Rabu, 29 Agustus 2018

REAL CHAPTER ENAM







Kami terbang ke Miami hari ini.

bagian tempat duduk depan pesawat sedang membicarakan tentang scorpion dan "pertarungan-luar ring". Yang hampir terjadi semalam.  Aku duduk di bangku belakang bersama dia, yang tampaknya menjadi biasa, dan kami baru saja mengeluarkan headphone kami.   Dia memegang iPod di tangannya dan sudah mencari lagu-lagunya, dan aku mencari lagu ku, tak yakin apakah lagu yang ku pilih akan di dengarkan oleh ku atau oleh dia.

Di dalam mobil , di perjalanan keluar, dia merentangkan lengannya dan berbisik.  "Perbaiki pergelangan tanganku untuk ku"

Dia memiliki pergelangan tangan yang tebal, dan paling padat yang pernah aku lihat, dan segera setelah aku mulai memijat, aku baru Tau bahwa itu hanyalah alasan untuk membuatku menyentuhnya, pergelangan tangannya dapat digerakkan dengan sempurna, yang membuat vaginaku mengepal seperti yang ku ingat.  Apakah keinginan dia untuk menyentuhku sama banyaknya dengan keinginan ku menyentuh dia.

"Mainkan lagu untukku". Bisiknya sekarang.  Menakjubkan, bagaimana satu tatapan darinya bisa membuat jantungku jungkir balik.

Aku menangguk, tetapi kemudian aku bimbang akan apa yang akan aku putar.  Dia mencari cari juga dan aku melihat dia juga ragu.

Tak satu pun dari kami tersenyum lagi.  Tak satupun dari kami tersenyum sejak kemarin.  Ketika kami hampir melakukan sesuatu yang gila dan.....indah.

Aku masih mencari lagu saat dia mengulurkan iPod nya dan aku memasang headphone ku untuk mendengarkan  dan lagu yang dipilih adalah. Survivor "high on You". Ini mengingatkan ku kembali ke pertarungan pertamanya saat aku memperhatikan lirik nya.

Lagu  berputar di telingaku, terdengar menyenangkan , upbeat, dan penuh kegembiraan.  Mengingatkan ku bagaimana aku berdiri menonton dia bertarung, dan kemudian, riuh kerumunan disekitar kami dan bagaimana tangannya menyentuhku, dan bagaimana kami berdua serasa tersengat listrik....

Aku merasa begitu nakal dan frustrasi, aku hanya ingin melihat apa yang akan di lakukan nya jika aku melakukan sesuatu yang gila, jadi aku mencari lagu lama yang benar benar menyenangkan yang baru baru ini di Tenarkan kembali di salah satu episode glee, berjudul "anyway You want It" By journey , dan aku menyerahkan ke dia.

Dia mulai mendengarkan  dengan tersenyum, dan ketika dia  menyadari bagian Chourus pada dasar nya mengatakan bahwa dia bisa melakukan "itu" dengan cara apapun yang dia mau, dia mengangkat matanya ke arahku.  Ada sebuah pertanyaan di matanya, dan tatapannya melompat gelisah antara mata dan bibir, mata dan bibir, sampi jatuh dan menempel di bibirku.  Aku menjilat bibirku dan aku melihat matanya menjadi berat, matanya tampak penuh pertimbangan.

"Rem". Pete memanggil dari bagian depan.

"Dia memakai headphone , dia tak bisa mendengar mu". Aku merespons.   aku bisa mendengar , karena laguku baru saja selesai.

"Tuhan, berhenti membuat dia terangsang, Brooke , khususnya ketika kau tak akan...."
Suara tawa lolos dariku, dan Remy, penasaran akan apa yang baru saja Pete katakan, tampak begitu dalam terserap oleh ku dan musik, aku tak Tau arti tatapannya, tapi dia menundukkan kepalanya mendekat, dan mata birunya yang berkabut menatapku dengan intens.

Aku meragu sesaat, tapi di dalam , aku meluap -Luap dengan birahi dan kerapuhan.   Jadi Aku mencari lagu lama yang lain lagi yang tampaknya sesuai dan mumutarnya.  "All i wanna do is make Love tO You" By hearth.

Pada saat Chorus di mulai, aku menyadari bahwa pupilnya liar dan melebar.  Napas ku terperangkap, dan aku menyadari bahwa dengan memperdengarkan lagu itu, aku pada dasarnya memohon pada dia untuk bercinta denganku, mengatakan bahwa dia akan......

Kecemasan akan tatapan rakus di wajahnya membuatku bergeser mundur ke sofa  saat dia merunduk ke depan, tatapan nya menangkap tatapan aku, karena dia menundukkan kepalanya lebih rendah , tatapannya begitu panas, membangkitkan ku.

Dia menggeser lengannya di pinggangku, dan menarikku sedikit lebih dekat kepadanya, kemudian dia menelengkan kepalanya dan menekan bibirnya di telingaku.  Kurasa dia baru saja mencium telingaku.  Ujung saraf ku bernyanyi ketika dia meraih iPod dan memperdengarkan musik padaku.  

Dia memainkan "iris" lagi, mengawasi ku setiap desah napas yang ku raih, dan lirik nya membuatku ingin menangis.

Dibanjiri kerinduan, aku memerangkap tatapannya saat lagu di mainkan, dan matanya sama bergairah dan menghanyutkan dengan kata-kata yang aku dengar.   Ketika lagu berakhir, dia menyingkirkan headphone dan melepasnya.  Napasnya tersengal dan tak beraturan dan sambil bersandar padaku dan mencium telingaku lagi.  "Apakah kau menginginkan aku?"  Dia bertanya dengan suara parau yang mengirimkan peringatan ke rambut di tubuhku.

Aku mengangguk dengan kuat dari atas kepalanya, dan tangannya mengepal di sekitar pinggulku.  Dia menundukkan lehernya dan menghirup ku.  Sebuah rasa bergidik menyebur di diriku.   Dan aku dibanjiri dengan kepastian mendadak akan malam ini, malam setelah pertarungan pertama di Miami, Remington akan bercinta dengan ku

Sisa waktu selama penerbangan dia tetap merangkulkan lengannya di bAhuku dan menekanku ke sisi tubuhnya yang keras, dan dia tetap membuat pemanasan seksual di telingaku, satu satunya tempat dimana yang lain tidak akan melihat dengan jelas akan apa yang sedang dia lakukan padaku.   Dia menarik daun telingaku dengan giginya, menjilati kulit telingaku, dan telah melupakan semua tentang memainkan musik untukku.  Sementara aku bergidik dengan keinginan, basah, dan menggeliat aku terus melirik celana Jeans nya, yang menggembung dengan ereksinya.  Volume denim yang meregang itu begitu mengejutkanku hingga membuat tanganku gatal, lidahku ingin mencicipinya, menjilat dia, membuat vaginaku mengepal dengan putus asa.

Kami tiba di hotel bintang lima, rasa antisipasi dobel yang memabukkan dan gairah yang telah tumbuh hingga ke puncak saat aku menyadari Remy telah mebookingkan aku Suite presiden dengan dua tempat tidur  dengan dia.  Saat kunci telah di serahkan , setiap orang tampaknya menyadari juga.

"Aku sangat berharap  kau Tau apa yang kau hadapi". Pete mengatakan dalam bisikan, aslinya berkerut cemas.

Mata Diane hampir di penuhi air mata ketika  dia menarikku ke samping.  "Oh Brooke, ku mohon kembali sekamar dengan Ku lagi?"

Riley datang dan menatapku dengan segala keterbukaan, menepuk bAhuku seperti Aku akan berperang.  "Dia berusaha paling keras yang pernah aku lihat untuk mendapatkan mu, B"
Sikap mereka sungguh tidak terlalu mempermalukan ku

Aku Tau mereka khawatir ini akan berakhir dengan buruk.   Aku pegawai Remington dan hanya sementara untukku, dan dia punya reputasi buruk dengan banyak sekali bukti di balik itu.  Dia jelas memiliki sedikit sifat pemarah  dan terkadang terlalu sulit untuk di kemdalikan.  Tapi walaupun da kuat, aku Tau secara naluriah dia tak akan pernah menyakitiku, dan dia tak pernah melakukan apa-apa untuk menunjukkan sebaliknya.  Sisanya tak penting sekarang.  Hanya saja sama sekali tak masalah bagiku.  Aku menginginkan dia.  Dengan kekuatan yang belum pernah kurasakan  sedalam ini selama enam tahun.  Dan aku akan menjalani nya.

Mungkin aku memiliki tombol merah penghancur juga?

Kegugupan tentang apa yang akan terjadi membuatku rapuh Saat kami berjalan ke kamar kami dan bersiap siap untuk pertarungan, dan tiba-tiba aku amat sangat membutuhkan Melanie , aku menarik Ponselku dari tas dan dengan segera meng SMS dia , karena ini sudah beberapa hari sejak terakhir aku meng SMS dia.

Brooke :  apa kabar sobbbbbbbatttt ku!
Melanie :  kangen. !!  Tapi akan aku maafin kalau lo udah dapetin si pria sexi!
Brooke ; oh, sial
Melanie ; apa?  Udah ?????
Brooke:  mel
Melanie: apa? Apa?
Brooke;  kurasa aku jatuh cinta dengan nya.

***
Dia mengalahkan Miami seperti longsoran salju.

Kami pulang dari pertarungan pertama, dan aku masih terengah -engah dengan kegembiraan.  Remy nyaris diserempet oleh lawan -lawannya.  Dia telah diisi daya super, tubuhnya kuat dan begitu bertenaga dan juga dia tak perlu menghantarkan banyak pukulan untuk mengalahkan lawannya.  Dia menyingkirkan setiap orang seakan dia sedang dalam masa liburan, dan di akhir malam, orang orang berteriak dengan kerasnya bahkan si pemberi pengumuman sampai terengah engah.   "Biarkan si pria Malang ini beristirahat dalam damai , pria ini bisa memukul!   Kalau begitu RIP!!!!! Putuskan kepalanya, kau bajingan gila!  Riiiiiiiptide, ladies N gentlemen! Riiiiiiptide!"

Bahkan riley begitu bersemangat dari tempatnya menonton  dia sudut yang lebih tinggi di belakang pelatih  dan mengacungkan tinjunya ke udara, berteriak dengan sangat keras.   Sementara Pete tampaknya telah meninggalkan semua tanggung jawabnya di Atlanta, dan sebelum kami meninggalkan underground , dia menyatakan.  "Sialan kita harus merayakan ini!"

Sebelum Remington bahkan Tau akan apa yang terjadi, sudah ada kerumunan yang menuju ke hotel dengan kami dengan selusin mobil yang berbeda.  Jadi sekarang kami berada di Suite presidensial dengan apa yang terasa seperti seribu orang asing , tapi tentu saja, tak mungkin sebanyak itu kenyataan nya. Dan sebenarnya, Pete berkata sebagian besar orang orang ini sebelumnya sudah pernah berpesta dengan Remington , sehingga mereka hanya asing bagiku.

Kerumunan begitu ramai, orang orang bahkan berserakan di lorong,membuat begitu banyak kebisingan yang membuatku tak bisa berpikir betapa bersyukur nya dua Suite di lantai atas kosong  atau mungkin kita akan mencari tempat lain untuk tidur malam ini.

Aku kecewa.  Aku bahkan tak bisa melihat dia karena dia mandi dan berganti pakaian.  Dia sudah di kerumuni penggemar nya dan di bawa ke Miami oleh sekelompok teman lamanya, yang mengizinkan dia mengendarai salah satu Ferrari yang mereka bawa.

Sekarang, saat aku menelusup melewati semua orang yang berkerumun di Suite yang seharusnya menjadi milikku dan Remy, aku bertanya tanya ,  apakah aku harus bergabung dalam kegembiraandan menikmati lalu mabuk, saat suara tepuk tangan membahana dari pintu masuk, diikuti dengan sorak sorai dari pria satu satunya yang tak salah lagi sebagai yang aku Tau bisa menjadi penyebab.   Dia masuk ke ruangan dengan di bopong diatas bahu empat pria.  Jantungku menggelepar.   Dia mempunyai senyum lebar di wajahnya,Remy yang sombong dengan menara kekuatan, mabuk akan kemenangannya, dan para wanita berteriak, mabuk untuk dia.  "Remy! Remyyyyy!"

"Benar , siapa pria ini?"  Dia berteriak, dan menghantamkan  kepalan tangannya di dadanya.  Aku tertawa, sepenuhnya terbawa suasana, terpesona dan di pesona oleh dia.   Aura yang berasal dari dia membuat nya bercahaya seperti matahari malam ini.   Jika sekarang dia bilang dia bisa terbang, kurasa semua orang akan percaya.   Semua orang yang hadir tampaknya di magnet  oleh dia, dalam gravitasi tanpa daya ke tempat nya.  Dia melihatku, senyumnya melembut dan matanya menyala dengan tatapan aneh, lapar, dan entah bagaimana bercahaya.  "Brooke"

Dia melompat dan mengundang ku ke depan, dan kerumunan membelah membiarkan ku lewat.  Dia tersenyum padaku dan mata biru nya menari-mari di mataku saat dia perlahan lahan berjalan ke depan dan menemui ku di tengah jalan.  Dia mengangkatku dengan lengan nya yang kuat dan mengayun ku berputar, dan kemudian dia menciumku.

Begitu dia meraih bibirku, kembang api meledak dari dalam tubuhku.

Semua keinginan terpendam dari hari ke hari dan minggu ke minggu bertambah di satu momen ini ketika segalanya adalah aku, dan segala yg aku inginkan, aku mendongak untuk ini.  Untukku, menarik kepala gelap Remington mendekat padaku saat aku membuka mulut  dan membiarkan dia memberiku apapun dan segalanya yang dia inginkan.

Ciumanya memelintir perutku menjadi putaran liar.  Dia memegang ku erat -erat di pinggul, dan menggerakan bibirnya dengan cekatan saat dia menggesekkan lidahnya ke lidahku.  Sebuah gemuruh bergetar jauh di dalam intinya. Saat dia merengkuh ku lebih dekat dan memaksaku untuk merasakan ereksinya, sambil dia menelengkan kepalanya dan menyetubuhi mulutku seakan tak ada hari esok.
Orang -orang bersiul keras di dekatnya, dan ketika mereka meneriakkan dia untuk "pergilah setubuhi cewek itu!"  Remy melepaskan diri.  Dia bernapas dengan kasar melalui hidung menyeret mulutnya ke telingaku, dimana dia berbisik , panas dan kasar.  "Malam ini kau milikku".

Erangan panas keluar dariku.  Dia menangkup wajahku dengan tangan besarnya yang membuatku rentan dan kecil, dan dia dengan laparnya menguasai mulutku.  Dia melakukan dengan perlahan lahan kali ini, seolah -olah aku berharga dan bernilai.  "Malam ini kau milikku".
Dia melihat ke wajahku lagi, matanya mendidih dengan keinginan.  Kurasa aku hanya mengangguk setuju, tapi aku terlalu rapuh untuk mengetahui pasti.  Rasa demam yang menyengat  terlepas.  Kaki ku tak bisa berhenti gemetar karena tiap sel ku berteriak dalam nafsu  karena Aku menginginkan dia sekarang.  Aku ingin dia sekarang.

"Remy, aku ingin kau, membawa diriku!"  Seorang wanita berteriak, tapi dia mengabaikan wanita itu, mengabaikan segala sesuatu.  Selain diriku.

Matanya gelap dan penuh niat, dia menggosok sisi wajahku dengan telapaknya yang besar, ibu jarinya kapalan, lalu  merentangkan jarinya lebar ke kulit kepalaku saat dia menciumku lagi, mulut kami panas dan basah karena mereka berbaur, haus dan cemas.  Aku menarik kaos abu -abu lembutnya di genggamanku, mati dengan sensasi ini.  Aku bahkan tak peduli siapa yang menonton kami , aku menyadari mereka bersiul siul keras.  Aku tak menyadari betapa aku menginginkan ini, butuh ini, sampai gelombang rasa menggigil merasuki Ku dan aku sedang mengalir di bawah mulut sexi nya yang ngotot, pandangan matanya membuatku merasa seperti aku satu satunya wanita untuk dia.

"Bawa dia ke kamar mu, Tate!"  Seseorang berteriak.  Dia menyisir rambutku kebelakang saat bibirnya menderu di sepanjang lekukan antara leher dan tulang selangka ku, jari jarinya meluncur naik ke leherku saat dia sekali lagi, seperti nyanyian, meringsek ke telingaku, dan berbisik .  

"Milikku.  Malam ini"

"Begitupun kau". Aku menangkup rahangnya dan mencari tatapannya yang Menggelap ketika,tiba-Tiba, dia di tarik oleh empat orang pria dan di ayun ke udara sekali lagi.

"Remy, Remy..."  Mereka berteriak teriak, memantulkan dia dengan serempak.  Tawa mengisi ku dan gelembung kebahagiaan mencuat di dalam dadaku.  Aku bahagia untuk diriku.  Untuk dia.  Untuk malam ini.

Tak jauh,,  Pete dan riley melihat adegan itu dengan wajah yang begitu suram dan tertekan, itu terasa seakan mereka baru saja mengubur mayat malam ini.

"Bersenang-senanglah, guys!"  Kataku sambil tertawa saat aku mendekat.  Sangat mungkin kakek ku akan berpesta lebih baik ketimbang mereka berdua.   Tapi mereka hanya menggelengkan kepala mereka dan tetap menonton dengan murung.

"Dia semakin menggila". Pete bergumam, sebagian besar kepada riley.

"Aku Tau, man. Sialan".

"Ya". Pete menyisir rambut ikalnya.  " benarkah aku yang menghasut keseluruhan pesta ini?"

"Persiapan untuk pendaratan yang kasar ". Hanya itu lah jawaban riley, kemudian dia menuju lorong, melemparkan kepalanya ke samping.

Kebingungan menghantamku.  "Apa yang salah?"  Tanyaku ke Pete.

"Tak ada.  Belum". Dia melirik jam tangannya, kemudian ke Remy, saat dia dibawa kembali ke bar.  

"Tapi apapun itu berlangsung dengan cara yang yang tak dia suka, maka kita semua berada dalam masalah.  Masalah besar"

Melirik ke sekitar, aku melihat hanya ada senyum dan tawa sementara musik rock menyembur keluar dari iPod Remy di speaker Suite.   Aku benar benar tak Tau apa yang dua orang ini khawatirkan.  Semua orang bersenang -senang, dan Remington bekerja sama kerasnya dengan orang orang yang aku kenal.  Dia berhak untuk menggila.  Ya, dia sedikit terlalu hiper,  tapi untuk ku itu kemungkinan karena dia dalam eforia  pertandingan  dan juga di tambah dengan hal sama yang kami berdua lakukan, Remington dan aku, terasa membelit seperti ular kobra yang lapar, selama berminggu-minggu.

Sepanjang hari ini, ketika kami sampai untuk meletakkan tas kami di Suite, dan kemudian turun untuk makan siang dengan tim.  Dan dia bersiap-siap sebelum pertandingan- disetiap titik di momen  ini, mata kami telah mencari -cari satu sama lain dengan liarnya, dan sesegera mungkin ketika mata kami terkunci, percikan memendar di antara kami  dengan lengkungan yang begitu bertenaga akan kebutuhan untuk bersama dia yang memotongku seperti patah leher.  Bahkan di pertandingan, ketika dia berbalik untuk memandangku sebelum pertarungan di mulai, mata birunya memendam dengan percikan nafsu untuk memiliki ku.  Aku Tau dia merasakan rasa lapar yang sama seperti diriku sekarang, sambil aku menunggu, demam akan antisipasi malam ini.  Tubuhku bersenandung dalam rasa nyeri, dan setelah pertandingan yang luar biasa, aku Tau Remington berdengung seperti gila.  Dia begitu rentan.  Terisi dan jantan.

Dia sangat bertenaga malam ini, itu tampaknya menarik setiap sel dan atom di tubuhku, memandikan Ku dalam kewaspadaan wanita murni akan maskulinitas yang panas.

Sekarang aku melihat dia menuangkan tequila dan melakukan beberapa kali tenggakan tequila di belakang bar.  Dan si pirang mencolok di sisinya meremas sari lemon di belahan dadanya dan menambahkan setetes garam, kemudian dia meremas gelas yang tepat di antara dua payudaranya dengan perasan erat.  Dia menyenggol pergelangan tangan Remy dan memberi sinyal ke dia untuk datang dan mengambilnya.  Rasa cemburu mengepal di semua ototku, hanya menghindar ketika Remy meraih pria terdekat di sekitar nya dan mendorong wajah si pria ke buah dada nya.  Tertawa, keras, dan jantan, saat dia menenggak dua Sloki lagi dan bersiap kembali kepadaku.

Matanya terkunci ke mataku , matanya menjadi gelap dan liar.  Segelap dan seliar saat dia membuat diriku menggelepar.  Dia tampaknya tak ingin berpesta dengan siapapun kecuali aku, dan kenyataan itu membuat lutut ku meleleh.  Diantara pahaku, aku menjadi sangat sensitif , basah, dan bengkak.
Dia membawa pengocok garam dan lemon di telapak tangannya.  "Kemarilah". Kata nya, kasar tapi lembut saat dia meletakkan dua Sloki gelas di meja atas consol.  Dia menyesap lemon diantara dua bibirnya, dan dia memiringkan kepalanya untuk mengoper ya padaku, aku membuka mulutku, dan sari lemon mengalir di mulutku, dari mulutnya, dan kemudian dia menyingkirkan lemon itu, dan menjulurkan lidahnya ke mulutku.  Dia menggeram, kami berdua menggeram, saat kami saling bertaut dan berciuman, saling menjilat satu sama lain, sampai dia menggeram sekali lagi dan dia melangkah mundur untuk menyerahkan satu Sloki gelas.

Aku tak pernah mabuk-mabukan dengan seseorang, tapi tiba -tiba Aku menjadi senang, karena itu dengan dia.   Kesenangan yang rapuh merasuk ke Aliran darahku.  Aku merasa nakal dan impulsif, melakukan apapun yang tak pernah Aku lakukan. Meraih gelas itu diantara jari-jariku, aku menenggak cairan itu dan merasakan cairan membakar sepanjang tenggorokan ku , dan ketika dia memberiku jeruk nipis lagi, aku sepenuhnya gila dengan kesenangan.

Mengulangi hal yang sama yang dia lakukan, aku memastikan irisan jeruk nipis ke mulutku, dan dia menunduk dan menghisap air jeruk nipis dari ku.  Erangan lolos dariku ketika dia menarik irisan jeruk nipis itu keluar dan menggantikannya dengan lidahnya.  Rasa mendambakan merobek ku, dan lenganku mendarat di lehernya.

Gelas Sloki yang kosong jatuh ke lantai dan dia meraup pantatku, mengangkatku ke meja consol,meluncur diantara kaki ku, dan menusukkan lidahnya ke mulutku.

Dia mendorong pinggulnya dan ereksinya menekan ku, rasa putus asa dalam gerakannya menebarkan aliran listrik ke seluruh tubuhku.  "Aroma mu sangat enak..."  Dia berbisik  telingaku.   Tangannya mengepal di pahaku sambil menggesek gesekan ereksinya pada ku.  Mulutnya menyusuri sepanjang jalan munurun dari keningku, pipiku, dan bibirnya, getaran ku, cepat dan panas di bibirku.   "Aku menginginkan kau sekarang.  Aku tak bisa menunggu untuk menyingkirkan orang-orang ini.  Kau suka yang bagaimana Brooke? Keras? Cepat?"

"Apapun yang kau inginkan". Aku berbisik, mabuk akan nuansa lengannya, mulutnya, gesekan pakaian kami di kelamin nya dan di kelaminku.  Kurasa kata -kataku membuat dia mengingat lagu yang kumainkan, karena dia merintih dan menelengkan kepalanya dengan ringan untuk menggigit bibir bawahku.

"Tunggu disini, liltle firecracker". Katanya, dan dia berjalan kembali ke bar.
Kami menenggak satu set tenggakan kedua, dan kemudian dia  berlanjut untuk putaran ketiga, dan keempat, dan aku pasti pusing karena  yang keempat.  Aku tak pernah benar-benar mabuk sebelumnya, dan kurasa sistem ku tak akan mampu menanganinya.  Kepalaku berputar saat aku melihat dia pergi untuk yang kelima dengan senyum tolol.  Beberapa pria sekali lagi menangkapnya dan melontarkannya ke udara , berteriak.  "Siapa pria itu? Siapa pria itu?"

" dasar sialan tentu saja itu aku, motherfucker!"

Mereka member dirikan dia kembali di bar dan kemudian mulai berteriak karena mereka mendentingkan gelas besar bir untuk dia dan mereka berteriak pada dia.   Dengan irama  tiga kali hentakan saat kepalan tangan mereka menghantam granit.   "Re- ming-ton!"Re- ming-ton!"Re- ming-ton!"

"Santai , guys". Pete mengatakan itu saat dia mendekat, mencoba untuk menenangkan sesuatu.

"Siapa Sich kutu buku ini? ". Kata seorang pria berjenggot, dan Remy menarik dia dan mendorong dia ke dinding dengan sangat mudah seakan beratnya tak lebih dari bayi prematur.

"Dia sobat saya, dasar kodok.  Tunjukkan sedikit hormat sialan"

"Tenang, dude, aku hanya bertanya"

Remy menjatuhkan dia ke lantai dan kembali untuk menyelesaikan tequila kami.

Aku Tau dia akan kembali padaku untuk beberapa tenggakan, tapi orang -orang tetap menahannya, dan perutku membuat suara-suara.  Aku tak bisa merasakan lidahku, aku cukup yakin aku akan muntah.

Lima menit kemudian aku masih mual, terengah engah saat aku memulai pesta konyol pribadi untuk diriku sendiri.  Tepat di kamar mandi

Tuhan.  Perutku.   Hatiku yang Malang.  Malangnya aku. Aku amat sangat senang aku memiliki lintasan di masa-masa remaja ku bukannya te-kill-ya!  Aku bahkan tak bisa percaya Melanie menyukai ini.  Aku mengerang dalam mual yang menyengsarakan yang datang kembali ke tenggorokan ku.  Aku menggantung kepalaku di toilet sekali lagi dan mengejang saat semburan muntahan keluar dari ku.

Ketika aku berpikir aku sudah selesai, semuanya kabur, dan aku masih pusing.  Aku mencuci mulutku dan mencari vitamin ku pada barang -barang yang ku tinggalkan di kamar mandi ruangan ini untuk berjaga jaga aku sebaiknya tak berbagi kamar mandi dengan Remington, yang tampaknya sebagai rencana yang sempurna saat ini  yang kemungkinan aku akan menghabiskan waktu sepanjang Malam dengan muntah.  Aku meraih vitamin B Kompleks berwarna merah dan vitamin C dan menenggak ya menjadi satu dan aku menyadari aku seharusnya mulai mengisi diriku dengan air, tapi aku merasa malas untuk mengambil air, jadi aku malahan menyiram toilet untuk ketiga kalinya, menutup bagian atasnya, dan menyandarkan dariku untuk berjaga jaga ketika aku merasa mual lagi.  

Aku mengambil ponsel ku dan mengirim pesan ke mel

Merasa seperti sampah! @ mabuk seperti keleda* konyol!  Tapi aku akan meniduri Remy jika aku bertahan dari tequila!"

Maka ku rasa aku bahkan tertidur.

Ketika aku kembali, kepalaku berdenyut, dan kebisingan di luar presidensial Suite memekakkan telinga.  Aku merasa enakan setelah mencuci mulutku dan merapikan rambutku yang mencuat, dan mencuci tanganku, lalu mengintip ke ruangan dan sang pecinta telah pergi, jadi aku melangkah ke ruang tamu menuju ke kebisingan.  Bukan.  Tak ada kebisingan.  Kekacauan.

Berkedip, aku menyerap adegan di depanku dengan mata tak percaya.  Aku tak Tau apa yang terjadinya, tapi pastinya sesuatu.   Pastinya ada sesuatu.  Bulu-bulu dari bantal yang robek Kemana-mana.  Pecahan gelas di bawah kaki ku saat aku berjalan.  Orang orang saling mendorong satu sama lain, entah kenapa mabuk dan panik ketika mereka ingin menyelamatkan diri dari sesuatu. Lalu aku melihat dia.

Remington "Riptide " Tate , pria terseksi yang pernah ada, sedang melemparkan segala benda di jalannya dan berteriak -teriak gila.  "Apa yang telah kau katakan pada dia tentang ku, sialan?  Sialan dimana dia?"  Ketika Pete tanpa berjaket dan tanpa dasi , dan Pete putus asa untuk menenangkannya.  Remy melemparkan  botol kristal ke dinding dengan hantaman yang fantastis, dan orang -orang berteriak baik dengan ketakutan maupun tawa, sementara riley sibuk menggiring mereka keluar ke pintu Suite yang terbuka.

Rasa mabuk ku langsung memudar, atau setidaknya menurun hingga lima puluh persen, dan aku hampir sepenuhnya sadar dari shock.  Aku langsung bertindak dan mulai mendorong semua tubuh-tubuh yang bisa ku sentuh keluar dari pintu.  "Keluar, keluar, keluar!"  Aku berteriak seperti setan.
Remy mendengar suaraku, dan berputar dan melihatku.  Matanya berkilat dengan sesuatu yang  liar saat dia melemparkan lampu di tangannya dan membuatnya menabrak dengan ledakan besar dari kaca di belakangnya, kemudian dia mendekat ke arahku. Tapi Pete memegangi punggungnya, menarik lengannya dengan putus asa.  "Lihatlah, dude? Dia telah menandatangani kontrak, ingat?  Kau tak perlu menghancurkan hotel, man". Saat Remington menatap mataku dengan ekspresi yang murni rapuh, Pete membenturkan sesuatu ke lehernya dan kelopak matanya menyipit.

Kepalanya terjerembab ke depan dan aku membeku dengan kengerian total.  Awan kebingungan menghambat setiap pikiran rasional ku karena aku mencoba untuk memproses fakta bahwa Pete, si lembut Pete, telah menyuntikkan sesuatu di pembuluh darah Remy.

Riley terus mendorong orang orang keluar dari ruangan saat Remy merosot ke bawah  dan Pete mencoba untuk menompang dia ke di dong terdekat.  Ketika kita berhasil mendorong orang terakhir keluar, riley mengalungkan lengannya ke leher Remy,sementara yang lain berada di sekitar Pete.  Kakinya terseret di bawah tubuhnya saat mereka mulai mengangkut dia ke kamar tidur utama, dan ketika aku mendengar suara pria nya yang indah berbicara, dia terdengar tak hanya mabuk sekarang. Tapi juga terbius, Timbre nya rendah dan hampir tak bisa di mengerti.

"Jangan biarkan dia melihat"

"Kami tak akan, Rem"

Kepalanya menggantung seolah olah dia tak punya kekuatan untuk menompangnya.  "Jangan biarkan dia melihat"

"Ya, Man.  Kami mengerti"

Ketakutan dingin menyebar sepanjang  bagian dalam Ku karena aku bergerak dengan bingung , seperti orang yang tidur berjalan, dan mengikuti mereka ke pintu.  Aku berhenti di ambang pintu, dan OCD ku hanya memohon untuk membersihkan semua kekacauan sialan ini dan juga tequila yang masih membuatku seperti keledai.  "Apa yang salah dengan dia?"  Tanyaku pada Pete saat keduanya keluar.  Riley menuju ke Telpon ruang tamu.

"Dia baik-baik saja hanya sedikit lemah". Pete meraih Handel pintu dan menutup pintu.
Dan tiba-tiba rasa khawatir menyeruak keluar dari pikiranku  dan memegang lengan Pete seperti tali penyelamat ku.  "Jangan katakan omong kosong itu padaku.  Apa yang dia tak inginkan untuk aku lihat?"

Suaraku bergetar, tapi aku begitu takut, dan mabuk dan frustrasi secara seksual, jika mereka tak memberi ku jawaban, kurasa aku akan pergi dan sisa -sisa apa yang Remington biarkan utuh.
Pete ragu, kemudian membebaskan lengannya dari Cengkraman mematikan ku yang tampaknya kulakukan padanya.   "Dia tak ingin kau melihat dia"

Aku mematung tak bisa berkata-kata, tapi kebutuhanku untuk memastikan Remington baik-baik saja begitu menguasai sehingga Aki masih mencoba untuk masuk.  Pete dengan tegas menyentak ku kesamping.

"Lihatlah, dia begitu menggila sejak kau disini, dan beberapa hal terjadi setelah dia menjadi menggila.  Semua yang dia butuhkan adalah kontak fisik yang membuat dia merasa baik , mengeluarkan dia dari ketakutan itu, itu hanya hitungan hari.  Selalu begitu  ketika dia tak dapat memudar di atas ring.  Dan fakta bahwa dia telah terengah engah setelah kau seperti anjing yang tak membantu, Brooke"

"Dan , sialan siapa yang memberimu hak untuk menyuntikkan obat ke aliran darahnya, Pete?" Aku menuntut, terhuyung-huyung di kemarahan atas nama Remington.

"Dia.  Ribuan kekacauan di kamar hotel.  Aku telah bersama dia selama satu dekade dan begitu juga riley.  Dia adalah pria yang paling sulit di tangani yang pernah kau temui"

Riley berjalan kembali ke arah kami dengan ekspresi suram.  "Mereka sedang dalam perjalanan"

"Kau punya dua?"  Pete bertanya.

"Tiga.  Satu baru.  Lihat saja apakah itu akan memuaskan selera keras kepalanya"

Ketika aku menyadari apa yang mereka bicarakan, aku tiba tiba ingin menghajar mereka.  "Tiga baru apa?  Pelacur?"

Dengan secercah perhatian yang segar, Pete menepuk bAhuku dengan mode menuntut yang harus terpenuhi.  "Ini adalah protokol standar, bukan?  Mereka adalah wanita yang bersih dan yang paling mahal.  Dia tak akan peduli siapa mereka.  Kita seharusnya membiarkan dia  pergi begitu lama tanpa berkerja  khususnya dengan dirimu di sekitar dia.  Maaf atas menjadi begitu kasar, tapi ini adalah masalah yang harus kita selesaikan sekarang dan dia tak akan melawan seperti ini besok.  Sialan, ini akan menjadi keajaiban jika kita mengeluarkan dia dari tempat tidur.

Sesuatu yang suram dan hijau dalam diriku, mengikat dengan kejam di dadaku.  "Aku tak ingin wanita-wanita itu disini". Aku memberitahu mereka dengan ketenangan yang menipu.
Mungkin , aku tak memiliki kata-kata dalam hal ini, tapi aku mengingat ciuman Remy malam ini, tangannya yang menangkup lembut, kata -katanya.  Kau milikku malam ini...

Tetapi gambaran hidup dari tubuhnya terjalin dengan wanita lain, membuatku ingin buru-buru ke toilet lagi dan muntah.  Aku sedikit mabuk, atau mungkin sudah benar -benar mabuk.  Aku tak Tau.  Tapi hatiku sakit dan perutku kacau akan dengan pikiran ada wanita lain yang menyentuhnya.  Dan tiba-tiba aku harus menutup mulutku dan buru-buru ke toilet secara nyata.

Aku menghabiskan sepuluh menit kemudian disana, kemudian mencuci mulutku lagi, membersihkan segala nya, dan kembali ke ruang tamu saat para pelacur datang.  Riley tampaknya turun ke lobi untuk membawa mereka ke atas- sebagai hotel yang punya reputasi mereka tak akan membiarkan sembarang wanita naik ke atas sendiri-  dan ketika Pete membuka pintu dan membiarkan mereka masuk, dengan Parfum mereka yang tajam dan pernak-pernik yang berkilauan, aku ternganga dan merasa hijau dan mual.

Mereka begitu cantik, aku menyadari dengan ketakutan aku mungkin saja jenis orang yang mabuk dengan berteriak teriak dan kemudian menangis, karena aku merasa aku melakukan keduanya.  Aku begitu marah  dan menghentikan wanita -wanita itu yang hanya tinggal dua langkah ke ruang tamu , mereka bertiga berhenti ketika melihat rambutku yang kacau dan kilauan kemarahan ku.

"Kami tak membutuhkan jasa kalian lagi, ladies.  Maaf untuk waktu mu, ini adalah bayaran untuk kedatangan kalian"

Aku meraih seratus dolar dari dompet riley, yang mana paling dekat dan juga si bajingan yang memanggil mereka, aku mendorong para wanita itu keluar dari lorong dan membanting pintu di depan wajah mereka.b lalu aku berputar, dan cemberut menggigit wajahku.

"Ini adalah terakhir kalinya kau memanggil semacam gelandangan ketika dia seperti ini". Aku menunjuk-Nunjukkan jariku dengan mengancam, jantungku berdebar dengan kemarahan dan protektif.  "Aku menyadari aku tidak dalam kondisi membuat keputusan disini, tapi dia pun juga.  Dia tidak menginginkan mereka!"  Aku menjerit.

Para lelaki, keduanya benar-benar mabuk dan selalu tampak mengerikan dalam bentuk "tampang Bodyguard" nya dengan setelan dan jas, kecuali Pete yang tampaknya sudah acak -adakan untuk malam ini, mereka hanya memandangku dalam kebingungan, membuat ku merasa seakan aku sudah gila.

Well?

Mungkinkah aku?

Aku tak yakin.  Tapi dadaku nyeri karena pria yang berada di kamar tidur utama dan payudaraku berat  karena napas ku yang cepat seakan aku bertarung di groundku sendiri, aku Tau apa yang pria -pria ini sedang pikirkan.  Mereka pikir aku ingin meniduri Remington, dan bahwa aku berpikir kalau dia benar menginginkan aku.  Dan mungkin aku juga begitu.  Aku menginginkan nya dengan putus asa.n aku tak hanya ingin tidur dengan dia, aku mungkin akan sepenuh hati dan memiliki perasaan yang rumit dengan dia.

Tapi pikiran akan seseorang menyentuh nya membuatku ingin menghembuskan api.  Aku tak peduli dia bukan milikku.  Aku peduli itu sekarang, Pete hanya menyuntikkan sesuatu ke aliran darahnya, tubuhnya yang indah standby, dan otaknya mati.  Jika saja aku bisa mencegah mimpi buruk ini terjadi, aku akan melakukannya dan aku baru saja melakukannya.

"Aku tak sedang mabuk, sekarang". Aku menyatakan pada orang-orang ketika mereka hanya terus menatapku.

Keduanya mendesah.  "Aku akan tidur untuk berjaga-jaga dia terbangun dan dia menggila". Kata riley , dan dia mengintai ke pintu.

"Jangan masuk kesana"! Pete memperingatkan ku, memberi sinyal ke tempat tidur utama.  "Tidur di ruangan lain.  Dia mungkin tak akan ingat apa yang kau katakan sekarang, jika apa yang kita beri padanya habis terlalu cepat, dia bisa menjadi lebih sulit dari yang di bayangkan".

"Baiklah". Aku berbohong, dan pergi ke ruangan lain untuk mengenakan kaos tidur ku, tapi aku tak bisa membiarkan semuanya begitu saja.  Hanya aku dan Remy yang tidur di Suite ini, dan ketika pintu menutup setelah Pete keluar.  Aku Tau kami sendirian.

Aku berjingkat-jingkat melewati ladang ranjau kaca dimana mana, lalu menyapunya kesamping untuk membersihkan nya, aku pergi ke kamar tidur utama.  Detak jantungku  berderu seperti suara drum kepanikannya saat aku masuk.  Tirai sedikit terbuka, dan aku merasakan rasa posesif yang amat sangat dan lonjakan rasa protektif dalam diriku  karena aku melihat kegelapan di tempat tidur, hanya diterangi lampu -lampu kota. Baku berkata pada diriku sendiri aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja.  Tapi aku sangat tegang dan khawatir , aku takut melihat dia saja tak akan cukup, dan aku akan butuh untuk mencari detak jantung atau apapun itu.

Aku masuk diam-diam ke dalam, napas ku terperangkap di tenggorokan dan tanpa suara menutup pintu di belakangku.

Diam -diam aku melepas sepatu ku, kemudian mendekat dengan langkah ringan di karpet saat mataku menyesuaikan diri dalam kegelapan.  Dia telungkup di tempat tidur, dan ketika dia mengerang, hatiku menggila dengan rasa sakit.  Sprei yang bergemerisik dan kasur yang berderit  saat dia bergeser, dan aku sangat tergila-gila dengan pria ini, aku hanya ingin memakan dia dengan sendok dan melakukan banyak hal lain yang tak pernah ingin ku lakukan dengan pria lain.

Lebah menderu di seluruh tubuhku saat aku teringat akan apa yang dia katakan pada Pete dan riley agar aku tak melihat nya.n apakah dia khawatir akan apa yang akan aku pikirkan tentang dia?  Aku sungguh ingin memberitahu dia bahwa dia masih "segalanya" untukku.  Aku ingin memberitahunya nya berbagai hal baik.  Bagaimana bagusnya dia bertarung. Dan bahwa aku berpikir bahwa dia adalah pria paling hot yang pernah aku temui.  Bahwa dia telah membuatku seakan berjalan dalam sembilan awan sepanjang malam hanya dengan ciuman nya.  Aku Tau aku juga butuh itu, aku butuh mendengar itu ketika dunia ku runtuh , tubuhku hancur, dan semangat ku terbelenggu, mel menggenggam tanganku dan memberitahu ku bahwa aku masih tetap nomor satu untuk dia.   aku ingin Remy untuk Tau aku akan selalu bangga mengangkat posternya  yang bertuliskan aku adalah #1 fan.  Tapi aku cuma tidak bisa bisa berbicara dengan gumpalan emosi di tenggorokan ku.  Aku begitu khawatir melihat dia seperti ini dan itu memakan ku.  Dan hatiku tidak mengatasi dengan baik saat mengalami seribu emosi ku yang bahkan aku tak Tau bagaimana menangani nya sekarang.  Kurasa aku hanya ingin membelai nya dan berpelukan, tapi aku takut dia akan menendang ku keluar jika dia Tau aku disini.

Gugup saat aku merunduk, aku meletakkan tanganku dia bahunya yang telanjang.  Kehangatan merambat dari kulit halusnya  ke diriku saat aku membungkuk ke daun telinganya dan dengan lembut mengeratkan bibirku di  sepanjang lubang telinganya seperti yang dia lakukan padaku saat di pesawat.

Aroma samponya dan  bau alami yang berasal dari dia membuatku gila karena nafsu yang merembes ke dalam diriku.   Dan aku tak bisa tidak menggerakan jariku ke punggungnya, kelengkungan bongkahan pantatnya. Dia begitu indah, dan tubuhku menangis dengan kerinduan untuk mengetahuinya.

Aku mengerti protokol tentang "memanfaatkan " beberapa energi ekstra.  Atlet akan lebih baik dengan sex terlebih dahulu dimana dalam beberapa kasus itu terbukti.b. Minggu ini telah begitu intens bagiku juga, dan tiap hari aku merasa semakin putus asa dan tak seimbang  dari rasa sakit karena sex belaka.

Jelas, penuh dengan kekecewaan akan malam kami yang hilang, aku menyentuh lengkungan punggungnya  dan menggigil akan kontak dengan kulit hangatnya, halus dan lembut, menggelincir dibawah jariku.  Vaginaku mengepal dengan. Kerinduan alami , dan bagian diriku yang egois sangat ingin dia membuka matanya, melihatku, dan menarikku ke lengannya hingga kami berdua kehabisan napas dan kelelahan akan apa yang sedang kami bangun.

Tapi bagian diriku yang lain ketakutan dia akan mengusir ku.

Dan ada semacam kemungkinan besar bahwa dia akan melakukan itu. Aku tak Tau mengapa aku masih disini ketika aku dengan jelas diperingatkan untuk menjauh.  Mungkin aku lebih lemah dibandingkan Remy.  Mungkin aku lebih gila. Aku hanya ingin di sampingnya.  Dia dibius, besar, dan tak berdaya sekarang, dan aku Tau dia tak akan menyakitiku sekarang.

Sedekat mungkin, aku beringsut ke sisi tempat tidurnya , dan berbaring di sampingnya. Tiba-tiba aku mengerang lembut dan berguling sepenuhnya ke punggungnya dan Aku menahan napas saat hamparan sempurna dari tubuhnya yang berotot yang indah mengenai ku.  Napasku menghilang.
Ke telanjangnya di bawah cahaya bulan membuat ku basah di mulut , dan diantara kedua kakiku, kaki yang saat ini terasa seperti kapas sekarang.  Aku bisa melihat tiap otot  di tubuhnya, aku bisa melihat tiap setiap simpul ke simpul berikutnya, dan bagaimana kulitnya menyelimuti dengan sangat erat  di tiap inci nya.   Aku bisa menggambar tiap ototnya dengan pensil.  Dia begitu sempurna, kuat, aku merasa panas dan kuyup di antara kedua kakiku dan aku sangat putus asa ingin merasakan bibirnya di bawah bibirku, lidahnya menyerempet lidahku.

Dengan singkat, aku membiarkan mataku  untuk membelai dia, panjang kaki nya yang berotot , pinggul sempit, penis nya yang indah, tebal dan panjang dan seperti beludru......ke atas tato bintang terseksi yang pernah aku lihat, lebih ke atas ke arah abs nya yang seperti papan cucian, dadanya yang keras, tebal, leher yang kuat, dan wajah yang luar biasa tampan.

"Kau begitu indah ,Remy"

Dia menggeram dan mendekatkan wajahnya ke sentuhan, dan aku membungkuskan lenganku di pinggangnya dan menutupi diri kami, mendengarkan napasnya, dadanya yang besar naik turun seakan menekan ke tubuhku untuk kehangatan.

Akhirnya, aku pasti jatuh tertidur dengan lelap.  Pada saat alarm ponselnya berbunyi pada pukul 05.00 tak satupun dari kami mendengarnya, dan sudah pukul 10.00 ketika riley membangunkan kami, bertepuk tangan dan tertawa untuk membuat bokong malas kami keluar dari tempat tidur karena Remy harus pergi ke Gym hari ini.

Riley tampaknya senang karena aku telah "tidur" dengan Remy.  Dia mungkin menginginkan Remy untuk berkerja apapun "itu" , baik dengan para pelacur ataupun dengan ku.

Pria itu sepenuhnya melewatkan bagaimana kami berdua melompat ke posisi duduk ketika dia meninggalkan kami.  Remington tampak grogi saat dia melihatku di sisi berlawanan dari tempat tidur.  Kurasa rambutku kusut , setiap inci ku tampaknya sama kusutnya dengan yang aku rasakan, tapi Aku tak tertolong saat tubuh indahnya sepenuhnya telanjang dan merupakan yang paling menakjubkan  yang pernah ku lihat pada siang hari.

Kami saling menghela  beberapa detak jantung.

Detak jantung dimana di setiap ciuman yang dia berikan padaku membengkak dalam memori semalam dalam daging bibirku.

Sinar matahari menyorot dalam ruangan, dan tempat tidur yang belum dirapihkan, kami berdua di dalamnya, dan mata kami dengan liarnya bergerak ke atas ke bawah.

Rasa frustrasi untuk melompat ke gundukan sexy nya merasuki ku, dan aku mengenali kesigapan primitif yang mengendap di matanya saat dia diam-diam, mengamati ku, dari atas ke bawah , saat tubuhku bergetar dengan hawa nafsu di balik kaos Disney world yang diberikan oleh Melanie saat trip "stay young"

Matanya terlihat begitu gelap pagi ini dan aku bersumpah pada Tuhan tak ada sedikitpun bercak biru dalam tatapan iblis-panas nya.

*****
 
Sebelum Remy bisa bertanya apa yang sedang ku lakukan di tempat tidurnya, aku berdiri dan dengan cepat mengganti pakaian, dan dengan gilanya menyadari matanya yang melacak setiap gerakanku dari seberang ruangan.

Tapi dia tak pernah datang menghampiriku.

"Ini normal, ketika hal ini terjadi" Pete mengangkat bahu di Gym ketika Remy tidak muncul setelah dua jam.  Tapi aku hanya mengangguk, dan berjalan sedikit dari Miami, mencoba menyerap campuran budaya Latin yang luar biasa dan banyak lagi, tapi aku cuma tak punya cukup banyak energi untuk itu.

Aku tak pernah teler selama hidupku.

Ini pasti pengalamanku yang tak pernah ingin aku ulangi.

Aku kehausan tak peduli berapa pun air yang telah aku minum, dan aku juga mual dan kepalaku berkabut, lemah, dan tak sehat, dan aku hampir tak bisa membuka mata dengan  cukup lebar untuk melihat Kemana aku akan pergi.

Tapi aku masih berusaha, dan memutuskan untuk menelpon orang tua ku dari Ponselku saat aku menuju ke toko-toko di tengah kota Miami.

"Dimana kamu sekarang ?"  Tuntut ibuku.  "Ayahmu ingin tau apa kau pergi ke restoran terkenal.  Apa itu namanya , yang banyak artis terkenal datangi ?"

"Mom, Aku sedang berkerja" aku memberitahu dia.  "Ini bukan jalan-jalan buatku, dan jika kau memberitahu ku nama sebenarnya dari apa itu-namanya , aku mungkin bisa mendapat clue tentang apa yang kau bicarakan".

"Oh, tak masalah!  Tapi kami mendapat postcard baru dari Nora .  Dia ada di Australia.  Dia mengirim dengan sepenuh cinta. Kau harus lihat pantai di gambarnya, Tuhan! Itu adalah surga.  Aku bertanya tanya apakah dia melihat aligator, atau mungkin buaya yang hidup disana? Buaya atau aligator?"

"Buaya , Mom.  Dan kurasa disekitar an Florida juga ada.  Hey, Aku tak ingin menghabiskan baterai , aku akan menelpon mu lagi minggu depan, oke? Aku hanya ingin mengetahui kabarmu". Aku menutup panggilan karena sungguh bukan ide yang bagus menelpon orang tua ku hari ini.  Mereka luar biasa dan aku mencintai mereka, tapi mereka orang tua ku.

Mereka usil dan berpendirian dan mereka secara alami mampu membuat ku gugup.

Aku terutama benci fakta bahwa  mimpi mereka untuk menjadikan ku seorang bintang di seluruh dunia hancur hari itu bersamaan dengan lutut ku, dan aku Tau mereka belum sepenuh nya percaya bahwa aku akan mampu menjalani Hidup "sepenuh nya" sekarang.

Itu akan terasa lebih mudah berurusan dengan mereka jika saja Nora akan melakukan lebih daripada sekedar mengirimi postcard tiap bulan.

Jalan kembali ke hotel, aku melihat Dianne di toko oleh -oleh , dan kami berbagi makan siang singkat.

"Pete memberi Tahuku bahwa teman-teman kita tidak terlalu sehat hari ini" katanya, nadanya baik penuh tanya dan kesedihan.

Aku mengambil salad ku dan tetap minum dengan beberapa sari buah alami, hanya karena keningku berdenyut sepanjang hari.  Aku cuma Tau bahwa liverku tidak bisa di gunakan untuk beberapa kenakalan yang aku terima kemarin.  Aku selalu memperlakukan tubuhku dengan baik.  Hari ini hanya ada kemarahan dalam tubuhku karena alkohol yang berlebihan, pilihan makanan yang buruk, dan hawa nafsu yang tak tersalurkan.  "Apakah ini sering terjadi?"  Aku bertanya, melihat dari atas selada ku .

Dia mengangguk

"Aku mengerti" kataku, lemah, dan mengatur garpu ku ke bawah, "apakah karena dia tak bisa menangani alkohol dengan baik atau  semacam masalah tak bisa mengendalikan amarah?"

"Aku akan mengatakan itu sebagai tak bisa mengendalikan amarah tapi  aku tak Tau pasti" mengangkat teh nya.  Dianne bersandar dan mengangkat bahu.  "Aku adalah segelintir orang yang Tau tentang itu.  Yang aku Tau  Remy adalah penanganan". Dia mengangguk dengan penuh arti.  

"Sebuah penanganan.  Itulah mengapa aku sungguh, amat sungguh, ingin kau mempertimbangkan sebelum kau.....well, tentu saja, kecuali kau sudah.....?"

"Tak ada yang telah terjadi Dianne" aku memijat keningku dan meminta cek.

Kami menandatangani dan dia mengajak ku ke kamarnya untuk memeriksa resep, tapi aku malahan pergi ke Suite, yang aku sadari bahwa Pete dan riley tetap menutupnya dengan tanda  "jangan di ganggu" yang menggantung di pegangan pintu.  Aku menggesekkan kunci ku dan masuk ke dalam dengan hening dan mulai membersihkan kekacauan yang terburuk.

Dibutuhkan waktu satu jam untuk membuat ruangan kembali teratur dan aku menumpuk semua pecahan kaca di dekat pintu, aku memanggil bagian rumah tangga dan meminta belasan kantong plastik  untuk mengangkut semuanya.  Setelah itu selesai, Aku masuk ke kamar mandi.
Aku masih tidur di presidensial Suite, tak peduli bahwa Dianne menawarkan ku untuk tidur di ruangannya malam ini.b. Aku hanya...tak bisa pergi ke tempat lain.  Aku ingin tidur dengan Remy, dan sekarang kami berbagi ruangan untuk pertama kalinya , aku tak akan pindah dan meninggalkan dia sendirian disini.

Terutama saat dia sedang tak baik.

Tapi saat malam, Suite ini terasa begitu sunyi , tapi pintu kamar membuka ketika aku masih menatap kosong ke arah dinding.  Aku gugup, tapi aku bangun dan melihat siluet nya.  Dia sepertinya sudah mandi.  Celana piyamanya menggantung rendah di pinggulnya yang sempit.  Torso nya yang kecoklatan  berkilau, dan rambutnya basah dan tegak, tak sehelai pun jatuh di dahinya yang tegas.
Jantungku bergetar.  Kurasa pengaruh obat penenang sudah memudar, karena dia berdiri dengan tegak sempurna, dan hanya satu tangan bersandar ringan di kusen pintu , mungkin hanya untuk menyangga.  Aku menegak lebih tinggal dengan lenganku.  "Apa kau baik-baik saja?" Tanya ku, suaraku prihatin dan lembut.

Suaranya kasar dan terjal.  "Aku ingin tidur dengan mu.  Hanya tidur"

Perutku merosot.

Dia menungguku untuk menjawab, tapi aku tak bisa.  Aku ingin menangis dan aku tak Tau mengapa, tapi aku mengasumsikan itu sebagai efek dari teler dan mendekati rasa jatuh cinta yang berbahaya dengan pria yang bahkan tak ku kenal.

Dia mendekat, mengangkat ku, dan membawaku ke lorong , kembali ke kamar tidur utama, ke yang terluas, dan tempat tidur King size yang berantakan.
Dia menurunkan ku, dan ketika menyelinap ke bawah selimut, dan menarikku mendekat hingga wajahku di dadanya dan hidungnya terkubur di atas kepalaku, aku tak mengerti berapa jumlah hormon oksitosin yang ada di buat tubuhku,  tapi ini....dia... Berada di tempat tidur dengan dia......membuatku merasa terlalu baik.  Terlalu aman, terlalu senang.

Aku sangat ingin dia mengatakan padaku apa yang salah. Apa yang terjadi? Bisakah dia mengontrol dirinya sendiri? Kenapa dia bereaksi seperti ini? Apakah dia memiliki masalah dengan kekerasan atau isu pengendalian amarah yang tak terselesaikan ?  Siapa yang berani -beraninya menyakiti dia? Kurasa itulah mengapa dia dikeluarkan dari tinju, cara dia marah denhan scorpion waktu di club, hampir membahayakan untuk menyabotase kariernya lagi.  Tapi kurasa dia tak ingin membicarakan itu sekarang. Dia tampak malas dan lembut, dan kegelapan, keheningan, terasa seperti berkah. Dan aku tak mau merusaknya.

Malahan, aku berbaring di sampingnya ketika setiap pori-pori di tubuhku menjerit agar kami untuk terhubung secara fisik.  Aku mencoba untuk tidak menginginkan nya, karena Aku Tau  bahwa ini bukanlah saat nya.   Aku tak Tau jenis obat penenang apa yang diberikan, atau berapa lama itu berlangsung, tapi aku tau bahwa selanjutnya dia bahkan  tidak mungkin ingat bahwa dia ada disini bersamaku.  Bahwa mungkin aku tidak ingat.  Aku sangat lelah dan mabuk aku tak percaya akan pikiranku pada poin ini.

"Cuma tidur, Okay?" Aku berbisik di tenggorokannya, walaupun, aku bersumpah aku nyeri akan pria ini di satu tempat di tubuhku, diluar bahkan di hatiku.

"Cuma tidur". Dia menarikku lebih dekat dengan dia, dan aku bisa merasakan ereksinya diantara kami, amat sangat keras dan berdenyut dengan kehidupan, membuatku menggigil di dalam "dan ini" gumamnya.

Dia menangkup rahang ku dan menempatkan bibirnya di bibirku dengan lemah lembut seakan tampaknya semua sel tubuhku menyatu dengannya.aku mengerang dan membuka bibirku , meluncurkan tanganku ke rambutnya, merasa sedikit gila saat aku menekan payudaraku ke atas  ke bahunya.ketika dia membelai nya, licin dan panas, diatas payudaraku, aku merasa seakan mengalahkan ketidakmungkinan.  Gemetar , aku menekan wajahnya, menciumnya lebih kuat.

Dia memperlambat ku dengan lidahnya, jari jarinya bertaut di rambutku, membimbing kepalaku untuk bergerak lambat, mengikuti ritme mulutnya. Tuhan, aku ingin dia menyentuhku di tempat dimana dia akan cocok.  Disetiap tempat.  Dimana pun.  Aku begitu bengkak dan dilumasi, aku tegang, dan dia begitu keras diantara perut kami, aku Tau betapa dia menginginkan ku juga.  Tapi aku mengatakan hanya "tidur"... Dan "ini"...dan sekarang aku tak ingin "ini" untuk dihentikan .

Dia menciumku dengan begitu lambat dan begitu dalam sehingga Aku. Kehabisan napas.  Dia hanya melepaskan mulutku hanya untuk mengizinkan ku mengambil napas  dan kemudian, dia menggosokan lidahnya kembali padaku, membelai bibirku, langit-langit mulutku, gigiku.  Dia menghisap, menarik, menuruni, dan memutar.bbaku jatuh cinta dengan ciumanya dengan begitu cepat, dan segera aku tak Tau dimana tanganku, dimana aku berbaring.

Seluruh tubuhku terbuai akan cara mulutnya menyetubuhi tubuhku sampai bibirku lecet dan bengkak dan itu nyeri untuk membalas ciumannya kembali walaupun tubuhku meronta -ronta menuntut lebih.  Ketika aku yakin aku mencicipi darah baik dari bibirnya ataupun bibirku  atau keduanya, aku menarik diri untuk bernapas dan aku melihat jahitan bibirnya telah terbuka kembali. Dia adalah orang yang berdarah saat menciumku.  Aku mengerang pelan dan menjilat dengan lembut , dan dia mengerang dengan mata tertutup.  Dia menyesurkan jarinya menuruni rambutku dan menekan wajahku ke ceruk lehernya, memelukku, dadanya kembang kempis dengan keras di bawah dadaku .

Dan selimut berada di suatu tempat di bawah kaki kami tapi dia begitu panas dan hangat kemudia aku menekan sekuat mungkin ke tubuhnya dan jatuh tertidur.  Ketika aku bergesr pada malam hari, aku terbangun karena keanehan, semsasi novel dari lengan yang begitu bertenaga yang mengetat di seputar tubuhku dan menempatkan ku kembali ke titik dimana aku telah di hangat kan oleh dia.  Kekuatan di luar batasku tergelitik ketika aku mengintip ke wajahnya yang gelap dan Aku menyadari aku di tempat tidur dengan dia.  Dia tidur atau setidaknya kelihatannya.  Lalu dia memutar kepalanya, kelopak matanya perlahan membuka, dan ketika dia melihatku, dia mencium bibirku lagi, menjilat dengan lembut sebelum dia menarik kembali dan menekan hidungnya kembali ke rambutku, menarikku kembali ke dia.

Senin, 20 Agustus 2018

REAL CHAPTER LIMA

Pete menginginkanku untuk pergi dari backstage.  Begitu juga pelatih dan riley. 
"Dia perlu ruang, pergilah ke kursi mu,kau amat sangat mengganggu konsentrasinya" Pete memberitahu ku . Walaupun menurutku dia adalah pria yang paling gentle di antara para pria yang ada di tim, dia terdengar sungguh frustrasi hari ini.   Mungkin karena hari ini dia berulang tahun ke tiga puluh dua dan dia seharusnya berada di tempat lain.  "Kemarilah, ambil tiket ini dan pergi temui lah dua gadis yang ada duduk di sampingmu.  Mereka gadis yang baik, dan mereka kesini bersama kami.  Kami akan berpesta nanti"

Semenit kemudian.  Aku menemui dua gadis yang keduanya terlihat seperti peserta Miss universe dan juga seperti wanita yang berjalan Berkeliling  hanya dengan bikini dalam acara -acara tertentu.  Tapi senyum mereka saat aku berjalan menuju mereka begitu tulus.  Dan aku tak tahan untuk mengamati bagaimana dua pandangan mereka mengarah ke rok mini Hitamku dan atasan dengan belahan dada rendah yang mengkilat dengan senyum persetujuan.  "Hi, aku friday, dan ini Debbie ". Si gadis berambut merah yang menari di atas meja kopi Remington baru baru ini, kemudian menunjukak ke si pirang yang bernama Debbie.

"Hi, aku Brooke"

"Oh, kau adalah si gadis yang datang ke Suite semalam". Kata friday.

"Aku tak pergi kemanapun ". Kataku, dengan rasa tersinggung karena mereka Tau apa yang kulakukan.  Jadi riley telah memberitahu mereka bahwa itu aku yang berada pintu?

Betapa memalukan ya.

Friday membungkuk dan berbisik di telingaku.  "Kurasa Remy ingin menyetubuhimu"

Serasa angin menghantam ku, aku menyesuaikan diri di kursi dan kemudian si gadis lain, Debbie, bersandar ke arah ku juga.  "Remy benar-benar ingin menidurimu.  Dia menjadi begitu keras ketika kau datang ke kamar  dan berbicara pada riley.  Aku merasakan itu ketika berada di pangkuannya dan dia hanya dengan mendengar suaramu dan 'wham'.  Dia bangkit dengan kekuatan penuh.

"TMI! Sungguh!"  Aku meringis, menggelengkan kepala sambil tertawa gugup.  Aku benar benar memerah sekarang, berjuang dengan seribu satu emosi sekaligus.

"Aku bahkan menawarkan diri kepada dia untuk mengurus itu" Debbie menambahkan, "tapi dia seperti, lupakan, aku baik-baik saja, dan pergilah, dan memberitahu kami untuk mengurus temannya dan kemudian dia pergi ke kamarnya dan mengunci diri di dalam.   Pete ingin memastikan bahwa itu tak akan terjadi lagi malam ini".

Aku menatap ke bawah ke pangkuanku dan rasa posesif yang luar biasa yang tak pernah aku Tau bisa aku rasakan mengisi diriku.   "Kenapa dia harus berhubungan sex setiap malam?"  Aku bertanya pada mereka, tak bisa menyembunyikan rasa kesalku.

"Apa kau bercanda?  Dia Remy, dia tampaknya, harus mendapatkan banyak hal itu.  Rutin"
Mendengus, aku melambaikan tangan, dan berbalik untuk menatap ring yang kosong, tidak benar -benar ingin berpikir tentang berapa banyak "itu" yang Remington harus dapatkan.  Tapi bayangan tubuhnya yang indah terjalin dengan tubuh wanita lain membuat perutku mengencang dengan sangat tidak nyaman. Jika aku sudah makan sesuatu barusan ini, aku kemungkinan besar akan memuntahkannya.

Sepuluh menit kemudian, aku mendengar namanya di Kumandangkan di pengeras suara "dan sekaaaaarang, ladies N gentleman , katakan halo untuk satu sATU nya Remington Tate , RIPPPPPPTIDEEEEEE"

Aliran sensasi tumbuh dalam diriku saat dia berlari keluar, dan aku langsung merasakan cairan panas tercurah di celana dalam ku.  Tuhan, aku benci seberapa banyak sepanjang hari ini  aku menatap dia dan menginginkan dia menjadi milikku.  Aku ingin menyentuh dia, mengenal dia.

Dia naik ke atas ring, dengan jubah mengkilap yang sangat kontras sekali dengan kelelakianya, dan dengan cepat dia melepas jubahnya di depan kerumunan, dan semua orang berteriak.  Sama seperti yang jantungku lakukan saat aku meraih dia seperti yang kubutuhkan untuk memenuhi ku.  Rambut hitamnya di tata berantakan dengan sempurna hari ini, otot -otot kecoklatan meregang saat dia membentangkan lengannya, dan melakukan gerakan kecil.   Dan di sinilah aku, napas ku terjebak di antara paru-paru dan bibirku  saat dia berputar  dan mengamati kerumunan. Segera setelah dia menemukanmu , matanya menjadi hidup, Sehidup yang aku rasakan ketika dia tersenyum padaku.  

Dia menggenggam tatapanku dengan Kilasan lesung pipinya, dan aku bersumpah dia menatap ku dengan cara yang membuatku merasa bahwa aku satu satunya wanita disini.  Setiap kali dia ada di ring, dia sepenuhnya berkarakter. Dan matanya hanya....menawan ku.  aku Tau itu tidak benar.  Aku Tau aku hanya melihat apa yang ingin Aku lihat.

Tapi untuk sesaat, aku hanya ingin duduk di kursi tolol ini,  dan mempercayai ada semacam sihir antara dua orang,dan aku bisa menjadi hadiah untuk pria, seksi, kasar, dan primitif ini yang begitu kuat , misterius, dan menggoda untukku.  Dia mendorongku seperti tak ada satupun yang pernah ku alami dalam hidup.

Aku tak dapat berhenti memikirkan bahwa dia tak berhubungan sex dengan gadis -gadis yang Pete dan riley bawa, dan hanya itu semua yang bisa ku pikirkan, saat aku melihat dia bertarung dengan lawan pertamanya.  Memuaskan bukan hanya untukku, tapi juga untuk ratusan wanita lain dengan kekuatan dan anugerah dari tubuhnya yang terlatih sempurna.

Kehilangan napas, aku menonton dia melawan lawan kedua nya dan ketiga dan aku merasakan semacam kebanggaan tiap kali kata 'pemenang' di Sematkan ke dia.  Dia berusaha dengan sangat keras, berlatih dengan sangat keras, dan sekarang aku Tau aturan dalam bertinju, dan dapat melihat dengan benar apa yang dia lakukan.  Aku melihat satu-dua pukulannya.  Pukulan jabs nya.  Hooks nya.  Dan tiba-tiba dia menghadang pukulan kanan yang sangat kuat dengan lengan kirinya, kemudia melangkah masuk, dan menghujam kan hook kirinya ke rusuk lawannya dan diikuti dengan hantaman ke rahang yang memukul jatuh pria itu sepenuhnya.  Lawannya berusaha bangkit, tapi terjatuh kembali, berdarah darah dan kelelahan.

Penonton berseru saat namanya di umumkan di seluruh ruangan.

"RRRRRRRIIIIIIIPTIDEEEEEEEE"

Oh Tuhan .  Dia bertarung seperti pemenang sejati, dan dia berhak menjadi pemenangan di akhir semua ini.   Jantungku berdentam dengan liarnya di dalam tubuhku.  Aku menyaksikan saat ketua ring master mengangkat tangannya, dan aku menunggu dalam campuran aneh rasa was-was dan antisipasi untuk moment saat dia di deklarasikan sebagai pemenang , untuk sesaat aku Tau bahwa tatapannya akan mengayun ke padaku, seperti yang telah dia lakukan di setiap pertarungan sejak kali pertamaku.

"Pemenang kita, ladies N gentleman . Riptiiiiiiiide!!"

Untuk sesaat mata biru elektrik itu mencariku di tribun.  Jantungku berdenyut keras di Pelipisku dan gelembung emosi terbentuk dalam diriku saat dia menemukanmu.  Dia menatap lurus ke mataku, dan matanya hanya milikku dan senyumnya hanya milikku dan untuk kepingan sesaat ini, tak ada yang lain selain kami.

Malam ini aku benar -benar merindukan Melanie.  Melanie yang akan berteriak dari sampingku, dan mengatakan segala sesuatu yang ingin aku katakan  tapi aku terlalu pengecut untuk mengatakannya secara lantang.  Tapi dalam pikiranku, aku mendengar melanie dan aku berharap dia akan mengunjungi ku sehingga aku bisa berteriak  ke Remy seperti yang dia lakukan , dan memberitahu Remington Tate dia amat sangat hot hingga aku tak tahan.

***
Kami menaiki mobil lebih dari sejam kemudian, dan baik riley maupun Pete tampaknya Berpergian dengan mobil terpisah bersama friday dan Debbie, ketika sopir hotel mengemudikan aku dan Remington di Lincoln hitam.  Aku tak Tau siapa yang mengatur   Ini sedemikian rupa, tapi aku memang diberitahu untuk menunggu di mobil hitam  dan tiba -tiba dia menyelinap duduk  di sampingku di kursi belakang , dan dadaku dicengkeram kegugupan dan kesenangan karena dia telah mandi setelah pertarungan, dan telah berganti pakaian dengan menggunakan. Denim Hitam yang menggiurkan dan kemeja hitam bertanding yang lengannya di gulung hingga siku  dan aroma sabunnya langsung membuat paru-paruku menjadi pegal.

Kursi nya luas , tapi entah bagaimana saat kami di perjalanan, aku menyadari bahwa Remington duduk dekat dengan ku, terlalu dekat.  Aku bisa merasakan bagian belakang tangannya di bagian belakang tanganku.  Aku seharusnya menyingkirkan tanganku tapi aku malah menatap ke jendela mengamati lampu yang berkelas kerlip di kota  saat kami mendekati club, tapi aku sungguh tak melihat apapun.  Tubuhku meraung tepat pada bagian dimana tubuh kami bersentuhan.

Mengapa dia menyentuhku?

Kurasa dia mengamati ku, mengukur reaksi ku, ketika dia menggerakkan ibu jarinya dan menimbulkan jejak di bagian atas tanganku.

Aku ingin bergidik .  Memejamkan mataku.  Hanya menyerap dirinya,  aku tak bisa melupakan apa yang para gadis itu katakan padaku, dan setitik lilin harapan yang sedikit menerangi ku sekarang menjadi obor dalam diriku.  Aku butuh Tau.  Jika dia menginginkanku.  Apakah dia menginginkanku?

Dia terlihat amat sangat tampan hingga perutku bergetar dengan intensitas baru.

"Apakah kau menyukai pertarungan nya?"  Dia bertanya padaku, suaranya rendah dan kasar saat dia mempelajari profil ku dalam bayang -bayang dari mobil, matanya bersinar penuh perhatian.

Dia selalu menanyakan pertanyaan ini setiap kau acara underground .  Seolah olah jawabanku penting untuknya.

"Tidak, aku tak menyukainya" kataku, Aku menghadap dia , kemudian  aku tersenyum saat dia cemberut.  "Kau menakjubkan! Aku amat sangat menyukainya!"

Dia tertawa.  Suaranya kaya dan amat sangat lelaki, sehingga dia mengejutkanku ketika dia meraih tanganku dalam genggaman hangat dan mengangkatnya.  Napas ku membeku ketika perlahan lahan dia menggosokan bibirnya di buku-buku jariku , dan aku bisa merasakan kelembutan tebal dari mulutnya yang turun ke bekas luka lezat di bibir bawahnya, yang kini hampir sepenuhnya sembuh.   Sebuah gebrakan kecil menerobos aliran darahku saat matanya terus memerangkap ku selama dia membelaiku.  Cara dia menatap dari bulu mata hitamnya membuat puting ku menegang,

"Bagus" dia berbisik dengan panas dan basah di atas kulitku, dan ketika dia menurunkan tanganku kembali ke tempat duduk dan perlahan lahan melepaskan kaitan jarinya dari jariku, aku harus membawa tanganku kembali ke pangkuanku dan menahannya degan tangan satunya, hanya karena tiba -tiba itu terasa kosong.

Club yang mereka pilih malam ini di kemas dan di penuhi dengan barusa. Orang orang , tapi  sesaat setelah Remington melangkah keluar dari mobil, dia menggiring ku ke arah tukang pukul, yang segera mengizinkan kami masuk ke dalam,dimana riley dan Pete menunggu kami di sebuah kamar pribadi di belakang.

"Pete sedang mendapat lap dance" riley memberitahu Remington .  "Kau tak keberatan mentraktir dia kan sebagai hadiah ulang tahun?"

Melalui pintu yang terbuka, kami melihat seorang wanita dengan bikini perak mengkilap sedang mendekati Pete, yang duduk di bangku pojoka, tersenyum saat Dia melihat wanita itu,  aku begitu tak nyaman kurasa aku akan mual, saat tiba tiba riley melihat kami , dan alis matanya terangkat hingga ke garis rambutnya.

"Kau malu melihat ini, brooke?"  Dia bertanya dengan geli.

Jantungku berhenti saat menyadari bahwa Remington menatap ku juga.  Dia menyipitkan Matanya dengan intens  ke mataku, kemudian tatapannya berkilat ke mulutku, kemudian kembali ke mataku.  Tangannya tiba-tiba melingkupi tanganku, dan dia berbisik.  "Apa kau ingin menonton?"

Aku mengelengkan kepalaku, dan dia menggiring ku keluar ke bar dan area lantai dansa.  Ada banyak kebisingan yang tak nyata, dan seluruhnya berdenyut di lantai dansa dengan musik dan kehangatan api dari tubuh yang menari,

"Oh, aku menyukai lagu ini!" Aku berteriak Saat aku melihat Debbie melompat ke tengah tengah panggung dan dia melihat  ku dan datang untuk menarikku ke lantai dansa.

"Remy!"  Friday mendorong Remy ke kerumunan pada saat yang bersamaan ketika Debbie menjerit dan menarikku erat ke tubuhnya dan kemudian meraih pinggulku dan menggesek gesekannya ala gadis seksi  bergerak.  Aku tertawa dan berbalik, lenganku di udara saat lagu usher "scream" mengisi ruangan dengan musik dan kemudian aku melihat Remington hanya  beberapa langkah jauhnya , menjulang diantara kerumunan.

Dia tak menari.

Bahkan, dia tak bergerak.

Dia menonton ku, tersenyum dari tempatnya, mata berkilau, dan tiba tiba dia meraih dan menabrakkan ku ke tubuhnya, merunduk di leherku,  dia menyisir rambutku ke samping dan menekan tubuhnya ke tulang belakangku, bernapas dengan begitu keras, -aku bisa merasakan dia menghirup dalam-dalam. Dan perutku  mengepal sebagai tanggapan, dan aku merasakan mulutnya terbuka di tengkuk ku.  Dia mencumbu kulitku dengan giginya, kemudian lidahnya menjilat ku.
Tubuhku beraliran listrik.   Mengangkat ke atas dan di belakangku, aku meraih kepalanya dan dan menekannya saat aku mengikuti gerakan pinggulnya, orang orang menari di sekitar kami, rasa panas terbangun di ruangan.   Tangannya menangkap pinggulku, meremasku saat dia menarikku lebih keras  ke bagian depannya.   Dan pantatku merasakan betapa kerasnya dia.  Dia ingin aku merasakan betapa dia menginginkan ku.  Lidahnya membuat jejak dari leher hingga ke belakang telingaku.  Rasa menggigil menjalari tubuhku saat dia merentangkan tangannya di di perutku dan  memutar ku untuk menghadap dia.

Mata kami bertemu.  Terikat.  Musik berdebar dalam diriku, gairah untuknya mengikat dan memutar di intiku, dan aku membungkuskan lenganku ke tubuhnya dan menekan tubuhku ke tubuhnya, menelengkan kepalaku untuk mulutnya.

Aku butuh Tau rasanya.  untuk merasakan dia.  Dia tidak tidur dengan pelacur -pelacur itu.  Ereksinya hari itu untukku.  Dia tidak melihat wanita lain sepanjang malam.  Tidak saat di pertarungan, tak disini, dia tak melihat seorang pun, kecuali aku.

Dan aku tak menginginkan siapapun, tak ada, tapi pria menakjubkan ini menjatuhkan rahangnya di depanku, yang memutarkan Ku lagu, yang berlari dan berlatih tanding denganku, dan meletakkan es di cedera ku.  Mata biru berkilat dengan nafsu, bulu mata gelap terlihat berat. Saat dia menatap mataku, ke mulutku, dan dia meraih wajahku dengan satu tangan, saling bertatapan, dan nafasnya di diriku lagi, matanya perlahan menutup saat dia mendekatkan wajahku ke wajahnya.  "Apakah kau sadar akan apa yang kau minta?"  Dia bertanya dengan suara serak, bernapas keras dan cepat.  

"Tahukah kamu, Brooke?"

Aku tak bisa menjawab, dan dia meraih bokongku dan mengangkatku, menempatkan mulutnya hampir, hampir, di mulutku.  dia membuatku gila.  Gila.   Aku ingin memiliki dia. Aku ingin membiarkan diriku memiliki dia. Aku menggerakan jariku hingga ke dadanya,  rambutnya, begitu halus dibawah jari -jariku.

"Ya". Jantungku berdentum di telingaku saat aku berjinjit , menarik kepalanya turun, saat seseorang menabrak ku dari belakang.  Aku terjerembab ke depan.  Remington menangkapku dengan satu lengan dan menekanku dengan protektif di sisinya.

"Bukankah ini Riptide dan pelacur barunya"

Kepalaku menoleh ke sekeliling dan aku menyadari siapapun yang menabrak ku itu bukanlah kecelakaan.  Empat orang kawanan di sekitar kami, dan mereka semua sangat besar.  Salah satu dari mereka memiliki tato kalajengking besar di tulang pipi kanannya , dan bahkan dia lebih besar dari yang lain.

Remington melirik mereka seakan mereka adalah sekumpulan Lalat, kemudian dia meletakkan lengan di sekitar tubuhku dan membawaku keluar dari lantai dansa.

"Siapa nama pacarmu? Nama apa yang dia serukan Padamu ketika kau menidurinya , hah?"
Remy hanya diam saat dia membimbingku ke arah bar, tapi jari jarinya sudah tergenggam menjadi kepalan kemarahan di punggung ku saat dia mendorongku ke depan.   Kemudian para pria berseru di belakang kami, tapi Remington terus berjalan dan mengabaikan mereka.   Dia memutar ku dan menghalangi pandanganku ke arah mereka dengan dinding dadanya.  "Kembali ke riley dan mintalah dia untuk membawamu ke hotel" dia berbisik.

Alarm berteriak di dalam kepalaku saat aku menyadari bahwa ini sejenis provokasi kotor untuk menempatkan Remington dalam masalah.  Aku sudah cukup lama bersama team untuk Tau bahwa pertarungan di luar ring akan mendaratkan Remy di penjara dan keluar dari kompetisi.  "Kau tak boleh terlibat perkelahian , Remy". Aku mengingatkan ketika tiba -tiba yang paling besar dari empat orang pria itu  berbicara, meninggikan suaranya untuk cukup di dengar dengan sempurna di antara musik.

"Kami sedang berbicara dengan mu, douche -nozzle"

"Aku mendengar mu, kampret, aku cuma tak peduli dengan apa yang kau katakan". Remy balas berteriak.

Teman nya berusaha mendaratkan pukulan ke Remy, dan Remy dengan cepat menghindar dan mendorong mereka ke belakang hingga terjatuh.  Aku tiba-tiba menyadari taktiknya.  Teman teman dari si kalajengking akan berusaha menghajar Remy, sehingga dia tak memiliki. Pilihan lain selain melawan, dan menendang mereka keluar, dan ditendang pula dari liga dan kemungkinan di jebloskan ke penjara, sementara si pria dengan tato kalajengking tak melakukan "apapun".

Dan jika pria ini adalah pria yang Harus Remy kalahkan di final, maka dia cenderung akan senang jika ini diselesaikan sebelum pertandingan.  Dasar bajingan pecundang.
Remy semakin dipenuhi kemarahan di sampingku, meraih salah satu kaos, dan mendesis.  

"Menyingkirlah atau aku akan memotong bola sialan mu dan menjejakkanya  ke ibumu!"  Di mendorong pria itu ke belakang, kemudian meraih dua lainnya dan menyodorkan mereka pada satu sama lain, satu di setiap lengannya.  Dia terlihat benar-benar marah dari yang aku amati.   Nadinya mencuat dia tangan, lengan, dan lehernya, ketika tiga orang pria mendekatinya dari belakang dan dengan sempurna  menghajar wajah pria Malang itu.  "Maaf, dude, aku tak sengaja". Dia meminta maaf, dan pria itu mengutuk pelan, dan menutupi hidungnya yang berdarah.

Sementara itu, aku melihat pria dengan tato kalajengking sangat senang menyaksikan sambil menyeringai.

Oh tidak,  jangan, sialan.

Rasa menggelegak- atau- respon perkelahian dalam serangan penuh di tubuhku sekarang.  Otak ku menderu saat darah menembak panas dan mendesak melalui sistem ku.  Aku sudah merasakan itu memberi makan otot otot ku, jantungku memompa dengan sangat liar.  Aku berjalan ke bar,meraih dua botol, dan kembali untuk mengayunkan botol itu ke kepala dua bajingan itu.  Mereka langsung jatuh ketika pecahan kaca berhamburan Kemana mana.

Aku pergi untuk mengambil botol lain dan berlari kembali kesana, menuju ke ketiga pria lainnya, ketika aku melihat bagaimana Remy menatapku  dengan tatapan ngeri dan wajahnya semakin memerah.  Dia mengambil botol itu dari tanganku, melemparkannya kembali ke bar, kemudian memanggulku ke punggungnya seperti sekarung kentang dan meringsek ke kerumunan menuju Pete.
"Remington". Aku mengeluh, memukuli punggungnya dengan tinju ku, dan aku menggeliat, hormon ku meroket saat aku menyadari salah satu tangannya ada di bokongku .  Aku mendengar dia membisikkan sesuatu ke Pete, dan akhirnya aliran darahku kembali ke tempat yang benar ketika dia mendorong ku masuk ke mobil.  Adrenalin terpompa dalam diriku.  Aku belum pernah berkelahi sebelumnya.  Rasanya menakjubkan.  Menakjubkan .

Sopir hotel kami meluncur di belakang kemudi dan masuk ke dalam lalu lintas kota, dan aku melihat Remington bernapas keras dan cepat di kursi belakang.

Sepertiku.

Tatapan kami bertemu dalam bayang -bayang mobil, dan matanya gelap menakutkan, wajahnya terukir dengan kemarahan yang merah-panas.  "Apa Sich yang kau pikir sedang kau lakukan?"  Dia meledak.

Tangannya mengepal di atas pahanya, dan untuk sesaat aku berpikir dia akan menghantam bagian belakang kursi .  Tatapannya matanya begitu tajam dan aneh.  Hampir seperti binatang.   Semacam.....posesif.  Dan itu mengakibatkan sensasi yang sedikit aneh yang meroket dalam diriku.
Aku sudah siap untuk menciumnya.  Tanganku terkepal di pangkuanku dan aku mencoba agar mereka tetap disana.

Tapi Tuhan, aku menjadi nyeri, aku dikuasai oleh kebutuhan saat aku memandang dia.  Tak bisa berpikir dan hancur di dalam dari kerinduan yang menyakitkan akan keinginan bersama dia.  Jari -jarinya gelisah dan aku hanya ingin meraih tangannya dan membuat tangannya meringkuk di payudara ku dan memohon pada dia untuk menyentuhku.

"Aku baru saja menyelamatkan bokongmu dan rasanya luar biasa" kataku dan adrenalin bergegas  merasuki ku sebagai pengingat.

Remy tampaknya seperti bergantung di seutas tali sambil menggosok wajahnya dan menempatkan sikunya di lututnya, berlutut ke depan, memijat bagian belakang kepalanya dengan tangan yang ku sadari sedang gemetar.  Dia pun juga tak bernapas dengan benar.  "Demi Tuhan yang maha Agung, jangan pernah, pernah , melakukan itu lagi.  JANGAN LAGI.  jika salah satu dari mereka meletakkan tangan mereka Padamu.  Aku akan membunuh mereka dan aku tak peduli pada tikus manapun yang melihatku".

Rasa bergidik akan kegembiraan tumbuh dalam diriku saat dia bersandar dan menatapku dengan nafsu yang tak terkendali.  Dia menangkap pergelangan tanganku dan meremas nya dengan sangat kuat, aku terkesiap, dan dia melirik ke bawah dan melepaskan ku.  "Aku sungguh-sungguh.  Jangan pernah melakukan nya lagi".
"Tentu saja aku tak  akan melakukannya lagi.  Aku tak akan membiarkanmu mendapat masalah".

"Tuhan, apakah kau nyata?"  Sesengit yang pernah aku lihat, dia menggosok wajahnya dan kemudian menatap muram keluar jendela, tubuhnya gemetar marah.  "Kau seperti pelatuk dinamit, kau Tau itu?"

Aku mengangkat bahu, dan kemudian mengangguk sedikit, merasa sedikit kesal seperti dia.

Ketika kami menaiki elevator, kami sendirian, tapi berdiri berlawanan dari sisiku.
Dia tegang.  Amat sangat.  Matanya menatap kemanapun kecuali ke diriku. Dia menggertakan buku -buku jarinya, kemudian lehernya.

"Tak apa-apa" Kataku, menyentuh bahunya dengan lembut, dan dia menegang seolah olah Aku menyambar nya, melirik tanganku di bahunya. Aku melangkah kembali ke sudut ku , kami saling menatap.  Udara diantara kami hampir bergemuruh, seperti Guntur.  Dia tampaknya ingin menarikku dan menjauhi ku, sekaligus.  Dia melentur kan tangannya di sisi tubuhnya dan melembutkan suaranya saat kami berjalan menyusuri lorong kamar kami, tapi suaranya masih terdengar kasar akan emosi.  

"Maaf, kau harus bertemu dengan bajingan -bajingan itu" bisiknya .  Dia tampaknya sedang berusaha menenangkan diri  saat dia menyusurkan. Tangannya ke rambut spiky nya.  "Aku akan mematahkan seluruh tulang si scorpion sialan itu dan menarik matanya keluar saat aku mendapat kesempatan"
Aku mengangguk  untuk menenangkan dia, karena kurasa dia haus untuk melakukan kekerasan kepada mereka.  Tapi aku sangat bingung, aku cuma tak Tau apa yang akan aku lakukan sendirian di dalam kamar .  Aku tak Tau dimana meletakkan tanganku, pikiranku, dan semua ketergesaan yang berputar putar dalam diriku  dan tak mengarah kemanapun.  "Bisakah aku tinggal di kamarku sampai mereka semua pulang?"  Aku bertanya.

Dia berjengit,  kemudian mengangguk dan aku mengikuti dia ke pintunya.  Kami duduk di sofa ruang tamu dan dia menyalakan TV dan saluran pertama terlihat.  "Apa kau ingin sesuatu untuk di minum?"
"Tidak" kataku.  "Aku tak pernah minum-minum sehari sebelum penerbangan atau aku akan mendapatkan dehidrasi dobel".

Dia mengangguk dan membawa dua botol air dari bar.

Dia menjatuhkan diri di sampingku.

Pahanya berakhir sangat dekat, rahangnya bergerak dan aku melihat dengan tak tertolong ke arah cahaya yang bermain dan bayangan yang melintas di wajahnya, mengaguminya.
Dia merentangkan lengan kanannya di sofa dibelakangku dengan ketenangan yang menipu, tapi aku bisa merasakan ketegangan yang berasal dari tubuhnya.  Dan tiba tiba aku merasakan jantungku dipercepat dengan antisipasi kegembiraan , suara suara aneh di TV tersaring di pikiranku,  dan kemudian aku menyadari bahwa pasangan di TV sedang berciuman.  Perutku mengepal, aku belum pernah melihat film ini sebelumnya , tapi saat musik latar belakang bergaung, aku Tau adegan sex akan mengalun selanjutnya.

Sebuah kilatan siksaan melewati tatapannya saat dia meraih remote dan mematikan nya, lalu dia melempar kan remote ke samping dan menjatuhkan lengannya ke tengkuk ku.  Dia melengkung kan jari-jarinya dengan lembut  di belakang leherku, hangat, sangat kuat, empat jarinya ke salah satu sisiku dan ibu jarinya ke sisi yang lain dan kemudian gerakan yang lembut dari ibu jarinya di atas kulitku saat dia menoleh padaku .
Sentuhannya dapat membangkitkan ku  sejauh itu dan membuatku mabuk dan  melayang dan gemetar.

"Kenapa kau melakukan itu untuk ku?"  Suaranya sarat akan keintiman saat dia menatapku dalam bayang-bayang.

"Karena"

Kami berdua saling berpandangan dengan intens  seintens yang pernah kami  Lakukan.  aku amat sangat menyadari di tiap titik yang bersentuhan di tubuh kami.  Pahanya di pahaku, tangannya di tengkuk ku, meremas dengan lembut.  "Mengapa?  Apakah seseorang memberitahu mu kalau aku tak bisa menjaga diriku sendiri?"

"Bukan"

Dia menatap bibirku, kemudian mataku, lalu dia perlahan -lahan menutup matanya dan menempelkan dahinya di dariku, dan semua yang bisa ku lakukan hanyalah bernapas , dia seperti candu, perutku mabuk akan aromanya.  Tak ada di dalam hidupku yang beraroma sewangi dia.  Dia yang baru mandi.  Dia yang berkeringat.  Hanya dia.

Tarikan napasnya yang dalam terdengar di telingaku dan aku mendapati diriku menyentuh mulutnya dengan ujung jari telunjuk ku.  Bibirnya begitu tebal dan kokoh, tapi pada saat yang sama , halus dan lembut.  Aku merasakan sentilan yang cepat dan basah saat lidahnya menjulur menjilat ku, dan rasa meremang tumbuh mengalir di tulang belakangku.  Dia mengerang dan menarik seluruh jariku ke dalam mulutnya dan menutup mulutnya saat dia menghisap jariku.

"Remington..."aku terengah.

"Sayang, aku pulang!"

Kami langsung memisah ketika terdengar suara pintu terbanting dan suara sarkastis Pete.
"Hanya ingin memastikan kalian sampai disini dengan selamat,  scorpion tampak nya memiliki ambisi yang besar untuk menjebloskanmu kembali ke penjara"

Lampu menyala,dan Remington menjatuhkan jariku seakan itu adalah pistol yang terisi penuh  dan bangun dan pergi ke jendela  dan dia bernapas dengan keras, terdengar dengan keras.  Sekeras diriku.

Aku dengan cepat berdiri.  "Aku sebaiknya pergi"

Pete melihat adegan itu dengan wajah tanpa ekspresi, dan dia tak mengatakan apapun saat aku terburu buru keluar dari ruangan  untuk pergi.  "Aku akan menunggu disini , Rem, " Pete berkata dengan tenang.

Remy tak merespons tapi mengikuti ku ke kamarku.

Aku merasakan tubuhhangat nya di punggungku saat aku menyelipkan kunci ke lubang kunci.  Aku mendengar dia bernapas di belakang ku, masih sedikit tak teratur, diatas rambutku.  Aku menginginkan dia, tapi sekarang aku bisa melihat melewati pintu yang terbuka sebuah tempat tidur Queen size , dan kaki Diane berada di dalamnya.

Puting ku membentuk dua titik yang mengeras di bra ku,celana dalamku basah akan semua malam-malam aku menginginkan dia dengan putus asa.  Aku menginginkan dia, amat sangat ingin.  Aku merasa simpul dari kebutuhan dan frustrasi meningkat dua kali lipat di tenggorokan ku, karena aku tak bisa memiliki dia.  Bagaimana hal -hal akan berubah jika Kami melakukan sesuatu? Ini tak akan berhasil.  Hal ini tak bisa.  Aku hanyalah pekerja dan ini hanya sementara dan one night stand dengan dia bukan lagi pilihan.  Begitukah? Aku terlalu menyukai nya.  Oh Tuhan, aku menyukai nya.  Terlalu menyukai nya.

"Selamat malam" aku berbisik, memaksa diriku untuk menatap wajah tampannya.

Kelembutan yang menyakitkan di matanya merembes di setiap pori -pori tubuhku, dan dia meraih ku, menanamkan ciuman di bibirku, cepat dan kering, tapi itu membuka semburan kerinduan dalam diriku, seperti saat kali pertama dia menciumku di Seattle  dan dia berbisik.  "Kau terlihat cantik". Dia menyusurkan ibu jarinya  dengan keputus asaan di sepanjang rahang ku, dan mengangkat daguku, mencium bibirku lagi, kering dan cepat.  "Begitu cantik sehingga aku tak bisa mengalihakan mataku darimu sepanjang malam"

Kemudian dia pergi , dan sekali lagi aku dalam kamarku, mendengar dia Memanggilku cantik, aku merasa begitu cantik, dan aku gemetar seakan akan aku telanjang dan sendirian di tengah tengah badai.

Aku menyelimuti diriku dengan selimut di ranjang ku dan meletakkan genggaman tanganku ke bibirku seakan itu akan bisa mengunci ciuman nya disana, dan sepanjang keabadian kemudian, aku benci aku masih terjaga dan masih gemetar.

Dan Aku tak Tau apa yang akan ku lakukan tapi aku menginginkan dia menjadi milikku lebih dari yang pernah aku rasakan saat menginginkan sesuatu.

Bahkan Olimpiade.




STUCK UP SUIT Chapter 8

GRAHAM AKU TIDAK MENDENGAR KABAR NYA SEPANJANG HARI di hari sabtu, dan tidak seperti yang aku harapkan juga. Soraya Venedetta san...