Minggu, 11 November 2018

REAL CHAPTER TUJUH PART 2






Kami di Los Angeles sekarang, dan cuaca saat ini sangat di berkati oleh Tuhan. Aku hanya ingin berada di luar sepanjang hari. Dianne dan aku adalah teman sekamar lagi, dan kami sangat menyukai menikmati sarapan kami di balkon kecil kami.
Faktanya, sejak kami tiba di Chilly Denver hampir seminggu lalu, kami kembali berbagi kamar , setelah ultimatum idiotku pada Remy tentang bercinta- denganku- atau- mati. Meskipun aku benar-benar sedih karena aku bukan lagi teman sekamarnya yang dengan nikmatnya dibawa saat malam hari, Diane begitu bersemangat ketika kami mendapatkan kamar kami, dia benar-benar melompat-lompat dan memelukku. “Kamu harus lebih sering sekamar denganku, Kamu!”.
Ternyata Remington memesankan kamar presidensial suite seperti miliknya,, dan masing-masing kami mempunyai kamar sendiri-sendiri, dan berbagi ruang tamu serta tempat makan. Aku masih tak tau apakah aku harus mendengus atau menangis, sungguh begitulah efeknya padaku.
Malam mulai menjelang, aku mengingat tubuhnya di tanganku, kulit telanjangnya yang berkeringat dibawah jemariku, dan hanya itulah yang bisa ku lakukan untuk menjaga denyut nadiku tetap dalam kendali saat aku memutar dan mengusap tengkuk lehernya yang kaku. Aku bergeser lebih dekat untuk berbisik di telinganya, “Berkenan untuk memberitahuku Remy, mengapa kau menempatkanku dan Diane di Suite?”
dia membiarkanku memutar lehernya ke samping, dan ke sisi satunya lagi. Jemariku dengan ringan bertumpu pada rahangnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan sehelai kumis yang seksi, dan dia tidak pernah menjawab. “kau tak bisa melakukan ini, Remington”. Aku menambahkan.
Tetapi dia memutar kepalanya perlahan, dia menyentuh bibirku, hingga seluruh tubuhku menginginkan bibirnya di seluruh tubuhku. “Hentikan aku. Aku menantangmu”, katanya, lalu meraih handuknya dan berjalan pergi.
Aku hanya tak mengerti dirinya.
Aku merindukan Melanie untuk bercerita.
Aku berharap aku bisa berbicara dengan Nora juga. Dia selalu menjadi menjadi adik kecilku yang selalu dalam keadaan naksir, bernafsu, atau bahkan kasmaran kepada seorang pria, dan aku yakin dia akan tau mengapa di dunia ini ada pria yang amat sangat sexy yang juga single dan sehat dan dengan jelas tertarik secara fisik denganmu tidak mau mengambil kesempatan untuk berhubungan sex denganmu.
Jika saja aku memiliki sedikit kepercayaan diri, aku pasti sudah berpengalaman dengan berbagai kompleksitas ini.
Aku bahkan bertanya-tanya apakah tubuhku tidak lagi menarik dengan sedikit lemak yang aku dapatkan setahun terakhir. Mungkin rambutku butuh potongan rambut baru ketimbang potongan rambut lurus ku yangs ekarang. Mungkin aku perlu menggunakan poni. Atau menambahkan sedikit highlight?
“berhenti menatap dirimu sendiri, kau terlihat sempurna dalam apapun yang kau kenakan”, Diane memberitahuku pagi ini ketika dia mendapatiku mengecek bokongku di depan kaca full body di pintu masuk kamar kami.
Aku tertawa, tapi ini tidak lah lucu.
Remy memesankan Presidensial suite lagi di LA.
Aku tak menginginkan suite. Tapi apa yang aku inginkan tak mau dia berikan padaku.
Aku tak akan pernah membiarkan seorang pun memperlakukan aku seperti ini.
Aku seharusnya merasa cantik dan entah para pria setuju atau pun tidak tentang pendapatku. Aku menyukai diriku dan itu sudah cukup.
Sekarang aku mendapati diriku sedikit sedih sepanjang hari, ketika Diane memergoki ku sedang menatap ke dinding, galau tak tertolong karena memikirkan apa yang Remington pikirkan tentangku.
Ini adalah hari ketiga kami di LA, dan dia masih berada di posisi kedua di klasemen, tapi dia telah bertaring seperti pemenang. Dia melakukan yang terbaik dari yang pernah aku lihat dari dia, dan semua itu sejak matanya menjadi berwarna biru elektrik lagi di Denver.
Dia berlatih seperti hewan. Jam demi jam dengan pelatih, dan dia masih terlihat sesegar sinar matahari ketika dia memintaku untuk berlari bersama dia sore ini. Energy ototnya meledak seperti dinamit setiap kali dia bergerak, bahkan aku hampir bisa melihat sumber ATP nya – Adhenosin Tri Phospat yang bertugas mengalirkan energi kimia ke seluruh sell- bergerak begitu cepat di tubuhnya, itu terlihat seakan tidak menunggu delapan detik biasanya dia untuk berputar. Aku tak pernah melihat dia begitu fokus. Begitu kuat. Begitu menakjubkan.
Setiap bagian tubuhku menyadarinya.
Setiap bagian.
Menuju ke keputusasaanku.
Pete dan Riley sangat bersemangat. “Brooke!” Pete memanggilku saat memasuki Underground pada sore hari. Disini, di LA. Ring pertempuran terletak di ruang bawah tanah salah satu klub malam paling dikunjungi di kota, dan mereka mengharapkan semuanya terisi lebih dari seribu orang. “kemarilah, kami membutuhkan mu”. Pete melambai padaku untuk menuju ruang loker.
Dan satu paket penuh Remington Tate yang sexy duduk di bangku panjang di ujung paling jauh dari pelatih membungkus tangan kananya dengan kain pembungkus.
Aku tak akan pernah terbiasa dengan perasaan yang aku dapatkan ketika aku melihatnya.
Atau yang aku dapatkan ketika dia bertarung.
Aku merasa seperti mata air dan lebih kencang daripada simpul tiga rangkap.
Beat Dr Dre nya mengalun, dan kurasa dia melakukannnya untuk masuk dalam mode bertarung dan mengosongkan segalanya.
“Ayo, Brooke. Lemaskan lelaki ini”.
Riley dan Coach menyambutku dengan anggukan berbarengan, dan aku melihat seketika bahwa Remington menatapku. Dia mengaitkan ibu jarinya di akord earphone dan menariknya ke bawah untuk melingkari lehernya. Tatapan yang saling kami tukar sebelumnya, sangat disengaja, kami tak saling tersenyum. Senyum jawaban yang kuberikan pada Riley dan Coach hilang dari wajah ku seketika lagu Heavy metal Remy menggema di ruangan.
Diam-Diam, aku membungkuk untuk menjeda Ipod-nya, lalu aku pergi kebelakangnya, dan meraih bahunya,secara metodis menggerakan jempolku di otot-ototnya.
Ada beberapa simpul yang aku kerjakan dari otot punggung dan otot trapezius posterior kemarin. Mereka keras kepala, dan terus saja kembali, jadi sekali lagi, aku memijat keduanya. Dia merintih seketika kulit telanjang ku menyentuhnya. Oh Tuhan. Suara rendah nya seperti foreplay untukku. Menyelinap ke bagian-bagian feminin tubuhku, terutama ke bagian yang paling membutuhkan. Pipiku memanas saat Coach dan Riley, mengawasi kami.
Aku menundukan wajahku agar mereka tak bisa melihat rona merah pipiku dan menahan dorongan untuk menarik tangan ke belakang. “lebih dalam” perintah kasar Remington padaku, dan rahimku mengepal tanpa daya ketika aku menekan lebih dalam. Sebuah simpul besar menggigit ibu jariku, jadi aku membawa ibu jariku yang satunya untuk menekan bersamaan. Remy membiarkan kepalanya menggantung di depan dan menarik napas dalam-dalam. Dan ketika simpulnya terdisinteragrasi di bawah tekanan, erangannya bergetar jauh dalam intiku.
“Good Luck”, aku berbisik ke telinganya, menarik diri, jari-jariku serasa kesemutan karena kontak yang baru saja kami buat.
Dia menatapku ketika dia berdiri, tanpa senyum,saat tatapanya mengunci tatapanku dalam ikatan yang sangat intens, otakku menjadi kosong dari segalany kecuali warna biru matanya, hitam di pupilnya dan panjang bulu matanya.
Dia mengulurkan lengannya saat Riley memasangkan sarung tangan tinju nya yang berwarna hitam, yang diperlukan untuk hari ini, dan kemudian dia menyentuhnya bersama. Peringatan di pintu memberitahu mereka “RIPTIDE” akan segera naik, dan dia mengangguk.\
dia menjejalkan tangannya di mantel satin merahnya dan berlari ke aula lebar yang mengarah ke ring, dan seluruh peternakan penuh hewan-hewan terbangun di perutku bukan hanya kupu-kupu. Sambil menarik napasnya dalam-dalam, aku menunggu sejenak untuk pulih, sebelum perlahan-lahan keluar untuk mengambil tempat duduk bersama-sama para penonton.
Kebisingan memekakan telinga. Pete mengatakan padaku pagi ini bahwa para penggemarnya panik karena Remy tidak memimpin kejuaraan, dan tampaknya ada beberapa permintaan sangat banyak untuk tiket malam ini. Saat enam belas pesaing bersatu, ini adalah malam pertama Remington akan melawan Scorpion, hingga final. Scorpion berada di posisi pertama sekarang, dan sarafku membunuhku.
“Hei”, Pete mendorongku dengan lembut kedepan saat dia berjalan di belakangku. “pergilah kesana. Pria itu akan mencarimu”.
Entah bagaimana aku mengatur dua hal yang mustahil. Aku tertawa dan cemberut bersamaan. “Dia tidak akan!”
Alisnya menjulang ke atas dalam ketidakpercayaan yang nyata. “dia berhuang sebaik-baiknya ketika kamu menontonnya, dan bahkan Coach menyetujuinya. Testosteron-nya berdetak seperti orang gila di lab kerjanya ketika dia berhubungan denganmu. Ayolah “.
membenci sensasi yang meluncur secepat kilat di pembuluh darahku, aku cepat-cepat menuju ke arah ring dan ke tempat dudukku ketika kudengar Scorpion di perkenalkan.
“Benny the Black Scorpion”.
Itu adalah pria menjijikan yang menghantam Remington di klub, dan aku benci dia dengan kekuatan seperti itu, aku langsung melotot kepada semua orang yang bersorak untuknya. Aku hanya beberapa langkah untuk mencapai tempat dudukku, dimana aku siap untuk memegangi celanaku- ketika aku melihat, ke seberang ring dan melalui kaki kuat Remy, wajah diantara orang banyak.
Wajahnya berbentuk oval, dan berkulit krem, dan membawa sepasang mata cokelat. Mata yang serupa, dalam warna. Dengan milikku. Mata itu, yang terakhir aku tau, milik Nora.
Adiiku yang berusia dua puluh satu tahun.
Nora.

***
Makasih ya yang masih nungguin terjemahan aku yang ini walaupun udah lama banget.  oh iya chapter ini aku bagi tiga part ya.   karena 1 chapternya ini hampir 55 halaman dan aku ga kuat mau nerjemahinnya kalo langsung, dan yang novel ini aku emang agak lama nerjemahinnya karena banyak kata-kata atau kalimat yang bikin bingung, dan kosa kata nya ribet.

6 komentar:

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...