Kami sedang terbang ke Denver sekarang.
Pete dan riley berada di
kursi depan dengan Diane dan Lupe, dan aku di bagian belakang pesawat
dengan Remington. Dia dengan musiknya, tapi aku tidak, dan aku malahan
mencoba untuk mendengarkan percakapan panas Pete dan riley. Remy sudah
tidak berlatih selama empat hari, walaupun riley membangunkan kami di
pagi hari, aku pergi berganti pakaian dan turun ke lantai bawah , tapi
Remy tak pernah muncul. Dia tidak keluar dari kamarnya sehari pun.
Kecuali untukku.
Ada sesuatu yang terjadi
diantara kami, dan aku takut untuk menyebutnya. Selama empat malam
terakhir, dia mendatangi kamarku dan membawaku kembali ke kamarnya, dan
di satu hari terakhir, aku bahkan disana sepanjang hari.
Kami saling berciuman
seakan kami sudah lama menunggu sepanjang hari, yang mana dalam kasus ku
itu adalah benar. Melanie sudah mengirimi SMS setelah SMS ku saat
mabuk tentang berhubungan sex dengan Remy. Dia ingin Tau apakah aku
akan memunculkan sedikit Remy segera. Dan aku cuma tak Tau apa yang
sedang kami lakukan, tapi cara Remy menciumku terasa seperti aku adalah
ketidakberdayaanya dan dia kecanduan akan diriku. Segera setelah Kami
menghantam tempat tidur , mulutnya menyatu dengan mulutku dan tak
melepaskan nya. Lengannya memegangi ku menekanku ke tubuhnya seakan
aku menahan dia. Aku merasa seperti jangkar, dan dia terasa sekuat dan
semenyenangkan jatuh bebas.
"Pandangannya tak bisa
membuat dia tetap di tempat pertama selamanya". Riley bergumam sekarang,
dan tak salah lagi ada nada jengkel di suaranya.n "dia sudah jatuh ke
tempat kedua, menuju ke tempat ke tiga. Dia tak boleh melewatkan satu
malam pun dan dia tak boleh melewatkan satu pertandingan pun lagi".
Aku melepaskan sabuk
pengamanku, aku berjalan menuju mereka dengan cemberut. "Ada yang tak
beres?" Aku tetap berdiri di lorong dan menompang bAhuku di belakang
kursi Dianne.
"Remy tak boleh
melewatkan satu pertandingan pun lagi. Ini semua tentang poin dan
kejuaraan ini, kita harus jadi yang pertama, jadi kita tak boleh
melewatkan satu pertandingan pun dan dia pasti tak mampu untuk kalah".
"Dia tidak makan". Kata Dianne dengan sedih.
"Dia tidak berlatih". Coach menambahkan dengan getir.
"Dan matanya masih hitam"
Aku cemberut akan
perkataan terakhir dari Pete, dan aku menyadari, bahwa ya....untuk hari
yang terakhir, mata Remy terlihat sangat sangat gelap. Tapi kami juga
belum tidur. Kami hanya berciuman seperti maniak sepanjang malam dan
tubuh kami lemas, dan kami hanya memesan layanan kamar karena aku tak
berhasil membujuknya untuk bertemu satu pun anggota tim nya ke kamar.
Aku memandang ke wajah suram mereka, dan riley menggeleng.
"Jika dia bertarung
dengan mata hitam setan nya , salah satu bagian kecil dari dirinya tak
akan mendengarkan apa yang di katakan wasit, dan mungkin dia akan
menendang bajingan sialan itu keluar"
Aku cemberut. "Jangan
konyol. Dia Tau aturan. Dia bukan mesin yang harus berlatih 24/7.
Biarkan dia Sembuh. Dia sudah berlatih bahkan pada hari minggu, dia
nyaris sudah terlalu di Porsir. Setiap atlet membutuhkan waktu hiatus"
"Rem bukan sembarang atlet, jika dia tidak berlatih dia kan menggila". Pete memberitahu ku.
Aku memutar mata, merasa sakit akan peraturan ini. "Sesuatu yang tak membuat dia menggila?"
"Sebenarnya , ya. Damai dan tenang. Tapi dia tak akan segera jadi biksu , bukan?"
Sesungguhnya aku tak
mengerti apa yang salah dengan dia mengambil waktu istirahat. Beberapa
teman atlet ku merasa benar benar depresi dan tak berdaya setelah
kompetisi. Apa yang muncul yang membuatmu begitu bersemangat hilang dan
itu terasa sedikit aneh. "Perhatikan. Tubuhmu hanya terdorong sejauh
ini, khususnya cara dia mendorong, jadi dia melewatkan pertandingan ?
Masalah besar. Kekuatannya akan meningkat dengan beberapa hari
istirahat dan dia akan menghancurkan Denver".
Mereka gagal untuk
menanggapi dan mempelajari ku dalam diam, dan aku Tau mereka
bertanya-tanya apa Sich yang sebenarnya terjadi antara kami sejak
Remington bertingkah sangat posesif padaku, memelototi Pete ketika dia
berbicara padaku, bahkan ke riley ketika dia menawarkan untuk membawa
barang barang ku beberapa jam yang lalu. Malahan Remy cuma meraih
barang barangku dan membawanya dan bertanya pada riley apakah ada yang
bisa dia lakukan selain memandang ke arahku?
Ya, mereka frustrasi
untuk Tau apa yang sedang terjadi antara Remington dan aku. Tapi karena
aku juga tak Tau, kurasa kami akan tetap bertanya-tanya.
Mendesah di keheningan,
aku berbalik untuk kembali, dan ketika sampai, kesadaran tumbuh dalam
diriku ketika aku melihat dia mengamati ku.
Ada sesuatu yang sangat
lelaki ketika dia mengawasi ku berjalan kembali, ini adalah gelap,
posesif , dan itu memunculkan riak kecil di sepanjang saraf ku. Aku
berkelebat kembali ke empat malam sebelumnya saat kami menghabiskan
malam di presidensial Suite, dimana kami terkunci dari dunia. Aku
merasa seperti beauty and The Beast , kecuali aku rela mengunci diri
dengan si binatang buas hingga dia bisa menciumku sampai kehilangan
akal dan dia adalah Mahkluk indah yang menyiksaku dengan menginginkan
dia.
Aku hampir mengerang
seperti yang aku ingat. Tangan Remy bergerak ke tenggorokan. Matanya
setengah terpejam saat dia menatap di dibawah ku. Napas kami terengah
-engah . Mulutnya panas dan lembab dan tanpa malu-Malu menciumku. Dia
hanya mencium mulutku, tenggorokan ku, dan telingaku.n. Dia menjilati
dengan mencicipi, dan memicu segala macam sensasi dalam tubuhku.
Aku ingat erangan.
Ingat cara dia tersenyum di bibirku dengan suara yang berlarut larut,
dan cara dia berubah menjadi sangat serius dan intens saat dia kembali
mencicipi ku dan menghisap bibir bawahku dan kemudian menggigit, dan
kemudian menghisap tenggorokan ku. Aku ingat cara tubuhnya menekan
tubuhku dan vaginaku berdenyut dengan kedekatan ereksinya. Lidah kami.
Panas dan frustrasi, menjentik, dan menyelidik. Aku sangan amat
menginginkan dia sepanjang yang mampu aku pikirkan. Kurasa Aku memohon
padanya semalam. "Please......" Tapi aku begitu dibius oleh nafsu.
Aku bahkan tak yakin . Aku hanya Tau bahwa dia terkadang berhenti,
ketika napasnya menggila dengan cepat , dan lalu mandi air dingin.
Tapi kemudian kembali,
memakai celana serut ataupun boxer seksi yang ketat dan sekali lagi
menyelimuti tubuhku dengan ukuran dan perisai protektif nya , hanya
kepala gelap yang menunduk terus menyiksaku . Dia menjilati telingaku
dengan lambat, tusukan yang dalam dari lidahnya. Dia melakukan hal yang
sama dengan mulutku. Menjilat dan mencicipi tenggorokan ku. Tulang
selangka ku. Dia membuatku begitu panas , aku menggertakan gigiku dari
cara udara yang terasa begitu dingin di daging ku. Gairah menetes di
pahaku, puting ku menjadi sekeras berlian. Dia membuatku seperti busa,
ke titik dimana mulutnya yang menyesap ku membuatku mengerang dari
dalam, seakan aku baru saja di tembus.
Dia bergerak begitu
lambat dengan ku, aku merasa seperti seorang remaja dan perawan,
meskipun bukan. Tapi aku merasa di klaim, dan terikat padanya seperti
yang binatang lakukan. Aku merasa aku sudah di tangkap dan terperangkap
dan dia cuma mencumbuku dan meninggalkan ku mendidih dalam cairan ku,
kecemasan menunggu saat momen pertama kalinya dia menggigit ku.
Aku sungguh tak dapat menahannya dan bahkan lebih basah sekarang.
Kami tidak banyak bicara
ketika kami "berikatan" di tempat tidurnya. Aku merasakan dia dalam
mode "manusia gua" nya hari ini, dan aku memahaminya. Kemarin bahkan
dia tak membiarkan ku keluar, dan membuatku tetap menempel di tempat
tidur, budak tak berdaya akan ciuman nya.
Ketika kami butuh untuk
berhenti, terkadang kami mendengar musik, menghidupkan TV, atau makan,
tapi yang yang paling utama, kami berciuman. Aku terkadang tak
mendengar apapun hanya suara decapan saat dia menciumku, atau suara
napas kami yang memburu, saling berkejaran satu sama lain. Malam
sebelum malam terakhir, aku begitu prima ketika dia datang untuk
menjemput ku dari kamar ku, aku hampir melompat dalam pelukannya. Pada
saat kami tenggelam dalam tempat tidurnya, tanganku sudah ada di
rambutnya, lidahku putus asa mendorong ke dalam mulutnya yang hangat
dan lezat, dan ketika dia merespons dengan suara geraman hewan dan
ciuman kuat yang menghisap lidahku dengan tergesa-gema, aku merasa
tiap-tiap hisapan di lidahku menghantamkan sedikit kenikmatan di
klitoris ku. Klitoris ku membengkak dan berdenyut saat kami berciuman,
dan aku mengigau tanpa adar. Sekarang bahkan hanya gambaran paling
kecil dari dirinya saja membuat ku membengkak. Ketika dia melirik ke
bibirku. Dia meraih rambut yang terlepas menaruhnya ke belakang
telingaku. Aku Tau kami hanya sedang mengirimkan adrenalin kami ke
neraka. Dengan melakukan ini. Menjaga nafsu ini tidak lah sehat,
tetapi aku tak bisa menghentikannya. Sebenarnya aku ingin lebih. Aku
ingin dia berhenti karena kami menderita dan aku ingin dia terus hidup
sampai aku terbaring mati di pelukannya, terbakar menjadi abu karena
keinginannya akan diriku.
Aku menginginkan dia. Setiap jam, menit, detik.
Aku menginginkan dia di
malam pertama kami bertemu, ketika aku mencoba menjernihkan otak ku
sendiri dan berpura-pura tidak tertarik. Dan sekarang aku menginginkan
dia seperti aku menginginkan untuk bernapas, makan, menjalani hidup
yang bahagia, melihat adikku lagi, dan puas akan Pekerjaanku. Aku
menginginkan dia seperti aku ingin hidup saat ini Tanpa rasa takut
apapun akan apa yang mungkin terjadi atau tidak mungkin, terjadi besok.
Aku bahkan tidak Takut dia akan menyakiti ku. Aku Tau ini akan menyakitkan.
Ketika aku pulang ke
rumah, ketika ini harus berhenti, itu akan terasa sakit. Tidak ada yang
abadi dan aku Tau lebih baik dari siapapun.
Tapi rasa takut tak pernah menjadi temanku.
Ketika aku memutuskan
untuk berkompetisi di track, itu bukan dengan rasa takut aku akan kalah,
atau bahwa aku akan mematahkan lututku dan telah menyia-nyiakan satu
dekade pelatihan hidupku tanpa hasil. Kau mengejar sesuatu karena kau
amat sangat menginginkannya hingga mengeluarkan setiap upaya mu untuk
mendapatkannya dan bahkan akan mempertaruhkan beberapa kegagalan saat
kau mengejarnya. Sekarang, tampaknya semua upaya di tubuhku tampaknya
berteriak sampai kejiwa akan kebutuhan fisik untuk berdekatan dengan
dia. Terkadang begitu luar biasa ketika aku meregangkann dia,
kebutuhan untuk merasakan dia tertanam jauh didalam diriku dimana dia
membuat rasa nyeri itu menjadi begitu memabukkan hingga membuatku tak
Tau akan apa yang harus kulakukan dengan itu dan aku butuh untuk
berhenti.
Bahkan sekarang, aku
sadar aku sudah duduk di sampingnya sedekat mungkin tanpa Harus duduk di
pangkuannya, sepanjang pahaku yang berjeans pink menekan pahanya yang
berjeans, dan dia tersenyum, dengan senyuman berlesung pipi, yang
membuat jariku mengepal, karena kurasa dia juga suka dengan kedekatan
ku. Dia melepas headphone nya , kemudian menunduk ke arahku, seolah
-olah memintaku menceritakan apa yang terjadi.
"Mereka mengkhawatirkan mu"
Dia berbalik untuk Menahan pandanganku . "Aku atau uangku?"
Pertanyaannya yang
tenang terasa sama intim nya bagiku seperti saat bisikan-bisikan yang
dia ceritakan padaku ketika dia menciumku di kamarnya semalam, ketika
dia berbisik menciumku kembali dan Memanggilku cantik, dan terus
mengatakan bahwa aku beraroma sangat nikmat.
"Kamu. Dan uang mu". Kataku padanya.
Lesung pipi itu datang
lagi tetapi hanya sebentar, muncul seolah-olah dua malaikat hanya
meremas pipinya yang ramping. "Aku akan menang. Aku selalu menang".
Aku tersenyum, ketika tatapannya turun ke senyumanku, dan kesadaran ku akan mulutku mengoyak ku .
Bibirku terasa bengkak
dan merah hari ini, lecet karena dirinya. Matanya semakin Menggelap
saat dia mengamati ku , dan rasa menggigil menerpa ku. Aku mencoba
menahannya dan pada saat yang sama aku bertarung untuk tidak memandangi
mulutnya yang indah juga, yang memang terlihat nikmat juga , bengkak
yang ke uh berwarna merah muda dan lebih tebal karena ciuman ku hari
ini.
"Apakah kau mau lari
hari ini? Untuk persiapan besok?" Aku bertanya padanya , dan itu
mengambil semua upaya ku untuk fokus pada apapun selain api yang
berkecamuk dalam diriku.
Dia menggelengkan kepalanya.
"kau lelah?" Sergah ku.
Dia mengangguk dengan
mata sendu, suaranya rendah, tapi tak ada suara penyesalan. "Amat
sangat lengah aku hampir tak bisa bangkit dari tempat tidur".
Aku mengangguk paham,
karena aku juga merasakan itu. Aku tak ingin bangun. Terutama dengan
adanya pria berotot ini di ranjang yang sama, dimana aku ingin menyoiksa
diri lagi dengan keinginanku.
Aku bersandar, merasakan
bahunya menempel di sandaran, dan aku ingin meringkuk seperti yang aku
lakukan tadi malam ketika kami terus berciuman dan melewatkan beberapa
jam waktu tidur. Kurasa dia merasakan bahwa aku juga lelah, lalu dia
bergeser sedikit sehingga aku bisa merebahkan kepalaku di dadanya.
Dia memutarkan sebuah lagu.
Aku terlalu malas untuk
memilih laguku, jadi aku hanya mendengarkannya. Norah Jones yang merdu,
dan cantik "Come away With me" mulai dimainkan, dengan sensual
membujuk untuk melakukan hal yang sama persis dengan judulnya.
Nadanya sangat seksi,
dan mengingatkanku pada malam-malam kami bersama, saat -saat kami
berciuman, itu membuatku menghangat. Tiba-tiba dia membungkuk untuk
mencoba mendengarkan melalui earphone ku dan ketika aku mencium aroma
lelaki yang bersih di dekatku, otot-otot ku berdenyut sangat kencang.
Aku langsung memutar musik ku, dan memilih lagu modern yang telah di
putar di radio akhir-akhir ini tentang seorang petinju yang kuat dan
bertarung dengan sangat keras. Aku ingin memainkan "iris" untuknya.
Aku ingin memainkan sesuatu untuk memohon agar dia bercinta denganku.
Tetapi tim nya khawatir, dan aku Tau apapun yang kami lakukan di malam
hari tidak lah baik untuk performa atletik. Walaupun Semendambanya aku
akan moment tersebut dan mendambakan Kemana hal itu akan membawaku, Aku
tak bisa menyabotasenya seperti itu. Dia terlalu berharga.
Aku mengamati profilnya
saat dia mendengarkan. Ekspresinya tak bisa di baca pada awalnya.
Ketika dia akhirnya mengangkat kepalanya, tatapannya gelap dan kacau.
"Kau memainkan lagu tentang petarung untukku?"
Aku mengangguk.
Dia melemparkan iPod ku
kesamping dengan cemberut. Kemudian dia meraih ke sekeliling, dan
meraih pinggulku. Dia mengangkatku ke pangkuannya, dan napas ku menguap
ketika aku merasakan seberapa besar, betapa tak tergambarkan ya dirinya
menginginkanku. " putarkan lagu yang lain" tuntut nya.
Tampilan jantan di matanya membuatku bergidik.
Aku menggelengkan kepala. " kita tak bisa terus melakukan yang kita lakukan Remy, Kau butuh tidur" aku berbisik.
"Beri aku lagu lain, Brooke".
Dia terdengar begitu
keras kepala hingga membuat ku ingin cemberut, tetapi juga membuatku
bersemangat. Dia menginginkan lagu-laguku sebesar dia menginginkan
ciuman ku, dan itu membuatku bergairah. Baiklah kalau begitu, jika
dia menginginkannya ,maka kami akan bersenang-senang malam ini dan
bercinta, bukan hanya memuaskan diri sendiri. Jadi aku memutar "Iris".
Dan memperdengarkan lagu itu padanya. Aku tegak dan menatap
tampilannya ketika dia mendengarkan. Dia tak bisa di baca lagi, tetapi
ketika dia mengangkat kepalanya kali ini, matanya adalah torpedo
panas. Ereksinya ganas di pangkuanku , dan aku merasa jantungku
berdenyut-denyut berirama di sana. Dalam kekerasan nya.
"Tepat". Ujarnya.
"Apanya?"
Matanya beralih ke arah
lain sebelum meraih rambutku. Dan menundukkan kepalaku sehingga dia
bisa menjilat bibirku sisi demi sisi dengan lidahnya. "Setiap
liriknya".
Aku bergidik dan
mundur. "Remy,,, aku belum pernah memiliki affair sebelumnya. Aku tak
ingin membagi mu. Kau tak bisa bersama orang lain ketika kau
bersamaku".
Dia mengusapkan ibu jari di bibir bawahku yang basah, tatapannya intens. "Kita tidak akan memiliki affair".
Dia mengusapkan ibu jari di bibir bawahku yang basah, tatapannya intens. "Kita tidak akan memiliki affair".
Aku menatap dengan linglung, aku yakin baru saja mendengar organ ku retak di dadaku.
Tangannya menjepit ku
dan dia meremukkan ku ke tubuhnya saat dia menyelipkan hidungnya di b
sepanjang kulit telingaku. " ketika aku bercinta denganmu, Kamu akan
jadi milikku". Katanya , janji lembut di telingaku. "Kamu Harus
yakin". Matanya begitu panas sehingga aku terbakar nafsu di dalamnya ,
dan kata "milikku" membuat tempat kosong di antara kakiku membengkak
penuh kerinduan. "Aku ingin kau mengenalku dulu, dan kemudian , aku
ingin kamu memberitahu ku jika kamu masih ingin aku bercinta dengan mu"
Kata "bercinta" juga
memiliki efek . Aku hanya membutuhkan banyak sekali keinginan. " tapi
aku sudah Tau aku menginginkanmu". Protes ku.
Dia menatap bibirku
dengan intensitas yang kuat, lalu ke mataku, tatapannya begitu sedih
dan tersiksa. "Brooke, aku ingin kau Tau siapa aku. Apakah diriku
ini".
"Kau memiliki banyak wanita tanpa persyaratan ini" aku memohon.
Tangannya yang besar
menelan pantatku saat dia menyeret ku lebih dekat lagi, matanya penuh
dengan kebutuhan, melahap raut wajahku, dan menenenggelamkanku di
kedalaman matanya.
"Ini syarat ku denganmu".
Suatu kilatan dari kebutuhan yang liar merobek diriku ketika aku menyadari akan apa yang dia katakan padaku.
Dia belum akan bercinta denganku.
Bahkan ketika hanya itu yang aku pikirkan. Hanya itu yang aku butuhkan.
Hari ini, siang hari, dan masih tinggal di ranjang terakhir tempat aku berada, bersamanya, dengan mulut melahap mulutku.
Dia ingin aku
mengenalnya, dan aku ingin mengenalnya , tetapi jika aku mengenalnya,
dan menyukainya sedikit lebih banyak daripada saat ini, hubungan
emosional kami akan terlalu kuat bagiku untuk kembali ke cara ku
sebelumnya.
Dia kuat, secara fisik, tetapi secara emosional dia menghancurkan ku.
Aku tak bisa menahan lebih banyak dari ini. Dan dia pun tidak seharusnya.
Rasa berat di dadaku,
aku membungkuk ke telinganya dan berbisik. "Kita tidak bisa terus
seperti ini , Remy. Tidak, ketika gelar juaramu di pertaruhkan . Jadi
kau sebaiknya bercinta dengan ku malam ini atau kau meninggalkan ku
sendiri sehingga kita berdua bisa beristirahat".
Aku berharap ancaman ini
memberikan lebih banyak reaksi. Dia adalah laki-laki. Dan ini adalah
undangan terbuka untuk seks tanpa komplikasi, hanya apa yang pria
inginkan. Aku membuatnya mudah baginya, pada dasarnya menerima dia "apa
adanya" tidak ada pertanyaan lagi. Dia akan bercinta di tempat tidur
denganku dan dapat berlatih besok, atau dia akan tidur nyenyak tanpa
ku. Dan aku benci ketika dia tampaknya tidak beranjak ke opsi bercinta
denganku yang sejujurnya aku harapkan akan dia lakukan. Sebaliknya, dia
malah mempelajari wajahku dengan mata yang aku perhatikan dengan pasti,
tidak biru hari ini.
"Baiklah". Katanya,
dengan senyum yang tidak mencapai matanya. Dia menempatkanku ke
samping, mengambil ipodnya , mengklik musiknya sendiri, dan tidak
memberiku lagu yang lain.
Jadi sekarang aku tak akan tidur dengannya juga.
Wow.
Kurasa aku baru saja menghancurkan hatiku sendiri.
****
THANKS BUAT YANG MASIH NUNGGU CERITA INI. DI TUNGGU KOMEN NYA YANG BANYAAAAAK YAAAPS