkan seorang pun memperlakukan aku seperti ini.
Aku
seharusnya merasa cantik dan entah para pria setuju atau pun tidak
tentang pendapatku. Aku menyukai diriku
dan itu sudah cukup.
Sekarang
aku mendapati diriku sedikit sedih sepanjang hari, ketika Diane
memergoki ku sedang menatap ke dinding, galau tak tertolong karena
memikirkan apa yang Remington pikirkan tentangku.
Ini
adalah hari ketiga kami di LA, dan dia masih berada di posisi kedua
di klasemen, tapi dia telah bertaring seperti pemenang. Dia
melakukan yang terbaik dari yang pernah aku lihat dari dia, dan semua
itu sejak matanya menjadi berwarna biru elektrik lagi di Denver.
Dia
berlatih seperti hewan. Jam demi jam dengan pelatih, dan dia
masih terlihat sesegar sinar matahari ketika dia memintaku untuk
berlari bersama dia sore ini. Energy ototnya meledak seperti dinamit
setiap kali dia bergerak, bahkan aku hampir bisa melihat sumber ATP
nya – Adhenosin Tri Phospat yang bertugas mengalirkan energi
kimia ke seluruh sell- bergerak begitu cepat di tubuhnya, itu
terlihat seakan tidak menunggu delapan detik biasanya dia untuk
berputar. Aku tak pernah melihat dia begitu fokus. Begitu
kuat. Begitu menakjubkan.
Setiap
bagian tubuhku menyadarinya.
Setiap bagian.
Menuju
ke keputusasaanku.
Pete
dan Riley sangat bersemangat. “Brooke!” Pete memanggilku saat
memasuki Underground pada sore hari. Disini, di LA. Ring
pertempuran terletak di ruang bawah tanah salah satu klub malam
paling dikunjungi di kota, dan mereka mengharapkan semuanya terisi
lebih dari seribu orang. “kemarilah, kami membutuhkan mu”. Pete
melambai padaku untuk menuju ruang loker.
Dan
satu paket penuh Remington Tate yang sexy duduk di bangku panjang di
ujung paling jauh dari pelatih membungkus tangan kananya dengan kain
pembungkus.
Aku
tak akan pernah terbiasa dengan perasaan yang aku dapatkan ketika aku
melihatnya.
Atau
yang aku dapatkan ketika dia bertarung.
Aku merasa seperti mata air dan lebih kencang daripada simpul tiga
rangkap.
Beat
Dr Dre nya mengalun, dan kurasa dia melakukannnya untuk masuk dalam
mode bertarung dan mengosongkan segalanya.
“Ayo,
Brooke. Lemaskan lelaki ini”.
Riley
dan Coach menyambutku dengan anggukan berbarengan, dan aku melihat
seketika bahwa Remington menatapku. Dia mengaitkan ibu jarinya di
akord earphone dan menariknya ke bawah untuk melingkari lehernya.
Tatapan yang saling kami tukar sebelumnya, sangat disengaja, kami tak
saling tersenyum. Senyum jawaban yang kuberikan pada Riley dan
Coach hilang dari wajah ku seketika lagu Heavy metal Remy menggema di
ruangan.
Diam-Diam,
aku membungkuk untuk menjeda Ipod-nya, lalu aku pergi kebelakangnya,
dan meraih bahunya,secara metodis menggerakan jempolku di
otot-ototnya.
Ada
beberapa simpul yang aku kerjakan dari otot punggung dan otot
trapezius posterior kemarin. Mereka keras kepala, dan terus saja
kembali, jadi sekali lagi, aku memijat keduanya. Dia merintih
seketika kulit telanjang ku menyentuhnya. Oh Tuhan. Suara rendah
nya seperti foreplay untukku. Menyelinap ke bagian-bagian feminin
tubuhku, terutama ke bagian yang paling membutuhkan. Pipiku memanas
saat Coach dan Riley, mengawasi kami.
Aku
menundukan wajahku agar mereka tak bisa melihat rona merah pipiku dan
menahan dorongan untuk menarik tangan ke belakang. “lebih dalam”
perintah kasar Remington padaku, dan rahimku mengepal tanpa daya
ketika aku menekan lebih dalam. Sebuah simpul besar menggigit ibu
jariku, jadi aku membawa ibu jariku yang satunya untuk menekan
bersamaan. Remy membiarkan kepalanya menggantung di depan dan
menarik napas dalam-dalam. Dan ketika simpulnya terdisinteragrasi di
bawah tekanan, erangannya bergetar jauh dalam intiku.
“Good
Luck”, aku berbisik ke telinganya, menarik diri, jari-jariku serasa
kesemutan karena kontak yang baru saja kami buat.
Dia
menatapku ketika dia berdiri, tanpa senyum,saat tatapanya mengunci
tatapanku dalam ikatan yang sangat intens, otakku menjadi kosong dari
segalany kecuali warna biru matanya, hitam di pupilnya dan panjang
bulu matanya.
Dia
mengulurkan lengannya saat Riley memasangkan sarung tangan tinju nya
yang berwarna hitam, yang diperlukan untuk hari ini, dan kemudian dia
menyentuhnya bersama. Peringatan di pintu memberitahu mereka
“RIPTIDE” akan segera naik, dan dia mengangguk.\
dia
menjejalkan tangannya di mantel satin merahnya dan berlari ke aula
lebar yang mengarah ke ring, dan seluruh peternakan penuh hewan-hewan
terbangun di perutku bukan hanya kupu-kupu. Sambil menarik napasnya
dalam-dalam, aku menunggu sejenak untuk pulih, sebelum perlahan-lahan
keluar untuk mengambil tempat duduk bersama-sama para penonton.
Kebisingan
memekakan telinga. Pete mengatakan padaku pagi ini bahwa para
penggemarnya panik karena Remy tidak memimpin kejuaraan, dan
tampaknya ada beberapa permintaan sangat banyak untuk tiket malam
ini. Saat enam belas pesaing bersatu, ini adalah malam pertama
Remington akan melawan Scorpion, hingga final. Scorpion berada di
posisi pertama sekarang, dan sarafku membunuhku.
“Hei”,
Pete mendorongku dengan lembut kedepan saat dia berjalan di
belakangku. “pergilah kesana. Pria itu akan mencarimu”.
Entah
bagaimana aku mengatur dua hal yang mustahil. Aku tertawa dan
cemberut bersamaan. “Dia tidak akan!”
Alisnya
menjulang ke atas dalam ketidakpercayaan yang nyata. “dia berhuang
sebaik-baiknya ketika kamu menontonnya, dan bahkan Coach
menyetujuinya. Testosteron-nya berdetak seperti orang gila di lab
kerjanya ketika dia berhubungan denganmu. Ayolah “.
membenci
sensasi yang meluncur secepat kilat di pembuluh darahku, aku
cepat-cepat menuju ke arah ring dan ke tempat dudukku ketika
kudengar Scorpion di perkenalkan.
“Benny
the Black Scorpion”.
Itu
adalah pria menjijikan yang menghantam Remington di klub, dan aku
benci dia dengan kekuatan seperti itu, aku langsung melotot kepada
semua orang yang bersorak untuknya. Aku hanya beberapa langkah untuk
mencapai tempat dudukku, dimana aku siap untuk memegangi celanaku-
ketika aku melihat, ke seberang ring dan melalui kaki kuat Remy,
wajah diantara orang banyak.
Wajahnya
berbentuk oval, dan berkulit krem, dan membawa sepasang mata cokelat.
Mata yang serupa, dalam warna. Dengan milikku. Mata itu, yang
terakhir aku tau, milik Nora.
Adiiku
yang berusia dua puluh satu tahun.
Nora.
Makasih ya yang masih nungguin terjemahan aku yang ini walaupun udah lama banget. oh iya chapter ini aku bagi tiga part ya. karena 1 chapternya ini hampir 55 halaman dan aku ga kuat mau nerjemahinnya kalo langsung, dan yang novel ini aku emang agak lama nerjemahinnya karena banyak kata-kata atau kalimat yang bikin bingung, dan kosa kata nya ribet.
Tetap ditungguin
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Hapus
BalasHapusSelalu menunggumu😘
Gak sabar menanti
BalasHapusMau Mendapatkan Bonus Poker Online yang berlimpah dan jackpot yang besar gabung
BalasHapussekarang juga di
Poker Online Terpercaya
Daftar Donacopoker
Donaco Poker
judi kartu online
BBM : DC31E2B0
LINE : Donaco.poker
WHATSAPP : +6281333555662
Mudah mudahan ceoat di lanjut..
BalasHapus