Minggu, 19 Agustus 2018

REAL CHAPTER EMPAT PART 2

"What The hell?" Pintu Suite terbanting menutup , dan Pete meringsek masuk ke tempat tidur utama, semarah yang  pernah aku lihat dari seorang pria lembut itu.  Fitur cowok paduan suara-nya tampak lebih tajam dan tidak terlalu mistik hari ini.  "What.the. Hell?" Dia mengulangi.
Tubuh Remington menjadi dinding bata di bawah Sentuhanku.

"Coach dalam mode murka". Riley menambahkan saat dia mengikuti ke dalam,  bahkan orang yang biasanya santai , cemberut hari ini.  " apa yang ingin kami semua ketahui adalah : kenapa kau membiarkan bokongmu di tendang?"

Sebuah getaran ganjil yang aneh menggenggam ruangan , dan tanganku langsung berhenti bergerak di belakang bahunya.

"Ya atau tidak, kau membiarkannya mengenai mu dengan sengaja?" Riley menembaknya dengan tatapan sinis.

Remington tidak menjawab.  Tapi tubuhnya sepenuhnya tegang sekarang, dan setiap ototnya bertautan.

"Apakah kau butuh bersetubuh?"  Pete menuntut, memberi isyarat padanya, "kau butuh bersetubuh?"
Kepalaku mengepal, dan aku Tau, aku tak benar-benar ingin tinggal disini dan mendengarkan orang-orang ini membuat pengaturan seksual untuk Remington , jadi aku bergumam,  terutama untuk diriku sendiri karena tak ada yang memperhatikan ku, sesuatu tentang pergi membantu Diane di dapur, lalu aku keluar kamar.

Ketika aku menyusuri lorong,  aku mendengar Pete lagi.  " Bung kau tak bisa membiarkan mereka melakukan ini hanya untuk membuat tangannya berada di seluruh tubuhmu.  Dengar, kita bisa mengatur beberapa orang gadis.  Apapun yang kau lakukan, kau tak bisa memainkan game terkutuk itu layaknya orang normal.  Kau hanya menyiksa dirimu sendiri Rem, ini adalah hal berbahaya yang kau lakukan untuknya".

Aku melambat hampir terhenti, dan kurasa paru-paruku akan berubah menjadi batu.  Apakah orang-orang ini membicarakan tentang ku?

"Kau mempertaruhkan kan seluruh uangmu untuk dirimu sendiri tahun ini, ingat episode itu?" Pete menambahkan.  "Kau harus mengalahkan Scorpion di final tidak peduli apapun.  Dan ini termasuk dia, kawan".

Timbre Remington lebih rendah dibanding dengan yang lain, tapi entah mengapa, geraman lembut itu lebih mengancam.  " scorpion sialan itu akan mati, jadi Menyingkirlah"

"Kau membayar kami untuk mencegah omong kosong ini, Remy,". Kata Pete, tapi hanya membuat Remington lebih rendah suaranya.

"Aku mengerti.  Semua. Dalam. Kendali.
Keheningan yang diikuti dengan bisikan mematikan yang membuat aku bergerak, dan aku menuju dapur dan menemukan Diane  sedang mengangkat kalkun organik kecil dari oven.  Aroma rosemary dan lemon  membuat mulutku berair , tetapi tidak ada apa-apanya dengan jantungku yang berdebar-Debar.

"Apa yang dibicarakan orang-orang itu?"  Diane bertanya sambil mengatur presentasi hidangannya, mencebik manis kepada bayi kalkun nya yang menolak untuk terlihat cantik di piring yang telah dia pilih.

"Remy kena Hajar malam ini" kataku.  Karena itulah yang terjadi. Iya kan?
"Aku bersumpah bahwa pria itu memiliki tombol penghancur diri yang paling merah yang pernah aku lihat..."

Dia berjalan keluar  ketika pintu mengayun terbuka di belakangku, dan  genggaman tangan besar  di sekitar siku ku dan memutar ku.  "Apakah kamu ingin berlari dengan ku?"
Mata biru es Remington menyala dengan tajam padaku, dan aku bisa merasakan rasa frustrasinya  sampai ke tempat aku berdiri.   Rasa frustrasinya berputar di sekitar dirinya seperti angin puyuh , dan tiba-tiba dia nampak gelisah, dan terlihat sedikit mengancam.

"Kau harus makan , Remy" kata Diane dengan ramah dari sudut.
Menyeringai, dia mengambil satu galon susu organik di country dan mulai menegak ya sampai hampir semua masuk ke perutnya, lalu dia membanting bungkusnya ke bawah dan menyeka bibirnya dengan punggung lengannya, berkata " terima kasih untuk makan malamnya" memiringkan alisnya dan menunggu ku menjawab.  "Brooke?"  Dia mengomel .

Rasa menggigil mengalir ke tubuhku.

Aku tak suka bahwa namaku di bibirnya menyentuh nada yang tepat.

Seperti film romantis.

Merengut melihat reaksinya, aku melirik dadanya dan bertanya-tanya apakah ada sesuatu selain  memasukkan dia ke dalam bak es adalah ide yang bagus.  Tapi entah bagaimana aku merasa menguji batasannya lebih dari hari ini bukanlah pilihan.  "Bagaimana keadaan u?"  Aku bertanya dan sedikit mencermatinya.

"Aku merasa ingin berlari" matanya menyipit dengan sangat dalam padaku.  "Kamu?"

Permintaannya membuatku ragu.  Hanya Saja tidak ada seorang pun kecuali pelari yang benar-benar Tau bahwa berlari dengan seseorang bisa menjadi masalah besar.
Sebuah masalah besar.  Sangat besar.

Terutama saat kau terbiasa berolahraga sendiri.  Seperti Remington.  Dan, selain Melanie , aku pun tak pernah berlari dengan siapapun.  Lari ku adalah me time ku.   Waktu berpikir ku.  Pusat waktumu.  Tetapi aku mengangguk.  Kurasa dia sangat membutuhkan itu.  Dan aku telah membutuhkan ini selama beberapa jam.  "Ijinkan aku mengambil sneaker ku dan memakai baju olahragaku".

Sepuluh menit kemudian, kami menyusuri rute lari terdekat dari hotel kami, yang mana itu adalah jalan berliku yang di penuhi beberapa pohon dan untungnya cukup terang di malam hari.  Remington menggunakan  hoody dan sweatshirtnya,  dan dia mendorong udara dengan gaya petinju sejati, sementara aku hanya menikmati angin dingin di kulitku  saat aku mencoba untuk mengikutinya. Aku memutuskan untuk mengenakan celana lari pendek  dan atasan atletik tanpa lenganku dipadukan dengan sepasang sepatu Asics favoritku, sementara Remington mengenakan mengenakan sepasang Reebok  untuk berlari yang berbeda dengan sepatu yang dia kenakan untuk tinju.

"Jadi apa yang terjadi dengan Pete dan Riley?"

"Keluar mencari pelacur".

"Untukmu?"

Dia mengayunkan satu tinjunya ke udara, lalu satunya lagi.  "Mungkin.  Aku tak peduli".
Aku benar-benar kecewa aku telah kehilangan stamina, selama setengah jam menuju langkah yang telah kami atur, paru-paruku menjadi tegang dan aku benar-benar berkeringat meskipun dengan angin malam yang sejuk.  Aku berhenti dan meletakkan tanganku di lutut, melambai padanya untuk melanjutkan.  "Teruslah, aku hanya sedang menarik napas, aku kram".

Dia berhenti di sampingku dan memantul mantel di betis ya sehingga tubuhnya tidak mendingin , lalu dia menarik satu paket cairan elektrolit dan saku  tengah sweeternya.  Dia mengulurkan nya. padaku , dan menjadi sangat dekat. Sehingga aku bisa menciumnya.  Sabun , keringat dan Remington Tate.  Kepalaku sedikit mengambang.  Mungkin kram yang kurasa yang masuk ke indung telurku bukan kram sama sekali, tetapi hanya perutku yang hampir bergetar setiap kali bahunya menyentuh tanpa sengaja.

Dia mundur dan tetap mengamati saat dia melihatku membuka gel pack  ke sudut bibirku dan menumpahkan nya ke lidahku.

Darah terpompa dengan liarnya di nadiku, dan ada sesuatu yang sangat amat intim tentang cara mata birunya mengamati ku menjilat cairan elektrolit yang seharusnya untuknya.
Dia berhenti memantul-Mantul.  Bernapas dengan keras.  "Adakah yang tersisa?" Tanyanya.
Aku dengan segera menarik nya dari mulutku dan menyerahkannya, dan ketika dia mengatupkan bibirnya di sekitar kalengnya seperti cara  yang sama yang aku lakukan, puting ku mengeras seperti berlian , dan aku tak bisa mengingat apapun kecuali  fakta bahwa dia menjilat hal yang sama dengan apa yang baru saja aku jilat.  Aku ngeri dengan dorongan  untuk menyusurkan lidahku di bibirnya, mengambil kaleng cairan elektrolit itu dari mulutnya dan menekan bibir ku ke bibirnya, sehingga satu satunya a yang akan dia jilat adalah aku.

"Apakah mereka benar? Apa kata Pete? Apakah kau sengaja melakukannya?"

Ketika dia tidak menjawab, aku ingat tentang "tombol" yang DIane sebutkan, dan khawariranku menjadi double.

"Remy, terkadang kamu memecahkan sesuatu dan tak akan pernah mendapatkannya kembali. Kamu tidak akan pernah mendapatkan kembali" aku menekankan, lalu melirik ke kejauhan  dan ke arah mobil yang melintas sejenak, karena aku takut dia menangkap emosi dari suaraku.  Dia hanya membuatku jengkel, dan aku harus menguasai diriku  sendiri.

"Aku minta maaf tentang lututmu" katanya dengan lembut, lalu dia membanting kaleng minuman tadi ke tempat sampah , dan mengayunkan tinju ke kanan dan ke kiri, dan kami mulai berlari lagi.
"Ini bukan tentang lutut ku.  Ini tentang dirimu yang tak menghargai tubuhmu.  Jangan biarkan seorang pun melukai mu, jangan pernah biarkan itu, Remy".

Dia menggelengkan kepalanya , alisnya tertarik ke bawah matanya  dia mencuri pandang ke arahku.  " tidak akan, Brooke.  Aku hanya membiarkan mereka cukup dekat, sehingga aku bisa menghabisi mereka.  Pengorbanan kecil untuk mencari kemenangan.  Itu memberi mereka kepercayaan diri untuk mendapatkan beberapa pukulan, lalu mulai mengisi kepala mereka, bahwa aku mudah--bahwa aku tak seperti yang mereka dengar-- dan ketika mereka mabuk dengan pikiran betapa mudahnya mereka memukul Remington Tate , aku masuk".

"Baiklah.  Aku suka itu jauh lebih baik".

Kami berlari lebih dari setengah jam lagi, dan itu mencapai lima mile, aku terengah -engah  seperti anjing yang baru melahirkan. Lebih dari dua belas anak anjing  atau semacamnya.  Harga diriku tersakiti dan begitu juga lututku.  "Kurasa aku berhenti.  Aku akan sangat pegal besok.  Aku lebih suka menghajar sack tinju dari pada mengharuskan mu untuk memapahku ke hotel , nanti".

"Aku tak keberatan" katanya dengan tawa kecil yang lezat, lalu dia melakukan gerakan seakan mematahkan lehernya ke kiri dan ke kanan, lalu berlari kembali ke arahku.
Di lift hotel, beberapa orang menemani kami, dan Remington menarik hoody nya. Ke rambutnya dan menunduk, postur tubuhnya tersamarkan.  Aku sadar dia melakukan ini agar tidak di kenali, dan ini membuatku  tersenyum geli.

Pasangan muda berteriak dari lobi adar kami "Tahan liftnya!"  Dan aku menekan tombol "pintu terbuka". Sampai mereka masuk.  Jantungku melompat ketika Remington mencengkram pinggulku dan menarikku ke dekatnya begitu mereka naik.  Kemudian aku serasa mati  karena dia menundukkan kepalanya, dan tetap menjaga Angle nya  ke arahku, aku bisa mendengar tarikan napas berat yang dia hirup.  Oh Tuhan dia membuatku takut.  Otot-otot seks ku mengepal.  Kebutuhan untuk berbalik dan mengubur hidungku di lehernya dan menjilati kelembapan kulitnya membakar diriku.

"Kamu merasa lebih baik?" Aku bertanya , menoleh sedikit ke arahnya.

"Ya" dia menunduk lebih dekat dan Pelipisku dimandikan oleh nafasnya yang hangat.  "Kamu?"
Feromon seperti obat bagiku, dan tenggorokan ku serasa begitu tebal, dan aku hanya mengangguk padanya.  Tangannya mencengkram pinggulku , dan rahimku mengatup karena itu, itu terasa begitu menyakitkan dan aku hampir merintih.

Aku sesegera mungkin mandi setelah aku sampai di kamarku, dan membuat airnya sedingin mungkin yang bisa aku tahan, gigiku beregeletuk, tapi sisa tubuhku masih tetap mendambakan, diatas dia.  Dia. Dia.

Ketika aku berbaring di tempat tidur, Diane menggumam kan 'halo'  kemudian melanjutkan membaca buku resep, sementara aku hanya mengatakan 'selamat malam'  dan menutup mataku, dan mencoba untuk berpura-pura aku tidak terpanggang di dalam kulitku.

Tapi aku begitu nyeri sampai-sampai aku menggeliat di bawah selimut, dihantui tentang apa yang di katakan Pete pada Remington.  Dihantui oleh mulutnya yang penuh dan seksi  dengan luka baru di bawah bibirnya, menyesap cairan elektrolit  saat lidahnya menekan cairan terakhir.  Aku berpikir bagaimana rasanya menjadi kaleng elektrolit itu, dan merasakan bibirnya di atas lidahku, dengan lembut menyusu, dan pikiran itu menarik segumpal air segar yang berkumpul di Antara pahaku.
Aku putus asa untuk memberikan diri ku sedikit pelepasan dari rangsangan yang terus menerus ini, hormon melelahkan yang ingin dipaparkan padanya.  Seperti radiasi,  ada sesuatu yang  harusnya bisa aku lindungi untuk diriku sendiri, tapi aku tak bisa mengenalinya.  Dia adalah klien ku, tapi dia juga....seperti teman.  Dan aku hanya ingin menyentuhnya.  Aku Tau aku tak bisa mencium mulut seksinya itu, tapi setidaknya aku bisa meregangkannya.

Dia pasti masih hangat efek lari kami dan kelelahan akibat pertarungan , dan aku mendambakan kontak dengan kulitnya seperti pecandu narkoba.  Sebelum aku Tau apa yang aku lakukan, aku memakai celana panjang ku, menuju kamarnya, dan mengetuk pintunya.
Aku tak Tau apa yang akan aku katakan.  Aku tidak Tau apa-apa kecuali aku tak akan bisa tidur sekejap pun sampai aku melihatnya atau setidaknya menawarkan es di cedera dada bagian atasnya, atau hanya menggosok dengan anti radang, atau aku tak Tau.

Kenapa dia memintaku untuk pergi bersamanya?

Mengapa Pete mengira dia sengaja terluka, sehingga aku akan menyentuhnya?

Apakah dia sangat menginginkan Sentuhanku?

Riley mengayunkan pintu terbuka.  Dan lewat bahunya aku bisa  melihat wanita dalam lingerie tembus pandang menari dengan seksama di tengah meja kopi ruang tamu, dan seorang wanita di belakang berbicara "....Birdie bilang kalau kau ingin bermain dengan kami,Remy..."
"Ya?" Riley bertanya padaku, aku hanya terpaku seperti idiot, perutku mencelos, tentu saja, ini adalah pelacur yang..... aku membungkuk kan kepalaku  dan memikirkan sesuatu untuk di katakan.  "Apakah aku meninggalkan Ponselku...oh sial, aku mengerti".  Aku melirik ponsel di tanganku dan memutar mataku, seakan aku sangat bodoh.

Yang mana memang begitu.

Shit.  Aku sungguh, sungguh, tolol.

"Tak perlu di pikirkan riley, selamat malam".

Aku mendengar suara Remington dari dalam.  "Siapa itu?"

Dan aku berlari ke kamarku. Menutup pintu, merasa mati rasa dari dalam.  Ketika aku melihat kembali ke tempat tidur, aku sangat yakin setiap inci dari gairah ku telah  melarikan diri dari sistem ku, tetapi aku kasih tidak bisa tidur.  Karena sekarang wanita Remington  sedang berciuman dalam pikiranku dengan begitu lapar dengan mulutnya yang penuh dan indah itu, wanita yang akan menjilati bekas luka Sobek di bibirnya yang aku oleskan salep, yang sayangnya, bukan aku wanitanya.

****
Remy melakukan latih tanding hari ini dengan cara  yang menurut pelatih harusnya dia lakukan saat bertanding kemarin.

Meskipun Remy telah mengalahkan dua lawan tandingnya , dan sekarang pelatih marah lagi.

"Ini sparring Partner, Tate .  Jika kau hanya akan berhenti mengalahkan mereka dan cuma bersenang senang dan tanpa berusaha dengan gerakan mu, kau masih harus mempunyai seseorang untuk berlatih hari ini.....sekarang kita sudah kehabisan dan kau tak memiliki satupun untuk bertanding lagi".

"Kalau begitu berhenti mengirimkan para pecundang , Coach" dia meludah dari ring.  "Kirim Riley kesini".

"Ha.  Walaupun dia bunuh diri. Aku tetap butuh dia tetap sadar besok".

"Hei, aku Tau caranya berlatih tanding". Aku memberitahu Riley dari tempat kami menonton di salah satu sudut ring.

Kepalanya yang pirang mengayun ke arahku dan tiba -tiba tampak terkesan.  "Kau tidak hanya menawarkan untuk bertanding dengan pria ini kan?"

"Tentu saja.  Aku bisa menunjukkan gerakan pria yang tak pernah dia lihat". Aku berkoar, tapi terus terang, aku hanya ingin memiliki kesempatan untuk menendang segala omong kosong akan Remington yang menjadi bedebah yang membuatku berfantasi siang dan malam.  Dan karena menjilati paket elektrolit yang telah ku minum.  Dasar bajingan penggoda.

"Baiklah , Rem, aku punya sesuatu untuk mu" Riley memanggil, bertepuk tangan untuk mendapatkan perhatiannya.  "Aku Tau dia pasti tak akan melumpuhkan yang satu ini, Coach ". Dia memanggil Lupe yang berada di sudut lainnya.  Dan dia memberikan sinyal tawa padaku.
Remington melihatku, dan melemparkan pelindung kepala ke lantai saat dia melihatku melompat ke ring , dengan baju olahraga one Piece ketatku.   Matanya menyapu ku, seperti yang selalu dia lakukan.  Dia adalah pria semacam itu, dia tak pernah berhenti mengamati ku, tiap kali aku Lewat di depannya.  Tapi saat aku mendekat, matanya berkilat geli, dan perlahan lahan, senyumnya muncul dan itu hanya membuatku iritasi.

Dia sudah murung hari ini.  Terlihat dari  apa yang aku - dan dua Partner yang telah dia kalahkan- bisa katakan.  Tapi tingkat rasa kesal ku telah memadat hingga ke angka  sepuluh juga.  Bahkan kopi tak bisa mengembalikan semangatku pagi ini, dan sekarang Aku Tau kalau ini akan bisa.  Bahkan jika aku kalah, aku hanya ingin bertanding dengan seseorang
 
"Jangan tersenyum seperti itu,aku bisa mengalahkan mu dengan kaki ku". Aku memperingatkan dia.

"Ini bukan kickboxing.  Apa kau akan menggigit ku juga?"

Aku mengayunkan kaki ku tinggi dalam gerakan kickboxing, yang membuat dia menghindar, sangat lembut, dan mengerutkan alis.

Aku mencoba sekali lagi, dia mengelak, dan kemudian aku menyadari dia berada di tengah tengah ring  sementara aku pada dasarnya berputar putar di sekitar dia.  Aku Tau aku tak bisa mengalahkan dia dalam kekuatan, tapi Rencanaku  adalah membuat dia pusing dan kemudian mencoba merobohkan dia dalam kesombongan.   Riley menyebut apa yang akan  ku lakukan sebagai "menenun". Yang cuma berputar putar di sekitar lawan sampai dia lengah.  Jadi aku sedikit menenun, dia jelas sangat terhibur dengan ku, jadi aku mencoba mengetes pukulan.  Dia dengan mudah menangkap tinju ku , lalu menurunkan lenganku.

"Tidak". Dia mencerca lembut, dan meremas tangannya di tanganku untuk mengajari ku bagaimana menggenggam jariku membentuk tinju dengan benar.  "Ketika kau memukul, kau perlu menyelaraskan dua tulang terbawah lenganmu -tulang ulna dan radius mu- sejajar dengan pergelangan tanganmu.  Pergelangan tanganmu tak boleh mengendur, sehingga tahan  dengan lurus sempurna. Sekarang mulai dengan lipat lengan mu ke depan wajahmu, kencang kan buku buku jarimu, dan ketika kau mulai memukul, putar lenganmu sehingga tulang ulna mu, jari -jarimu, dan pergelangan tanganmu  terasa seperti satu tulang atau menjadi bagian dari tulang ketika kau menekan".

Aku mencobanya dan dia mengangguk .  "Sekarang gunakan lenganmu yang satunya untuk menjaga"

Aku tetap dengan satu lengan terlipat untuk menutupi wajahku, dan kemudian menyerang lagi, dan lagi, melihat dia hanya mengelak, tapi tidak balas menyerang.

Adrenalin bergegas membuat mabuk tubuh ku, dan aku tak Tau apakah ini pertempuran pura-pura atau hanya membuat mata biru itu tetap menatapku, tapi aku merasa bermuatan listrik tiba -tiba.  "Tunjukkan gerakan yang aku tidak Tau". Kataku terengah engah , menyukai ini lebih dari yang aku perkirakan.

Dia meraih kedua lenganku, dan menekuk lenganku untuk tetap terjaga di wajahku  dengan tinju ku.  

"Baiklah, mari kita lakukan satu, dua pukulan.  Selalu tutupi wajahmu dengan tanganmu, dan tubuhmu dengan lenganmu, bahkan ketika kau sedang meninju, ayunan pertama dengan lengan kirimu". Dia menarik lenganku ke arah rahangnya.  ". Lalu kau berganti keseimbangan pada kakimu  sehingga kau bisa melanjutkannya dengan pukulan kuat dengan lengan kananmu.  Kau perlu kerja kaki yang bagus disini. Menghunjam kan pukulan yang kuat dari bawah sini". Dia menekan ujung jarinya di inti ku, dan kemudian menyeret tangannya di sepanjang jalan menuju lengan telanjang ku hingga ke tinjuku .  "-- dan kirimkan kekuatan itu sampai ke buku -buku jarimu".

Dia memperagakan  pukulan double Blow yang mengalir dan sempurna yang membuat manik-manik kecil keringat muncul di belahan dadaku dan kemudian aku mencobanya.  Memukul ke kiri, jongkok, menghindar dan memukul lebih keras dengan tepat.

Matanya bersinar gembira. "Coba lagi.  Pukul aku di tempat yang berbeda pada pukulan kedua". Dia memantapkan posisi, tangannya terbuka untuk menangkap pukulan ku.

Mengikuti perintahnya, aku menggunakan lengan pertama untuk memberikan pukulan cepat ke tangan kirinya , dan dengan mudah menangkap pukulan ku, kemudian aku melakukan pukulan sekuat tenaga ke tangan satunya dengan tangan kananku.  Tinjuku  benar -benar akurat, tapi ku rasa aku butuh memberi sedikit tenaga lagi ke tinjuku.

"Dua kali tinju dengan tangan kirimu". Katanya, lalu dia mengangkat tangannya ke atas untuk menangkap ayunan ku.

"Sebelah kananmu". Katanya dan di pukulan pertamaku, aku menghantam tangannya yang terbuka dengan tinju ku - mental.   Kemudian aku memutuskan untuk mengejutkan dia dan mendaratkan pukulan kuat ke abs nya,yang berkontraksi otomatis saat aku memukul dan mengirimkan rasa nyeri mengejutkan ke buku -buku jariku .  Tapi walaupun dia terkejut tapi aku yang terakhir terkejut.

"Aku sangat bagus". Aku mengejek dia dan mundur, memantul di betis ku seperti dia dan menjulurkan lidahku dengan main -main.

Dia benar benar merindukan itu, menonton payudaraku bergoyang.  "Benar-benar bagus". Katanya, kembali ke tempat posisinya.  Matanya Menggelap dengan cara yang membuat perut ku mulas dan panas dan aku tepat pada saat ini aku memutuskan saat dia terpedaya dengan trik ala gadis ku adalah kesempatan yang paling bagus yang pernah ada.

Aku mengayunkan kaki ku seperti saat aku belajar bela diri.  Kaki ku adalah bagian tubuh terkuat dari tubuh wanita, dan tentu saja untuk mantan pelari.  Tujuanku adalah menyerang tendon achiless nya dengan lutut ku, menjatuhkan tubuh besarnya dan egonya ke tanah.

Tapi dia bergerak begitu aku mengayunkan kakiku,dan aku memukul sepatu tenisnya sebagai gantinya.  Rasa nyeri menjerit di pergelangan kaki ku.  Dia menangkap lenganku dan membuatku berdiri, alisnya menyentak cemberut.  "Apa-apaan tadi itu?"

Aku cemberut .  "Kau seharusnya jatuh"

Dia hanya menatapku, wajahnya tampak kosong sejenak.  "Kau bercanda , kan?"

"Aku sudah pernah menjatuhkan pria yang lebih berat dari pada kamu!"

"Sebuah batang pohon yang  lebih cepat dari pada Remy , Brooke". Teriak riley.

 "Ya aku bisa melihat itu". Aku menggerutu, dan aku menangkup mulutku lalu berteriak.  "Terima kasih untuk ini, riley".

Mengutuk pelan, Remy memegang lenganku saat dia membimbingku, melompat, ke sudut, dimana dia duduk di kursi dan karena hanya ada satu, dia mengangkat ku ke atas tubuhnya sehingga dia bisa memeriksa pergelangan kakiku.  "Kau mengacaukan pergelangan kaki mu, bukan?"  Dia bertanya dan itu adalah pertama kalinya aku mendengar dia begitu.....kesal padaku.

"Aku tampaknya hanya salah menumpu kan semua berat badanku ke pergelangan kaki ku". Aku enggan mengakui.

"Kenapa kau memukulku?  Kau kesal padaku?"

Aku mendengus.  "Kenapa aku kesal Padamu?"

Matanya menyipit ke arahku.  Dia tampak sangat menakutkan dan pastinya sangat kesal.  "Beritahu aku".

Aku menundukkan kepalaku.  Aku menatap pergelangan kaki ku dan menolak untuk bercerita pada siapapun, kecuali Melanie.

"Hei, bisa kah bawakan  air kesini? ". Dia memanggil, terlihat ada rasa frustrasi dalam kata-katanya.  Riley membawakan  lebih dari satu gatorade dan botol polos air dan meletakkan itu semua di lantai ring dekat kaki ku.

"Kita akan membalutnya". Dia berkata, dan kemudian, terdengar khawatir, saat bertanya.  "Kau baik-baik saja, B?"

"Dandy, hubungi aku besok.  Aku sudah tak sabar untuk kembali ke ring dengan cowok ini".

Riley tertawa, tapi Remington tak tertawa sekilas pun.

Dadanya penuh keringat dan kepala gelapnya menunduk rendah sambil memeriksa pergelangan kaki ku, ibu jarinya menekan di sekitar tulangku.  "Itu menyakitkan, Brooke?"

Kurasa dia khawatir .  Kelembutan tiba-tiba saat dia berbicara padaku  membuat tenggorokan ku sakit, aku tak Tau mengapa.   Seperti saat kau jatuh, dan tidak sakit, tapi kau menangis karena merasa terhina.  Tapi aku sudah jatuh dengan cara yang terburuk di depan dunia, ku harapa keinginanku untuk tak menangis sama kuatnya dengan harapanku agar tidak runtuh di depan pria terkuat di dunia.
Aku malahan cemberut, aku meraih pergelangan kakiku untuk memeriksanya, tapi dia tak memindahkan tangannya, tiba tiba beberapa jari kami mengelilingi pergelangan kakiku, aku bisa merasakan ibu jarinya di kulitku.

"Kau seberat satu ton". Aku mengeluh, seperti salah satu idiot.  "Jika beratmu kurang dari itu pasti aku sudah menjatuhkanmu.  Aku bahkan menjatuhkan instruktur ku"

Dia mendongak, cemberut,  "apa yang bisa ku katakan?"

"Kau menyesal? Demi harga diriku?"

Dia menggelengkan kepalanya, tampak jelas masih kesal, dan aku tersenyum pongah dan meraih sebotol  gatorade , dan membuka tutupnya.

Matanya jatuh ke bibirku saat aku menyesap dan aku  bisa merasakan, tiba-tiba, sesuatu yang tak terhindarkan di pangkuannya di bawah bokongku.  Saat cairan dingin  mengalir ke tenggorokan ku , itu membuatku menyadari  bahwa seluruh tubuhku terasa demam dan semakin panas.

"Bisakah aku minta sedikit?"  Suaranya serak -serak aneh saat dia menunjuk minuman ku.
Ketika aku mengangguk, dia meraih botol dengan satu tangannya yang besar dan menenggak nya ke mulutnya dan hormon ku terisi penuh pada saat pertama kalinya bayangan Bibirnya menekan bagian pinggir botol.  Tepat di titik bekas mulutku.

Tenggorokannya bergerak saat dia menelan, kemudian dia menurunkan botol, bibirnya sekarang lembab, dan ketika dia menyerahkan gatorade kembali padaku, jari kami bersentuhan.  Aliran listrik menyengat nadiku.  Dan aku terpesona dari cara pupilnya Menggelap dan cara dia menatap mataku tanpa tawa di matanya.   Ketika aku otomatis berusaha menutupi kegugupan ku dan meneguk sekali lagi, dia mengamati Caraku dengan intens, bibirnya tak tersenyum.  Merah muda cantik.   Luka di bibirnya sudah mulai membaik.  Satu -satunya yang ingin aku jilat.  Sebuah simpul kerinduan terlepas dalam diriku.  Dan itu menyakitkan.  Aku di pangkuannya, dan aku menyadari salah satu lengan kuatnya di pinggangku, dam aku tak pernah sedekat ini.  Cukup dekat untuk menyentuhnya, menciumnya, merangkumkan tubuhku ke tubuhnya.  Aku tiba-tiba mati dan melayang.  Aku tak bisa lagi berpura pura bahwa ini bukan masalah besar.  Aku menginginkan dia.   Aku amat sangat menginginkan dia hingga tak bisa berpikir jernih.  Ini adalah kesempatan.  Kesempatan besar.

Aku tak pernah merasa seperti ini

Aku Tau ini gila, dan ini tak kan pernah terjadi, tapi aku hanya tak bisa menahannya.  Dia seperti Olimpiade ku, sesuatu yang tak akan pernah ku miliki, tapi membuatku selalu kelaparan.  Dan aku benar -benar benci akan pikiran bahwa  tangannya telah menyentuh satu, mungkin dua , wanita kurang dari dua puluh empat jam lalu, ketika aku ingin itu adalah diriku.
Kegelisahan membalut ingatan itu, aku mencoba berdiri, dengan hati -hati, dan dia mengambil gatorade ku dan menaruh nya di tepi saat dia mengambil dua handuk dari keranjang dan mengalungkan di lehernya, kemudian kepadaku,dia memapahku dengan bahunya.  "Aku akan membantu mu naik sehingga kau bisa mendinginkan kakimu".

Dia menurunkan ku dari ring seakan aku seringan awan, dan aku harus bersandar pada dia, lenganku di bahunya yang bidang saat kamu berjalan keluar.

"Aku baik baik saja". Aku terus berbicara.

"Berhenti mendekat". Kata nya.

Di elevator, dia menjaganya tetap dekat di sisinya dan  kepalanya menunduk padaku, dan aku bisa merasakan napas nya di kening ku.  Aku sangat menyadari seberapa besar dia, dibandingkan dengan ku,lima jari -jarinya terentang di pinggangku, dan pada saat yang tepat dia menggeser hidungnya dan menurunkannya ke belakang telingaku.  Terasa geli saat dia menghembuskan napas.  Dan dia begitu dekat, bibirnya menggesek bagian belakang telingaku ketika dia berbicara.  Aku mendengar dia menghirup napas dalam-dalam dengan tiba-tiba,dan organ seks ku berdenyut keras, aku sangat ingin berbalik dan membenamkan hidungku di kulitnya dan menghirup semua udara yang bisa ku raih ke dalam paru paru ku.  Tapi tentu saja aku tak melakukan hal ini.

Dia berjalan ke kamarku dan tubuhku seperti patung, otakku bahkan tak bisa  mengolah topik pembicaraan untuk menyingkirkan. Keheningan yang mencekam di sekitar kami.

"Hai man, siap untuk bertanding?"  Seorang berseragam staf hotel, yang tampaknya merupakan penggemar, bertanya dari seorang lorong.

Remington memberikan acungan jempol dengan senyum berkemungkinan pipit sebelum berbalik ke arahku, menekan rahangnya di rambut di belakang telingaku.  "Kunci". Katanya dalam bisikan parau yang memunculkan rasa merinding.   Dia menggesek kunci dan membawaku masuk.
Dianne tidak disini , dan aku Tau dia mungkin sedang mempersiapkan makan malam mewah  sekarang.   Dia me duduk kanku di tepi tempat tidur Queen size kedua, dan kurasa ini adalah milikku karena Dianne mempunyai foto dua orang anak di tempat tidur yang pertama dan dia meraih ember es.  "Aku akan mendinginkanmu"

"Aku baik baik saja, Remy.  Aku akan melakukannya nanti...."

Pintu menutup sebelum aku bisa menyelesaikan omongan ku, aku membuang napas  saat aku membungkuk untuk meraba pergelangan kakiku untuk menilai kerusakan yang ku sebabkan.
Dia meninggalkan kunci di luar sehingga dia tak perlu mengetuk dan aku menegang saat dia kembali dan membanting pintu hingga tertutup.  Dia menyalakan air di kamar mandi dan kemudian dia kembali, terlihat besar dan berwibawa dalam kamar hotel, sambil meletakkan ember di karpet.
Dia berlutut di kakiku  dan saat aku melihat tubuhnya yang kuat dan kepala gelap menunduk cenderung ke arahku, rasa ingin bergegas merasuk ku dengan serangan kuat, aku menatap ke bawah  ke arah es dan ingin menenggelamkan  kepalaku ke ember.

Dia menyentak lepas sepatu tenisku dan kemudian kaus kaki ku, kemudian memegang kaki ku dengan lembut saat dia meluruskan kakiku.  "Ketika ini sudah sembuh aku akan mengajari mu cara menjatuhkan ku" bisiknya .  Ketika aku tak bisa menjawab dan aku benar -benar terpengaruh sentuhannya, dia mendongak dan kedua matanya hangat dan intim.  "Dingin?"
Kurasa seluruh tubuhku merasakan segalanya selain dingin, tapi kaki ku mulai membeku saat air mencelupka kaki ku.  "Yeah"

Dia menenggelamkan kakiku lebih dalam, seluruh tubuhku menegang dalam kedinginan, dan dia berhenti di tengah -tengah .  "Lebih banyak air?"

Aku menggeleng, dan mencelupkan sisanya ke dalam.  Berpikir.  Tak ada sakit maka tak ada keberhasilan .  Paru paruku mengkerut saat tubuhku menyerap rasa dingin.  "Oh, sialan".
Dia melihat ku meringis dan menarik kakiku keluar , dan dia mengejutkan ku, meratakan kaki ku yang dingin di perutnya untuk menghangatkan ku.  Abs mengepal di bawah kaki ku, matanya menatap mataku dengan tatapan yang sangat kuat, aku tenggelam.

Tegangan Melonjak di tubuhku .  Hangat, besar, tangan nya melengkung di sekitar  punggung kaki ku, memang kaki ku di perutnya begitu tegas hampir terasa seakan seperti dia menginginkan ku disana.   Aku berharap itu tanganku bukan kakiku ,yang merasakan abs nya yang seperti papan cucian  di bawah jari jariku.  Setiap lekuk yang sempurna menekan  lekukan kakiku dan jariku, dan meninggalkan ku benar benar mati rasa.

"Aku tak Tau kau memberiku Pedicure, Remy". Kataku, dan Aku tak bisa mengerti mengapa aku begitu terengah -engah"

"Itu adalah Fetish ku**"

Dia melemparkan senyum malas yang jelas memberitahu ku akan semua omong kosong nya, kemudian dia meraih ember dengan tangan nya yang bebas, dan menarik satu bongkah es batu.  Dia meletakkan nya dengan ringan di pergelangan kakiku, dan menyeretnya di atas daging yang lembut, hati hati sambil mengamati apa yang dia lakukan.  Reaksi ku adalah cepat dan kesakitan, mencabik cabik tubuhku dengan kesadaran yang lengkap dan total akan dia.

Detak jantungku tiba tiba mengaum di telingaku.  Tuhan, pria ini lebih perasa dibandingkan aku.  Kemudian, seolah olah mengkonfirmasi pikiranku, tangannya yang memegang kaki ku di perutnya sedikit bergeser.  Dan dia menggosok ibu jarinya  di sepanjang lekukan kaki ku sementara es batu dingin terus di gosok ke kulitku.  Rasa kesemutan tumbuh di pusat perutku.  Dan aku takut, dalam beberapa menit itu akan mengambil alih tubuhku.

Suaraku gemetar seperti sisa seluruh tubuhku"apa kau melakukan menikure juga"

Dia melirik ku lagi dan jantungku mencelos karena efek mata birunya pada diriku.

"Biarkan aku menangani kaki mu dulu, kemudian aku akan menangani seluruh tubuhmu".
Perutku mengepal saat dia selesai mengucapkan kalimat itu dengan senyum yang lain, yang satu ini cukup lambat.  Setiap otot sex ku mulai kacau saat es perlahan terus membelai lembut menumbuhkan api dalam tubuhku.

Aku terpesona saat dia mengamati es di atas kulit putih krem ku, kesunyian diisi dengan listrik.  Tanpa daya aku menyeret kaki ku sedikit ke atas perutnya , merasakan bagian punggung abs nya di bawah kakiku.  Dia mendongak, dan intensitas yang menusuk di matanya membuatku terengah engah  dan tenggelam.

"Merasa lebih baik?"  Bisiknya, menaikkan alisnya yang gelap dan aku tak bisa percaya bagaimana suaranya mempengaruhi ku, bagaimana sentuhannya mempengaruhi ku, aroma tubuhnya, bagaimana manusia lain bisa memiliki kekuatan atas diriku. Aku tak bisa membiarkan itu.

Aku

Tidak boleh

Membiarkan itu.

Aku mengingatkan diriku bahwa ketika kau memang inginkan seorang pria, kau mengendalikan apa yang akan kau berikan pada dia.   Dalam kendali untuk apa yang kau biarkan dia ambil.  Tapi aku tak bisa menghalangi bayangan akan dia, menghancurkan ku di bawah tubuhnya.  Bayangan akan bibirnya di Bibirku, tentang kami yang jatuh terengah di tempat tidur bersama sama, berdenyut dalam tubuhku.  Dia membuatku seperti berumur delapan belas.  Perawan dan nakal.  Hanya memikirkan anak laki laki......kecuali hanya untuk memikirkan satu hal.  Dan dia sangat lelaki.  Amat sangat.  Tapi sedikit lucu, seperti bocah lelaki.

Bad Boy paling terkenal yang bersenang senang dengan pelacurnya di atas meja kopi semalam.
Tiba-tiba, ingatan dingin dan brutal membuatku lemas seperti berenang di air dingin Alaska "rasanya sempurna sekarang.  Terima kasih". Kataku,suaraku sedingin es yang mencairk. Karena aku berusaha menggeliat kan kaki ku agar lepas dari genggamannya

Aku akan berhasil menarik lepas kakiku ketika pintu di buka dengan suara kunci terbuka dan Dianne masuk.  "Ada kau.  Aku harus memberimu makan sekarang. Sehingga kau bisa bertenaga untuk besok!"

Menatapku seolah olah bingung akan perubahan ku, Remington mengernyit  sedikit ketika dia melemparkan es ke dalam ember dan meletakkan kakiku kembali ke atas karpet sambil berdiri.  "Aku minta maaf, atas pergelangan kakimu". Katanya padaku, lembut sambil berdiri tegak, ekspresinya bingung dan hampir rentan.  "Jangan khawatir jika kau tak bisa ikut pertandingan"

"Tidak, itu bukan kesalahan mu.  Aku akan baik baik saja". Aku buru buru menyela.

"Aku akan meminta Pete memberimu kruk"

"Aku akan baik baik saja.  Perlakukan aku dengan baik  seakan akan kau bermain main dengan pohon"

Dia berhenti di pintu masuk kemudian berbalik menatapku di ujung tempat tidur, wajahnya tak terbaca.

"Semoga beruntung, Remy". Kataku

Dia menatapku, kemudian Dianne , menyisirkan tangan ke rambut , dan menggaruk, mencari cari sesuatu.... Entah apa.

Dianne menatapku dengan kebingungan lengkap.  "Apa aku datang pada saat yang buruk?"

"Tidak" aku menggeleng.  "Kau datang tepat waktu sebelum aku membuat diriku benar benar bodoh".

Tak lagi mencoba untuk menjatuhkan pria seperti dia.
*****
Noted;  gatorade semacam minuman elektrolit kayak pocari sweat
Fetish ; adalah sesuatu yang membuat seseorang menjadi horni.  Contohnya misalnya orang jadi bergairah karena ngelihat kaki.   Maka Fetish nya adalah kaki.  Kira -kira gitu lah ya... Kurang jelas tanya mbah Google aja ya.  πŸ˜€πŸ˜€πŸ˜€

OH Ya, FYI aja yang di Wattpad hilang lagi....AGain and again.  lelah aku tuch , ilang mulu.  so aku ga bakal update di sana lagi, akan aku tamatin di sini aja.

Please leave comment, biar aku tau tanggepan nya kalian akan cerita ini.  thank you.
jangan lupa follow blog ku biar tau kapan uodate selanjutnya.

3 komentar:

  1. Lanjut diblog sja mbak biar jangan kehapus lg.Masa diwttpad hlang trus.Aku slalu tnggu crta ini.😍😍😍

    BalasHapus
  2. Akhirnya ypdateπŸ˜†πŸ˜†

    BalasHapus

STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...